Anda di halaman 1dari 13

Periderm adalah jaringan pelindung yang dibentuk secara sekunder dan

menggantikan epidermis pada batang dan akar yang telah menebal akibat
pertumbuhan skunder. Hal itu tampak dengan jelas pada tumbuhan dikotil dan
gynospermae yang berkayu. Daun tidak menghasilkan periderm, kecuali pada
sisik pelindung istirahat . pada dikotil basah, terdaoat terutama dibagian tertua
pada batang dan akar. Pada beberapa dikotil ditemukan perider, pada monokotil
lain ditemukan jenis jaringan pelindung sekunder yang berbeda.
Pada waktu sebagian tumbuhan seperti daun atau ranting tanggal, periderm
terbentuk sepanjang permukaan yang terdedah. Pada luka, baik yang disebabkan
oleh mekanis maupun penyakit ataupun parasite, periderm amat penting dalam
perkembangan lapisan pelindung didekat jaringan yang luka atau mati itu. Pada
beberapa familia dikotil, periderm terbentuk dalam xilem dan disebut gabus
interxiler yang berperan dalam kematian batang pada tumbuhan annual secara
alami.
Istilah kulit kayu yang sering dipakai dalam istilah percakapan sehari-hari perlu
dinilai arti yang sebenarnya sehubungan dengan periderm yang merupakan
sebagian daripadanya. Kulit kayu adalah semua jaringan diluar cambium
pembuluh. Jadi, pada stadium pertumbuhan sekunder, kulit kayu mencakup floem
skunder, jaringan primer yang mungkin masih ada di sebelah luar floem
sekumder, serta periderm dan jaringan mati disebelah luar periderm. Namun, jika
tumbuhan masih ada pada stadium perimer, kulit kayu mencakup hanya floem
primer, korteks , dan epidermis. Pada akar perimer, istilah kulit kayu tidak
digunakan karena letak berkas floem bergantian dengan xylem.
Struk periderm
Periderm terdiri dari felogen ( cambium gabus ), yaitu meritem yang membentuk
periderm, felm (sering disebut gabus ), yakni jaringan parenkim yang dibentuk
oleh felogen kea rah dalam. Jaringan diluar periderm akan mati akibat sisipan
jaringan gabus ( felm ) diantara jaringan itu dengan jaringandibagian dalam yang
masih hidup.
Dibandingkn dengan kambium pembuluh , felogen terdiri dari satu macam sel
saja. Sel felogen memiliki vakuola dan dapat pula berisi kloroplas dan tanin pada
periode tertentu. Pada penampang melintang, sel felogen tersusun dalam lapisan
sel tangensial yang sinambung membentuk silinder ( juga disebut meristem lateral
) namun ada pula yang tidak sinambung karena terbentuk disejumlah tempat yang
bebeda disekeliling sumbu tumbuhan. Sel felogen memipih kearah tangensial dan
menebal kearah radial. Karena pembelahan periklinal, setiap pemula
menghasilkan deretan radial ke arah gabus diluar dank e arah feloderm disebelah

daalam. Pada penampang memanjang, sel pelogen berbentuk segi empat atau segi
banyak, kadang-kadang agak tidak teratur.
Sel gabus sering berbentuk hamper serupa prisma, namun pada penampang
tangensial agak kurang teratur. Susunan selnya rapat dan tidak beruang antar sel.
Diwaktu dewasa, sel tidak hidup, namun bias berisi kandungan cair atau padat,
ada yang berwarna, namun ada pula yang berpigmen. Ciri sel gabus adalah adnya
zat gabus ( suberin ) dalam dinding selnya. Suberin adalah senyawa berlemak dan
biasnya terdapat jelas sebagai lamella yang menutupi dinding selulosa yang
mungkin berlignin. Dinding sel gabus berbeda-beda tebalnya. Pada sel berdinding
tebal, lapisan selulosa berlignin terdapat dibagian lamella suberin yang tertanam
diantara dua lapisan selulosa.
Gabus yang digunakan sebagai gabus botol berdinding tipis dan lumen selnya
terisi udara. Gabus ini tak tembus air, tshan minyak, ringan, dan dapat digunakn
sebagai isolator dari suhu yang berbeda. Gabus dewasa berupa jaringan yang
dapat dimanfaatkan dan kenyal. Sifat gabus yang berharga itu, yakni tahan air dan
isolator suhu, menyebabkan gabus amat efektif untuk dipakai sebagai lapisan
pelindung permukaan tumbuhan. Jaringan mati yang terisolasi oleh periderm
menambah efek isolasi gabus.
Pada banyak spesies, felem terdiri dari sel bergabus dan sel tidak bergabus yang
disebut sel feloid. Sel bersuberin dapat memiliki dinding tebal atu tipis dan dapat
berdiferensiasi sebagai seklereid.
Sel feloderm menyerupai sel parenkim dan dapat dibedakan dari parenkim
korteks karena keberadaanya sesuai dengan deretan radial felem.
Poliderm
Pada familia seperti hypericaceae, mirtaceae, onagraceae, dan rosaceae, terdapat
pelindung bertekstur khusus pada akar dibawah tanah. Periderm terdiri dari
lapisan yang silih berganti satu lapisan sel yang sebagian bergabus, bergantian
dengan lapisan setebal beberapa sel yang tidak bergabus. Poliderm dapat menjadi
setebal 20 lapisan sel atau lebih, namun lapisan sel paling luar yang mati. Pada
bagian yang hidup, sel berfungsi sebagai penyimpan.
Ritidom
Periderm pertama pada sumbu pohon berlaku sebagai pelindung, tetapi hanya
pada masa sumbu itu memilik diameter. Karena jaringan pembuluh, terutama
xylem sekunder, bertanbah dengan cepat, maka diameter sumbu pohon juga
bertambah. Adanya tekanan dari arah dalam keluar perlu diimbangi oleh penutup

