Anda di halaman 1dari 74

PROPORSI PEMANFAATAN BUAH, KULIT PISANG

NANGKA (Musa paradisiaca), DAN CAMPURAN


KEDUANYA SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF
PERTUMBUHAN JAMUR
Aspergillus niger

SKRIPSI

OLEH :

Sisna Imalda
412118052

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS D4


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
PROPORSI PEMANFAATAN BUAH, KULIT PISANG
NANGKA (Musa paradisiaca), DAN CAMPURAN
KEDUANYA SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF
PERTUMBUHAN JAMUR
Aspergillus niger

SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Terapan
Kesehatan

OLEH :

Sisna Imalda
412118052

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS D4


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
PENGESAHAN

Proporsi Pemanfaatan Buah, Kulit Pisang Nangka dan Campuran Keduanya


Sebagai Media Alternatif Pertumbuhan Jamur Aspergillus niger

Oleh

Nama : Sisna Imalda


NPM : 412118052

Setelah Membaca Tugas Akhir Dengan Seksama, Menurut Pertimbangan Kami


Telah Memenuhi Persyaratan Ilmiah sebagai Suatu Tugas Akhir.
Cimahi Pada Tanggal 20 April 2022

Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Budiman, M.Kes.,MH.Kes Firdha Rachmawati, M.Si


NID. 0412121474 NIDN. 0412129694

Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Ketua Prodi Studi Teknologi Laboratorium
Kesehatan Medis (D-4)

dr. Gunawan Irianto, M.Kes (MARS) Perdina Nursidika, M.Si


NID. NIDN.0420018301

i
LEMBAR PERNYATAAN PLEGIARISME

Nama : Sisna Imalda

NPM : 412118052

Program Studi : Teknologi Laboratorium Medis (D-4)

Saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Proporsi Pemanfaatan

Buah, Kulit Pisang Nangka dan Campuran Keduanya Sebagai Media Alternatif

Pertumbuhan Jamur Aspergillus niger”, sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada

bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya

saya ini.

Cimahi, Tanggal 20 April 2022

Mengetahui Pembimbing Utama Mahasiswa

Dr. Budiman, M.Kes.,MH.Kes


Sisna Imalda
NID. 0412121474

ii
LEMBAR PENGESAHAN BEBAS PLAGIASI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : SISNA IMALDA

NPM : 412118052

Program Studi : D4 Teknologi Laboratorium Medis

Judul Tugas Akhir : PROPORSI PEMANFAATAN BUAH, KULIT PISANG

NANGKA (Musa paradisiaca), DAN CAMPURAN

KEDUANYA SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF

PERTUMBUHAN JAMUR Aspergillus niger

Tugas Akhir (skripsi) tersebut diatas telah dicek plagiasi oleh tim turnitin program

studi, disetujui oleh pembimbing, serta diperkenankan untuk dilanjutkan proses

cetak dan unggah mandiri.

Cimahi, April 2022

Mengetahui
Pembimbing Mahasiswa

Dr. Budiman, M.Kes.,MH.Kes Sisna Imalda


NID. 0412121474 412118052

iii
ABSTRAK

Pisang nangka (Musa paradisiaca) merupakan salah satu pisang yang


banyak digemari dikalangan masyarakat untuk diolah kembali menjadi makanan
yang bervariasi. Oleh karena itu, semakin banyak ditemukannya pisang nangka
akan semakin banyak pula limbah kulit pisang nangka di lingkungan. Buah dan
kulit pisang nangka dapat dimanfaatkan sebagai media alternatif pertumbuhan
jamur karena kandungan karbohidratnya yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengamati pertumbuhan jamur Aspergillus niger pada media
alternatif berbahan pisang nangka dengan konsentrasi 8%, 9%, 10%, 11% dan
12% dan untuk menentukan variasi serta konsentrasi optimum untuk
pertumbuhan. Aspergillus niger ditanam pada media alternatif Buah Pisang (BP),
Kulit Pisang (KP) dan Campuran Buah dan Kulit Pisang (CBK) serta media PDA
(Potato Dextrose Agar) sebagai kontrol positif menggunakan metode single dot.
Pengamatan dilakukan selama enam hari dengan melihat pigmentasi dan
mengukur diameter koloni yang terbentuk. Variasi media CBK dengan
konsentrasi 12% merupakan variasi dan konsentrasi optimum karena dapat
menumbuhkan Aspergillus niger dengan cepat sehingga pertambahan koloninya
lebih besar dibandingkan variasi dan konsentrasi lainnya.

Kata Kunci : Aspergillus niger, Media Alternatif, Pisang Nangka,

iv
ABSTRACT

Nangka banana (Musa paradisiaca) is one of the most popular bananas


among the people to be processed into a variety of foods. Therefore, the
production of waste will increase along with the use of bananas. Banana jackfruit
and banana peels can be used as an alternative medium for mushroom growth
because of their high carbohydrate content. The purpose of this study was to
observe the growth of Aspergillus niger on alternative media made from banana
and jackfruit with concentrations of 8%, 9%, 10%, 11% and 12% and to
determine the variation and optimum concentration for growth. Aspergillus niger
was grown on alternative media of Banana Fruit (BP), Banana Peel (KP) and
Mixed Fruit and Banana Peel (CBK) as well as PDA (Potato Dextrose Agar)
media as a positive control using the single dot method. Observations were made
for six days by looking at the pigmentation and measuring the diameter of the
colonies formed. The variation of CBK media with a concentration of 12% is the
optimum variation and concentration because it can grow Aspergillus niger
quickly so that the colony increase is greater than other variations and
concentrations.

Keyword : Alternative Media, Aspergillus niger, Nangka Banana

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas

rahmat dan karunia-Nya Skripsi yang berjudul “Proporsi Pemanfaatan Buah,

Kulit Pisang Nangka dan Campuran Keduanya Sebagai Media Alternatif

Jamur Aspergillus niger” dapat diselesaikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa

selesainya Skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Gunawan Irianto, dr., M.Kes (MARS) selaku Dekan Fakultas Ilmu

dan Teknologi Kesehatan

2. Ibu Perdina Nursidika, S.Si., M.Si selalu Kedua Prodi D4 Teknologi

Laboratorium Medis Universitas Jenderal Achmad Yani

3. Bapak Dr. Budiman, M.Kes.,MH.Kes selaku pembimbing I atas

bimbingan dan waktu yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi

ini.

4. Ibu Firdha Rachmawati,S.Si., M.Si selaku pembimbing II dan penguji II

atas bimbingan, waktu, dan saran yang telah diberikan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Lilis Puspa F, S.Si., M.Kes selaku penguji I, atas saran dan

bimbingannya yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Prina Puspa Kania, M.Si selaku pembimbing akademik yang telah

membantu, membimbing, dan mendukung saya selama ini.

vi
7. Staff, dosen dan laboran Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis telah

membantu, membimbing, serta memberikan ilmu yang bermanfaat.

8. Kedua Orang Tua Bapak Deni Suryana dan Ibu Euis Aning yang paling

saya sayangi dan cintai yang selalu mendukung baik moril maupun materil

serta mendoakan saya dalam menjalankan setiap proses menyelesaikan

kuliah.

9. Teruntuk kakak Risma Anisa & Ramdani, adik Resna Amallia S,

keponakan Diandra Amara dan Nenek Awang yang saya sayangi dan

cintai yang telah telah memberikan dukungan, semangat dan do’a kepada

saya.

10. Kepada Rifki Hapid yang telah memberikan dukungan, motivasi dan

meluangkan waktunya untuk membantu tahap penelitian skripsi ini.

11. Kepada teman-teman terdekat Aprilia Amanda, Adellia Apriliyanti, Dedeh

Kurnia, Nur Andini, Rahayu Meylani, Resty Aprilia, dan Iis Inayah yang

telah memberikan dukungan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Rekan – rekan D4 Teknologi Laboratorium Medis angkatan 2018 dan

terkhusus Kelas B yang telah memberikan semangat serta motivasi selama

proses penyusunan tugas akhir.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan

dimasa mendatang. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya

bagi penulis dan umumnya para pembaca.

