Makalah k3 Mata Terkena Asam Basa
Makalah k3 Mata Terkena Asam Basa
Disusun oleh
Kelompok 7
Ahmad Cahya Anggi
Widya Ekawati
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana
atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya kami telah menyelesaikan tugas K3 dengan
materi P3K Pada Mata Terkena Asam Basa
Terimakasih kami sampaikan kepada orang tua dan dosen yang telah turut
membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini
selesai.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki oleh kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam makalah
ini saya ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini
Akhirnya kami berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan
imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amien.
DAFTAR ISI
Halaman Judul
1
Kata Pengantar
2
Daftar Isi
3
Bab I : Pendahuluan
4
1.1 Latar
Belakang
dan
Masalah
4
1.2
Rumusan
Masalah
1.3.
Tujuan
Penulisan
1.4.
Manfaat
penulisan
5
Bab II : Pembahasan
7
A. Definisi
7
B. Klasifikasi
7
a. Mata
terkena
asam
7
b. Mata
terkena
9
c. Klasifikasi
basa
akibat
alkali
12
C. Tanda
13
D. P3K
dan
pada
mata
Gejala
terkena
asam
basa
14
Bab III : Penutup
16
3.1
Kesimpulan
16
Daftar pustaka
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting
untuk kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indra
penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan.
Mata merupakan bagian yang sangat peka. Walaupun mata mempunyai
sistempelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan
lemak retro bulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata
masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan
kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita.
Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit
sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan
perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat
yang akan mengakibatkan kebutaan.Trauma mata adalah tindakan sengaja
maupun tidak disengaja yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata
merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat
ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.
Trauma okuli adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama
pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang.
Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak
daripada wanita. Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini
secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat
mengenai jaringan mata: palpebrae, konjungtiva, cornea, uvea, lensa, retina,
papil saraf optik, dan orbita. Trauma mata merupakan keadaan gawat darurat
pada mata.
Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti
rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya
reflek memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari
dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan keruh akan pada bola mata dan
kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata
akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat
merusak struktur bola mata tersebut. Trauma kimia pada mata merupakan
kedaruratan oftalmologi, karena dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
Trauma kimia pada mata adalah trauma yang mengenai bola mata baik
diakibatkan oleh zat asam (zat dengan pH < 7) ataupun basa (zat dengan pH > 7)
yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata tersebut. Tingkat
keparahan trauma dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan,
dan derajat penetrasi dari zat kimia. Mekanisme cedera antara asam dan basa
sedikit berbeda.
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam
laboratorium, industry, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan
pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia di abad modern. Setiap trauma
kimia pada mata memerlukan tindakan segera.Irigasi daerah yang terkena trauma
kimia merupakan tindakan yang segera harus dilakukan.
B.
KLASIFIKASI
1. Trauma asam
Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk
kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat kimia asam dengan pH<7. Beberapa
zat asam yang sering mengenai mata adalah asam sulfat, asam asetat, hidroflorida,
dan asam klorida. Jika mata terkena zat kimia bersifat asam maka akan terlihat
iritasi berat yang sebenarnya akibat akhirnya tidak berat. Asam akan
menyebabkan koagulasi protein plasma. Dengan adanya koagulasi protein ini
menimbulkan keuntungan bagi mata, yaitu sebagai barrier yang cenderung
membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut. Hal ini berbeda dengan basa yang
mampu menembus jaringan mata dan akan terus menimbulkan kerusakan lebih
jauh. Selain keuntungan, koagulasi juga menyebabkan kerusakan konjungtiva dan
kornea. Dalam masa penyembuhan setelah terkena zat kimia asam akan terjadi
perlekatan antara konjugtiva bulbi dengan konjungtiva tarsal yang disebut
simblefaron.(Susanto, 2004; Vaughan, 2000).
a. Bahan kimia berupa cairan, gas atau padat yang mempunyai keasaman (pH) lebih
rendah dari 7.0 dan menyebabkan terjadinya proses koagulasi.
b. Bahan kimia yang bersifat asam : air keras (asam sulfat : H2SO4) untuk pembersih
industri, air accu; asam sulfit (H2SO3) untuk pengawet buah dan sayuran, bahan
pemutih, asam cuka; asam khlorida; asam asetat.
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam kornea.
Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion
merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein
umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan
tampilan ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam.
Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih
ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.
Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati
membran sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan
menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium
membentuk insoluble complexes. Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil
dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf denganpemindahan
ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem
sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada jantung, pernafasan,
gastrointestinal, dan neurologik.
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan
presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari
jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya
cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan
presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas.
Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea. Bila trauma
diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa.
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel
kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak
tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan
hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah
bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang
lebih dalam
Zat-zat basa atau alkali yang dapat menyebabkan trauma pada mata antara lain :
a. Semen
b. Soda kuat
c. Amonia
d. NaOH
e. CaOH
10
11
12
fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar
glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan
penting dalam pembentukan jaringan kornea.