yang sesuai. Jadi, jaringan periderem yang ada tidak cukup luas sebagai penutup
sumbu. Penambahan jaringan disebelah dalam bahkan bisa mengakibatkan
keretakan pada periderm. Di saat itulah diprlukan dan terbentuk periderm baru
dalam jaringan hidup dibawah periderm pertama, sehingga untuk sementara waktu
periderm kedua memenuhi syarat sebagai lapisan pelindung sebagai pengganti
epidermis. Bila hal itu terjadi berulang kali, sementara periderm lama belum
seluruhnya tanggal, terdapat sejumlah lapisam periderm dipermukaan akar dan
batang. Bagian kulit kayu yang mati ini, yang terdiri dari jaringan terisolasi oleh
periderm dan lapisan peridermyang tidak aktif lagi, disebut ritidom. Pada semak,
pelepasan kulit kayu sebelah luar sering terjadi diwaktu dini dan ini mencegah
terjadinya ritidomyang tebal.
Perkembangan periderm
Periderm pertama pada batang dan akar biasnya tampak pada tahun pertama
pertumbuhanya. Periderm berikutnya terbentuk pada tahun yang sama atau pada
tahun berikutnya. Air, suhu, dan intensitas cahaya, semuanya mempengaruhi saat
terbentuknya periderm.
Periderm pertama pada batang umumnya terbentuk di lapisan sel subepidermal
seperti pada populous. Tetapi kadang-kadang terbentuk dalam epidermis seperti
pada Nerium oleander, Solanum dulcamara, dan Quercus suber. Pada beberapa
spesies, periderm pertama terbentuk lebih di dalam, yakni dalam floem primer.
Pada kebanyakan akar, periderm terbentuk dalam perisikel. Namun, ada juga yang
membentuk periderm pertama di dekat permukaan sepert pada akar beberapa
macam pohon dan tanaman basah menahun ( perennial ) yang memakai korteks
sebagai penyimpan cadangan makanan. Periderm berikutnya terbentuk secara
berturut-turut ditempat lebih dalam dan akhirnya terbentuk dalam parenkim floem
skunder, termasuk dalam jari-jari empulurnya.
Felogen pertama dapat merupakan silinder yang sinambung namun, juga dapat
terbentuk dibeberapa tempat terpisah dahulu dan baru kemudian meluas hingga
merupakan silinder penuh. Periderm umumnya tampak sebagai lapisn tidak
sinambung, bahkan saling menimpa. Lapisan lengkung sepeti bentuk kulit kerang
itu terbentuk dibawah retakan periderm. Periderm berikutnya juga mungkin
berupa lingkaran penuh atau sedikitnya sebagian lingkaran.
Sel yang akan memebelah menghasilkan felogen dapat berupa epidermis,
pwrenkim subepidermal atau kolenkim, parenkim perisikel, atau parenkim floem
skunder, termasuk jari-jari empulur floem. Mungkin saja pembelahan awal terjadi
pada sel berkloroplas atau bertanin atau pada sel kolenkim. Pada saat akan

