Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 2
1.2 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 PENGUJIAN AGREGAT ................................................................................................ 3
2.1.1 Analisa Saringan Aggregat Halus Dan Kasar............................................................ 3
2.1.2 Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus ...................................................... 20
2.1.3 Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar ...................................................... 24
2.1.4 Keausan Aggregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles .......................................... 27
2.2.Pengujian Aspal.............................................................................................................. 31
2.2.1 Penetrasi Bahan Bitumen......................................................................................... 31
2.2.2 Kehilangan Berat ..................................................................................................... 35
2.2.3 Titik Nyala Dan Titik Bakar .................................................................................... 37
2.2.4 Titik Lembek ........................................................................................................... 40
2.2.5 Berat Jenis Aspal ..................................................................................................... 43
2.2.6 Job Mix Formula ..................................................................................................... 46
2.2.7 Pemeriksaan Campuran Aspal Dengan Alat Marshall ............................................ 48
2.2.8 Tes Marshall ............................................................................................................ 53
3. PENUTUP............................................................................................................................ 54
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 54
3.2 Saran ............................................................................................................................... 54
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran jalan pada saat ini sangat penting karena merupakan prasarana infrastrukstur
yang menyangkut kehidupan masyarakat banyak. Jalan menghubungkan satu tempat dengan
tempat yang lainnya guna menunjang ekonomi, keamanan, dan segala aspek kehidupan
daerah tersebut. Apabila jalan yang merupakan penghubung antar daerah mengalami
kerusakan akibatnya akan menghambat kegiatan-kegiatan pada daerah tersebut. Oleh
karenanya diperlukan quality control terhadap material perkerasan jalan sebelum jalan
tersebut dibuat. Hal ini dimaksudkan agar jalan yang akan dibuat tahan lebih dari umur
rencana.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui kadar aspal optimum dari spesifikasi AC
2. Mengatahui quality control terhadap agregat dan aspal dari spesifikasi AC
BAB II PEMBAHASAN
(W -W )
1
2 100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .(1)
W
1
Keterangan :
W1 = Berat agregat sebelum penyaringan
W2 = Berat agregat setelah penyaringan
Menghitung modulus kehalusan
% berat tertahan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . (2)
100
Saringan
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2
1"
3/4"
1/2"
3/8"
No.4
No.8
No.30
No.50
No.100
No.200
Pan
Berat
Tertahan
(gram)
3
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
136,96
446,03
159,00
10,96
254,04
267,03
1274,00
Jumlah
Jumlah Berat
Tertahan (gram)
4
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
136,96
582,98
741,98
752,93
1006,97
1274,00
-
Jumlah
%
Tertahan
5
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
10,75
45,76
58,24
59,10
79,04
100,00
352,89
= 1274 gram
= 1262 gram
Jumlah
% Lolos
