Anda di halaman 1dari 25

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geodesi Satelit merupakan cabang ilmu Geodesi yang dengan bantuan teknologi Satelite
dapat menjawab persoalan-persoalan Geodesi seperti Penentuan Posisi, Jarak dan
sebagainya.Geodesi satelit tentu melibatkan satelit buatan manusia yang ditempatkan pada
posisi tertentu di ruang angkasa, kemudian dengan gelombang yang dipancarkan dari satelit
termasuk kepermukaan bumi, maka jarak teliti antara satelit dan posisi di bumi dapat
dihitung dengan teliti.Posisi suatu titik dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun
kualitatif.Secara kuantitatif posisi suatu titik dinyatakan dengan koordinat, baik dalam ruang
satu, dua, tiga, maupun empat dimensi (1D, 2D, 3D, 4D). Perlu dijelaskan juga bahwa
koordinat tidak hanya memberikan deskripsi kuantitatif tentang posisi, tetapi juga
pergerakkan ssuatu titik seandainya titik yang bersangkutan bersangkutan. Untuk menjamin
adanya konsistensi dan standarisasi, perlu ada suatu system dalam menyatakan
koordinat.System ini disebut sistem koordinat.Pada dasaarnya aadaa tiga system referensi
koordinat yang banyak digunakan yaitu CIS (Conventional Inertial System), CTS
(Conventional Terrestrial System), dan system Ellipsoid. Pada laporan ini sistem koordinat
yang dibahas adalah konversi dari CIS ke CTS dimana CIS .
1.2 Tujuan
1. Agar mahasiswa memahami langkah-langkah dalam mengkonversi CIS ke CTS
2. Agar mahasiswa mampu menerapkan konversi CIS ke CTS melalui bahasa pemrograman
matlab/c++
3. Agar mahasiswa memahami penggunaan system koordinat CIS CTS khususnya dalam
bidang Geodesi
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami langkah-langkah mengkonversi CIS ke CTS
2. Mahasiswa mampu menerapkan konversi CIS ke CTS menggunakan bahasa
pemrograman
3. Mahasiswa mampu memahami penggunaan system koordinat CIS ke CTS khususnya
dalam bidang Geodesi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Koordinat Dalam Geodesi Satelit

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 1

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

Pada dasarnya ada tiga sistem referensi koordinat yang biasa digunakan dalam bidang
geodesi satelit, yaitu system CIS (Conventional Inertial System), CTS (Conventional Terrestrial
System), dan system Ellipsoid.Sistem CIS biasa digunakan untuk mendefinisikan posisi dan
pergerakkan

satelit,

sedangkan

system-sistem

CTS

dan

Ellipsoid

digunakan

untuk

mendefinisikan posisi dan pergerakkan titik di permukaan bumi.


Sistem CIS umumnya digunakan untuk mendefinisikan posisi dan pergerakan satelit,
sedangkan sistem-sistem CTS dan ellipsoid untuk mendefinisikan posisi dan pergerakan titik di
permukaan bumi.Sistem CIS, karena sifatnya yang geosentrik dan terikat langit, kadangkala
dinamakan sistem ECFS (Earth-Centred Space-Fixed), System CTS, karena sifatnya yang
geosentrik dan terikat langit, sering juga dinamakan sistem ECES (Earth-Centred EarthFixed).Sedangkan sistem referensi ellipsoid disebut juga sistem geodetik.Pendefinisian CIS dan
CTS serta perealisasiannya menuntut adanya pemahaman tentang dinamika dari system bumi
kita baik secara internal maupun eksternal dalam system luar angkasa.
A. Sistem koordinat Referensi CIS (Conventional Invertial System)
CIS merupakan sistem koordinat referensi yang terikat langit, untuk mendeskripsikan
posisi dan pergerakan satelit. Sistem ini tidak berotasi terhadap bumi, tetapi ikut berevolusi
bersama bumi mengelilingi matahari.

Pengikatan sumbu-sumbu sistem koordinasi CIS ke langit dapat dilakukan terhadap beberapa
benda langit, antara lain:
a. Sumber gelombang radio ekstra galaktik seperti kuarsar. Dalam hal ini CIS dapat
direalisasikan dengan metode VLBI, dan CIS yang bersangkutan dinamakan radio-CIS.