membelah membentuk felogen, kloroplas berubah menjadi leukoplas, benda


ergastik menghilang, dan penebalan sel berhenti.
Pembentukan felogen diawali oleh pembentukan periklinal. Sel menjadi
meristematik, kehilangan vakuola, sitoplasma bertambah. Dengan mulainya
pembelahan, pati dan tanin lambat laun hilang dari sel yang memilikinya. Setelah
pembelahan pertama, terbentuk dua sel yang sama besar. Sel sebelah dalam
mampu terus membelah, namun tidak melaksanakanya, dan dianggap sebagai sel
feloderm. Sel sebelah luar membelah periklinal, mengasilkan dua sel. Sel luar
berdiferensiasi menjadi sel gabus, sedangkan sel sebelah dalam menjadi sel
pemula felogen dan terus membelah. Kadang-kadang sel gabus dan sel felogen
terbentuk setelah pembelahan pertama berlangsung dan feloderm tidak terbentuk.
Selain itu, pembelahan anticlinal juga terjadi sehingga untuk sementara waktu
periderm mengimbangi pembesran sumbu disebelah dalamnya. Jumlah lapisan
felm biasnya lebih banyak dari lapisan feloderm.
Pembentukan peloderm lanjut berlangsung melalui dua cara. Pada pertumbuhan
periderm pertamanya dalam lapisan dalam seperti pada vitis, periderm berikutnya
biasanya berbentuk silinder utuh seperti yang pertama. Pada tumbuhan yang
periderm pertamanya berkembang dalam epidermis atau lapisan korteks sebelah
luar seperti pada pinus, periderm tambahanya berkembang dalam bentuk sisik.
Jaringan pelindung pada monokotil
Pada monokotil jarang sekali terbentuk periderm seperti pada dikotil. Roystonea
adalah contoh monokotil yang membentuk periderm seperti dikotil. Pada
batangnya yang permukaannya rata dan warnanya keputihan terbentuk periderm
keras yang tetap bertahan selama pertumbuhan pohon. Pada kebanyan monokotil,
epidermis tetap berpungsi dank arena itu tidak berganti. Lapisan itu mengandung
suberin dan sklerifikasi tanpa didahului pembelahan sel. Pada monokotil berkayu
terdapat cara pembelahan yang khusus, sel parenkim subepidermal yang berada
pada posisi yang lebih dalam membelah periklinal beberapa kali, pada sel hasil
pembelahan itu terbentuk suberin dalam dindingnya. Deretan sel dengan perilaku
seperti itu tampak bertingkat-tingkat dan sebab itu dinamakan gabus bertingkat.
Periderm luka
Terjadinya luka merangsang berlangsungnya urutan peristiwa metabolic. Respons
sitologis yang mengiringinya akan menutup luka jika disertai kondisi yang baik.
Penyembuhan luka merupakan peroses perkembangan yang memerlukan sintesis
DNA dan protein.

Pada dasarnya, periderm alami dan periderm luka sama asalnya dan
pertumbuhannya dan dapat memiliki unsur sel yang sama. Periderm alami
berkembang dibawah permukaan yang tertutup oleh epidermis yang berkutikula.
Sejalan dengan itu, pembentukan periderm luka di dahului oleh penutupan
permukaan yang terdedah, oleh jaringan bekas luka ( birat ). Jaringan itu
mencakup jaringan mati ( jaringa yang terkena nekrosis ) dipermukaan dan sel
hidup dibawahnya yang kemudian bersuberin dan berlignin serta membentuk
lapisan penutup. Felogen luka terbentuk dibawahnya dan jika gabus dihasilkan,
maka jaringan mati akan terangkat keluar. Perkembangan periderm dengan baik
dan berhasil amat penting dalam peraktek hortikultur, yakni disaat perlu
memotong bagian tanaman untuk memperbanyaknya ( seperti pada kentang, ubi
jalar ). Kondisi lingkungan amat memperngaruhi perkembengan periderm luka.
Kemampuan untuk membentuk periderm sebagai respons terhadap serangan
parasite dapat membedakan tumbuhan resistem dari yang peka.
Dari aspek histologi penyembuhan luka, ada perbedaan dalam kelompok
tumbuhan yang berbeda pula. Pada umumnya monokotil kurang responsif
terhadap luka disbanding dengan dikotil. Pada monokotil tertentu penyembuhan
luka meliputi terbentuknya lapisan penutup dan periderm luka. Pada monokotil
lain tidak terdapat periderm luka.
Reaksi luka terjadi jika periderm terlepas sampai lokasi sel hidup dibawahnya. Sel
yang terdedah akan mati, namun dibawahnya muncul periderm baru. Sifat ini
digunakan dalam memperoduksi gabus komersial dari Quercus suber. Gabus
pertama yang bermutu rendah dilepaskan sampai lapisan felogen, dan felogen
baru yang terbentuk dibawah bekas luka akan embentuk jaringan gabus bermutu
baik dalam jumlah yang besar.
Aspek luar kayu sehubungan dengan setruktur
Pada lapisan yang berbeda, tampak luar batangnya pun berlaianan. Perbedaan
tersebut diakibatkan oleh cara periderm tumbuh, struktur felm, serta sifat dan
jumlah jaringa yang dipisahkan dari batang oleh periderm. Jadi tampak luar
batang ditentukan oleh ritidomnya, dan dapat berperan dalam taksonomi. Jika
periderm hanya terdapat didekat permukaan dan lapisan felmnya tipis, maka
permukaan batang akan rata. Namun, felm yang berjumlah banyak dan padat
biasanya retak dan beralur. Jika peroduksi gabus setiap tahun terjadi di beberapa
tempat yang terpisah, maka ditempat itu lapisan gabus luar mengelupas sehingga
ritidomtamapak bersisik.
Atas dasar pembentukan ritidom dibedakan jenis kulitkayu bersisik dan kulit kayu
cicin. Sisik terjadi jika periderm berkembang dalam lapisan terbatas dan saling