6
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
89,25
54,24
41,76
40,90
20,96
0,00
-
- Saringan Pan
582,98 gram
100%
1274 gram
= 45,76 %
Jumlah Berat Tertahan
100%
=
Jumlah Berat Tertahan
741,98 gram
100%
1274 gram
= 58,24 %
Jumlah Berat Tertahan
100%
- Pada saringan No.100 =
Jumlah Berat Tertahan
752,93 gram
100%
1274 gram
= 59,10 %
Jumlah Berat Tertahan
100%
- Pada saringan No.200 =
Jumlah Berat Tertahan
1006,97 gram
100%
1274 gram
= 94 %
Jumlah Berat Tertahan
100%
=
Jumlah Berat Tertahan
=
=
1274gram
100%
1274 gram
100 %
Saringan
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2
1"
3/4"
1/2"
3/8"
No.4
No.8
No.30
No.50
No.100
No.200
Pan
Berat
Tertahan
(gram)
3
0,000
0,000
0,000
105,340
1123,703
961,113
62,059
0,687
3,206
0,916
32,976
2290,000
Jumlah
Jumlah Berat
Tertahan (gram)
4
0,000
0,000
0,000
105,340
1229,043
2190,156
2252,215
2252,902
2256,108
2257,024
2290,000
-
Jumlah
%
Tertahan
5
0,00
0,00
0,00
4,60
53,67
95,64
98,35
98,38
98,52
98,56
100,00
647,72
Jumlah
% Lolos
= 2290 = gram
= 2273 = gram
6
100,00
100,00
100,00
95,40
46,33
4,36
1,65
1,62
1,48
1,44
0,00
-
- Saringan No.4
10
Jumlah
Jumlah Berat
Berat Tertahan
Tertahan
100%
100%
Jumlah Berat
Berat Tertahan
Tertahan
Jumlah
105,34 gram
100%
2290 gram
= 4,60 %
Jumlah Berat Tertahan
100%
=
Jumlah Berat Tertahan
1229,04 gram
100%
2290 gram
= 53,296 %
Jumlah Berat Tertahan
100%
=
Jumlah Berat Tertahan
=
2190,16 gram
100%
2290 gram
= 95,64 %
Jumlah Berat Tertahan
100%
=
Jumlah Berat Tertahan
=
2252,22 gram
100%
2290 gram
= 98,35 %
Jumlah Berat Tertahan
100%
=
Jumlah Berat Tertahan
=
2252,90 gram
100%
2290 gram
= 98,38 %
Jumlah Berat Tertahan
100%
- Pada saringan No.100 =
Jumlah Berat Tertahan
=
2256,11 gram
100%
2290 gram
= 98,52 %
=
11
2257,02 gram
100%
2290 gram
= 98,56 %
Jumlah Berat Tertahan
100%
=
Jumlah Berat Tertahan
=
2290 gram
100%
2290 gram
= 100 %
=
12
13
Saringan
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2
1"
3/4"
1/2"
3/8"
No.4
No.8
No.30
No.50
No.100
No.200
Pan
Berat
Tertahan
(gram)
3
0,000
0,000
24,854
2045,016
507,086
407,063
16,974
0,909
0,000
1,212
27,885
3031
Jumlah
Jumlah Berat
Tertahan (gram)
4
0,000
0,000
24,854
2069,870
2576,956
2984,020
3000,993
3001,902
3001,902
3003,115
3031,000
-
Jumlah
%
Tertahan
5
0,00
0,00
0,82
68,29
85,02
98,45
99,01
99,04
99,04
99,08
100,00
748,75
Jumlah
% Lolos
6
100,00
100,00
99,18
31,71
14,98
1,55
0,99
0,96
0,96
0,92
0,00
-
= 3022 gram
- Saringan 3/8
- Saringan No.4
14
- Saringan No.8
24,85 gram
100%
3031gram
= 0,82 %
Jumlah Berat Tertahan
100%
=
Jumlah Berat Tertahan
=
2069,87 gram
100%
3031gram
= 68,29 %
15
2576,96 gram
100%
3031gram
= 85,02 %
Jumlah Berat Tertahan
100%
=
Jumlah Berat Tertahan
=
2984,02 gram
100%
3031gram
= 98,45 %
=
3000,99 gram
100%
3031gram
= 99,01 %
Jumlah Berat Tertahan
100%
=
Jumlah Berat Tertahan
=
3000,99 gram
100%
3031gram
= 99,04 %
=
3003,11 gram
100%
3031gram
= 99,08 %
Jumlah Berat Tertahan
100%
=
Jumlah Berat Tertahan
=
3031 gram
100%
3031gram
= 100 %
=
16
17
( 1274 - 1262)
100% 0,94 %
1274
% berat tertahan
100
352,89%
3,53
100
Aggregat sedang :
% berat yang hilang
( 2290 - 2273 )
100% 0,74 %
2290
% berat tertahan
100
647 ,72%
6,48
100
Aggregat kasar :
% berat yang hilang
( 3031 - 3022)
100% 0,30%
3031
% berat tertahan
100
748,75%
7,49
100
18
2.1.1.7 Kesimpulan
1. Dalam proses penyaringan agregat terjadi pengurangan berat, hal ini disebabkan
karena pada saat penggetaran dengan vibrator butiran butiran yang terkecil bisa
keluar dari ayakan dan mudah tertiup oleh angin selain itu juga ada yang masih
tertinggal pada ayakan.
2. Syarat Mutu agregat menurut SK SNI S-04-1989-F, agregat halus harus mempunyai
modulus kehalusan (FM) antara 1,5-3,8. Sedangkan agregat kasar harus mempunyai
modulus kehalusan antara 6-8. Jadi, agregat yang digunakan baik halus maupun kasar
sudah memenuhi syarat.
