PSIKOLOGI KELUARGA
A. Pendahuluan
Pembahasan poligami merupakan salah satu pembahasan
yang tidak pernah kehilangan peminatnya. Terlebih, baru-baru ini di
Indonesia dihebohkan oleh pelaksanaan poligami oleh salah seorang
mubaligh kondang Tanah Air, Abdullah Gymnastiar (Aa Gym). Pro dan
kontra terus mengalir dalam menanggapi praktek poligami Aa Gym,
hingga akhirnya merembet ke pembahasan untuk mempertimbangkan
kembali undang-undang no:10 tahun: 1983 tentang pelarangan praktek
poligami.
Ternyata,
berdasarkan
jajak
pendapat,
60%
suara
jika
kita
kembali
menelusuri
sejarah,
praktek
hukum
poligami,
paling
tidak
pernah
mendengarnya.
telah disahkan oleh agama Islam. Hukum ini merupakan kejelasan fikih
Islam (dzaruruyaatul-fiqh) yang tidak bisa diganggu gugat oleh
siapapun. Hanya saja, dari sisi prakteknya, mayoritas kaum Hawa
termasuk kaum muslimah sendiri- merasa gerah dan keberatan. Kita
selalu berharap, mudah-mudahan kebencian terhadap praktek
poligami tidak mengarah kepada kebencian terhadap hukum itu
sendiri. Karena jika demikian, secara tidak langsung berarti kita telah
membenci terhadap Penetap hukum poligami tersebut, Allah swt.
Tentu saja anti terhadap praktek poligami yang disebabkan oleh
penyalahgunaan oknum -seperti yang telah terjadi pula pada kasus
nikah mutah- tidak secara otomatis meniscayakan kebencian terhadap
hukum Allah. Jelas bahwa problem yang ada bukan berasal dari Islam,
akan tetapi berasal dari oknum yang mengaku telah melaksanakan
ajaran
Islam,
jelas
dengan
salah
dalam
memahami
atau
Sebagai
misal,
sebuah
obyek
hukum
akan
berkaitan
dengan
hukum-hukum
yag
lain
(mubah,
terdapat
kemaslahatan
dan
hikmah
dibalik
poligami.
empat, ini akan menjadi tanda tanya buat sebagian orang. Padahal
jawabannya sudah jelas, berdasarkan kaidah ushul fikih pula, jika
perintah datang setelah larangan menunjukkan boleh (Jaiz), bukan
wajib atau haram.
Poin lain yang menarik dari ayat tadi, ayat itu langsung
mengisyaratkan tentang poligami dengan mengatakan: Nikahilah,
dua, tiga, dan empat, baru hanya satu istri saja jika terdapat rasa
khawatir (takut) tidak dapat berlaku adil. Sekilas, seakan yang sangat
dasar dalam hukum Islam adalah ber-poligami, bukan ber-monogamy.
Hal itu dikarenakan satu istri (monogami) merupakan hak semua
manusia, dan tentu semua dapat menerimanya, tidak ada seorangpun
yang akan menggugatnya. Oleh karenanya praktek monogami tidak
dijelaskan kembali dalam ayat al-Quran tersebut, karena sudah badihi
[aksiomatis].
D. Syarat-Syarat Poligami
Pada pokoknya pasal 5 UU Perkawinan menetapkan syaratsyarat yang harus dipenuhi bagi suami yang akan melakukan poligami,
yaitu:
a. adanya persetujuan dari istri;
b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluankeperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka (material);
c. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri
dan anak-anak mereka (immaterial).
(taklif bimaa laa yuthoq)? Bukankah hal itu berarti Allah swt telah
melakukan perbutan sia-sia dan tidak proposional (zalim) terhadap
kaum lelaki? Tentu jawabannya sudah sangat jelas, Allah swt tidak
mungkin melakukan hal tersebut. Lantas, keadilan yang bagaimana
yang disyaratkan dalam praktek poligami, dan keadilan mana yang
sama sekali diluar batas kemampuan manusia? Keadilan yang telah
disyaratkan dalam poligami adalah keadilan yang bersifat lahiriyah,
seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan dan lainnya
yang bersifat primer maupun sekunder. Namun harus diingat bahwa
keadilan bukan berarti harus sama.
Dalam banyak kasus hal itu terbukti kebenarannya. Karena tidak
mungkin menyamakan fasilitas hidup istri yang memiliki tiga anak
dengan istri yang hanya memiliki satu anak.
Adil adalah memberikan haknya sesuai dengan kelayakan
penerimanya
atau
menempatkan
sesuatu
pada
tempatnya.
perusak
rumahtangga
orang?
Apakah
seorang
wanita
kebutuhan
biologis
atau
perempuan
pada
tertentu
dapat
usia
materi
saja?
mengalami
Bukankah
monopouse
tubuh
perempuan
lebih
kuat
dibanding
laki-laki
dalam
(dard-e-del),
pelindung
dan
sebagainya.
Yang
menjadi
untuk berlaku adil, lantas masihkah kita marah jika disebut egois?
Tidakkah kita layak disebut egois ketika kita ingin memiliki teman
hidup, teman curhat, dan sekaligus pelindung, sementara wanita lain
dilarang untuk mendapatkan hak-haknya tersebut, walau melalui cara
poligami yang diperbolehkan Allah swt, Tuhan kita semua?
Dampak yang umum terjadi terhadap istri yang suaminya
berpoligami:
a. Timbul perasaan inferior, menyalahkan diri sendiri, istri merasa
tindakan suaminya berpoligami adalah akibat dari ketidakmampuan
dirinya memenuhi kebutuhan biologis suaminya.
b. Ketergantungan secara ekonomi kepada suami. Ada beberapa
suami memang dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya. Tetapi
seringkali pula dalam prakteknya, suami lebih mementingkan istri
muda dan menelantarkan istri dan anak-anaknya terdahulu.
Akibatnya istri yang tidak memiliki pekerjaan akan sangat kesulitan
menutupi kebutuhan sehari-hari.
c. Hal lain yang terjadi akibat adanya poligami adalah sering
terjadinya kekerasan terhadap perempuan, baik kekerasan fisik,
ekonomi, seksual maupun psikologis.
d. Selain itu, dengan adanya poligami, dalam masyarakat sering
terjadi nikah di bawah tangan, yaitu perkawinan yang tidak
dicatatkan pada kantor pencatatan nikah (Kantor Catatan Sipil atau
Kantor Urusan Agama). Perkawinan yang tidak dicatatkan dianggap
tidak sah oleh negara, walaupun perkawinan tersebut sah menurut
suami/istri
menjadi
rentan
terhadap
penyakit
F. Penutup
Praktek poligami tidak mungkin dilarang. Berdasarkan hikmah
Ilahi, pasti akan terdapat efek samping yang lebih bahaya dari sekedar
pelarangan tersebut. Dengan ditiadakan poligami niscaya akan muncul
problem sosial dan praktek mesum illegal.
Penyalahgunaan hukum, pada dasarnya yang salah bukan
hukum itu sendiri, akan tetapi oknumnya. Islam dengan jelas telah
membolehkan poligami, dengan syarat-syarat yang tertentu. Masalah
syarat berlaku adil sangat ditekankan sekali bahkan syarat utama
dalam ber-poligami. Syahid Ayatullah Muthahari ra menuliskan;
terdapat sabda Rasul saww -yang telah disepakati oleh semua
mazhab dimana beliau bersabda: Barang siapa yang memiliki dua istri
sedangkan ia tidak berlaku adil diantara keduanya, maka di hari kiamat
ia akan dibangkitkan dalam keadaan sebelah badannya terseret
terputusnya
hubungan