menimpal, masing-masing membentuk sisik yang terdiri dari jaringa. Contohnya


pinus, pyrus. Kulit kayu cincinkurang lazim ditemukan dan merupakan hasil
pembentukan periderm konsentris secara berturut-turut.
Kehadiran jaringa non periderm memberi ciri yang khas. Jika tidak ada serat,
maka kulit kayu memecah menjadi bersisik-sisik,pada kulit kayu yang beserat
terjadi pemisahan berbentuk jala.
Lentisel
Lentisel adalah sebagian periderm yang felogen lebih aktif daripada periderm di
tempat lain dan menghasilkan jaringan yang berbeda dengan felem, banyak
mengandung ruang antar sel. Felogen inti sel juga memiliki ruang antar sel, dan
sinambung dengan felogen periderm disebelahnya. Karena susunannya terbuka,
lentisel dianggap sebagai setruktur yang memungkinkan udara masuk lewat
periderm.
Lentisel umum ditemukan pada periderm batang dan akar. Ukurannya berkisar
antara yang kecil yang hamper tak kasat mata sampai yang sepanjang satu senti
meter.lentisel tersusun dalam deretan atau ditemukan sendiri-sendiri secara
terpisah.
Felogen sinamabung dengan felogen periderm disampingnya, namun agak
melengkung kedalam sehingga tampak bertempat lebih dalam. Jaringan
rengggang yang terbentuk oleh felogen lentisel kea rah luar adalah jaringan
pengisi atau pelengkap. Jaringan yang terbentuk kearah dalam disebut feloderm.
Pada dikotil dibedakan tiga jenis lentisel. Yang pertama yang paling sederhana
dan memiliki jaringan pengisi terdiri dari sel bersuberin. Jaringan ini terlihat
cukup kompak dan memperlihatkan lapisan tumbuh. Jaringan pengisi yang yang
berdinding tipis itu terbentuk diwaktu dini, sedangkan jaringan pengisi berdinding
tebal dan lebih kompak berkembang kemudian.
Lentisel jenis kedua terdiri dari sekumpulan sel yang tersusun renggang tidak
bersuberin yang diakhir musim tumbuh diikuti pembentukan lapisan sel
bersuberin yang lebih kompak.
Jenis ketiga menunjukan spesialisasi tertinggi. Jaringan pengisi berlapis-lapis
karena jaringan renggang tidak bersuberin tersusun bergantian secara teratur
dengan jaringan kompak bersuberin. Jatinga kompak membentuk lapisan penutup,
masing-masing setebal beberapa sel jaringan ini menahan jaringan renggang yang
juga beberapa sel tebalnya.

Lentisel pertama sering ditemukan dibawah stomata. Sel parenkim dibawah


stomata membelah-belah, kemudian felogen mendorong sel disebelah luar ke arah
luar dan merusak epidemis. Pada lapisan gabus yang amat tebal, seperti gabus
Quercus suber yang digunakan untuk membuat gabus botol, lentisel dapat berupa
saluran. Dalam hal ini penyayatan gabus botol dari lapisan gabus harus dilakukan
dengan cermat sehingga saluran pada sumbat botol terletak tegak lurus sumbu
botol yang disumbat.
STRUKTUR SEKRESI
Pada tumbuhan, peristiwa sekresi umum ditemukan. Yang dimaksud dengan
sekresi adalah peristiwa pemisahan sejumlah zat dari protoplas atau isolasinya
dalam sebagian protoplas. Zat yang disekresikan berupa ion berlebih yang
dipisahkan dalam bentuk garam, kelebihan hasil asimilasi dikeluarkan sebagai
gula, ataupu senyawa dalam dinding sel. Zat yang disimpan dalam dinding sel
atau diprmukaanya antara lain zat seperti lignin, suberin, kutin, dan malam. Selain
itu juga termasuk senyawa yang merupakan hasil akhir atau bukan merupakan
hasil akhir metabolism, namun tidak dapat digunakan atau hanya separuh yang
dapat digunakan secara fisiologi (alkaloid, tanin, terpen, harsa, bermacam
Kristal ). Tercakup pula zat yang memiliki fungsi fisiologis sesudah disekresikan.
Pemisahan dan pembuangan zat yang tidak turut dalam metabolisme sel kadangkadang disebut ekskresi. Namun, dalam tumbuhan tidak dapat dibuat pemisahan
tajam antara seksresi dan eksresi, sebab sel yang sama menghimpun berbagai zat
sebagian berupa produk sisa, yang lain berupa bahan yang dipakai kembali. Selain
itu, peran khusus sebagian besar zat yang disekresikan, tidak diketahui. Oleh
karena itu, dalam tulisan ini istilah sekresi dipakai dalam arti luas yang mencakup
sintesis, pemisahan, dan pembebasan lahan yang terspesialisai secara fungsional
atau dimaksudkan untuk disimpan atau dieksresikan. Jadi, seksresi meliputi baik
pelepasan bahan dari sel maupun akumulasi sekret kedalam satu bagian sel.
Peristiwa sekresi dalam tumbuhan biasanya ditunjukan pada rambut kelenjar,
nektarium, saluran harsa, dan latisifer. Namun, perlu disadari bahwa kegiatan
sekresi terjadi dalam semua sel hidup dan menjadi bagian metabolism normalnya.
Peristiwa sekresi menunjukan berbagai tahap penimbunan zat dalam organel dan
vakuola, yakni dalam mengarahkan enzim yang terlibat dalam sintesis dan
penguraian bagian sel, dalam pertukaran bahan antarorganel, dan dalam peristiwa
pengangkutan antar sel.
Sekret yang dihailkan oleh suatu kelenjar amat beragam. Beberapa kelenjar
mensekresikan zat hidrofilik, sementara kelenjar lain seperti kelenjear minyak,
melepaskan zat lipofilik. Struktur ultra kedua macam kelenjar seperti itu