3. Menurut BS (British Standart), syarat gradasi agregat halus adalah sebagai berikut :
Tabel 4 Syarat Gradasi Agregat Halus
Lubang Ayakan
(mm)
10
4,8
2,4
1,2
0,6
0,3
0,15
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Agregat halus yang digunakan tergolong Zone 3
4. Menurut BS (British Standart), syarat gradasi agregat kasar adalah sebagai berikut :
Tabel 5 Syarat Gradasi Agregat Kasar
Lubang
Ayakan
(mm)
40
20
12,5
10
4,8
Jadi dapat disimpulkan bahwa, agregat kasar masuk dalam kategori besar butiran
maksimum 20 mm.
19
B
k
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(3)
( B 500 Bt )
Berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry) ialah perbandingan
antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25C.
Berat jenis jenuh kering permukaan
500
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)
( B 500 - B t )
20
Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) ialah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering
pada suhu 25C.
Berat jenis semu
k
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5)
( B B Bt )
k
Penyerapan adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering, dinyatakan dalam persen.
Penyerapan
( 500 - B )
k 100%. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(6)
B
k
Keterangan :
Bk
Bt
500 = Berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh, dalam gram
2.1.2.3 Peralatan & Bahan
1. Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 kg;
2. Picnometer dengan kapasitas 500 ml;
3. Kerucut terpancung + batang penumbuk
4. Alat pemisah contoh;
5. Saringan No. 4 ( 4,75 mm );
6. Oven dilengkapi pengatur suhu 110 5 0 C
21
7 x 24 = 168 jam
Berat picnometer
161
gram
500
gram
658
gram
975
gram
491
gram
22
Bk
491 gram
2,68
( B 500 - Bt)
( 658 500 - 975 ) gram
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD)
500
500 gram
2,73
( B 500 - Bt )
( 658 500 - 975 ) gram
2,82
( B Bk - Bt)
( 658 491 - 975 ) gram
d. Penyerapan Air
500 - Bk
500 gram - 491 gram
100%
100% 1,83%
Bk
491 gram
2.1.2.7 KESIMPULAN
Berdasarkan SNI 03-1970-1990, berat jenis aggregat halus yang diijinkan yakni
minimal sebesar 2,5 dan penyerapan air maksimal sebesar 3 %. Dari hasil perccobaan
yang telah dilakukan, didapatkan hasil berat jenis aggregat kasar sebesar 2,73 dan
penyerapan air sebesar 1,83 %. Jadi jenis aggregat halus yang digunakan sudah
memenuhi persyaratan karena penyerapan air melebihi standart yang ditentukan
meskipun berat jenis aggregate halus sudah memenuhi persyaratan.
23
Berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry) ialah perbandingan
antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25C.
Bj
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(8)
( Bj - Ba )
24
Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) ialah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering
pada suhu 25C.
Bk
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(9)
( Bk - Ba )
Penyerapan adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering, dinyatakan dalam persen.
Bj - Bk
. 100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (10)
Bk
Keterangan :
Bk
Bj
Ba
25
7 x 24 = 168 jam
3355
gram
3427
gram
2125
gram
2,58
( Bj - Ba )
( 3427 - 2125) gram
2,63
( Bj - Ba )
( 3427 - 2125 ) gram
26
2,73
( Bk - Ba )
( 3355 - 2125 ) gram
d. Penyerapan Air
Bj - Bk
( 3427 - 3355 ) gram
100%
100% 2,15%
Bk
3355 gram
2.1.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan SNI 03-1969-1990, berat jenis aggregat kasar yang diijinkan yakni
minimal sebesar 2,5 dan penyerapan air maksimal sebesar 3 %. Dari hasil perccobaan
yang telah dilakukan, didapatkan hasil berat jenis aggregat kasar sebesar 2,63 dan
penyerapan air sebesar 2,15 %. Jadi jenis aggregat kasar yang digunakan memenuhi
persyaratan.