Cimahi, April 2022

vii
Sisna Imalda

viii
DAFTAR ISI

PENGESAHAN.................................................................................................................................I
LEMBAR PERNYATAAN PLEGIARISME...............................................................................II
LEMBAR PENGESAHAN BEBAS PLAGIASI.........................................................................III
ABSTRAK......................................................................................................................................IV
ABSTRACT.......................................................................................................................................V
KATA PENGANTAR....................................................................................................................VI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................X
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................XII
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................XIII
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................4
C. TUJUAN PENELITIAN..............................................................................................................4
1. Tujuan Umum...................................................................................................................4
2. Tujuan Khusus..................................................................................................................4
D. MANFAAT PENELITIAN..........................................................................................................5
1. Manfaat Teoritis...............................................................................................................5
2. Manfaat Praktis................................................................................................................5
BAB II................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................6
A. ASPERGILLUS SP......................................................................................................................6
1. MORFOLOGI ASPERGILLUS SP.................................................................................................7
2. KLASIFIKASI ASPERGILLUS NIGER..........................................................................................8
3. PATOGENESIS ASPERGILLUS SP...............................................................................................8
4. ASPERGILLOSIS......................................................................................................................9
B. MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR............................................................................................11
C. MEDIA ALTERNATIF............................................................................................................13
D. PISANG.................................................................................................................................14
1. Klasifikasi Pisang...........................................................................................................14
2. Jenis Pisang....................................................................................................................15
4. Kandungan.....................................................................................................................16
5. Kulit Pisang Nangka.......................................................................................................17
BAB III............................................................................................................................................18
METODE PENELITIAN..............................................................................................................18
A. METODE PENELITIAN...........................................................................................................18
1. Paradigma Penelitian.....................................................................................................18
2. Rancangan Penelitian....................................................................................................19
3. Hipotesis Penelitian........................................................................................................20
4. Variabel Penelitian.........................................................................................................20

x
B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN...................................................................................22
1. Populasi..........................................................................................................................22
2. Sampel............................................................................................................................22
C. PENGUMPULAN DATA..........................................................................................................22
1. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................................22
2. Alat dan Bahan...............................................................................................................23
D. VALIDITAS DAN REABILITAS...............................................................................................25
1. Autoklaf...........................................................................................................................25
2. Media PDA.....................................................................................................................25
E. PROSEDUR PENELITIAN........................................................................................................26
1. Pembuatan Media PDA (Lubis, 2008)...........................................................................26
2. Pembuatan Tepung Buah dan Kulit Pisang Nangka......................................................27
3. Pembuatan Media Alternatif..........................................................................................28
4. Persiapan Kultur Aspergillus niger (Lubis, 2008)........................................................30
5. Penanaman Aspergillus niger Dengan Metode Single Dot (Ningrum et al., 2013).....30
D. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA....................................................................................31
E. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN.......................................................................................31
1. Lokasi.............................................................................................................................31
2. Waktu..............................................................................................................................31
BAB IV............................................................................................................................................32
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................................32
A. HASIL PENELITIAN...............................................................................................................32
B. PEMBAHASAN......................................................................................................................40
BAB V..............................................................................................................................................47
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................................47
A. KESIMPULAN........................................................................................................................47
B. SARAN..................................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................48
LAMPIRAN....................................................................................................................................49

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Aspergillus sp. Secara Mikroskopis Dengan LPBC...........................6


Gambar 2.2.2Mikroskopis Photomicrographs.......................................................10
Gambar 2.3.3Aspergillus sp. pada media PDA......................................................13
Gambar 2.4. Pisang Nangka...................................................................................16
Gambar 3.1.6Kerangka Konsep.............................................................................19
Gambar 3.2.7Alur Penelitian.................................................................................20
Gambar 4.1.8Pemeriksaan Mikroskopis Aspergillus niger...................................45

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Definisi Operasional..........................................................................21


Tabel 3.24 Alat Penelitian....................................................................................23
Tabel 3.3.5 Bahan Penelitian................................................................................25
Tabel 3.4.6 Mikroorganisme Uji Validitas PDA..................................................26
Tabel 4.1.7 Diameter Koloni Jamur Aspergillus niger pada Media BP...............32
Tabel 4.2.8 Pigmentasi Koloni Jamur Aspergillus niger pada Media BP.............34
Tabel 4.3.9 Diameter Koloni Jamur Aspergillus niger pada Media KP...............35
Tabel 4.4.10Pigmentasi Koloni Jamur Aspergillus niger pada KP........................37
Tabel 4.5.11Diameter Koloni Jamur Aspergillus niger pada Media CBK............38
Tabel 4.6.12Pigmentasi Koloni Jamur Aspergillus niger pada Media CBK.........39

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamur merupakan mikroorganisme yang memiliki bentuk benang

bercabang atau sel, memiliki dinding dari selulosa atau kitin atau keduanya,

memiliki protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, tidak memiliki

klorofil dan berkembangbiak seksual, aseksual, atau keduanya. Terdapat

sekitar 300 spesies jamur diketahui patogen terhadap manusia (Januar Ardi

Kurniawan, 2009). Aspergillosis merupakan infeksi oportunistik, spektrum

penyakit yang disebabkan oleh beberapa spesies Aspergillus sp. salah satunya

yaitu Aspergillus niger (Jawetz, Melnick, 2012). Aspergillus niger dapat

tumbuh pada makanan dengan menghasilkan beberapa mikotoksin salah

satunya aflatoksin. Aflatoksin bersifat mematikan dan karsinogenik bagi

manusia atau pun hewan, sehingga tingginya kandungan aflatoksin pada

makanan akan berdampak pada keracunan (Syarifuddin AN, n.d.). Akibat

pengaruhnya yang signifikan terhadap kesehatan, jamur Aspergillus sp.

merupakan salah satu jamur yang sering ditumbuhkan untuk dipelajari.

Beberapa media pertumbuhan yang digunakan untuk menumbuhkan

jamur di laboratorium umumnya menggunakan Potato Dextrose Agar (PDA),

Sabouraud Dextrose Agar (SDA), Carrot Agar, Taoge Extract Agar, Meal

Agar, dan Malt Extract Agar. Media ini terdiri atas campuran zat makanan

(nutrient) yang berfungsi sebagai tempat pertumbuhan. Adapun syarat-syarat

1
yang harus dipenuhi dalam suatu media yaitu mengandung nutrisi yang

dibutuhkan oleh mikrobia, memiliki tekanan osmosis, pH, tegangan permukaan

yang sesuai, tidak mengandung zat penghambat (inhibitor), dan steril.

Media Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang paling umum

digunakan di laboratorium dibandingkan media lainnya (Nicholson, J, n.d.).

Namun, penggunaan media PDA ini memiliki beberapa kendala seperti harga

jual yang cukup tinggi dan terbatasnya persediaan di daerah tertentu sehingga

diperlukan adanya media alternatif dengan bahan yang mudah ditemukan untuk

memudahkan proses kultivasi jamur (Agrijant & Kusumadewi, L. B, 2015).

Pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu buah-buahan yang

mengandung karbohidrat tinggi sehingga memiliki potensi untuk dijadikan

media alternatif pertumbuhan jamur dan belum banyak penelitian

menggunakan pisang sebagai media alternatif. Menurut data Badan Pusat

Statistik, Jawa Barat merupakan salah satu produsen pisang terbesar dengan

kontribusi sebesar 1.263.504,00 ton pada tahun 2020. Di Jawa Barat, pisang

merupakan tanaman pangan lokal yang diproduksi untuk sektor ekonomi atau

konsumsi (Sholihah, F. V et al., 2017).

Salah satu komoditi pisang yang diproduksi di Jawa Barat yaitu pisang

nangka (Musa paradisiaca). Tidak seperti pisang lainnya, pisang nangka ini

merupakan salah satu jenis pisang yang tidak cocok untuk di konsumsi secara

langsung sehingga pemanfaatannya perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu

sebelum di konsumsi, oleh karena itu pemanfaatannya tidak sebanding dengan

2
jumlah produksinya yang besar (Sholihah, F. V et al., 2017). Pisang nangka

memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, protein, lemak, vitamin,

air, gula, mineral, asam tannin, fosfor, besi, zeng, magnesium dan pati, dengan

hal tersebut kita dapat memanfaatkan pisang nangka sebagai bahan utama

pembuatan media alternatif ini. Selain itu, kulit pisang nangka dapat

dimanfaatkan sebagai media alternatif untuk mengurangi bertambahnya limbah

kulit pisang yang ada, karena biasanya limbah kulit pisang secara umum akan

dibuang begitu saja. Kulit pisang nangka juga memiliki kandungan karbohidrat

yang cukup tinggi sehingga kandungan tersebut dapat dijadikan sebagai

pembuatan media alternatif pertumbuhan.

Beberapa penelitian berhasil menemukan media alternatif pertumbuhan

jamur dari sumber karbohidrat lain atau pun protein. Seperti pada penelitian

pemanfaatan pisang ambon sebagai pertumbuhan Aspergillus niger, dengan

hasil penelitian bahwa pisang ambon dapat menumbuhkan Aspergillus niger

dengan ukuran diameter tertinggi 12 mm pada konsentrasi 10% dan 25 mm

pada konsentrasi 20% (Muthmainnah, A. W et al., 2019) dan pemanfaatan kulit

pisang kepok sebagai pertumbuhan Rhizopus sp. dengan hasil penelitian bahwa

pisang kepok dapat menumbuhkan Rhizopus sp. dengan ukuran diameter 8,8

cm (Nail, Y. A. F. et al., 2020).