menunjukan bahwa sekresi zat hidrofilik terjadi seiring dengan kehadiran


sejumlah besar mitokondria, reticulum endoplasma, atau diktiosom. Pada kelenjar
minyak tampaknya sekresi berkaitan dengan penguraian protoplas yang semula
padat. Diktiosom yang kelihatan menonjol dalam sekresi polisakarida, bahan
pectin, dan lender, tampaknya tidak terlibat dalam sekresi terpenoid.
Cara sel membuat sekret belum banyak diketahui. Jika sekret dibawa keluar oleh
diktiosom, maka bagian diktiosom tersebut sampai kea rah luar protoplas karena
adanya penyatuan pesikula denga plasmalema. Setelah itu, dianggap bahwa bahan
keluar melalui dinding. Jika yang disekresikan berupa molekul kecil, dianggap
bahwa molekul itu langsung bergerak melalui plasmalema dan dinding. Pelaluan
ini bersifat pasif jika dikendalikan oleh perbedaan konsentrasi dan bersifat aktif
jika memerlukan energy hasil metabolism. Diperensiasi sel menjadi sel transfer
dengan pembentukan tojolan dinding sebelah dalam dapat terjadi pada sel yang
mensekresikan zat hidrofilik, misalnya dalam kelenjar yang mensekresikan garam
atau karbohidrat. Pada rambut kelenjar, minyak atsiri sering berkumpul diantara
dinding sel dan kutikula. Kemudian kutikula rusak dan membentuk minyak
dibawahnya.
Struktur kelenjar sekresi dapat dibagi menjadi struktur kelenjar sekresi luar yang
terdapat dipermukaan tumbuhan dan struktur kelenjar sekresi dalam, yang berada
didalam tumbuhan.
Struktur kelenjar skresi luar
Dalam kelompok ini terdapat struktur sederhana, misalnya, sekelompok sel
epidermis yang bersekresi atau rambut berkelenjar yang dibangun oleh sel
epidermis atau bersama sel dibawah epidermis. Rambut sering memiliki kepala
bersel satu atau banyak, dengan tangkai rambut yang tidak bersekresi. Pada
mentha, rambut pensekresi minyak mengeluarkan tetesan bahan osmiofilik dalam
sitoplasma. Pada rambut gatal urtica urens, pada rambut yang membengkak
tertanam dalam sel epidermis yang sedikit menonjol diatas permukaan. Bagian
atas rambut menyerupai tabung kapiler halus yang ujungnya membulat. Jika
rambut menyentuh kulit, misalnya ujung yang membulat itu patah sepanjang batas
yang telah ditetapkan lebih dahulu serta meninggalkan tepi yang tajam. Tepi ini
segera menembus kulit dan tekananpada bagian yang membengkak memaksa
cairan masuk kedalam luka yang terjadi. Pada kelenjar lavandula vera, sekret
disimpan dahulu diantara kutikula dan dinding luar sel sebelum dibebaskan. Pada
kelenjar dengan sel yang bulat mirip mutiara yang terdapat pada anggur , bagian
epidermis yang menutupi sel sekresi memiliki stoma terbuka yang memungkinkan
pelepasan sekret keluar..

