A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Acara Isotherm Sorpsi Lembab (ISL) adalah
menentukan sifat isotherm sorpsi lembab suatu bahan pangan, mempelajari pola
kurva isotherm sorpsi lembab suatu bahan pangan dan menentukan persamaan
kurva ISL berdasarkan persamaan GAB.
B. Tinjauan Pustaka
Menurut Muchtadi dkk (2010), air di dalam bahan pangan terdapat dalam 3
bentuk yaitu air bebas yang terdapat di permukaan benda dan mudah menguap,
air terikat secara fisik yaitu air yang terikat menurut sistem kapiler, atau air
adsorpsi, misalnya air yang terdapat di jaringan tanaman atau air di antara
struktur molekuler, serta air terikat secara kimia yaitu kristal, air polat, dan air
terikat dalam sistem dispersi. Air yang terdapat dalam bentuk bebas dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan bahan pangan baik secara mikrobiologis
maupun enzimatis. Dalam hal ini dapat digunakan pengertian aktivitas air (Aw)
untuk menentukan kemampuan air dalam proses-proses kerusakan pangan.
Isotherm sorpsi lembab suatu produk makanan menunjukkan hubungan antara
kadar air keseimbangan dari pangan dengan tekanan uap air atau kelembaban
relatif keseimbangannya pada suhu tertentu. Dimana mencakup proses adsorpsi
dan desorpsi molekul-molekul air pada suhu tetap. Proses adsorpsi merupakan
mobilitas molekul air dari keadaan bebas ke keadaan terikat dalam bahan,
sedangkan proses desorpsi merupakan mobilitas molekul air dari keadaan terikat
ke keadaan bebas (Reo, 2010).
Stabilitas produk pangan kering ditentukan oleh dua faktor utama, yakni:
kelembababan relatif kesetimbangan (RHs)/aktivitas air (aw) tempat penyimpanan
dan kadar air kesetimbangan bahan pangan (Me). Adanya hubungan interaksi
kedua faktor tersebut pada suhu penyimpanan bahan dikenal sebagai kurva isoterm
sorpsi air (ISA). Metode yang digunakan dalam penentuan kurva isoterm sorpsi air
bahan pangan adalah gravimetri, manometri dan higometri, gravimetri adalah
metode yang paling banyak digunakan. Dengan metode gravimetri, perubahan
kadar air sampel diamati secara periodik menggunakan bejana tertutup yang berisi
larutan garam jenuh dengan nilai aw tertentu. Penggunaan larutan garam jenuh
dapat mempertahankan RHs secara konstan selama jumlah garam yang digunakan
masih di atas tingkat jenuh. Pada penyimpanan produk pangan kering, kadar air
bahan cenderung cepat mengalami peningkatan ketika disimpan pada kondisi RHs
yang relatif tinggi. Oleh karenanya kadar air kesetimbangan dan kadar air kritis
lebih cepat tercapai pada penyimpanan dengan kondisi RHs yang relatif tinggi.
Karakteristik isoterm sorpsi air produk pangan kering menunjukkan pola
perpindahan molekul air diantara bahan pangan dengan lingkungan penyimpanan
pada nilai RHs tertentu.Dengan demikian, baik proses penyerapan maupun
pelepasan air mempengaruhi perubahan struktur penyusun bahan. Perubahan
tersebut penting dipelajari mengingat faktor-faktor lingkungan seperti kelembaban
relatif dan suhu pada lokasi penyimpanan yang berbeda memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap karakteristik sorpsi bahan (Widowati dkk., 2010).
Tepung, sebagai bahan baku pangan semi basah perlu ditentukan kadar air
kesetimbangan menggunakan kurva isotherm sorpsi air. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Oyelade dkk. (2008) bahwa bahan pangan setelah diolah mempunyai
sifat yang sangat higroskopis, yaitu dapat menyerap air dari udara di sekelilingnya
dan sebaliknya dapat melepaskan sebagian air yang terkandung di dalamnya ke
udara. Sifat-sifat ini dapat digambarkan dengan kurva isotherm sorpsi air (ISA).
Kurva isotherm sorpsi air (ISA) menyatakan hubungan antara kadar air (basis
kering) bahan dengan kelembaban relatif (relative humidity/RH) atau aktivitas air
pada suhu tertentu. Moisture sorpsi isotherm dapat ditunjukkan dalam bentuk
kurva isotherm sorpsi yang khas pada setiap bahan. Beberapa penelitian tentang
karakteristisasi tepung dan pati jagung telah dilakukan, antara lain sifat gelatinisasi
tepung danpati jagung putih (Aini dan Hariyadi, 2010; Aini dkk., 2010), sifat
kimia dan sifat fisik (Sandhu dkk., 2007; Chanvrier dkk., 2005). Kebanyakan
laporan tersebut membahas tentang karakter kimia, fisik atau profil reologi tepung
jagung. Belum banyak di antara penelitian-penelitian tersebut yang membahas
tentang tepung jagung dalam hubungannya dengan karakter isotherm sorpsi
air.Peneltian tentang kurva isotherm sorpsi air yang ada antara lain pada tapioka
oleh Adebowale dkk. (2007) yang menyatakan bahwa beberapa varietas tapioka
memiliki pola isotherm sama. Kurva isotherm sorpsi air penting untuk pendugaan
waktu pengeringan, pengemasan dan kemantapan bahan selama penyimpanan.