Dari latar belakang tersebut pada skripsi ini peneliti ingin memperoleh

media alternatif dari buah, kulit pisang nangka, dan campuran keduanya

dengan melihat pertumbuhan jamur Aspergillus niger dengan adanya

kebaharuan dari pencampuran buah dan kulit pisang nangka yang belum

3
dilakukan oleh peneliti lain untuk dapat dijadikan media pengganti Potato

Dextose Agar (PDA).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahn

yang akan diteliti yaitu:

1. Apakah buah, kulit pisang nangka (Musa paradisiaca), dan campuran

keduanya dapat dijadikan media alternatif sebagai pertumbuhan jamur

Aspergillus niger ?

2. Diantara variasi buah, kulit pisang nangka (Musa paradisiaca), dan

campuran keduanya manakah yang lebih optimum sebagai media

pertumbuhan jamur Aspergillus niger ?

3. Berapa konsentrasi optimum yang digunakan sebagai pertumbuhan

jamur Aspergillus niger ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini untuk mendapatkan media

alternatif yang sensitif dan optimum terhadap pertumbuhan jamur

Aspergillus niger.

4
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui buah, kulit pisang nangka, dan campuran keduanya

dapat dijadikan media alternatif pertumbuhan jamur.

b. Menentukan variasi optimum terhadap pertumbuhan jamur.

c. Menentukan konsentrasi optimum dari variasi yang digunakan

sebagai pertumbuhan jamur.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dalam pembuatan penelitian ini

sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu

teknologi laboratorium medis khususnya dalam ilmu mikologi dalam

membuat media alternatif pertumbuhan jamur.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penggunaan

media alternatif pertumbuhan jamur di Fakultas Ilmu dan Teknologi

Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspergillus sp.

Jamur yang mengkontaminasi makanan biasa di temukan di udara, jamur

multiseluler bersifat oportunistik. Jamur penghasil aflatoksin yaitu suatu

senyawa yang dapat menyebabkan kanker pada manusia. Aflatoksin berpotensi

karsinogenik, mutagenik, teratogenik dan bersifat imunosupresif, jamur ini

juga dapat mengkontaminasi media jamur.

Gambar 2.1 : Aspergillus sp. Secara Mikroskopis Dengan LPBC


Sumber : Raksha et al., 2014

Gambar 2.2 : Bagian - Bagian Aspergillus sp.


Sumber : Mokobi, 2021

6
Aspergillus sp. adalah spesies kapang yang telah menyebar luas, karena

spora kapang yang mudah disebarkan oleh angin, mudah tumbuh pada bahan -

bahan pangan atau produk hasil pertanian. Aspergillus sp. mampu

mengkontaminasi makanan dan dapat memberikan efek negatif yaitu infeksi

oportunistik yang paling sering terjadi pada paru-paru, namun juga dapat

menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti kulit, mata, atau sinus. Spesies yang

paling patogen bagi manusia yaitu Aspergillus fumigatus, spesies lainnya yaitu

Aspergillus niger, Aspergillus flavus dan Aspergillus terreus yang

menyebabkan reaksi alergi berat (Bernward Rohde & Gabrielle Hartmann,

1980).

1. Morfologi Aspergillus sp.

Morfologi dari jamur Aspergillus sp. yaitu koloni berfilamen

(mold), datar, permukaan velvety atau powdery, dengan warna koloni akan

terlihat dengan warna hijau, kuning, putih, hitam, atau coklat (tergantung

jenis spesiesnya) dengan aerial hifa mengandung konidiofor yang

ujungnya mengandung vesikel dan menghasilkan konidia dari

phialid/sterigmata biseriate atau uniseriate. Warna dari keseluruhan

koloninya yang ditanam pada media PDA selama lima sampai tujuh hari.

Media pertumbuhan Aspergillus sp. dapat ditanam pada media PDA yang

dimana media tersebut mengandung karbohidrat sebagai sumber

pertumbuhan. Hifanya bersekat dan bercabang, dalam hal ini yang

membedakan dari genus Rhizopus (Djarir, Makfoeld, n.d.).

7
Secara mikroskopis Aspergillus sp. memiliki konidiofora yang

panjang (400- 800 µm) dan cenderung kasar, bentuk konidial bervariasi

dari bentuk kolom, radial, dan bentuk bola, hifa berseptum, dan koloni

menyatu. Koloni dari Aspergillus sp. umumnya tumbuh dengan cepat dan

mencapai diameter 6-7 cm dalam 10-14 hari (Ruiqian,L,Q, Qian et al.,

2004).

2. Klasifikasi Aspergillus niger

Menurut Suryani et al., (2020) klasifikasi Aspergillus niger adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Myceteae

Divisi : Mycopyta

Class : Ascomycetes

Ordo : Aspergillales

Family : Aspergillaceae

Genus : Aspergillus

Species : Aspergillus niger

3. Patogenesis Aspergillus sp.

Penyakit yang ditularkan melalui makanan yang timbul setelah

mengkonsumsi makanan yang tercemar mikroorganisme patogen. Dari

kelompok mikroorganisme patogen dalam makanan adalah jenis-jenis

bakteri, jamur, dan virus. Jamur yang sering mencemari makanan salah

satunya Aspergillus sp. Jamur Aspergillus sp. termasuk salah satu jamur

yang menghasilkan aflatoksin, yaitu toksin yang dapat menyebabkan

8
kanker hati bila sampai masuk kedalam tubuh melalui makanan sehingga

mematikan manusia. Berbagai bentuk perubahan klinis dan patologis

mikotoksik ditandai dengan gejala muntah, sakit perut, paru-paru bengkak,

kejang, koma, dan pada kasus yang jarang terjadi dapat menyebabkan

kematian. Aflatoksin yang berbahaya ini dapat mempengaruhi

mekanisme kerja hati manusia, mamalia, maupun unggas sehingga

menjadi faktor penyebab kanker hati (Edyansyah,E, 2013).

4. Aspergillosis

Aspergillosis merupakan infeksi opotunistik, spektrum penyakit

yang disebabkan oleh beberapa spesies Aspergillus sp. yaitu Aspergillus

fumigatus, Aspergillus flavus, Aspergillus terreus, dan Aspergillus niger.

Aspergillus sp. dapat ditemukan di alam bebas dan tersebar di dunia

(Jawetz, Melnick, 2012).

Aspergillus fumigatus spesies menyebabkan aspergillosis invasif

yang tersebar luas dan dapat ditemukan pada tanaman yang membusuk,

diudara, dan dalam persediaan air. Spesies ini memiliki koloni berwarna

hijau abu-abu dengan tekstur seperti wol sampai kapas. Memiliki hifa

bersepta dan hialin dengan kepala konidia kolumnar. Konidiofor

berdinding halus, tidak berwarna, dan tidak bercabang dengan pialin yang

dipadatkan hanya di bagian atas. Aspergillus flavus seperti halnya dengan

Aspergillus fumigatus dapat ditemukan di tanah dan tanaman yang

membusuk. Memiliki koloni berwarna hijau dan tumbuh yang cepat.

Spesies ini biasanya biseriat dengan konidiofor kasar dan konidia halus 3-6

9
mm yang berfungsi untuk membedakan spesies. Aspergillus terreus

banyak ditemukan pada habitat tropis dan subtropis dan. Memiliki koloni

kuning muda hingga coklat. Kepala konidia adalah biseriat dan kolumnar.

Konidiofor berdinding halus dan hialin. Aspergillus niger tersebar luas di

tanah dan pada tanaman dan umum dalam makanan seperti lada. Koloni

awalnya putih tetapi dengan cepat menjadi hitam dengan produksi struktur

buah. Tumbuh dengan cepat dengan sisi sebaliknya kuning pucat. Seperti

spesies Aspergillus lainnya, hifa hialin dan bersepta. Kepala konidia

adalah biseriat dan menutupi seluruh vesikel. Konidia berwarna coklat

sampai hitam dan sangat kasar (Kauffman et al., 2011).

Gambar 2.2.3Mikroskopis (a) Aspergillus fumigatus (b) Aspergillus


flavus (c) Aspergillus terreus (d) Aspergillus niger (semua perbesaran
×420) Photomicrographs
Sumber : Kauffman et al., 2011

Aspergilosis dapat diisolasi pada otomikosis, onikomikosis dan

dapat ditemukan pada pasien dengan pertahanan yang lemah seperi pada

10
bronkitis, bronkopneumonia (Bernward Rohde & Gabrielle Hartmann,

1980).

Istilah aspergillosis secara umum meliputi kelompok penyakit yang

gambaran klinisnya melibatkan pau-paru yaitu non-invasif aspergillosis

dan invasif aspergillosis. Non-invasif aspergillosis terdiri atas allergic

bronchopulmonary aspergillosis yaitu respon alergi yang kronik

disebabkan kolonisasi Aspergillus sp. dan pulmonary aspergillosis.