Pada pembuluh insetivora seperti pinguicula, kelenjar bertangkai menghasilkan


bahan berlendir, dan kelenjar tidak bertangkai (sesil) menghasilkan enzim
proteolitik. Cairan yang mengandung enzim disekresikan diatas prmukaan daun
dengan dirangsang oleh bahan bersifat nitrogen yang terperangkap pada
permukaan itu. Penelitian dengan autoradiografi menggunakan protein berlabel
menunjukan bahwa kelenjar sesil juga berfungsi dalam menyerap makanan yang
tercerna. Kelenjar garam terdapat pada atriplex. Sebagian ion yang terbawa arus
transfirasi dialirkan melalui sitoplasma dan plasmodesmata ke sel hidup berbentuk
gelembung yang melekat pada epidermis. Pada sel gelembung, ion disekresikan
kedalam vakuola sentral yang besar. Setelah rambut rebah, garam tertinggal diatas
permukaan daun dengan mensekresikan kelebihan garam. Sesuai dengan hal itu,
maka susunan garam yang disekresikan bergantung pada komposis garam dari
lingkungan akar. Kebanyakan tunas muda pada tumbuhan berkayu membentuk
rambut kelenjar yang bersel banyak, yakni koleter. Rambut koleter menghasilkan
zat perekat yang menyelinap diantara sisik tunas serta menyelimuti tunas. Pada
saat tunas tumbuh dan mekar, rambut dan sekretnya biasanya mongering dan
lepas. Kelenjar seperti itu nampaknya memberi lapisan pelindung bagi tunas
istirahat.
Nektarium
Berbeda dengan kelenjar garam, nektarium mensekresikan cairan gula. Pada
kelenjar garam, sumber bahan yang disekresikan adalah arus transpirasi,
sedangkan pada nektarium sumbernya adalah xylem dan floem.
Nektarium terdapat pada bunga dan disebut nektarium floral, namun juga terdapat
diluar bunga dan dinamakan nektarium ekstra floral. Nektarium floral membentuk
permukaan yang bersifat kelenjar dan ditemuan pada daun kelopak, daun
mahkota, benang sari, bakal buah, ataupun pada dasar bunga. Nektarium
ekstrafloral terdapat pada batang, daun, daun penumpu, dan tangkai bunga.
Jaringan sekresi mungkin terbatas pada epidermis, namun bisa juga mencakup
beberapa lapisan dibawahnya. Disebelah luar, jaringan sekresi ditutup oleh
kutikula. Didekat jaringan sekresi terdapat jaringan pembuluh. Ada jaringan yang
erat antara jumlah floem dalam jaringan pembuluh yang memasok nektarium
dengan gula dalam nectar. Jika jumlah floem lebih banyak, maka kadar gula
dalam nektar bisa mencapai 50% dan sebaliknya, jika xylem yang lebih bnyak,
maka kadar gula hanya sebanyak 8%. Bahan dari floemtidak langsung
disekresikan, melainkan ditransformasi dulu dengan bantuan enzim. Nektarium
yang dipasok oleh jaringa pembuluh yang mengandung banyak xylem dianggap
bertahapan secara fisiologis dengan hidatoda.

Sel sekresi pada nektarium menujukan sitoplasma padat, dan vakuola kecil, dan
sering memuat tanin. Adanya mitokondria dalam jumlah besar dengan krista yang
berkembang baik menunjukan bahwa sel berespirasi secara intensif. Jumlah
reticulum endoplasma banyak dan jumlah maksimum tercapai ketika nektar
disekresikan.
Osmofor
Bau harum yang dihasilkan bunga biasanya berasal dari zat yang mudah
menguuap seperti minyak atsiri yang tersebar pada epidermis sebagian perhiasan
bunga. Namun, pada beberapa tumbuhan, bau harum itu berasal dari kelenjar
khusus yang dinamakan osmofor. Contoh osmofor terdapat pada cercopegia,
aristolochia, dan spesies araceae dan orchidaceae. Suatu wilayah pada bagian
bunga dapat berdiferensiasi menjadi osmofor, berupa jaringan yang terspesialisasi
bagi sintesis dan sekresi zat berbau harum, terutama terpen yang mudah menguap.
Pada spartium junceum,misalnya osmofor terdapat pada sayap bunga
papilionideae. Pada beberapa spesies araceae yang menghasilkan bau tak sedap,
mirip baud aging busuk, osmofor menghasilkan ammonia disamping terpen.
Pada osmofor, jaringan sekresi mencakup beberapa jenis sel. Pengeluaran sekret
yang menguap itu berlangsung singkat dan berkaitan dengan penggunaan bahan
cadangan dalam jumlah yang besar. Jaringanya kompak dan mengandung aringan
pembuluh atau mengandung ruang antar sel. Minyak yang dihasilkan biasanya
segera menguap, namunjuga tampak sebagai tetesan.
Hidatoda
Pada hidatoda, air dikeluarkan oleh daun kepermukaanya. Proses ini disebut
gutasi. Hidatoda merupakan bagian daun yang termodifikasi, biasanya terdapat
pada tepi atau ujung daun, tempat air yang dibebaskan oleh xylem mencapai
permukaan daun. Dari trakeid, air melewati epitema, yakni mesofil termodifikasi,
dan meninggalkan daun melalui pori di epidermis. Pori itu sering berupa stoma
yang tidak mampu melebarkan atau menyempitkan celahnya. Epitel bisa berupa
parenkim bebas klorofil yang mungkin mempunyai ruang antar sel banyak atau
lebih kompak. Sel epitema dapat pula berubah menjadi sel transfer.
Hasil penelitian menunjukan bahwa gutasi berfungsi dalam pengeluaran zat hara
mineral jika transpirasi tertekan. Bahan terlarut akan terserap sewaktu air gutasi
bergerak keatas, mungkindibantu oleh sel transfer. Hasil gutasi dapat melukai
tumbuhan jika terjadi peningkatan akumulasi atau konsentrasi atau lewat
intraksinya dengan pestisida.
Struktur kelenjar sekresi dalam

