BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geodesi Satelit merupakan cabang ilmu Geodesi yang dengan bantuan teknologi Satelite
dapat menjawab persoalan-persoalan Geodesi seperti Penentuan Posisi, Jarak dan
sebagainya.Geodesi satelit tentu melibatkan satelit buatan manusia yang ditempatkan pada
posisi tertentu di ruang angkasa, kemudian dengan gelombang yang dipancarkan dari satelit
termasuk kepermukaan bumi, maka jarak teliti antara satelit dan posisi di bumi dapat
dihitung dengan teliti.Posisi suatu titik dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun
kualitatif.Secara kuantitatif posisi suatu titik dinyatakan dengan koordinat, baik dalam ruang
satu, dua, tiga, maupun empat dimensi (1D, 2D, 3D, 4D). Perlu dijelaskan juga bahwa
koordinat tidak hanya memberikan deskripsi kuantitatif tentang posisi, tetapi juga
pergerakkan ssuatu titik seandainya titik yang bersangkutan bersangkutan. Untuk menjamin
adanya konsistensi dan standarisasi, perlu ada suatu system dalam menyatakan
koordinat.System ini disebut sistem koordinat.Pada dasaarnya aadaa tiga system referensi
koordinat yang banyak digunakan yaitu CIS (Conventional Inertial System), CTS
(Conventional Terrestrial System), dan system Ellipsoid. Pada laporan ini sistem koordinat
yang dibahas adalah konversi dari CIS ke CTS dimana CIS .
1.2 Tujuan
1. Agar mahasiswa memahami langkah-langkah dalam mengkonversi CIS ke CTS
2. Agar mahasiswa mampu menerapkan konversi CIS ke CTS melalui bahasa pemrograman
matlab/c++
3. Agar mahasiswa memahami penggunaan system koordinat CIS CTS khususnya dalam
bidang Geodesi
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami langkah-langkah mengkonversi CIS ke CTS
2. Mahasiswa mampu menerapkan konversi CIS ke CTS menggunakan bahasa
pemrograman
3. Mahasiswa mampu memahami penggunaan system koordinat CIS ke CTS khususnya
dalam bidang Geodesi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Koordinat Dalam Geodesi Satelit
Page 1
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Pada dasarnya ada tiga sistem referensi koordinat yang biasa digunakan dalam bidang
geodesi satelit, yaitu system CIS (Conventional Inertial System), CTS (Conventional Terrestrial
System), dan system Ellipsoid.Sistem CIS biasa digunakan untuk mendefinisikan posisi dan
pergerakkan
satelit,
sedangkan
system-sistem
CTS
dan
Ellipsoid
digunakan
untuk
Pengikatan sumbu-sumbu sistem koordinasi CIS ke langit dapat dilakukan terhadap beberapa
benda langit, antara lain:
a. Sumber gelombang radio ekstra galaktik seperti kuarsar. Dalam hal ini CIS dapat
direalisasikan dengan metode VLBI, dan CIS yang bersangkutan dinamakan radio-CIS.
Page 2
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
b. Bintang-bintang seperti yang diberikan oleh katalog . dalam hal ini CIS dapat direalisasikan
dengan pengamatan bintang dan CIS yang bersangkutan dinamakan stellar-CIS
c. Planet maupun satellite artifisial bumi. Dalam hal ini CIS dapat direalisasikan dengan metode
pengamatan astrometry, LLR, SLR, Dopler, GPS, Glonass, CIS yang bersangkutan dinamakan
dynamical-CIS
Sistem kartesian (X,Y,Z) biasanya disunakan untuk mendeskripsikan posisi satelit yang
relative dekat permukaan bumi, dan system koordinat asensiorekta (,) umum digunakan untuk
mendeskripsikan posisi obyek yang relative jauh dari permukaan bumi seperti bintang dan
kuasar.