2.1.4.1 Tujuan
Tujuan umum
Dapat mengetahui dan memahami Keausan Aggregat
Tujuan khusus
1. Mampu menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Mampu melakukan perhitungan ketahanan aggregat terhadap keausan menggunakan
mesin abrasi Los Angeles
27
keausan
a b
100 %. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(11)
a
Keterangan :
a = Berat benda uji semula (gram)
b = Berat benda tertahan saringan no.12 (gram)
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
28
29
2500
gram
2500
gram
5000
gram
3857
gram
ab
100 %
a
5000 3804
100 %
5000
= 22,86 %
2.1.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan SNI 03-2417-1991, nilai keausan aggregat yang baik adalah maksimal
40 %. Pada praktikum yang telah dilakukan, diperoleh nilai keausan sebesar 22,86%.
Jadi, agregat masih cukup kuat untuk menahan gaya gesek yang diberikan terhadap
agregat tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh nilai keausan yang diperoleh tidak melebihi
nilai keausan maksimal yang ditentukan.
30
2.2.Pengujian Aspal
31
32
Temp. : .............
Pembukaan
contoh
Contoh dipanaskan
Mulai jam :
Selesai jam :
13.30
13.45
Mendinginkan
contoh
.
13.45
15.00
Mencapai suhu
pemeriksaan
15.00
15.40
Pemb. suhu
waterbath
Temp. : .............
Pemeriksaan
15.55
16.10
Pemb. suhu
Penetromer
Temp. : .............
(mm)
79
80
66
70
78
75
33
= (79 + 80 + 66 + 70 + 78 + 75) / 6
= 74,67 mm
2.2.1.7 Kesimpulan
1. Pada percobaan ini diperoleh nilai penetrasi aspal antara 60-80 mm. Jadi nilai
penetrasi aspal digolongkan sebagai Pen 60.
2. Berdasarkan SNI 06-2456-1991, penetrasi bahan bahan bitumen yang baik
digunakan untuk volume lalu lintas sedang atau tinggi dan daerah dengan cuaca iklim
panas (sesuai kondisi Indoensia) adalah pen 40/50 atau pen 60/70. Dari hasil yang
diperoleh dari praktikum, dapat disimpulkan bahwa, kualitas aspal tersebut dibawah
standart untuk digunakan di Indonesia.
3. Semakin tinggi nilai penetrasi aspal semakin jelek kualitas aspal.
34
2.2.2.1 Tujuan
Tujuan umum
Dapat mengetahui dan memahami metode pengujian kehilangan berat bahan aspal
Tujuan khusus
1. Mampu menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Mampu menentukan nilai kehilangan berat bahan aspal
(A-B)
x 100 % ..(12)
A
Keterangan :
A = Berat benda uji sebelum di oven
B = Berat benda uji setelah di oven
35
gram
gram
= 105,566
(A-B)
x 100 %
A
( 106 - 105,566 )
x 100 %
106
= 0,41 %
2.2.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan AASTHO M 20-70-1990, nilai kehilangan berat yang baik untuk penetrasi 60-70
adalah maksimum 0,8 %. Dalam praktikum yang sudah dilakukan, diperoleh nilai kehilangan
berat sebesar 0,41 %. Jadi, aspal memenuhi spesifikasi
36
2.2.3.1 Tujuan
Tujuan umum
Dapat mengetahui dan memahami titik nyala dan titik bakar bahan aspal
Tujuan khusus
1. Mampu menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Mampu mendapatkan titik nyala dan titik bakar bahan aspal dengan cleveland open
cup
urang kurangnya 5 detik pada suatu titik pada permukaan aspal. Titik nyala
dan titik bakar perlu diketahui untuk memperkirakan temperature maksimum pemanasan
aspal sehingga aspal tidak terbakar.
37
Waktu
56
1318'21"
198
52
18'30"
203
47
18'37"
208
41
18'49"
213
36
18'55"
218
26
19'04"
223
21
19'11"
228
16
19'20"
233
11
19'24"
238
19'30"
243
19'36"
248
titik nyala
38
2.2.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan standart SNI 06-2433-1991 titik nyala pada aspal ini termasuk dalam
aspal penetrasi 60, karena suhu minimum untuk aspal penetrasi 60 adalah 200. Sehingga
dapat disimpulkan aspal tersebut masuk pada penetrasi 60.