Sel sekresi
Sel sekresi sering tampak sebagai sel tersepesialisasi yang tersebar diantara sel
yang kuran tersepesialisasi. Dalam hal seperti iru, sel sekresi disebut idioblas. Sel
sekresi dapat berukuran lebih besar, atau bahkan memanjang sehingga leih cocok
disebut kantung atau tabung. Sel-sel ini dapat digunakan sebagai ciri taksonomi.
Beberapa familia seperti lauraceae, magnoliaceae, simarubaceae, dan winteraceae
memiliki sel sekresi berisi zat bersifat minyak. Sel tersebut lebih besar
dibandingkan dengan parenkim sekelilingnya dan terdapat pada parenkim dasar
dan dalam jaringan pengangkut pada batang dan daun. Beberapa familia dikotil
mengandung sel berharsa da nada juga yang mengandung lendir. Sel lendir sering
mengandung Kristal rafida. Sel berisi enzim mirosinase ditemukan pada
capparidaceae, brassicaceae, dan resedaceae. Sel merosindapat memanjang dan
dapat juga bercabang. Tanin sering terdapat dalam jumlah besar dan selnya juga
membesar. Sel tanin seringkali membentk system yang saling berkaitan dan saling
bersosialisasi dengan jaringan pengangkut. Senyawa tanin dalam dalam sel tanin
teroksidasi menjadi felobafen coklat sampai merah kecoklatan yang mudah dilihat
dengan mikroskop.
Kadang-kadang sel berkristal pun dicakup dalam idioblas bersekresi, misalnya
litosis, yakni sel berisi sistolit. Contoh sistolit terdapat pada daun ficus elastic.
Sistolit merupakan struktur yang bahan dindingnya termasuk selulosa dan kalosa
yang menyatu dengan kalsium karbonat.
Ruang sekresi dan saluran sekresi
Ruang dan saluran sekresi terbentuk dengan melarutnya sel, disebut ruang lisigen
atau dengan pemisahan sel, disebut ruang sizogen. Lisigen dan sizogen dapat pula
bersama-sama berperan dalam membentuk ruang atau saluran sekresi. Pada ruang
sekresi lisigen, sekret terbentuk dalam sel yang akhirnya rusak dan membebaskan
zat kedalam rongga yang terjadi karena kerusakan itu. Disepanjang tepi rongga
mungkin masih ditemukan sel yang baru rusak sebagian.
Rongga sekresi sizogen biasanya dilapisi oleh sel utuh, seperti pada embrio
eucalyptus. Kelenjar terjadi akibat pemecahan satu sel epidermis yang
berdiferensiasi menjadi sel epitel dan sel pembalut. Beberapa sel pembalut dapat
berupa sel subepidermis. Pada waktu biji berkecambah, sel epitel berpisah satu
sama lain dan mensekresikan minyak kedalam rongga antar sel yang terbentuk.
Contoh saluran sizogen yang terkenal adalah saluran harsa pada coniferae. Pada
dikotil terdapat pula saluran seperti itu, disebut saluran gum. Dari segi struktur,