Menurut Al-Muhtaseb dkk. (2002), kurva isotherm sorpsi air sangat berperan
dalam pengeringan makanan, terutama untuk memprediksi umur simpan makanan
yang mempunyai kadar air rendah.Model-model persamaan isotherm sorpsi air
yang ada antara lain Langmuir, BET (Brunauer-Emmett-Teller), Henderson, GAB
(Guggenheim- Anderson-deBoer) dan lain-lain (Furmaniak dkk., 2009). Masingmasing model mempunyai kesesuaian, seperti hanya berlaku pada daerah
kelembaban relatif tertentu, pendekatannya satu arah yaitu adsorpsi atau desorpsi
dan tidak seluruh model dapat diterapkan pada bahan pangan (Moraes dkk., 2008).
Diantara persamaan tersebut yang paling sering digunakan untuk memprediksi ISA
pada bahan pangan adalah model BET dan GAB. Informasi tersebut diharapkan
bermanfaat
untuk pengembangan
dapat
hasil
perhitungan
masing-masing
model
dan
kadar
air
kecil digunakan untuk menentukan umur simpan. Tekanan uap air jenuh pada suhu
30C adalah 31,824 mmHg (Labuza, 1982 dalam Sugiyono dkk., 2011).
Ketika makanan pada kelembaban konstan, akan terjadi keseimbangan
pada kadar air akhir yang disebut kelembaban keseimbangan. Dengan memberikan
perlakuan
produk
mengembangkan
ke
apa
berbagai
yang
kelembaban
disebut
kurva
relatif,
seseorang
keseimbangan
dapat
kelembaban
mereka
mencapai
keseimbangan.
Berikut
beberapa
aktivitas
sampai batas tertentu. Peningkatan laju reaksi bervariasi dari 30% sampai 300%
untuk setiap kenaikan 10 C suhu (Sewald dan DeVries. 2014).
Menurut Labuza (1984); Berg dan Bruin (1985) dalam Diosady dkk.
(1996), persamaan Guggenheim-Anderson-de Boer (GAB), merupakan model
teoritis yang paling baik untuk menentukan fenomena penyerapan air dalam
bahan pangan. Beberapa penelitian penggunaan model GAB untuk mengevaluasi
sorpsi air pada bahan pangan telah dilakukan. Peng dkk. (2007) menyatakan
bahwa penggunaan model GAB untuk mengevaluasi isotherm adsorpsi dan
desorpsi lembab pada pati jagung menunjukkan model GAB dapat digunakan
untuk bahan makanan dengan kisaran aw yang lebar (0,05 0,95) degan nilai
modulus deviasi relative (E) kurang dari 10% (Wariyah dan Supriyadi, 2011).
C. Metodologi
1. Alat
a. Desikator
b. Pinset
c. Sendok kecil
d. Cawan aluminium
e. Neraca analitik
f. Oven
g. Toples
2. Bahan
a. Tepung millet putih
b. Tepung kacang hijau
c. Garam (LiCl, MgCl2, KCl, Mg(NO3)2, NaNO2, K2SO4, K2CO3, NaCl)
3. Cara Kerja
Garam
Aw
Ka Seimbang
.
1
LiCl
0,113
3,64
2
MgCl2
0,321
6,12
3
K2CO3
0,436
7,03
4
Mg(NO3)2
0,499
7,84
5
NaNO2
0,628
9,02
6
NaCl
0,749
13,43
7
KCl
0,830
16,57
8
K2SO4
0,967
25,42
Sumber: Laporan Sementara
Menurut Labuza (1984), sorpsi isotermis air adalah kurva yang
menghubungkan kadar air dengan aktivitas air suatu bahan pada suhu tertentu.
Sorpsi isotermis sangat penting dalam merancang proses pengeringan, terutama
dalam menentukan titik akhir pengeringan serta meramal perubahan-perubahan
yang mungkin terjadi terhadap bahan makanan selama bahan tersebut disimpan
(Septianingrum, 2008). Kurva isotherm sorpsi air (ISA) menyatakan hubungan
antara kadar air (basis kering) bahan dengan kelembaban relatif (relative
humidity/RH) atau aktivitas air pada suhu tertentu. Moisture sorpsi isotherm
dapat ditunjukkan dalam bentuk kurva isotherm sorpsi yang khas pada setiap
bahan (Aini dkk, 2014).
Isotherm sorpsi lembab ialah adanya hubungan interaksi waktor aktivitas
air atau kelembaban air dengan kadar air setimbang dalam bahan pangan yang
disajikan dengan kurva melengkung. Metode yang digunakan dalam penentuan
kurva ISL ialah gravimetri dengan mengetahui kadar air sampel pada toples kaca
tertutup dengan larutan garam yang jenuh. Penggunaan larutan garam jenuh
dapat mempertahankan RHs secara konstan selama jumlah garam yang
digunakan masih di atas tingkat jenuh.Pada penyimpanan sampeltepung beras,
kadar air cenderung cepat mengalami peningkatan ketika disimpan pada kondisi
kelembaban yang relatif tinggi. Hal ini karena pola perpindahan molekul air
diantara tepung beras dengan lingkungan penyimpanan atau toples kaca pada
nilai RH tertentu (Widowati dkk., 2010).