Page 3
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Page 4
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
(Earth-Centered-Space-
CTS
(Earth-Centered-
Fixed
Earth-Fixed)
Sistem Koordinat
Terikat langit
Terikat bumi
Pusat bumi
Pusat bumi
Aplikasi
dalam
geodesi Pendeskripsian
posisi
dan Pendeskripsian
posisi
satelit
pergerakkan satelit
pergerakkan titik-titik
Sumbu X
Berada
dalam
meridian
dan
bidang
Greenwich
Sumbu Y
membentuk
system
koordinat
tangan
hand system)
Keterangan :
CEP (Conventional Ephemeris Pole) adalah posisi bebas dilangit dari sumbu-sumbu rotasi bumi.
CTP (Conventional Terrestrial Pole) adalah kutub menengah bola langit pengganti CIO
Page 5
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Sistem-sistem koordinat CTS dan CIS dapat ditransformasikan antar sesamanya dengan
menggunakan besaran-besaran presesi, nutasi, gerakan kutub, dan rotasi bumi.
seandainya
koordinat
suatu
titik
dalam
kedua
sistem
dinyatakan
sebagai
Page 6
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Gambar 2- 1 Gerak presesi, meyebabkan arah kutub utara terhadap langit berubah seiring
waktu
Pada pertengahan abad ke 19, telah diketahui bahwa ekliptika beringsut sedikit demi
sedikit fenomena ini disebut dengan presesi planet.Komponen dominan dinamai presesi
lunisolar.Kombinasi dari kedua presesi tersebut dinamai presesi umum.Disebut juga dengan
Page 7
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
presesi equinox. Presesi lunisolar disebabkan oleh gaya gravitasi Bulan dan Matahari pada
ekuator Bumi, yang menyebabkan sumbu rotasi Bumi bergerak dengan arah yang bergantung
pada kerangka inersia yang dipilih. Presesi planet adalah perubahan sudut yang kecil disebabkan
oleh gaya gravitasi planet lain pada Bumi dengan bidang orbit (ekliptika). Hal ini menyebabkan
bidang ekliptika bergeser perlahan relatif terhadap kerangka inersia.Presesi lunisolar 500 kali
lebih besar dibandingkan presesi planet.Pada tahun 2006, IAU menetapkan komponen dominan
dinamakan presesi ekuator dan komponen minor, presesi ekliptik.Kombinasi keduanya disebut
presesi umum.
Efek Presesi
Presesi Bumi memiliki beberapa efek yang dapat diamati. Pertama, posisi kutub langit
utara dan kutub langit selatan tampak bergerak dalam arah yang berlawanan dengan gerak latar
belakang langit yang dipenuhi oleh bintang. Mencapai satu putaran Bumi setelah mengelilingi
Matahari sebanyak 25.771,5 kali atau setara dengan 25.771,5 tahun. Dengan demikian, bintang
Polaris yang saat ini berada di kutub langit utara akan berubah posisinya dengan waktu dan
bintang yang lain akan menjadi bintang utara. Bersamaan dengan bergesernya kutub langit maka
secara perlahan-lahan terjadi pula pergeseran pada arah tampak semua bintang.
Posisi Bumi dalam orbitnya ketika mengitari Matahari pada titik solstice dan titik
equinox akan berubah secara perlahan. Contohnya, misalkan posisi orbit Bumi pada saat itu
berada pada summer solstice, ketika kemiringan sumbu rotasi Bumi tepat mengarah ke Matahari,
satu kali orbit penuh kemudian, Matahari terlihat kembali pada posisi relatifnya terhadap
bintang-bintang latar belakang, kemiringan sumbu rotasi bumi yang sekarang tidak akan tepat
mengarah ke Matahari. Ini dikarenakan efek presesi, dengan kata lain solstice terjadi lebih cepat.
Dengan demikian, tahun tropis yang digunakan untuk menghitung musim (dari solstice ke
solstice atau equinox ke equinox) menjadi lebih pendek sekitar 20 menit dibandingkan tahun
sideris. Beda waktu sebesar 20 menit per tahun berarti ekivalen dengan satu tahun setiap
25.771,5 kali putaran Bumi mengitari Matahari (atau 25.771,5 tahun), maka setelah satu putaran
selama 25.771,5 tahun posisi perubahan musim akan kembali seperti semula.
