BAB V
PEMASANGAN INSTRUMEN SAFETY GUARDS BERLAPIS :
TANGKI AMONIA
Consequences
Amonia cair yang masuk ke dalam
Handling
Tangki dipasangi dengan
amonia cair ke
tangki penyimpanan
tidak terkontrol?
meminimalisir terjadinya
tekanan di dalam
tangki meningkat?
2. Bagaimana jika
3. Bagaimana jika
sistem refrigerasi
mengalami
kerusakan atau
gangguan?
kondisi desain.
Tangki dilengkapi dengan
temperature controller,
sehingga apabila temperatur
dalam tangki naik (lebih
besar dari -33C), sensor
akan memerintahkan valve
output amonia ke HE-02
untuk menutup karena
amonia yang mengalir
merupakan campuran uapcair yang dapat
menyebabkan kavitasi pada
4. Bagaimana jika
pressure controller
rusak?
pompa.
Tangki dilengkapi dengan
semakin meningkat
seperti semula.
Gas amonia dijerap oleh
valve dilepas
scrubber,
langsung ke
lingkungan?
scrubber gagal?
7. Bagaimana jika
tangki mengalami
kebocoran?
atau overpressure
meminimalkan
terjadinya kebocoran.
- Pemasangan sprinkler
yang akan
menyemprotkan air ke
seluruh bagian tangki
amonia, sehingga gas
amonia akan larut dalam
air.
- Pembangunan tanggul
untuk menampung air
yang mengandung
amonia agar tidak
mengalir ke sektor lain
dan mencemari
lingkungan.
Berdasarkan identifikasi hazard yang telah dilakukan pada Daftar I, maka safety
guard yang perlu dipasang pada alat ini ditunjukkan pada Gambar 2 di bawah ini.
Berdasarkan penjelasan mengenai bahan bahan yang ada dan proses yang terjadi di dalam
alat ini, serta kemungkinan terjadinya bahaya yang telah dijabarkan dalam What if analysis di
atas, maka diperlukan adanya Layer of Protection Analysis (LOPA) pada alat ini, dan alat
alat lain yang berada dalam pabrik ini. LOPA adalah suatu metodologi yang digunakan untuk
mengidentifikasi safeguards yang berkaitan dengan Independent Protection Layer (IPL).
Spesifikasi yang dibutuhkan pada Independent Protection Layer adalah bahwa IPL harus
mampu mendeteksi, mencegah dan meringankan konsekuensi yang timbul dari kejadiankejadian berbahaya seperti runaway reaction, lepasnya bahan kimia berbahaya dan peledakan.
(Summers, 2002).
Oleh karena itu, berdasarkan definisi di atas, dibuatlah Independent Protection Layer dalam
alat ini. Alat proteksi yang pertama adalah konstruksi tangki yang dibuat double wall untuk
meminimalisir kebocoran pada tangki. Yang kedua adalah temperature dan pressure
controller, yang akan mengontrol suhu dan tekanan di dalam tangki agar tetap konstan,
sehingga tidak terjadi overtemperature maupun overpressure yang menyebabkan amonia cair
menguap, mengisi ruang kosong dan menaikkan tekanan di dalam tangki. Pengontrolan
dilakukan dengan mengatur jumlah refrigerant untuk proses pendinginan (kondensasi uap
amonia). Apabila pressure controller atau sistem refrigerasi gagal, alat yang digunakan untuk
menurunkan kenaikan tekanan adalah relief valve. Gas yang keluar dari relief valve adalah
amonia murni yang bersifat flammable pada komposisi 15-28% di udara, sehingga akan
sangat berbahaya jika langsung dilepas ke lingkungan melainkan akan ditransfer ke dalam
scrubber terlebih dahulu, untuk menjerap uap amonia dengan air (senyawa yang dapat
melarutkan amonia), kemudian air yang mengandung amonia akan ditampung di dalam
tangki penampungan. Apabila scrubber gagal, maka gas amonia akan dikirim ke flare. Jika
terdapat kebocoran pada tangki yang sehingga tidak memungkinkan dilakukan penjerapan di
dalam scrubber atau transfer ke flare maka ada back up safety guard berupa sprinkle yang
akan menyemprotkan air yang melarutkan gas amonia. Sehingga di sekitar tangki
penyimpanan amonia perlu dibangun tanggul dengan kapasitas minimum sama dengan
kapasitas tangki tersebut guna menampung air yang mengandung amonia agar tidak
mencemari sektor yang lain.
Penjelasan selengkapnya mengenai setiap alat yang digunakan ditunjukkan pada penjabaran
berikut ini.
pompa yang bertugas mengalirkan cairan dari tangki ke alat lain akan rusak karena
tidak ada cairan yang dipompa..
4. Relief Valve
Alat ini digunakan apabila pressure controller, atau sensor dan valve yang terhubung
dengan pressure controller sedang mengalami kerusakan. Alat ini berfungsi untuk
menghindari terjadinya overpressure di dalam tangki amonia. Pada proses ini, jenis
relief valve yang digunakan adalah Rupture Disc Relief Device, karena amonia
bersifat korosif. Cara kerja instrumen ini adalah apabila tekanan di dalam tangki
sudah melebihi batas maksimum yang diizinkan, maka pegas akan terangkat
(terdorong oleh gas bertekanan tinggi) sehingga tersedia ruang bagi gas tersebut untuk
keluar dari tangki, dengan demikian tekanan di dalam tangki akan menurun.
5. Scrubber
Setelah keluar dari relief valve, gas amonia tidak boleh dilepas langsung ke
lingkungan, karena sifatnya flammable (pada komposisi tertentu di udara) dan juga
toksik. Oleh karena itu, uap amonia akan dijerap di dalam alat ini dengan solven air.
6. Flare
Gas amonia yang dilepas ke lingkungan tentu akan membahayakan karena apabila
berkontak dengan alat lain yang suhunya sangat tinggi, dapat menyebabkan
kebakaran. Oleh karena itu, apabila scrubber tidak mampu menjerap seluruh gas
amonia, maka gas amonia sisa akan dibakar di dalam flare. Proses pembakaran
dilakukan dengan mengontakkan amonia dengan oksigen.
7. Sprinkler dan Tanggul
Amonia pada suhu kamar berfasa gas, oleh karena itu apabila terjadi kebocoran pada
tangki maka yang keluar adalah gas amonia. Gas amonia ini sangat mudah larut dalam
air, apabila terjadi kebocoran yang tidak terduga dan tidak bisa dikendalikan maka
agar tidak menyebar ke udara digunakan sprinkler yang akan menyemprotkan air.
Untuk mengisolir air yang mengandung amonia maka dibangun tanggul yang berada
di sekeliling tangki tersebut. Dengan demikian, gas amonia yang larut dalam air ini
tidak akan mencemari lingkungan sekitar pabrik.