Studi Pendekatan Epidemiologi Deskriptif
Studi Pendekatan Epidemiologi Deskriptif
Pendahuluan
Apa Itu Epidemiologi Deskriptif
Meliputi: alamat, RT, RW, dusun, desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, pulau,
negara. Kota, desa, pantai, pegunungan, hutan, rawa, Pasar, mal, jalan raya,
stasiun, tempat wisata, hotel
Variabel Waktu/Time:
Jam, hari, bulan, tahun, tanggal, Musim penghujan, kemarau, Terus menerus,
berkala, insidentil, Musim buah, perayaan, upacara
kelompok
mana
di
masyarakat
yang
paling
banyak
terserang.
Populasi:
Studi
Korelasi
Populasi,
Rangkaian
Berkala
(time
series).
Individu: Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi
variabel
yang
selalu
diperhatikan
didalam
penyelidikan-
Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi
dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga
pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut.
Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik. Yang
pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau
perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya
faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum minuman
keras,
candu,
bekerja
berat,
berhadapan
dengan
pekerjaan-pekerjaan
yang
berperan
pada
timbulnya
hipertensi,
ulkus
lambung).
pekerjaan
dimana
kurang
adanya
"gerak
badan".
d. Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi
proses penularan penyakit antara para pekerja.
e. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan
pekerjaan di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak
dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, dan kanker.Jenis pekerjaan apa saja yang hendak
dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula memperhitungkan
pengaruh variabel umur dan jenis kelamin.
5. Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak
mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan
sebagainya.
6. Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan
genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaanperbedaan didalam angka kesakitan atau kematian. Didalam mempertimbangkan
angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar golongan etnik hendaknya
diingat kedua golongan itu harus distandarisasi menurut susunan umur dan
kelamin ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka
kesakitan dan kematian itu. Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan
keterangan mengenai pengaruh lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit.
Contoh yang klasik dalam hal ini ialah penelitian mengenai angka kesakitan
kanker lambung. Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk
asli di Jepang dan keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa
penyakit ini menjadi kurang prevalen di kalangan turunan Jepang di Amerika
Serikat. Ini menunjukkan bahwa peranan lingkungan penting didalam etiologi
kanker lambung.
7. Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka
kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda;
angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena
semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu. Diduga bahwa sebabsebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin dibandingkan dengan
yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang tidak kawin
kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering
berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam
gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakitpenyakit tertentu.
8. Besarnya Keluarga
Di dalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena
penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
9. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti
penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus
tinggal berdesak-desakan didalam rumah yang luasnya terbatas hingga
memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggota-anggotanya;
karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka
mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau
tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.
10. Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan
si ibu maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat kecenderungan
kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi,
terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu seperti
asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis dan seterusnya. Tapi
kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
B. TEMPAT (PLACE)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk
perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai
etiologi penyakit. Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara:
1. Batas daerah-daerah pemerintahan.
2. Kota dan pedesaan.
3. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai, laut
atau padang pasir)
4. Negara-negara
5. Regional
Untuk
kepentingan
mendapatkan
pengertian
tentang
etiologi
penyakit,
penyelidikan-penyelidikan
mengenai
kaum
migran.
Didalam
Susunan umur
Susunan jenis kelamin
Kualitas data
Derajat representatif
dari
data
terhadap
seluruh
penduduk.
pola
penyakit
antar
daerah
di
Indonesia
dengan
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin
berhubungan dengan satu atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut:
1. Lingkungan fisik, kimia, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi genetik atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
4. Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya penyakit
demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan
oleh adanya reservoir infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes aegypty),
penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen
penyebab penyakit. Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim ditemukan
tetapi tidak ada sumber infeksi disebut receptive area untuk demam kuning.
Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang
frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah
dimana terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi
(endemic goiter) di daerah yang kekurangan yodium.
C. WAKTU (TIME)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar
didalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit
menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat
panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan, maka dibedakan:
1. Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung
beberapa jam, hari, minggu dan bulan.Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada
epidemi umpamanya epidemi keracunan makanan (beberapa jam), epidemi
influensa (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar (beberapa bulan).
Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :
a. Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan
bersangkutan,
yakni
apakah
temperatur
atau
kelembaban
memungkinkan transmisi.
Adanya tempat perkembangbiakan alami dari vektor sedemikian banyak
untuk menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi.
Selalu adanya kerentanan.
Adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang
menyebabkan mereka terserang oleh vektor bornedisease tertentu.
atau
berubahnya siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih
hal-hal tersebut di atas.
3. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode
waktu yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut secular
trends.
Penjelasan mengenai timbulnya atau memuncaknya penyakit menular yang
berdasarkan pengetahuan yang kita kenal sebagai bukan vektor borne secara
siklus masih jauh lebih kurang dibandingkan dengan vektor borne diseases yang
telah kita kenal. Sebagai contoh, belum dapat diterangkan secara pasti mengapa
wabah influensa A bertendensi untuk timbul setiap 2-3 tahun, mengapa influensa
B timbul setiap 4-6 tahun, mengapa wabah campak timbul 2-3 tahun (di Amerika
Serikat).
Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah berkurangnya penduduk
yang kebal (meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-faktor lain tetap.
Banyak penyakit-penyakit yang belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi
angka kesakitan secara musiman. Tentunya observasi ini dapat membantu
didalam memulai dicarinya etiologi penyakit-penyakit tersebut dengan catatancatatan bahwa interpretasinya sulit karena banyak keadaan yang berperan
terhadap timbulnya penyakit juga ikut berubah pada perubahan musim,
perubahan populasi hewan, perubahan tumbuh-tumbuhan yang berperan tempat
perkembangbiakan, perubahan dalam susunan reservoir penyakit, perubahan
dalam berbagai aspek perilaku manusia seperti yang menyangkut pekerjaan,
makanan, rekreasi dan sebagainya.
Sebab-sebab timbulnya atau memuncaknya beberapa penyakit karena
gangguan gizi secara bermusim belum dapat diterangkan secara jelas. Variasi
musiman ini telah dihubung-hubungkan dengan perubahan secara musiman dari
produksi, distribusi dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang mengandung
bahan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan gizi maupun keadaan kesehatan
individu-individu terutama dalam hubungan dengan penyakit-penyakit infeksi dan
sebagainya.
Contoh Judul:
Tabel 1.2: Distribusi tenaga kesehatan menurut pendidikan di Puskesmas Jombang
Tahun 2010
Contoh Sumber:
Sumber: suparyanto, 2010
Contoh Badan Tabel Distribusi/frekuensi:
Histogram:
Untuk grafik, gambar, cara penulisan judul ada dibawah grafik, baru sumbernya
Latihan soal:
Tugas Individu:
Buat table frekuensi berdasarkan:
1. Umur dengan interval 10 tahun
2. Pendidikan
3. Status perkawinan
4. Kinerja
Buat tabel silang antara:
1. Pendidikan dan status perkawinan (raw)
2. Umur (kelas interval 10) dan kinerja (colum)
3. Status perkawinan dan kinerja (total)
Buat Grafik Histogram
1. Pendidikan
2. Status perkawinan
3. Kinerja