Derajat Keasaman Tanah
Derajat Keasaman Tanah
setelah melapuk karena dapat meningkatkan nilai pH. Jika menggunakan bahan
organik segar, sebaiknya diberi masa inkubasi yang cukup dengan tanah, berkisar
antara 4-6 minggu untuk menghindari reaksi memasamkan tanah. Di daerah
pegunungan dengan suhu rendah, pemberian bahan organik segar terkadang malah
diperlukan untuk meningkatkan suhu tanah.
Nilai pH Tanah
Nilai pH merupakan ciri kimia tanah, menjadi faktor sangat penting dalam
menentukan kesuburan tanah karena ketersediaan unsur hara bagi tanaman sangat
berkaitan dengan nilai pH. Semakin tinggi nilainya berarti semakin asam tanah
tersebut. Populasi dan kegiatan mikroorganisme di dalam tanah juga sangat
dipengaruhi oleh tingkat keasaman tanah. Pengukuran nilai pH dapat dengan
berbagai cara, yaitu menggunakan kertas lakmus, pH meter dan pH tester.
Pada tanah asam (pH rendah), tanah didominasi oleh ion Al, Fe, dan Mn. Ion-ion ini
akan mengikat unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman, terutama unsur P
(fosfor), K ( kalium), S (sulfur), Mg (magnesium) dan Mo (molibdenum) sehingga
tanaman tidak dapat menyerap makanan dengan baik meskipun kandungan unsur
hara dalam tanahnya banyak. Pada kondisi ini, derajat keasaman tanah bernilai < 7.
Selain ion-ion Al, Fe, dan Mn mengikat unsur hara, ion-ion tersebut juga meracuni
tanaman. Pada tanah asam, kandungan unsur mikro seperti seng (Zn), tembaga
(Cu) dan kobalt (Co) juga tinggi sehingga meracuni tanaman. pH netral bernilai 7,
pada kondisi ini kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air sehingga tanaman
dapat dengan mudah menyerap unsur hara. Pada tanah basa dengan nilai derajat
keasaman (pH) >7 unsur P (fosfor) akan banyak terikat oleh Ca (kalsium), sementara
unsur mikro molibdenum (Mo) berada dalam jumlah banyak. Unsur Mo pada tanah
basa menyebabkan tanaman keracunan.
Pengukuran pH Tanah
Pengukuran nilai pH diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian kapur
pertanian pada tanah masam atau bernilai pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran
dapat dilakukan dengan berberapa cara, yaitu mengunakan kertas lakmus, pH tester
dan pH meter. Pengukuran bisa secara diagonal maupun zigzag asal sudah
mewakili. Tentukan beberapa titik sampel yang akan diukur pH-nya secara acak,
setelah itu dilakukan pengukuran lalu dihitung rata-ratanya.
Kertas Lakmus
Siapkan wadah berisi air secukupnya, ambil sampel tanah yang akan diukur pH-nya.
Kocok hingga bercampur rata. Ambil lapisan atas campuran tersebut dan pindahkan
ke wadah yang baru. Pengambilan bisa menggunakan pipet tetes atau jarum suntik.
Masukkan kertas lakmus ke dalam wadah terakhir. Kemudian cocokkan warna kertas
lakmus dengan warna standar yang menunjukkan angka keasaman tanah (nilai pH).
Jika kertas lakmus berwarna biru berarti tanah bersifat basa, sedangkan kertas
lakmus berwarna merah berarti tanah bersifat asam.
pH Meter
Tentukan beberapa titik sampel secara acak, misal 10 atau 20 titik tergantung luas
lahan yang akan diukur. Basahi permukaan tanah yang akan diukur pH-nya sampai
jenuh (kapasitas lapang). Tancapkan pH meter, tunggu beberapa saat. Jarum akan
bergerak perlahan sampai akhirnya berhenti (stabil). Angka pada kondisi ini
merupakan nilai pH. Lakukan untuk semua titik sampel, kemudian ambil rata-ratanya.
pH Tester
Alat pH tester terdiri dari 1 botol kecil cairan kimia penguji tingkat keasaman, cawan
porselen tempat pengujian, dan kartu pengamatan perbandingan skala pH dengan
warna indikator. Cara menentukan nilai pH menggunaakn pH tester hampir sama
dengan menggunakan kertas lakmus. Hanya saja cairan tanah yang bening
dipisahkan dari tanah, kemudian diteteskan pada cawan porselen. Pada cairan tanah
tersebut ditambahkan 2 tetes cairan kimia dan diaduk rata. Tunggu beberapa saat
lalu amati warnanya. Cocokkan warna yang ditimbulkan dengan kartu pengamatan
perbandingan skala pH.
MENETRALKAN pH TANAH
Derajat keasaman tanah pada kondisi netral mempunyai banyak keuntungan.
Tanaman mampu tumbuh dengan baik sehingga produksinya dapat optimal.
Tanaman mampu menyerap unsur hara dengan baik karena pada kondisi ini unsur
hara mudah larut dalam air terutama sekali unsur makro P (fosfor) tidak terikat oleh
unsur Al, Fe, dan Mn sehingga unsur P (fosfor) pada kondisi tersedia. Unsur P
(fosfor) tersedia ini sangat dibutuhkan tanaman terutama pada fase pertumbuhan
awal. Pembentukan akar menjadi sempurna. Penyerapan unsur K (kalium) juga
sempurna sehingga tanaman tahan terhadap serangan hama penyakit dan tahan
terhadap
kekeringan.
Pada tanah dengan pH rendah (tanah asam) dapat ditingkatkan nilai pH-nya dengan
cara pengapuran, sedangkan pada tanah basa (pH tinggi), penetralan pH dapat
dilakukan dengan penambahan belerang (S).
Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada pH 67, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara akan mudah
larut dalam air.
2. Derajat pH dalam tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur
yang bersifat racun bagi tanaman. Jika tanah masam akan banyak
ditemukan unsur alumunium (Al) yang selain meracuni tanaman juga
mengikat phosphor sehingga tidak bisa diserap tanaman. Selain itu
pada tanah masam juga terlalu banyak unsur mikro yang bisa
meracuni tanaman. Sedangkan pada tanah basa banyak ditemukan
unsur Na (Natrium) dan Mo (Molibdenum)
3. Kondisi pH tanah juga menentukan perkembangan mikroorganisme
Setelah kita mengukur pH tanah dan telah kita ketahui keasamannya lalu apa yang akan
kita perbuat pada tanah kita tersebut?
Jika pH tanah yang kita ukur tadi tidak sesuai harapan kita tentunya kita akan mencoba
mengubah pH tanah tersebut sesuai dengan yang kita harapkan. Sebenarnya setiap
tanaman memerlukan pH tertentu yang spesifik untuk pertumbuahnnya yang optimal,
akan tetapi pH tanah yang ideal untuk semua jenis tanaman pangan, perkebunan dan
hortikultura di Indonesia adalah antara 6 sampai 7. Jika pH tanah kita sudah
menyimpang dari kisaran tersebut maka segeralah mengatasinya. Sebagai contoh jika
pH tanah dibawah 6 itu berarti tanah masam dan jika lebih dari 7 berarti basa.