Sedangkan invasif aspergillosis terdiri atas invasif pulmonary

aspergillosis, tracheobronchitis, sinusitis, disseminated aspegillosis.

Aspergillosis paling sering terjadi pada paru-paru dan disebabkan oleh

Aspergillus fumigatus. Spora spesies ini dapat dihisap masuk ke dalam

paru-paru dan menyebabkan infeksi kronik atau aspergilloma diseminata,

apabila terjadi infeksi paru invasif oleh Aspergillus sp .

B. Media Pertumbuhan Jamur

Media pertumbuhan jamur terdiri atas campuran zat makanan (nutrient)

yang berfungsi sebagai tempat pertumbuhan. Adapun syarat-syarat yang harus

dipenuhi dalam suatu media yaitu mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh

mikrobia yaitu adanya memiliki tekanan osmosis, pH, tegangan permukaan

yang sesuai, tidak mengandung zat penghambat (inhibitor), dan steril.

Beberapa nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan jamur

meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur

11
lomgam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air dan energi

(Capuccino et al., 2014). Media pertumbuhan jamur di laboratorium umumnya

menggunakan Potato Dextrose Agar (PDA), Sabouraud Dextrose Agar (SDA),

Carrot Agar, Taoge Extract Agar, Meal Agar, dan Malt Extract Agar.

Media Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang paling

umum digunakan di laboratorium dibandingkan yang lainnya untuk isolasi dan

pertumbuhan jamur, ciri utama dari pertumbuhan jamur dilihat dari ciri-ciri

morfologi dan warna jamur. Media PDA terbuat dari ekstrak kentang dengan

menambahkan sumber karbohidrat dari dekstrosa, karena karbohidrat salah

satu nutrisi untuk menumbuhkan jamur (Nicholson, J, n.d.). Media PDA

memiliki pH yang rendah yaitu 4,5 – 5,6 sehingga menghambat pertumbuhan

bakteri yang membutuhkan lingkungan netral dengan pH 7,0 dan suhu

optimum untuk pertumbuhan 25 – 30 oC (Mulyawati, N. I et al., 2019)

Berdasarkan komposisinya PDA tergolong media semi sintetik karena

tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis (dekstrosa dan agar).

Kentang merupakan sumber karbohidrat, vitamin dan energi, dextrosa sebagai

sumber gula dan energi, selain itu komponen agar berfungsi untuk memadatkan

medium PDA. Masing-masing dari ketiga komponen tersebut sangat

diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroorganisme

terutama jamur (Mulyawati, N. I et al., 2019) .

12
Gambar 2.3.4Aspergillus sp. pada media PDA

Sumber : Abdel, 2010

C. Media Alternatif

Media alternatif merupakan media pengganti dari media sesungguhnya

dengan bahan utama yang berbeda namun memiliki kandungan yang hampir

sama. Media alternatif harus memiliki fungsi yang sama seperti media

sesungguhnya seperti halnya untuk pertumbuhan jamur, maka media ini harus

bisa menumbuhkan jamur dengan komposisi tidak terlepas dari media

sesungguhnya. Media alternatif untuk pertumbuhan jamur dengan komposisi

utama karbohidrat dapat digantikan dengan bahan – bahan yang mudah

ditemukan seperti singkong, umbi-umbian, kacang-kacangan bahkan buah-

buahan dengan karbohidrat yang cukup tinggi. Pati dapat dihidrolisis oleh

13
mikroorganisme khususnya jamur menjadi gula sederhana, karena gula

sederhana merupakan sumber nutrisi utama bagi mikroorganisme tersebut.

Aspergillus sp. merupakan mikroorganisme eukariot, salah satu diantara

beberapa makhluk hidup yang memiliki daerah penyebaran paling luas serta

berlimpah di alam, selain itu jenis kapang ini juga merupakan kontaminan

umum pada berbagai substrat di daerah tropis maupun subtropis

D. Pisang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang beragam, pisang

merupakan komoditas buah-buahan yang paling banyak ditemukan hampir

diseluruh daerah dapat ditemukan karena sekitar 45% dan total konsumsi buah-

buahan adalah pisang. Pisang memiliki berbagai macam jenis yang ditanam di

Indonesia antara lain pisang susu, pisang raja, pisang ambon, pisang kepok,

pisang mas, pisang nangka dan lain-lainnya. Indonesia merupakan pusat

keragaman pisang (Musaceaea) dan memiliki banyak jenis dan kultivatur

pisang yang tersebar hampir diseluruh Indonesia. Di Indonesia, saat ini terdapat

lebih dari 200 kultivar lokal yang seluruhnya adalah varietas alami yang belum

mengalami perbaikan atau pemuliaan. Pisang terdiri atas pisang liar, pisang

budidaya hasil induksi dan hasil persilangan.

Menurut Data Badan Pusat Statistik produksi pisang di Jawa Barat

menjadi salah satu daerah dengan kontribusi terbesar, yaitu sebesar

1.263.504,00 Ton tahun 2020. Di Jawa Barat pisang merupakan tanaman

14
pangan lokal yang diproduksi untuk sektor ekonomi atau konsumsi (Sholihah,

F. V et al., 2017).

1. Klasifikasi Pisang

Tanaman pisang dapat diklasifikasi botani sebagai berikut:.

Divisi : Spermatophyta

Ordo : Angiospermae

Class : Monocotyledonae

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Species : Musa paradisiaca

2. Jenis Pisang

Pisang dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya:

a. Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca

var Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis.

Kelompok M. paradisiaca mempunyai ciri gabungan dari Musa

acuminata dan Musa balbisiana. Kelompok pisang ini dikenal dengan

kelompok dari Musa x paradisiaca dan Musa sapientum. Misalnya

pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.

b. Pisang yang dikonsumsi setelah buahnya dimasak yaitu M.

paradisiaca forma typica atau disebut juga M. paradisiaca normalis.

Misalnya pisang nangka, tanduk dan kapok.

15
c. Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa di Indonesia dimanfaatkan

daunnya. Misalnya pisang batu dan klutuk.

d. Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).

Gambar 2.4 : Pisang Nangka

Sumber : Nita, 2020

4. Kandungan

Pisang juga merupakan sumber karbohidrat, vitamin A dan C, serta

mineral sehingga buah pisang dikatakan mengandung gizi cukup tinggi,

kolesterol rendah serta vitamin B6 dan vitamin C tinggi. Zat gizi terbesar

pada buah pisang masak adalah kalium sebesar 373 miligram per 100 gram

pisang, vitamin A 250-335 gram per 100 gram pisang dan klor sebesar 125

miligram per 100 gram pisang. Kandungan karbohidrat terbesar pada buah

pisang adalah pati pada daging buahnya, kemudian diubah menjadi sukrosa,

fruktosa dan glukosa pada saat pisang matang (15-20 %) (Ismanto, 2015).

16
Pisang Nangka memiliki jumlah karbohidrat sebanyak 28,9 gram dalam per

100 gram

Sewaktu pisang masih mentah asam organik utamanya adalah asam

oksalat tetapi setelah matang asam organik yang utama adalah asam malat.

Perubahan tersebut mengakibatkan pH menurun dari 5,4 menjadi 4,5 ketika

pisang matang

Kulit pisang memiliki kandungan gizi yang dapat diperhitungkan,

terutama vitamin dan mineral yang jumlahnya dapat diperhitungkan,

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Industri menyatakan bahwa

kulit pisang mengandung nilai gizi yaitu 68,9 gram air, 18,5 gram

karbohidrat, 2,11 gram lemak, 0,32 gram protein, 715 miligram kalsium,

117 miligram fosfor, 17,5 miligram vitamin C, 1,6 miligram besi dan 0,12

miligram vitamin B. Dengan kandungan-kandungan tersebut kulit pisang

dapat dimanfaat kembali menjadi produk yang memiliki nilai jual dan

manfaat cukup tinggi.

5. Kulit Pisang Nangka

Pisang nangka (Musa paradisiaca) merupakan salah satu pisang

yang banyak digemari dikalangan masyarakat untuk diolah kembali menjadi

makanan yang bervariasi, dengan mudah ditemukannya pisang nangka akan

banyak pula limbah kulit pisang nangka di lingkungan. Kulit pisang nangka

masih dianggap sebagai limbah yang hanya dibuang begitu saja dan sering

menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Namun banyak manfaat

17
yang diperoleh dari kulit pisang nangka, karena memiliki kandungan

karbohidrat yang baik. Dengan memanfaatkan kulit pisang selain

mengurangi limbah dapat membantu meningkatkan nilai ekonomi dan

melengkapi keanekaragaman pemanfaatan kulit pisang tersendiri.