Kadar air setimbang ialah keadaan air dengan kondisi RH yang relatif
tinggi, bahan pangan mengalami perpindahan molekul air dengan cepat untuk
menyeimbangkan kondisi lingkungan. Hal ini terjadi proses penyerapan maupun
pelepasan air yang mempengaruhi perubahan struktur dari bahan. Jenis-jenis
garam yang dijadikan sebagai larutan jenuh untuk menjadikan RH lebih tinggi
juga
berpengaruh
terhadap
kecepatan
dan
karakteristik
sorpsi
bahan
yang
paling
berbeda
pertama
menunjukkan
rendah tetapi lereng menurun dari keseluruhan aktivitas air berkisar sedangkan
dalam kasus kedua, kemiringan awal kecil dari kadar air aktivitas air petak
meningkat dari seluruh jajaran aktivitas air. Tipe II dapat dipahami sebagai
kombinasi dari tipe I dan III; tipe I pada aktivitas air yang lebih rendah dan tipe
III pada aktivitas air yang lebih tinggi. Jenis IV dan V merupakan modifikasi dari
jenis II dan III, masing-masing. Modifikasi terdiri dalam mekanisme yang sama
dengan yang ada di tipe I ditumpangkan pada mekanisme dimodifikasi pada
kegiatan air yang tinggi (Blahovecdan Yanniotis, 2010).
Dari kurva ISL tersebut, dapat diketahui karakteristik bahan yang ingin
diketahui.
Setelah
itu,
ditentukan
persamaan
kurva
dengan
model
Kurva ISL Foodbars Tepung Millet Putih dan Tepung Kacang Hijau
30
25
20
KA kesetimbangan (%db)
15
10
5
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
Aw
Gambar 4.1 Kurva ISL Foodbars Tepung Millet Putih dan Tepung Kacang Hijau
Pembuatan kurva ISL menggunakan metode termogravimetri. Kurva dibuat
dari data kadar air seimbang foodbars tepung millet putih - tepung kacang hijau
dan aktivitas air (aw) yang diperoleh dari hasil praktikum, seperti pada tabel 4.1
dan selanjutnya diplot ke grafik dengan menggunakan persamaan polinomial
pangkat tiga. Grafik hubungan aktivitas air (aw) dan kadar air akan menghasilkan
kurva isotherm soprsi lembab (kurva ISL) dengan aw sebagai sumbu x dan kadar
air seimbang sebagai sumbu y. Adapun persamaan matematis kurva ISL
foodbars tepung millet putih dan tepung kacang hijau yang didapatkan adalah:
y = 66,36 x3 72 x2 + 33,15 x + 0,727
dan bentuk grafik ISL tepung millet putih dan tepung kacang hijau berbentuk
sigmoid (memiliki 2 lengkungan), yang merupakan bentuk khas dari kurva
isotherm tipe II. Pada kurva terdapat dua lengkungan, pada aw 0,321 dan pada aw
0,749.
Kurva ISL Foodbars Tepung Millet Putih dan Tepung Kacang Hijau
0.08
Kurva ISL Foodbars
Tepung Millet Putih dan
Tepung Kacang Hijau
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
Gambar 4.2 Kurva ISL Foodbars Tepung Millet Putih dan Tepung Kacang Hijau
Setelah kurva ISL ditentukan, berikutnya data dihitung menggunakan
persamaan Guggenheim-Anderson-deBoer (GAB). Menurut GAB (GuggenheimAnderson-deBoer), kadar air pada aw tertentu dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
GAB
0.08
0.07
0.06
0.05
Aw/Ka
GAB
0.04
Polynomial (GAB)
0.03
0.02
0.01
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
Aw
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Acara IV Isotherm Sorpsi
Lembab adalah sebagai berikut:
1. Nilai aw dan kadar air seimbang berbanding lurus, sehingga semakin
tinggi nilai aw maka semakin tinggi nilai kadar air seimbang
2. Kurva isotherm sorpsi lembab foodbars tepung millet dan tepung kacang
hijau berbentuk sigmoid (memiliki 2 lengkungan) dan memiliki
persamaan kurva:
y = 66,36 x3 72 x2 + 33,15 x + 0,727
3. Kurva Guggenheim-Anderson-deBoer (GAB) yang dihasilkan memiliki
persamaan polinomial y = -0,170x2 + 0,191x + 0,010.
DAFTAR PUSTAKA
Widowati, Sri; Heti Herawati; Rizal Syarief; Nugraha Edhi Suyatma Dan Hendra Adi
Prasetia. 2010. Pengaruh Isoterm Sorpsi Air Terhadap Stabilitas Beras
Ubi. J.Teknol. Dan Industri Pangan, Vol. Xxi No. 2 Th. 2010
LAMPIRAN