saluran harsa pada coniferae terdiri dari ruang antar sel yang panjang, dilapisi oleh
sel epitel yang menghasilkan harsa.
Bila dilihat dengan mikroskop electron, sel epitel pada pinus berisi plastid dengan
sedikit tilakoid dan dikelilingi oleh sisterna reticulum endoplasma. Tetesan
osmiofilik tampak pada stroma plastida, dalam pembungkus plastid, dalam
sisterna di reticulum endoplasma, dan dikedua sisi plasmalema. Sifat tetesan
osmiofilik itu serupa dengan harsa. Penyebaran tetesan dalam sel mungkin
menunjukan tempat pembentukan dan cara harsa bermigrasi dari sel kedalam
saluran.
Ruang dan saluran seekresi dapat juga terbentuk akibat luka, namun sulit
dibedakan dari yang terbentuk secara normal.
Latisifer
Latisifer adalah sel atau sejumlah sel dalam deretan memanjang yang saling
berhubungan, berisi lateks, yaitu cairan yang rumit susunanya. Sebagaimana
struktur kelenjar sekresi lain, latisifer pun merupakan tempat pengumpulan zat
seperti terpen dan harsa dan sebab letisifer itu disebut kelenjar eksresi. Namun
dapat ditemukan pula enzim, sehingga letisifer termasuk juga kelenjar sekresi.
Asal pembentukan latisifer bisa sederhana, bisa juga majemuk. Latisifer sederhana
merupakan sel tunggal, sedangkan latisifer majemuk berasal dari sejumlah sel
dalam deretan memajang. Pada taraf perkembangan berikutnya sel dalam deretan
memanjang tersebut akan saling berhubungan karena larutnya sebagian atau
seluruh dinding ujung sehingga terjadi satu saluran yang panjang. Adanya sisasisa ujung dinding masih menunjukan batas sel asal. Penampakan seperti itulah
alas an pemakaian nama latisifer beruas bagi latisifer majemuk yang terdiri dari
banyak sel ini. Sebaliknya, latisifer sederhana adalah latisifer tak beruas dan
terdiri dari satu sel saja. Kedua latisifer ini dapat bercabang atau tidak bercabang,
dan bisa terjadi anastomosis ataupun tidak. Anastomosis terjadi jika dinding
lateral dari dua latisifer yang berdampingan berada dalam posisi berimpitan,
larutanya sebagian dinding yang berimpitan itu mengabitkan terjadinya pori yang
menghubungkan kedua latisifer. Latisifer dapat ditemukan di berbagai tempat
dalam tumbuhan. Namun, dapat pula terbatas pada floem. Latisifer beruas
ditemukan juga dalam jaringan baru akibat diferensiasi sel pada jaringan baru itu
menjadi latisifer, ditempat pertemuanya dengan latisifer lama.
Latisifer tidak beruas berkembang menjadi sel tunggal dalam embrio seperti pada
nerium oleander, dan turut tumbuh memasuki jaringan yang baru dibentuk oleh
meristem apeks. Pertumbuhanya merupakan kombinasi antara pertumbuhan
koordinasi dan pertumbuhan intrusive pada ujung selnya. Pada tumbuhan yang

memiliki pertumbuhan sekunder, latisifer juga mampu berkembang dan masuk


kedalam jaringan sekunder. Pada waktu sel memanjang, inti membelah berulang
kali sehingga sel berinti banyak. Sering latisifer tidak beruas mampu menembus
kambium pembuluh dan mempertahankan kesinambunganya seiring dengan
penambahan jaringan ketika terjadi pertumbuhan skunder. Pada euphorbia,
latisifer tidak beruas yang bercabang biasanya berada disebelah luar silinder
pembuluh. Cabang meluas ke korteks dan kadang-kadang juga masuk empulur
lewat daerah interfasikular. Cabang minor lebih kecil daripada latisifer utama.
Latisifer tidak beruas tak bercabang terdapat misalnya dalam floem primer vinca
dan cannabis dan nampaknya tidak terdapat pada jaringan skunder. Ketika lateks
terbentuk protoplas masih hidup namun beberapa sel mengalami autolysis dalam
proses pembentukanya itu.
Latisifer beruas pada caricaceae tidak hanya terdapat pada floem, namun juga
pada xylem. System latisifer pada hevea brasiliensis yang terdapat dalam floem
sekunder menghasilkan karet. Anasmotosis terjadi diantara latisifer tegak.
Bersatunya protoplas sel yang menyusun latisifer beruas menyebabkan latisifer
berinti banyak.
Cairan lateks berbeda-beda penampakannya dan susunannya. Sering cairan itu
serupa susu, namun dapat juga bening dan tidak berwarna, coklat atau oranye.
Diantara zat yang umum ditemukan adalah terfenoid, contohnya karet. Politerpen
ini ditemukan dalam jumlah besar pada hevea brasiliensis yang menjadi sumber
karet niaga dan ficus elastika. Karet dan politerpenlain ditemikan sebagai partikel
kecil dalam sitoplasma atau dalam vesikula kecil yang dianggap vakuola. Pada
latisifer yang lebih dewasa, partikel dilepas dalam vakuola besar. Zat lainjuga
terdapat dalam cairan vakuola seperti alkaloid, gula, malam, protein, enzim,
Kristal, tanin, dan pati yang sering berbentuk khas.
Vakuola yang beragam ukuranya itu merupakan bagian dari suatu kerangka.
Tampak bahwa vakuola terbentuk sebagai pelebaran sisterna dari retikulim
endoplasma atau sebagai vesikula dari diktiosom. Vesikula latisifer atau vakuola
mengandung enzim hidrolisis yang khas bagi lisosomdan dapat berlaku sebagai
vakuola autofagik yang mengakibatkan pencernaan intrasel dari sebagian
sitoplasma. Kegiatan itu mengakibatkan penumpukan sejumlah zat sitoplasma
dalam vakuola seperti asam sitrat, fofor, dan beberapa anion, dan mungkin juga
enguraian partikelpoliterpen.
Latisifer terdapat pada sejumlah familia, antara lain euphorbiaceae, asteraceae,
dan moraceae.

Anda mungkin juga menyukai