18
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan

mengenai cara pandang peneliti terhadap persoalan yang dipelajari

dengan cara memahi suatu masalah serta kriteria pengujian untuk

landasan menjawab persoalan penelitian. Paradigma positivisme adalah

proses riset secara logika yang berpikir rasional dan deduktif yang dimana

menerapkan penelitian kuantitatif secara eksperimental didasarkan filsafat

positivisme dengan didasarkan juga pada pengalaman yang dilakukan dan

mendapatkan data untuk di olah sehingga mendapatkan hasil.

Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan yaitu paradigma

positivisme karena penelitian ini bersifat eksperimental yang dimana

dilakukannya uji coba membuat media alternatif yang terbuat dari pisang

nangka dengan pemanfaatan daging pisang nangka dan kulitnya, yang

diolah terlebih dahulu menjadi tepung pisang. Uji coba media alternatf ini

dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi diantaranya 8%, 9%, 10%,

11% dan 12%.

19
Media alternatif buah, kulit pisang
Media kontrol Potato Dextrose
nangka dan campuran keduanya
Agar (PDA)
konsentrasi 8%, 9%, 20%, 11%, 12%

Aspergillus sp.

Pertumbuhan Aspergillus sp.

Pengukuran koloni Pengamatan pigmentasi

Analisis Data

Pembahasan

Gambar 3.1:5Kerangka Konsep

2. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu eksperimen

(exsperimental research). Penelitian eksperimen atau percobaan adalah

penelitian yang melakukan suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja

oleh peneliti untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan untuk mengetahui

pengaruh yang ditimbulkan akibat perlakukan atau eksperimen tersebut.

Rancangan penelitian yaitu memvariasikan konsentrasi dari daging

pisang nangka, kulit pisang nangka dan campuran keduanya yang dibuat

terlebih dahulu menjadi tepung. Variasi konsentrasi yang digunakan yaitu

20
8%, 9%, 10%, 11% dan 12%, konsentrasi tersebut didasarkan dari

penelitian sebelumnya yang dimana konsentrasi tersebut berhasil

menumbuhkan jamur secara bai. Penelitian ini hanya dilakukan sekali

pengulangan. Hasil data yang diperolah dari penelitian ini dianalisis secara

deskriptif.

Pembuatan tepung buah Pembuatan tepung kulit


pisang nangka pisang nangka

Pembuatan media alternatif dengan


variasi 8%, 9%, 10%, 11% dan 12%

Penanaman jamur pada media


alternatif

Pengukuran diameter koloni dan


pengamatan pigmentasi

Interpretasi hasil dan Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3.2.6Alur Penelitian

21
3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini bahwa daging pisang nangka, kulit pisang

nangka dan campuran keduanya dapat menumbuhkan jamur Aspergillus

sp dengan variasi campuran tepung daging pisang dan kulit pisang paling

optimum. Selain itu, konsentrasi 12% merupakan konsentrasi yang paling

optimum pula untuk pertumbuhan jamur. Maka semakin tinggi konsentrasi

akan semakin optimum terhadap pertumbuhan jamur tersebut.

4. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu media alternatif dari pisang

nangka, kulit pisang nangka, dan campuran keduanya dengan

konsentrasi 8%, 9%, 10%, 11% dan 12%.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu pertumbuhan Aspergillus sp

dengan mengukur diameter dan mengamati pigmentasi yang

dipengaruhi oleh media tumbuhnya yaitu media alternatif dari daging

pisang dan kulit pisang.

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara Ukur Skala


Penelitian Operasional
1 Media alternatif Media alternatif ini Menimbang Interval
dari pisang terbuat dari buah jumlah tepung
nangka, kulit pisang nangka, dengan

22
pisang nangka dan kulit pisang nangka timbangan dan
campuran dan campuran menghitung
keduanya dengan keduanya dengan volume dengan
variasi variasi konsentrasi gelas ukur
konsentrasi. 8%, 9%, 10%, 11% untuk
dan 12%. menentukan
konsentrasi
media.

No Variabel Definisi Cara Ukur Skala


Penelitian Operasional
2 Ukuran diameter Suspensi Mengukur Interval
koloni jamur Aspergillus sp. diameter koloni
Aspergillus sp. ditanam pada menggunakan
media alternatif jangka sorong
diinkubasi selama
lima sampai tujuh
hari pada suhu
37oC, kemudian
lakukan
pengukuran
diameter koloni
yang tumbuh.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi yang digunakan yaitu pisang nangka yang terdapat di

salah satu pasar tradisional Cimahi.

2. Sampel

a. Sampel Media Alternatif

23
Sampel yang digunakan yaitu buah pisang nangka, kulit pisang

nangka dan campuran keduanya dengan konsentrasi 8%, 9%, 10%,

11% dan 12%.

b. Sampel Jamur Aspergillus sp.

Sampel yang digunakan yaitu kultur murni Aspergillus sp. dari

Laboratorium Mikologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan

Universitas Jenderal Achmad Yani..

C. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan

metode eksperimen. Untuk mengetahui pertumbuhan jamur pada media

sumber karbohidrat dilakukan pengamatan makroskopis dan mikroskopis

tentang pertumbuhan jamur dengan konsentrasi yang berbeda. Pengamatan

yang dilakukan meliputi pengukuran diameter dan pengamatan pigmentasi

Aspergillus sp. pada hari pertama sampai hari ketujuh.

2. Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini tercantum dalam tabel

berikut.

Tabel 3.22Alat Penelitian

No Peralatan Spesifikasi Satuan

24
.

1 Alat Penggiling Chopper 1 buah

2 Autoklaf GEA 1 buah

3 Batang Pengaduk Uk. 20 cm 1 buah

4 Cawan Petri 100 mm x 15 mm Buah

5 Cover Glass Blides 16 buah

6 Erlenmeyer Uk. 500 ml 1 buah

7 Gelas Kimia Uk. 100 ml 1 buah

8 Gelas Ukur Uk. 100 ml 1 buah

9 Hotplate Thermo 1 buah

10 Jangka Sorong Besi 1 buah

11 Jarum Ose Bulat Kawat Nikrom 1 buah

12 Jarum Ose Lurus Kawat Nikrom 1 buah

13 Lampu Spirtus Kaca 1 buah

14 Mikroskop Olympus 1 buah

15 Object Glass Uk. 25,4 x 76,2 mm 16 buah

16 Oven Memmert 1 buah

17 Saringan Besi 1 buah

No Peralatan Spesifikasi Satuan

18 Tabung reaksi Kaca 2 buah

19 Timbangan Analitik Besi 1 buah

b. Bahan

25
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini tercantum dalam tabel

berikut.

Tabel 3.3.3Bahan Penelitian

No. Bahan-bahan Spesifikasi Satuan

1 Antibiotik Kloramfenikol 20 ml

2 Aquades - 2L

3 Agar Bacteriogical Agar 50 g

4 Kultur Murni Aspergillus niger -

Aspergillus sp.

5 Media PDA OXOID 45 g

6 NaCl Fisiologis 5 ml

7 Larutan Garam Natrium Metabisulfit 50 ml

8 Pewarna LPCB S016 16 tetes

9 Pisang Nangka Matang 1000 g

D. Validitas dan Reabilitas

Dalam penelitian untuk mendapatkan hasil yang baik diperlukan

quality control (Siregar et al., 2018).

1. Autoklaf

a. Melakukan pemeriksaan suhu dengan termometer berstandar

skala.

26
b. Melakukan pelaporan suhu inkubator setiap hari pada kartu

laporan sebelum memulai pekerjaan.

c. Samakan suhu yang ditunjukkan autoklaf dengan suhu yang

ditunjukkan pada termometer yang terstandar.

d. Penyimpanan suhu tidak boleh lebih dari 2oC, apabila melebihi

dilakukan setel kembali.

e. Bagian dalam autoklaf dan rak dibersihkan dengan disinfektan

secara teratur.

2. Media PDA

Validasi metode dalam pembuatan media PDA (Potato Dextose

Agar) menggunakan alat yang sudah terkalibrasi dan terstandar, selain

itu bahan yang digunakan merupakan bahan yang masih layak pakai

atau tidak melebihi kedaluwarsa yang tertera pada bungkus media.

Validasi media PDA dilakukan melalui tahapan sebagai berikut.

a. Media diinokulasikan dengan strain mikroba yang ditunjukkan

dalam tabel QC

b. Inokulum untuk produktivitas 50 – 100 CFU

c. Inokulum untuk selektivitas: 104 – 106 CFU

d. Proses inkubasi dilakukan selama 2 – 5 hari pada suhu 20 – 25oC

Tabel 3.4.4Mikroorganisme Uji Validitas PDA

Mikroorganisme Pertumbuhan

Aspergillus brasilliensis Bagus

27
Candida albicans Bagus

Saccharomyces cerevisiae Bagus

Namun pada penelitian ini uji validitas metode PDA tidak dapat

dilakukan karena tidak adanya mikroorganisme standar di

Laboratorium Mikologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan.

E. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Media PDA (Lubis, 2008)

Potato dextrose agar instan memiliki komponen potato infusion

4.0 g (infusion from 200 g potatoes), dekstrosa 20 g, dan agar-agar 15 g.

a. Serbuk PDA sebanyak 39 gram ditimbang menggunakan

timbangan digital dan dimasukkannya ke dalam gelas kimia.

b. Akuades ditambahkan sebanyak 1 L kemudian dipanaskan sampai

larut sempurna.

c. Media PDA yang sudah larut ditutup menggunakan alumunium

foil untuk disterilkan menggunakan autoklaf selama 15 menit

pada suhu 121oC.

d. Setelah dikeluarkan dari autoklaf, tambahkan kloramfenikol 1 ml

kemudian dituangkan media pada cawan petri sekitar 15-20 ml

dan diamkan sampai memadat

28
2. Pembuatan Tepung Buah dan Kulit Pisang Nangka

a.sBuah pisang nangka (Nuroso, 2012)

1) Kulit pisang di kupas dan buahnya dipotong melintang atau

menyerong.

2) Pisang nangka di kukus selama 10-20 menit dan setelah matang

dipotong ukuran kecil untuk memudahkan proses pengeringan.

3) Potongan pisang direndam dalam larutan natrium metabisulfit

selama 5 menit.

4) Potongan pisang dilalukan pengeringan sampai bahan benar-benar

kering ditandai dengan mengerasnya bahan tapi mudah

dipatahkan (rapuh).

5) Setelah buah pisang kering dihaluskan menggunakan chopper

sampai bubuk.

6) Tepung buah pisang dilakukan pengayakan untuk menghilangkan

kotoran yang mungkin ikut saat proses penggilingan.

b.aKulit Pisang Nangka (Mulyawati et al., 2019)

1) Kulit pisang nangka di cuci terlebih dahulu dari kotoran sampai

bersih, lalu kulit pisang dipotong menjadi beberapa bagian kecil.

2) Kulit pisang dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar

matahari selama 3x12 jam dan di oven 3x8 jam pada suhu 60oC.

3) Setelah kulit pisang kering dihaluskan menggunakan chopper

sampai bubuk.

29
4) Tepung kulit pisang dilakukan pengayakan untuk menghilangkan

kotoran yang mungkin ikut saat proses penggilingan.

3. Pembuatan Media Alternatif

a. Pembuatan Media Alternatif Tepung Buah dan Kulit Pisang Nangka

(Askari et al., 2018)

1) Tepung buah dan kulit pisang nangka di timbang sebanyak 8 g, 9

g, 10 g, 11 g dan 12 g pada gelas kimia lalu ditambahkan masing-

masing 100 ml aquades steril.

2) Bacteriogical agar ditambahkan sebanyak 1,5 g pada konsentrasi

8%, 9%, 10% dan konsentrasi 11%, 12% sebanyak 1,3 g

kemudian panaskan sampai larut sempurna.

3) Media yang sudah larut ditutup menggunakan sumbat dan

alumunium foil untuk disterilkan menggunakan autoklaf selama

15 menit pada suhu 121oC.

4) Media steril dikeluarkan dari autoklaf, antibiotik tetrasiklin

ditambahkan 0,01 dalam 100 ml aquades, lalu dituangkan media

pada cawan petri sekitar 15-20 ml dan diamkan sampai memadat.

b. Pembuatan Media Alternatif Campuran Buah dan Kulit Pisang

Nangka (Askari et al., 2018)

1) Tepung buah pisang dan kulit pisang nangka di timbang sesuai

dengan konsentrasi.

2) Tepung buah, kulit pisang nangka ditimbang masing-masing 4

gram untuk konsentrasi 8%.

30
3) Tepung buah, kulit pisang nangka ditimbang masing-masing 4,5

gram untuk konsentrasi 9%.

4) Tepung buah, kulit pisang nangka ditimbang masing-masing 5

gram untuk konsentrasi 10%.

5) Tepung buah, kulit pisang nangka ditimbang masing-masing 5,5

gram untuk konsentrasi 11%.

6) Tepung buah, kulit pisang nangka ditimbang masing-masing 6

gram untuk konsentrasi 12%.

7) Bacteriogical agar ditambahkan sebanyak 1,5 g pada konsentrasi

8%, 9%, 10% dan konsentrasi 11%, 12% sebanyak 1,3 g

kemudian panaskan sampai larut sempurna.

8) Media yang sudah larut ditutup menggunakan sumbat dan

alumunium foil untuk disterilkan menggunakan autoklaf selama

15 menit pada suhu 121oC.

9) Media steril dikeluarkan dari autoklaf, antibiotik kloramfenikol

ditambahkan 1 ml dalam 100 ml aquades, lalu dituangkan media

pada cawan petri sekitar 15-20 ml dan didiamkan sampai

memadat.

4. Persiapan Kultur Aspergillus niger (Lubis, 2008)

a. Media PDA dan kultur murni Aspergillus niger disiapkan sesuai

kebutuhan.

b. Jarum inokulasi dipanaskan hingga pijar.

31
c. Spora Aspergillus niger di ambil menggunakan jarum ose kemudian

ditanam pada Potato Dextrose Agar (PDA) dengan cara streak plate.

d. Diinkubasi selama tujuh hari pada suhu 25oC dan amati koloni yang

terbentuk.

5. Penanaman Aspergillus niger Dengan Metode Single Dot (Ningrum et

al., 2013).

a. Alat dan bahan dipersiapkan untuk proses penanaman dan jarum

inokulasi dipanaskan hingga pijar.

b. Koloni jamur diambil menggunakan jarum ose yang telah dipijarkan,

tanam pada media alternatif dan media PDA sebagai kontrol positif.

c. Jarum ose ditusukkan di bagian tengah permukaan agar.

d. Inkubasi pada suhu 25oC.

e. Koloni yang tumbuh dilakukan pengukuran menggunakan jangka

sorong dan pengamatan pigmentasi dari hari pertama sampai hari

ketujuh.

f. Aspergillus niger yang tumbuh dilakukan pemeriksaan secara

mikroskopis pada hari ke enam.

D. Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik dengan

menggunakan uji Two-way anova. Uji anova digunakan untuk

membandingkan tepung dari buah, kulit pisang nangka dan campuran

32
keduanya sebagai media pertumbuhan jamur Aspergillus niger agar

mengetahui konsentrasi yang optimum.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Tempat penelitian di laboratorium Mikologi Fakultas Ilmu dan Teknologi

Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi

2. Waktu

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan 05 Januari – 05 Februari

2022.

33
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pertumbuhan Aspergillus niger pada media alternatif berbahan dasar buah

pisang (BP), kulit pisang (KP), dan campuran buah dan kulit pisang (CBK)

dengan konsentrasi 8%, 9%, 10%, 11%, dan 12% ditunjukkan dengan panjang

diameter dan pigmentasi koloni.

Tabel 4.1.5Diameter Koloni Jamur Aspergillus niger pada Media BP

Waktu Diameter Aspergillus niger (mm)

Inkubasi BP BP BP BP BP Kontrol

(jam) 8% 9% 10% 11% 12% (PDA)

0 0 0 0 0 0 0

24 8,08 8,68 9,18 10,34 11,16 7,72

48 26,72 28,02 30,08 32,12 33,62 19,72

72 44,58 46,32 47,88 49,92 52,12 30,12

96 63,22 65,22 71,92 73,72 76,42 43,22

120 72,62 79,58 83,18 83,62 85,62 52,62

144 90 90 90 90 90 60,18

Keterangan : BP : Buah Pisang

34
Tabel 4.1 memperlihatkan diameter koloni Aspergillus niger yang di

tanam pada media tepung BP mengalami pertumbuhan. Waktu pertumbuhan 24

jam pada semua konsentrasi dan media kontrol PDA dan waktu inkubasi 144 jam

Aspergillus niger sudah menyelimuti seluruh permukaan agar dibandingkan media

PDA. Pertumbuhan Aspergillus niger lebih cepat pada buah pisang dibandingkan

dengan media PDA dan konsentrasi dari buah pisang yang menunjukkan

pertumbuhan Aspergillus niger lebih cepat yaitu pada konsentrasi 12%.