39
2.2.4.1 Tujuan
Tujuan umum
Dapat mengetahui dan memahami titik lembek aspal dan ter
Tujuan khusus
1. Mampu menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Mampu menentukan angka titik lembek aspal dan ter yang berkisar 300 C sampai
2000 C dengan cara ring and ball
40
41
Titik lembek 0C
II
II
60
60
29
33
120
120
29
37
180
180
30
41
240
240
32
46
300
300
35
52
360
38
420
42
480
47
540
52
No
2.2.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan SNI 06-2434-1991, aspal yang bagus adalah aspal yang memiliki nilai
titik lembek minimum 550 C. Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh titik
lembek sebesar 52 0C. Jadi dapat disimpulkan bahwa, aspal yang kami uji adalah aspal
yang berkualitas tidak bagus, karena nilainya berada dibawah standart.
42
(C-A)
..(13)
(B-A)-(D-C)
Keterangan :
43
80,26
gram
226
gram
116,99
gram
227,84
gram
(C-A)
(B-A)-(D-C)
( 116,99 - 80,26 )
( 226,00 - 80,26) - ( 227,84 - 116,99 )
1,05
44
2.2.5.7 Kesimpulan
Berdasarkan SNI 06-2441-1991, aspal yang bagus adalah aspal memiliki berat
jenis minimum 1. Dari hasil praktikum, diperoleh berat jenis aspal sebesar 1,05. Jadi,
aspal yang digunakan memenuhi standart.
45
Lolos
(%)
100,00
100,00
35
35,000
35,000
Agregat medium
Lolos
(%)
37
100,00
100,00
37,000
37,000
28,000
28,000
Hasil
100,000
spesifikasi
100
kontrol
100,000
100
ok
ok
ok
11,099
100,00
37,000
100,00
28,000
76,099
3/8"
99,18
31,71
75-100
5,243
95,40
35,298
100,00
28,000
68,541
60-85
ok
No.4
14,98
0,5425
46,33
17,142
100,00
28,000
45,685
38-55
ok
No.8
1,55
0,3465
4,36
1,613
89,25
24,990
26,950
27-40
ok
No.30
0,99
0,336
1,65
0,611
54,24
15,187
16,134
14-24
ok
No.50
0,96
0,336
1,62
0,599
41,76
11,693
12,628
9 -18
ok
No.100
0,96
0,332
1,48
0,548
40,90
11,452
12,332
5 -12
ok
No.200
0,92
6,402
28
ok
1/2"
No
1
2
3
4
5
0,000
1,44
MIX COMPONEN
Agregat Kasar 15-25mm (CA)
Agregat Kasar 10-15mm (CA)
Agregat Sedang 5-10mm (MA)
Agregat Halus 0-5mm (FA)
Abrasi
No
ASPHALT
1 Aspal Penetrasi
2 Berat Jenis
No
1
2
3
4
0,533
MIX PROPERTIES
Stabilitas
Marshall Quotient (kg/mm)
Rongga dalam Campuran (%)
Aspal Efektif (%)
20,96
5,869
PROJECT DESIGN
TRIAL
35
37
28
22,86
SPEC
SATUAN
max 40
%
%
%
%
%
74,67
1,05
60/80
>1,00
RESULT
1249,27
4,45
5,08
5,9
SPEC
550-1250
1,8 - 5
4,0 - 8,0
4,3 - 7,0
46
No
PENGUJIAN
HASIL
PENGUJIAN
SPECIFIKASI
SATUAN
Min
Max
Penetrasi
74,67
60
79
2
3
4
5
6
Daktilitas
Titik Nyala
Titik Lembek
Berat Jenis
Kehilangan Berat
160
248
52
1,05
0,4
100
200
48
1
-
58
0,4
0,1 mm
cm
celcius
celcius
gr/cc
%
47
48
49
Campuran
Kinematik
170 20
170 20
-
Saybolt furol
65 10
65 10
-
Pemadat
Engler Kinematik
280 30
280 30
25 3 -
Saybolt furol
140 35
140 35
-
Engler
40 5
B. Persiapan Campuran
1. Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gram, sehingga
menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 6,25cm 0,125cm (2,50,05).