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 2

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

b. Bintang-bintang seperti yang diberikan oleh katalog . dalam hal ini CIS dapat direalisasikan
dengan pengamatan bintang dan CIS yang bersangkutan dinamakan stellar-CIS
c. Planet maupun satellite artifisial bumi. Dalam hal ini CIS dapat direalisasikan dengan metode
pengamatan astrometry, LLR, SLR, Dopler, GPS, Glonass, CIS yang bersangkutan dinamakan
dynamical-CIS

Sistem kartesian (X,Y,Z) biasanya disunakan untuk mendeskripsikan posisi satelit yang
relative dekat permukaan bumi, dan system koordinat asensiorekta (,) umum digunakan untuk
mendeskripsikan posisi obyek yang relative jauh dari permukaan bumi seperti bintang dan
kuasar.

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 3

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

B. Sistem Koordinat Referensi CTS (Conventional Terrestrial System)


CTS digunakan untuk mendeskripsikan posisi dan pergerakan titik dipermukaan
bumi.Sistem koordinat ini berotasi dengan bumi dan juga berevolusi bersama bumi mengelilingi
matahari.

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 4

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

C. Karakteristik CIS dan CTS


CIS

(Earth-Centered-Space-

CTS

(Earth-Centered-

Fixed

Earth-Fixed)

Sistem Koordinat

Terikat langit

Terikat bumi

Titik nol system koordinat

Pusat bumi

Pusat bumi

Aplikasi

dalam

geodesi Pendeskripsian

posisi

dan Pendeskripsian

posisi

satelit

pergerakkan satelit

pergerakkan titik-titik

Sumbu X

Mengarah ke vernal equinox

Berada

dalam

meridian

dan

bidang
Greenwich

(meridian nol) dan terletak


Sumbu Z

pada ekuator bumi


Mengarah ke CEP padaepok Mengarah ke CTP
standar J2000.0

Sumbu Y

Tegak lurus sumbu X dan Z, Tegak lurus sumbu X,dan


dan

membentuk

system sumbu Z dan membentuk

koordinat tangan kanan (right-

system

koordinat

tangan

hand system)

kanan (right-hand system)

Keterangan :

CEP (Conventional Ephemeris Pole) adalah posisi bebas dilangit dari sumbu-sumbu rotasi bumi.
CTP (Conventional Terrestrial Pole) adalah kutub menengah bola langit pengganti CIO

(Conventional International Origin)


CIO (Conventional International Origin) adalah posisi rata-rata sumbu rotasi bumi dari tahun
1900 hingga tahun 1905.

2.2 Hubungan Antara CIS dan CTS

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 5

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

Sistem-sistem koordinat CTS dan CIS dapat ditransformasikan antar sesamanya dengan
menggunakan besaran-besaran presesi, nutasi, gerakan kutub, dan rotasi bumi.

seandainya

koordinat

suatu

titik

dalam

kedua

sistem

dinyatakan

sebagai

XCIS = (XI, YI, ZI)


(1)
XCTS = (XT, YT, ZT)
(2)
maka transformasi keduanya dirumuskan sebagai berikut:
XCTS = M. S. N. P. XCIS
(3)
Dimana:
M = matriks rotasi untuk gerakan kutub (polar motion)
S = matriks rotasi untuk rotasi bumi (earth rotation)
N = matriks rotasi untuk notasi (nutation)
P = matrik rotasi untuk presisi (precession)

Transformai koordinat dari system CIS ke CTS ini dapat diilustrasikan.Tahapan-tahapan


seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut.

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 6

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

2.3 Presisi dan Nutasi


A. Presesi
Presesi adalah pergeseran orientasi sumbu rotasi Bumi secara perlahan-lahan setiap satu
kali putaran. Orientasi sumbu rotasi akan kembali pada keadaan semula dalam tempo sekitar
26000 tahun. Presesi Bumi disebut juga dengan presesi equinox.Titik equinox bergerak ke arah
barat sepanjang ekliptika relatif terhadap bintang latar belakang (bintang acuan), dengan gerak
yang berlawanan dengan gerak Matahari.

Gambar 2- 1 Gerak presesi, meyebabkan arah kutub utara terhadap langit berubah seiring
waktu
Pada pertengahan abad ke 19, telah diketahui bahwa ekliptika beringsut sedikit demi
sedikit fenomena ini disebut dengan presesi planet.Komponen dominan dinamai presesi
lunisolar.Kombinasi dari kedua presesi tersebut dinamai presesi umum.Disebut juga dengan