Tabel 4.2.6Pigmentasi Koloni Jamur Aspergillus niger pada Media BP

Waktu Pigmentasi Aspergillus niger

Inkubas BP BP BP BP BP
PDA
i (jam) 8% 9% 10% 11% 12%

Belum Belum Belum Belum Belum Belum


0
Tumbuh Tumbuh Tumbuh Tumbuh Tumbuh Tumbuh

24 Putih Putih Putih Putih Putih Putih

Kehita- Kehita- Kehita- Kehita- Kehita-


48 Putih
man man man man man

72 Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Putih

96 Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Kecoklatan

120 Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Kecoklatan

144 Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Kecoklatan

Keterangan : BP : Buah Pisang

35
Tabel 4.2 memperlihatkan pigmentasi koloni Aspergillus niger yang di

tanam pada media tepung BP. Pada waktu inkubasi 24 jam, koloni yang terbentuk

nampak berwarna putih, kemudian berubah menjadi kehitaman setelah inkubasi

48 jam, dan berubah menjadi hitam setelah inkubasi 72 jam - 144 jam. Sedangkan

pada media PDA koloni berwarna putih pada waktu inkubasi 24 jam – 72 jam dan

menetap kecoklatan pada waktu pertumbuhan 96 jam – 144 jam.

Tabel 4.3.7Diameter Koloni Jamur Aspergillus niger pada Media KP

Waktu Diameter Aspergillus niger (mm)

Inkubasi KP KP KP KP KP Kontrol

(jam) 8% 9% 10% 11% 12% (PDA)

0 0 0 0 0 0 0

24 9,28 9,30 9,72 9,92 10,22 7,72

48 25,82 25,82 26,22 27,62 28,22 19,72

72 43,72 45,52 47,22 48,72 50,48 30,12

96 62,92 65,16 70,38 72,52 73,22 43,22

120 79,18 81,88 82,42 86,92 90 52,62

144 90 90 90 90 90 60,18

Keterangan : KP : Kulit Pisang

Tabel 4.3 memperlihatkan diameter koloni Aspergillus niger yang di

tanam pada media tepung KP mengalami pertumbuhan. Waktu pertumbuhan 24

jam pada semua konsentrasi dan media kontrol PDA dan waktu inkubasi 144 jam

36
Aspergillus niger sudah menyelimuti seluruh permukaan agar dibandingkan media

PDA. Pertumbuhan Aspergillus niger lebih cepat pada buah pisang dibandingkan

dengan media PDA dan konsentrasi dari buah pisang yang menunjukkan

pertumbuhan Aspergillus niger lebih cepat yaitu pada konsentrasi 12%.

Tabel 4.4.8Pigmentasi Koloni Jamur Aspergillus niger pada KP

Waktu Pigmentasi Aspergillus niger

Inkubas KP KP KP KP KP
PDA
i (jam) 8% 9% 10% 11% 12%

Belum Belum Belum Belum Belum Belum


0
Tumbuh Tumbuh Tumbuh Tumbuh Tumbuh Tumbuh

24 Putih Putih Putih Putih Putih Putih

48 Putih Putih Putih Putih Putih Putih

Kehita- Kehita- Kehita- Kehita- Kehita-


72 Putih
man man man man man

96 Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Kecoklatan

120 Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Kecoklatan

144 Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Kecoklatan

Keterangan : KP : Kulit Pisang

Tabel 4.4 memperlihatkan pigmentasi koloni Aspergillus niger yang di

tanam pada media tepung KP. Pada waktu inkubasi 24 jam, koloni yang terbentuk

nampak berwarna putih, kemudian berubah menjadi kehitaman setelah inkubasi

37
72 jam, dan berubah menjadi hitam setelah inkubasi 96 jam - 144 jam. Sedangkan

pada media PDA koloni berwarna putih pada waktu inkubasi 24 jam – 72 jam dan

menetap kecoklatan pada waktu pertumbuhan 96 jam – 144 jam.

Tabel 4.5.9Diameter Koloni Jamur Aspergillus niger pada Media CBK

Waktu Diameter Aspergillus niger (mm)

Inkubas CBK CBK CBK CBK CBK Kontrol

i (jam) 8% 9% 10% 11% 12% (PDA)

0 0 0 0 0 0 0

24 9,18 10,92 10,76 11,96 11,98 7,72

48 25,12 28,32 31,02 32,74 33,22 19,72

72 47,22 47,20 50,62 52,22 55,82 30,12

96 67,62 68,82 70,62 74,34 76,22 43,22

120 77,52 80,28 90 90 90 52,62

144 90 90 90 90 90 60,18

Keterangan : CBK : Campuran Buah dan Kulit

Tabel 4.5 memperlihatkan diameter koloni Aspergillus niger yang di

tanam pada media tepung CBK mengalami pertumbuhan. Waktu pertumbuhan 24

jam pada semua konsentrasi dan media kontrol PDA dan waktu inkubasi 144 jam

Aspergillus niger sudah menyelimuti seluruh permukaan agar dibandingkan media

PDA. Pertumbuhan Aspergillus niger lebih cepat pada buah pisang dibandingkan

38
dengan media PDA dan konsentrasi dari buah pisang yang menunjukkan

pertumbuhan Aspergillus niger lebih cepat yaitu pada konsentrasi 12%.

Tabel 4.6.10Pigmentasi Koloni Jamur Aspergillus niger pada Media CBK

Waktu Pigmentasi Aspergillus niger

Inkubas CBK CBK CBK CBK CBK


PDA
i (jam) 8% 9% 10% 11% 12%

Belum Belum Belum Belum Belum Belum


0
Tumbuh Tumbuh Tumbuh Tumbuh Tumbuh Tumbuh

24 Putih Putih Putih Putih Putih Putih

Kehita- Kehita- Kehita- Kehita- Kehita-


48 Putih
man man man man man

72 Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Putih

96 Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Kecoklatan

120 Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Kecoklatan

144 Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Kecoklatan

Keterangan : CBK : Campuran Buah dan Kulit

Tabel 4.6 memperlihatkan pigmentasi koloni Aspergillus niger yang di

tanam pada media tepung CBK. Pada waktu inkubasi 24 jam, koloni yang

terbentuk nampak berwarna putih, kemudian berubah menjadi kehitaman setelah

inkubasi 48 jam, dan berubah menjadi hitam setelah inkubasi 72 jam - 144 jam.

39
Sedangkan pada media PDA koloni berwarna putih pada waktu inkubasi 24 jam –

72 jam dan menetap kecoklatan pada waktu pertumbuhan 96 jam – 144 jam.

B. Pembahasan

Penelitian dilakukan menggunakan media alternatif berbahan dasar pisang

nangka yang di variasikan menjadi tiga jenis tepung yaitu BP, KP, dan CBK

dengan konsentrasi 8%, 9%, 10%, 11% dan 12%. Pertumbuhan diameter dan

pigmentasi koloni Aspergillus niger yang ditanam pada media alternatif tepung

BP, KP, dan CBK mengalami pertumbuhan dengan baik. Pada seluruh variasi

media alternatif, semakin lama waktu inkubasi maka diameter koloni akan

semakin bertambah. Koloni Aspergillus niger menyelimuti seluruh permukaan

agar pada waktu inkubasi 144 jam di media BP seluruh konsentrasi, waktu

inkubasi 120 jam di media KP konsentrasi 12% dan waktu inkubasi 120 jam di

media CBK konsentrasi 10%, 11%, dan 12%.

Jika dibandingkan antara ketiga media alternatif di konsentrasi 12% semua

variasi media memiliki pertumbuhan Aspergillus niger dengan diameter

terbesar. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil diameter koloni Aspergillus

niger terbesar berada pada konsentrasi terbesar dari variasi konsentrasi yang

ada dengan media kulit pisang ambon, kapok, candi dan raja(Mulyawati, N. I et

al., 2019). Sedangkan pada penelitian Muthmainnah (2019) didapatkan hasil

bahwa diameter koloni Aspergillus niger terbesar ada pada konsentrasi terbesar

dari variasi yang ada dengan media buah pisang ambon. Hasil penelitian

40
sebelumnya menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi media, diameter

koloni Aspergillus niger akan semakin bertambah. Hal ini berkorelasi dengan

jumlah karbohidrat yang terkandung di dalam media berkaitan dengan substrat

utama pertumbuhan jamur(Muthmainnah, A. W et al., 2019). Selain itu,

makronutrien dan mikronutrien cukup penting dalam media pertumbuhan

Aspergillus niger seperti karbon, nitrogen, fosfat, kalium, magnesium, besi,

seng dan mangan.

Aspergillus niger yang ditanam pada media tepung BP, KP dan CBK

didapatkan hasil nilai p > 0,05. Hasil signifikansi pada perbandingan antara

media tepung BP dengan KP 0,966, tepung BP dengan CBK 0,852, tepung KP

dan CBK 0,818. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan diameter

Aspergillus niger pada ketiga variasi media alternatif tidak berbeda signifikan.