2. Agegrat dipanaskan dengan wajan dengan suhu mencapai kira-kira 28 0C diatas suhu
pencampuran ( 150 0C ) untuk aspal panas, sedangkan untuk pencampuran aspal dingin suhu
14 0C dan diaduk hingga merata.
3. Panaskan aspal hingga mencair sehingga dapat dituangkan ke dalam agregat sebanyak
yang sudah ditentukan. Kemudian diaduk dengan cepat pada suhu yang sudah ditentukan
pada 13.1.4.A.(2) sampai agregat terlapisi oleh aspal denga merata.
C. Pemadatan Benda Uji
1. Cetakan benda uji beserta perlengkapannya dan permukaan
alat penumbuk
50
51
8. Setelah direndam 30 menit, benda uji dikeluarkan dari oven perendam kemudian
diletakkan pada segmen bawah kepala penekan .Sedangkan sebelah atas benda uji
dipasang segmen bagian atas. Keseluruhannya diletakkan pada alat penguji.
9. Arloji kelelehan (flow meter) dipasang pada kedudukannya, putar pengatur jarum
arloji kelelehan sampai menunjukkan angka nol . sementara selubung tangki arloji
(sleve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan ( breaking head ).
10. Kepala penekan beserta benda uji dinaikkan hingga menyentuh atau menempel alas
cincin penguji dengan memutar tombol up pada mesin penguji. Kedudukan jarum
arloji penekan diatur pada angka nol.
11. Pemberian beban terhadap benda uji dengan memutar tombol up pada mesin penguji.
Pembebanan terhadap benda uji dengan kecepatan yang tetap, yaitu 50mm/menit.
Pembebanan dikatakan maksimum apabila putaran jarum arloji penekan menunjukkan
gerak kebalikan arah. Selubung tangki arloji kelelahan pada segmen atas dari kepala
penekan, ditekan selama pembebanan berlangsung.
12. Apabila pembeban sudah mencapai maksimum, angka kelelehan dicatat yang
ditunjukkan oleh jarum arloji kelelehan. Begitu pula angka ketahanan dicatat yang
ditunjukkan oleh jarum arloji ketahanan. Lepaskan selubung tangki arloji kelelehan,
untuk mengeluarkan benda uji.
13. Waktu yang diperlukan saat diangkatnya benda uji dari rendaman air sampai
tercapainya beban maksimum melalui alat Marshall tidak boleh melebihi 30 detik.1.5
52
:
:
:
4
14 April 2015
13,85 Kg
Tabel 12. Data Praktiktikum Marshall
%
Aspal
No.
Benda
Uji
5%
5,263
5,50%
6%
5,000
1187,000
1213,000
702,000
511,000
2,323
5,820
5,500
1174,000
1195,000
688,000
507,000
6,383
6,000
1169,000
1194,000
689,000
6,50%
6,952
6,500
1163,000
1188,000
7%
7,527
7,000
1159,000
1182,000
2,350
10,559
88,270
2,316
2,336
11,578
505,000
2,315
2,323
683,000
505,000
2,303
677,000
505,000
2,295
1,171
11,730
90,014
87,529
0,893
12,471
12,626
87,038
0,335
2,309
13,608
86,131
2,295
14,605
85,376
1,171
49,000
678,650
678,650
550,000
0,012
92,839
0,893
48,000
664,800
691,392
650,000
0,010
12,962
97,415
0,335
47,000
650,950
676,988
329,000
0,020
0,260
13,869
98,122
0,260
47,000
650,950
676,988
565,000
0,012
0,019
14,624
99,868
0,019
45,000
623,250
648,180
640,000
0,010
53
MQ
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan terhadap bahan campuran untuk persyaratan Asphalt Concrete (AC),
maka dapat disimpulkan bahwa persyaratan bahan campuran telah memenuhi spesifikasi
teknis dengan kadar aspal optimum sebesar 5,8%. Dalam praktikum dapat disimpulkan aspal
yang digunakan dalam pengujian menggunakan aspal jenis pen 60/80
3.2 Saran
a. Selama praktikum pada proses tertentu seperti penimbangan dan penyaringan ayakan alat
kurang banyak sehingga harus menunggu giliran.
b. Faktor keselamatan kurang diperhatikan sehingga dalam praktikum kurang aman.
54