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 7

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

presesi equinox. Presesi lunisolar disebabkan oleh gaya gravitasi Bulan dan Matahari pada
ekuator Bumi, yang menyebabkan sumbu rotasi Bumi bergerak dengan arah yang bergantung
pada kerangka inersia yang dipilih. Presesi planet adalah perubahan sudut yang kecil disebabkan
oleh gaya gravitasi planet lain pada Bumi dengan bidang orbit (ekliptika). Hal ini menyebabkan
bidang ekliptika bergeser perlahan relatif terhadap kerangka inersia.Presesi lunisolar 500 kali
lebih besar dibandingkan presesi planet.Pada tahun 2006, IAU menetapkan komponen dominan
dinamakan presesi ekuator dan komponen minor, presesi ekliptik.Kombinasi keduanya disebut
presesi umum.
Efek Presesi
Presesi Bumi memiliki beberapa efek yang dapat diamati. Pertama, posisi kutub langit
utara dan kutub langit selatan tampak bergerak dalam arah yang berlawanan dengan gerak latar
belakang langit yang dipenuhi oleh bintang. Mencapai satu putaran Bumi setelah mengelilingi
Matahari sebanyak 25.771,5 kali atau setara dengan 25.771,5 tahun. Dengan demikian, bintang
Polaris yang saat ini berada di kutub langit utara akan berubah posisinya dengan waktu dan
bintang yang lain akan menjadi bintang utara. Bersamaan dengan bergesernya kutub langit maka
secara perlahan-lahan terjadi pula pergeseran pada arah tampak semua bintang.
Posisi Bumi dalam orbitnya ketika mengitari Matahari pada titik solstice dan titik
equinox akan berubah secara perlahan. Contohnya, misalkan posisi orbit Bumi pada saat itu
berada pada summer solstice, ketika kemiringan sumbu rotasi Bumi tepat mengarah ke Matahari,
satu kali orbit penuh kemudian, Matahari terlihat kembali pada posisi relatifnya terhadap
bintang-bintang latar belakang, kemiringan sumbu rotasi bumi yang sekarang tidak akan tepat
mengarah ke Matahari. Ini dikarenakan efek presesi, dengan kata lain solstice terjadi lebih cepat.
Dengan demikian, tahun tropis yang digunakan untuk menghitung musim (dari solstice ke
solstice atau equinox ke equinox) menjadi lebih pendek sekitar 20 menit dibandingkan tahun
sideris. Beda waktu sebesar 20 menit per tahun berarti ekivalen dengan satu tahun setiap
25.771,5 kali putaran Bumi mengitari Matahari (atau 25.771,5 tahun), maka setelah satu putaran
selama 25.771,5 tahun posisi perubahan musim akan kembali seperti semula.
B. Nutasi
Nutasi adalah gerak irregular dalam order beberapa detik busur pada sumbu rotasi Bumi.
Nutasi adalah pergerakan sumbu rotasi dimana presesinya konstan.
Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 8

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

Gambar 5- 2 Perbedaan antara presesi (P) dan nutasi (N)


Nutasi pada planet terjadi akibat efek pasang surut (tidal efek).Gaya pasang surut
menyebabkan presesi equinox berbeda dari waktu ke waktu sehingga kecepatan presesi menjadi
tidak konstan. Phenomena nutasi pertama kali ditemukan pada tahun 1728 oleh astronom Inggris
James Bradley. Nilai nutasi adalah beberapa detik busur per decade, selain itu ada gangguan lain
pada Bumi yang disebut dengan polar motion atau gerak kutub yang dapat diperkirakan hanya
dalam beberapa bulan, karena ia terpengaruhi oleh hal-hal yang cepat berubah dan tidak dapat
diprediksi seperti pasang surut, kecepatan dan arah angin serta gerak perut Bumi.
Nutasi dibedakan dalam komponen paralel dan komponen tegak lurus terhadap bidang
ekliptika.Komponen yang bekerja sepanjang ekliptika atau komponen paralel dikenal dengan
nutasi dalam longitude.Komponen yang tegak lurus ekliptika dikenal dengan nutasi dalam
inklinasi. Sistem koordinat langit berdasarkan pada ekuator dan equinox, yang berarti
lingkaran besar di langit yang menjadi proyeksi ekuator Bumi, dan garis vernal equinox yang
memotong lingkaran tesebut, yang menjadi titik awal untuk menentukan asensiorekta. Hal
tersebut dipengaruhi oleh presesi equinox dan nutasi, maka dengan demikian tergantung pada
teori yang digunakan pada presesi dan nutasi dan pada tanggal yang digunakan sebagai epoch
(tanggal referensi) untuk sistem koordinat. Jadi jelas, nutasi dan presesi sangat penting dalam
pengamatan ketika kita mengukur posisi semu bintang dan obyek lainnya.
Nutasi pada Bumi
Pada kasus Bumi, sumber utama gaya pasang surut adalah Matahari dan Bulan yang
lokasinya satu sama lain berubah secara kontinyu. Keadaan ini menyebabkan nutasi pada sumbu