B. Nutasi
Nutasi adalah gerak irregular dalam order beberapa detik busur pada sumbu rotasi Bumi.
Nutasi adalah pergerakan sumbu rotasi dimana presesinya konstan.
Evasari Aprilia 3513 1000 04
Page 8
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Page 9
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
rotasi Bumi. Komponen terbesar nutasi Bumi memiliki perioda 18,6 tahun, sama seperti presesi
node orbit Bulan. Tetapi ada hal periodik lain yang signifikan yang harus dihitung dengan
ketelitian yang ingin dicapai yaitu persamaan matematika yang merepresentasikan nutasi yang
disebut dengan teori nutasi. Pada dasarnya ada sejumlah gaya yang menggangu rotasi Bumi,
misalnya gaya yang timbul akibat arus laut, gerak permukaan bumi (plate tektonik),
beban/tekanan atmosfer (atmosfer loading), mencairnya es di kutub (melting of ice), tekanan dari
permukaan laut (sea level loading), gempa bumi (earth quakes), pergerakan udara di lapisan
troposfer/ angin (winds), torka cairan (viscous torques), air bawah tanah (ground water) dan
electromagnetic coupling.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Diagram Alir Langkah Pengerjaan
Page 10
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Page 11
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Page 12
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Page 13
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Page 14
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
T = (JD - 2451545.0)./36525
6. Menentukan Koordinat Bintang di CIS
Digunakan nilai R=1 dan dihitung matrik [X,Y,Z]
X = R*cosd(deklinasi)*cosd(inklinasi)
Y = R*sind(deklinasi)*sind(inklinasi)
Z = R*sind(deklinasi)
7. Menghitung nilai z,teta, dan zeta
Z, teta, dan zeta merupakan unsur yang diperlukan dalam penentuan presisi sehingga
perlu untuk diketahui dengan rumus
z
((84381.448/3600)-
(46.8150/3600)*T)
(0.00059*(T^2))
(0.001813*(T^3))
Menghitung nilai C1,C2, delta Epsilonm, R1, R3 , R1 selisih epsilon seperti yang
ditampilkan pada diagram bagian bernomor 10. Semua unsur tersebut harus dicari untuk
memudahkan dalam perhitungan nutasi
11. Menghitung nilai Nutasi(N)
N = R1selisihepsilonm*R3*R1
12.
Page 15
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Xp = -0.141266/3600
Yp = -0.037786/3600
Nilai dibagi 3600 karena satuan Xp dan Yp berupa detik yang kemudian diubah ke
derajat.
13.
(1.0027379093*UT
+(24110.54841/3600)+(8640184.812866/3600)*T
+(0.093104/3600*(T^2))-((6.210^-6)/3600)*(T^3))
Pada kasus ini nilai GMST=GAST karena perbedaan error antara selisih keduanya
diabaikan.
14.
15.
16.
17.
18.
BAB IV
Page 16
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Page 17
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Page 18
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Page 19
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Page 20
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Page 21
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Page 22
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Page 23
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1) CIS merupakan sistem koordinat referensi yang terikat langit, untuk mendeskripsikan
posisi dan pergerakan satelit.
2) CTS digunakan untuk mendeskripsikan posisi dan pergerakan titik dipermukaan bumi.
3) Hubungan antara CIS dan CTS dapat didapatkan dengan beberapa proses yang pada
akhirnya didapatkan persamaan XCTS = M. S. N. P. XCIS
4) Dengan data waktu yang dimasukkan 11 04 1995 pukul 05.00.00 dan nilai lintang dan
bujur didapatkan nilai CIS [0.6124 ; 0.3536; 0.7071] dan CTS [ -0.5313; 0.4670;0.7069]
5) Perhitungan menggunakanmatlab lebih mudah dan cepat dibandingkan perhitungan
dengan cara manual terutama mata kuliah geodesi satelit namun harus teliti dalam
penggunaanya.
Referensi
Page 24
Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB
Page 25