3. Klasifikasi akibat luka bakar alkali:
a. Klasifikasi Huges
1) Ringan :
a) Prognosis baik
b) Terdapat erosi epitel kornea
c) Pada kornea tedaat kekeruhan yang ringan
d) Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea ataupun konjungtiva
2) Sedang :
a) Prognosis baik
b) Terdapat kekeruhan kornea sehingga sulit melihat iris dan pupil secara terperinci
c) Terdapat iskemia dan nekrosis enteng pada kornea dan konjungtiva
3) Sangat berat :
a) Prognosis buruk
b) Akibat kekeruhan kornea upil tidak dapat dilihat
c) Konjungtiva dan sclera pucat
3. Klasifikasi Thoft
Menurut klasifikasi Thoft, trauma basa dapat dibedakan menjadi:
1) Derajat 1 : terjadi hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata
2) Derajat 2 : terjadi hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel kornea
3) Derajat 3 : terjadi hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya
epitel kornea
4) Derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%
13
Gambar Klasifikasi Trauma Kimia, (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat 3, (d) derajat 4
Luka bakar alkali derajat 1 dan 2 akan sembuh dengan jaringan arut tanpa
terdapatnya neovaskularisasi kedalam kornea. Luka bakar alkali derajat 3 dan 4
membutuhkan waktu sembuh berbulan bulan bahkan bertahun-tahun.
C.
(blefarospasme), keluar air mata (epifora), kabur, silau, kelopak mata bengkak,
kadang kadang nampak luka bakar di kulit sekitar mata, pada selaput lendir mata
(konjungtiva) merah, edema (khemosis), sampai terjadi iskhemia bahkan nekrosis
(konjungtiva dan sklera berwarna pucat), kerusakan kornea mata berupa erosi,
sampai kekeruhan kornea yang hebat sehingga organ dalam bilik mata depan sulit
dievaluasi.
Keadaan akut yang terjadi ada minggu pertama :
1. Sel membrane rusak.
2. Bergantung pada kuatnya alkali akan mengakibatkan hilangnya epitel, keratosit,
saraf kornea dan pembuluh darah.
3. Terjadi kerusakan komponen vascular iris, badan siliar dan epitel lensa, trauma
berat akan merusak sel goblet konjungtiva bulbi.
4. Tekanan intra ocular akan meninggi.
5. Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar
14
15
30 menit. Trauma asam pada dasarnya akan kembali normal, namun jika perlu
dapat diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik.
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk menangani trauma basa pada mata
adalah secepatnya melakukan irigasi dengan garam fisiologik selama mungkin.
Irigasi dilakukan sampai pH menjadi normal, paling sedikit 2000 ml selama 30
menit. Bila dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik. Untuk mengetahui telah
terjadi netralisasi basa dapat dilakukan pemeriksaan dengan kertas lakmus. pH
normal air mata 7,3. Bila penyebabnya adalah CaOH, dapat diberi EDTA karena
EDTA 0,05 dapat bereaksi dengan CaOH yang melekat pada jaringan. Pemberian
antibiotika dan debridement untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis.
Pemberian sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia
posterior. Pemberian Anti glaukoma (beta blocker dan diamox) untuk mencegah
terjadinya glaucoma sekunder. Pemberian Steroid secara berhati-hati karena
steroid menghambat penyembuhan. Steroid diberikan untuk menekan proses
peradangan akibat denaturasi kimia dan kerusakan jaringan kornea dan
konjungtiva. Steroid topical ataupun sistemik dapat diberikan pada 7 hari pertama
pasca trauma. Diberikan Dexametason 0,1% setiap 2 jam. Steroid walaupun
diberikan dalam dosis tinggi tidak mencegah terbentuknya fibrin dan membrane
siklitik. Kolagenase inhibitor seperti sistein diberikan untuk menghalangi efek
kolagenase. Diberikan satu minggu sesudah trauma karena pada saat ini
kolagenase mulai terbentuk. Pemberian Vitamin C untuk pembentukan jaringan
kolagen. Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek
dan artificial tear (air mata buatan). Operasi Keratoplasti dilakukan bila kekeruhan
kornea sangat mengganggu penglihatan.
16
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat
asam dengan pH < 7 dan bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma
basa biasanya memberikan dampak yang lebih berat daripada trauma
asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan
lipolifik dimana dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran
dan masuk ke sudut mata depan, bahkan sampai retina.
Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein
permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung sehingga zat asam
tidak penetrasi lebih dalam lagi. Gejala utama yang muncul pada trauma
mata adalah epifora, blefarospasme dan nyaei yang hebat. Trauma kimia
merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak memerlukan anamnesa
dan pemeriksaan yang lengkap. Penatalaksanaan yang terpenting pada
trauma kimia adalah irigasi mata dengan segera samapai pH mata kembali
normla dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik,
multivitamin, antiglaukoma, dll. Selain itu dilakukan juga upaya promotif
dan preventif kepada pasien. Menurut data statistik 90% kasus trauma
dapat dicegah. Apabila dalam menjalankan suatu pekerjaan menggunakan
pelindung yang tepat.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://rouhimmanis.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvml-o.html
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com
18