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 9

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

rotasi Bumi. Komponen terbesar nutasi Bumi memiliki perioda 18,6 tahun, sama seperti presesi
node orbit Bulan. Tetapi ada hal periodik lain yang signifikan yang harus dihitung dengan
ketelitian yang ingin dicapai yaitu persamaan matematika yang merepresentasikan nutasi yang
disebut dengan teori nutasi. Pada dasarnya ada sejumlah gaya yang menggangu rotasi Bumi,
misalnya gaya yang timbul akibat arus laut, gerak permukaan bumi (plate tektonik),
beban/tekanan atmosfer (atmosfer loading), mencairnya es di kutub (melting of ice), tekanan dari
permukaan laut (sea level loading), gempa bumi (earth quakes), pergerakan udara di lapisan
troposfer/ angin (winds), torka cairan (viscous torques), air bawah tanah (ground water) dan
electromagnetic coupling.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Diagram Alir Langkah Pengerjaan

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 10

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 11

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 12

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 13

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

3.2 Penjelasan Diagram Alir


Data yang dimasukkan berupa
Data tanggal,bulan,tahun,jam,menit,detik kelahiran anda. Pada pemrograman ini
saya menggunakan data kelahiran saya, yaitu tanggal 11 april, bulan 4, tahun

1995, jam 05, menit 00, dan detik 00.


Data lainnya berupa data Lintang dan Bujur. Pada pemrograman dimatlab tersebut

saya menggunakan nilai lintang 45 dan bujur 30.


Data yang telah diketahui yang lain berupa data R yang bernilai 1
1. Menghitung nilai UT (Universal Time)
Nilai UT dihitung untuk menyesuaikan waktu dengan waktu Greenwich, rumus yang
digunakan
UT = (h)+((m)/60)-7
Jika nilai (M<=2),maka
bulan = M + 12;
tahun = Y - 1;
namun jika (M>2),maka
bulan = M ;
tahun = Y ;
2. Menghitung nilai Julian date.
Sebelum melakukan konversi system CIS ke system CTS, hal yang harus dilakukan
terlebih dahulu adalah merubah waktu sipil ke waktu JD dengan rumus sesuai dengan
diagram nomor 3. Pada pemrograman terdapat kata floor yang memiliki maksa sama
dengan INT.
3. Menghitung nilai JD 2000
JD2000 = JD - 2451545.0;
4. Menghitung Modified Julian Date
Untuk menghemat digit dan menempatkan awal hari ditengah malam sebagaimana waktu
sipil, dikenalkan system modified Julian date yang merupakan modifikasi dari
penanggalan Julian.
MJD = JD - JD2000
5. Menentukan Time Century

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 14

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

T = (JD - 2451545.0)./36525
6. Menentukan Koordinat Bintang di CIS
Digunakan nilai R=1 dan dihitung matrik [X,Y,Z]
X = R*cosd(deklinasi)*cosd(inklinasi)
Y = R*sind(deklinasi)*sind(inklinasi)
Z = R*sind(deklinasi)
7. Menghitung nilai z,teta, dan zeta
Z, teta, dan zeta merupakan unsur yang diperlukan dalam penentuan presisi sehingga
perlu untuk diketahui dengan rumus
z

= 0.6406161*T + 0.0003041*(T^2) + 0.0000051*(T^3)

teta = 0.5567530*T - 0.0001185*(T^2) - 0.0000116*(T^3)


zeta = 0.6406161*T + 0.0000839*(T^2) + 0.000005*(T^3)
8. Menghitung nilai R2, R3, dan R3zeta dengan matriks
R2 = [cosd(teta) 0 -sind(teta) ; 0 1 0 ; sind(teta) 0 cosd(teta)]
R3 = [cosd(-z) sind(-z) 0 ; -sind(-z) cosd(-z) 0 ; 0 0 1]
R3zeta = [cosd(-zeta) sind(-zeta) 0; -sind(-zeta) cosd(-zeta) 0; 0 0 1]
9. Menghitung nilai presisi (P)
Gerakan presisi dari sumbu rotasi bumi disebabkan oleh gaya gravitas dan gerakan dalam
mengelilingi matahari bidang ekuator bumi membentuk sudut 23.5 terhadap bidang
ekliptikas setiap 25800 tahun, sehingga nilai presisi perlu untuk dihitung dengan rumus
P = R2*R3*R3zeta
10. Menghitung Kemiringan dari Bidang Ekliptika (epsilonm)
Epsilonm

((84381.448/3600)-

(46.8150/3600)*T)

(0.00059*(T^2))

(0.001813*(T^3))
Menghitung nilai C1,C2, delta Epsilonm, R1, R3 , R1 selisih epsilon seperti yang
ditampilkan pada diagram bagian bernomor 10. Semua unsur tersebut harus dicari untuk
memudahkan dalam perhitungan nutasi
11. Menghitung nilai Nutasi(N)
N = R1selisihepsilonm*R3*R1
12.

Mencari Nilai Xp,Yp,

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 15

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

Xp = -0.141266/3600
Yp = -0.037786/3600
Nilai dibagi 3600 karena satuan Xp dan Yp berupa detik yang kemudian diubah ke
derajat.
13.

Mencari nilai GMST


GMST

(1.0027379093*UT

+(24110.54841/3600)+(8640184.812866/3600)*T

+(0.093104/3600*(T^2))-((6.210^-6)/3600)*(T^3))
Pada kasus ini nilai GMST=GAST karena perbedaan error antara selisih keduanya
diabaikan.
14.

Mencari nilai R1,R2,R3 berdasarkan nilai Xp,Yp, dan GMST


R2 = [cosd(-Xp) 0 -sind(-Xp); 0 1 0 ; sind(-Xp) 0 cosd(-Xp)]
R1 = [1 0 0 ; 0 cosd(-Yp) sind(-Yp); 0 -sind(-Yp) cosd(-Yp)]
R3 = [cosd(GMST) sind(GMST) 0;-sind(GMST) cosd(GMST) 0;0 0 1]

15.

Didapatkan nilai matrik S


S = R1*R2*R3

16.

Diperoleh koordinat CIS (system koordinat yang terikat langit)


CIS = [X;Y;Z]

17.

Diperoleh koordinat CTS (system koordinat yang terikat bumi)


CTS = S*N*P*CIS

18.

Hasil konversi CIS ke CTS selesai

BAB IV

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 16

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

HASIL DAN ANALISA


4.1 Hasil Premrograman

Screenshoot proses perhitungan konversi CIS ke CTS menggunakan MATLAB2008

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 17

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 18

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 19

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

Screenshoot hasil dari proses perhitungan CIS ke CTS di MATLAB2008

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 20

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 21

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 22

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

4.2 Analisa Hasil


Data yang diketahui pada pemrograman merupakan waktu sipil kemudian waktu tersebut
harus dikonversi terlebih dahulu ke waktu Julian date (JD) kemudian ke waktu JD2000 dan
mencari nilai MJD yang merupakan modifikasi dari penanggalan Julian.Waktu Julian yang telah
diperoleh dibentuk ke UT(Universal Time) agar waktu yang telah dimasukkan sesuai dengan
waktu Greenwich .
Proses perhitungan untuk mencari konversi CIS ke CTS melalui beberapa tahapan seperti
dijelaskan pada BAB III, pada perhitungan GMST dianggap sama dengan nilai GAST karena
GAST-GMST=E dimana E (error) diabaikan. HAsil akhir didapatkan matriks CIS dan CTS.

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 23

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1) CIS merupakan sistem koordinat referensi yang terikat langit, untuk mendeskripsikan
posisi dan pergerakan satelit.
2) CTS digunakan untuk mendeskripsikan posisi dan pergerakan titik dipermukaan bumi.
3) Hubungan antara CIS dan CTS dapat didapatkan dengan beberapa proses yang pada
akhirnya didapatkan persamaan XCTS = M. S. N. P. XCIS

4) Dengan data waktu yang dimasukkan 11 04 1995 pukul 05.00.00 dan nilai lintang dan
bujur didapatkan nilai CIS [0.6124 ; 0.3536; 0.7071] dan CTS [ -0.5313; 0.4670;0.7069]
5) Perhitungan menggunakanmatlab lebih mudah dan cepat dibandingkan perhitungan
dengan cara manual terutama mata kuliah geodesi satelit namun harus teliti dalam
penggunaanya.

Referensi

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 24

Laporan Konversi CIS (Conventional Invertial System) ke CTS (Conventional Terrestrial System) menggunakan MATLAB

Abidin Z Hasanuddin. Geodesi Satelit. PT Pradnya Paramita Jakarta : 2001.


Bashit Nurhadi dan Prasidya Sricandra Anindya. Matakuliah Sistem Penentuan Posisi

Dan Navigasi.Yogyakarta : 2014.


Seeber, Gunter. 2003. Satellite Geodesy: 2nd completely revised and extended edition .
New York: Walter de Gruyter.

Evasari Aprilia 3513 1000 04

Page 25

Anda mungkin juga menyukai