Namun, apabila dilihat dari karakteristik pertumbuhan Aspergillus niger pada

semua variasi dan konsentrasi didapatkan bahwa media tepung campuran buah

dan kulit pisang nangka merupakan variasi yang paling optimum untuk

pertumbuhan Aspergillus niger. Hal ini ditunjukkan dengan pertambahan

diameter yang lebih cepat dibandingkan dengan variasi lain.

Komposisi gizi buah pisang nangka mengandung karbohidrat 28,9 gram,

kalium 373 miligram, vitamin A 250-335 miligram dan klor sebesar 125

miligram. Kandungan karbohidrat terbesar pada buah pisang adalah pati pada

daging buahnya, kemudian diubah menjadi sukrosa, fruktosa dan glukosa pada

saat pisang matang (15-20 %). Sedangkan pada kulit pisang nangka memiliki

komposisi gizi yaitu 68,9 gram air, 18,5 gram karbohidrat, 2,11 gram lemak,

41
0,32 gram protein, 715 miligram kalsium, 117 miligram fosfor, 17,5 miligram

vitamin C, 1,6 miligram besi dan 0,12 miligram vitamin B. Kandungan

karbohidrat pada campuran buah dan kulit yaitu 23,7 gram. Kandungan

karbohidrat ini memiliki peran sebagai sumber energi dalam pembentukan sel

jamur Pertumbuhan jamur ini mengambil zat-zat makanan dengan bantuan

enzim yang diproduksi oleh hifa. Karbohidrat yang dibutuhkan oleh jamur

digunakan sebagai proses pembentukan misselium jamur yang digunakan

untuk membentuk dinding sel jamur, maka semakin banyak jumlah karbohidrat

yang terkandung dalam media akan mempermudah jamur untuk proses

pertumbuhan.

Apabila dibandingkan, karbohidrat pada tepung BP merupakan kandungan

karbohidrat yang tertinggi dibandingkan tepung KP dan CBK. Meski demikian,

pertumbuhan jamur Aspergillus niger dipengaruhi oleh komposisi

mikronutrien. Kandungan mikronutrien yang terdapat pada media tepung CBK

akan lebih lengkap dibandingkan dengan kulit saja atau buah saja. Oleh karena

itu, meskipun kandungan karbohidratnya bukan merupakan kandungan

karbohidrat terbesar dibandingkan ketiganya. Mikronutrien berpengaruh dalam

proses pertumbuhan Aspergillus niger karena dengan komposisi yang semakin

banyak maka akan mempercepat proses terhadap pertumbuhannya, selain itu

terdapat mikronutrien yang saling melengkapi dan bergabung sehingga

kandungannya akan semakin kaya. Salah satu kandungan yang saling

bergabung pada media tepung CBK yaitu vitamin yang terdapat pada buah dan

kulit pisang, yang dimana vitamin ini sebagai koenzim untuk mengkatalis

42
reaksi metabolisme menjadi sederhana. Oleh karena itu, pertumbuhan

Aspergillus niger pada media tepung CBK tetap lebih besar dibandingkan

variasi lainnya. Aspergillus niger mengalami pertumbuhan optimal pada masa

inkubasi tiga atau empat hari yang didukung oleh asupan nutrien tambahan

karena dapat memenuhi kebutuhan nutrien yang diterimanya. Namun,

Aspergillus niger menggunakan nutrien sesudah mengekskresikan enzim-

enzim ekstraseluler yang dapat memecah senyawa kompleks oleh substrat

menjadi senyawa sederhana yaitu berupa gula (monosakarida dan disakarida)

dan komponen lainnya disekeliling hifa akan langsung diserap.

Pigmentasi Aspergillus niger mengalami perubahan warna dimulai dari

warna putih hingga hitam seiring dengan bertambahnya waktu inkubasi.

Pigmentasi media tepung BP dan CBK memiliki persamaan pertumbuhan yaitu

waktu inkubasi 24 jam pigmentasi berwarna putih, waktu inkubasi 48 jam

pigmentasi kehitaman dan waktu inkubasi 72 jam pigmentasi sudah berwarna

hitam, sedangkan media tepung KP waktu inkubasi 24 jam – 48 jam

pigmentasi berwarna putih, waktu inkubasi 72 jam pigmentasi kehitaman dan

waktu inkubasi 96 jam berwarna hitam. Pigmentasi berwarna putih

menunjukkan miselium sudah terbentuk pada media sedangkan pigmentasi

kehitaman menunjukkan terbentuknya spora muda dan spora mulai menua

ditandai dengan warnanya lebih hitam. Hal ini menunjukkan bahwa

pembentukan spora pada media tepung BP dan CBK lebih cepat dibandingkan

dengan media KP. Kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh pH,

kandungan nutrien, suhu dan kelembaban udara. Kandungan nutrisi yang

43
optimum dapat mempercepat pertumbuhan jamur begitu pula dengan

pembentukan spora nya. Jumlah karbohidrat dan mikronutrien yang terkandung

dalam media tepung BP dan CBK jauh lebih banyak dibandingkan dengan

tepung KP sehingga kecepatan pembentukan spora pada media tepung BP dan

CBK akan jauh lebih cepat dibandingkan media tepung KP.

Pada penelitian ini, Aspergillus niger ditanam pada media Potato Dextrose

Agar sebagai kontrol. Apabila dibandingkan dengan media tepung BP, KP dan

CBK hasil penanaman Aspergillus niger tersebut tidak menunjukkan perbedaan

yang signifikan dalam pertumbuhan diameter koloni (p>0,05). Nilai

signifikansi perbandingan media tepung BP dan PDA adalah 0,130, nilai

signifikansi perbandingan media tepung KP dengan PDA yaitu 0,136 dan nilai

signifikansi perbandingan tepung CBK dengan PDA 0,105. Hasil nilai

signifikansi > 0,05 dari perbandingan media tepung BP, KP, dan CBK dengan

PDA memiliki hasil hasil rata-rata tidak berbeda secara signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa media tepung BP, CBK dan KP dapat menumbuhkan

jamur Aspergillus niger dengan baik dan berpotensi untuk menjadi media

alternatif jika dibandingkan dengan media PDA, bahkan apabila dilihat nilai

diameter dan pigmentasi, media tepung BP, CBK dan KP jauh lebih cepat

pertumbuhan dan pembentukan sporulasi. Adanya potensi ini tentunya dapat

mengoptimalkan pemnafaatan limbah pisang nangka sebagai media alternatif

karena hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh bagian pisang nangka

dapat menumbuhkan Aspergillus niger dengan baik.

44
Selain pengamatan makroskopis, pemeriksaan mikroskopis dilakukan pada

semua media alternatif untuk memastikan bahwa Aspergillus niger yang

tumbuh pada media tersebut. Struktur Aspergillus niger mudah diamati secara

mikroskopis karena memiliki struktur yang mudah dibedakan dengan spesies

Aspergillus lainnya. Aspergillus flavus memiliki ciri vesikel bulat – semibulat,

konidiofor tampak jelas dan kasar, fialid berbentuk langsung dari vesikula dan

konidia bulat – semibulat, sedangkan Aspergillus fumigatus memiliki ciri

mikroskopis vesikel tidak lebar, konidiofor pendek, berdinding halus dan

berwarna hijau, fialid langsung dari vesikula berwarna hijau dan konidia bulat

– semibulat warna hijau, berdinding kasar hingga berduri. Aspergillus niger

memiliki struktur yang hampir sama seperti kedua spesies lainnya, namun yang

paling membedakan yaitu konidia yang bulat semibulat berwarna coklat

dengan tonjolan duri yang tidak beraturan.

a b

c d

45
Gambar 4.1 : Pemeriksaan Mikroskopis Aspergillus niger (a). Media BP (b).

Media KP (c). Media CBK (d). PDA Dengan LPCB Perbesaran 40x

Lensa Objektif

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Hasil dari pemeriksaan mikroskopis dari seluruh media alternatif

didapatkan bentuk morfologi adanya konidiospora, sterigmata, vesikel,

konidiopora, dan hifa yang menunjukkan Aspergillus niger.

46
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pemanfaatan buah, kulit pisang nangka dan campuran keduanya dapat

dijadikan media alternatif untuk pertumbuhan Aspergillus niger dengan variasi

campuran buah dan kulit pisang yang paling optimum, dan konsentrasi 12%

juga yang paling optimum untuk pertumbuhan Aspergillus niger. Media

alternatif ini juga lebih sensitif untuk pertumbuhan Aspergillus niger.

B. Saran

Adanya pembaharuan terhadap penelitian ini dengan menumbuhkan jenis

jamur lain sehingga tidak hanya Aspergillus niger yang dapat ditumbuhkan

pada media buah, kulit pisang dan campuran keduanya.

A.

47
DAFTAR PUSTAKA

Agrijant & Kusumadewi, L. B. (2015). Uji Potensi Ubi Jalar Varietas Sukuh
(Ipoma Batatas.L) Sebagai Media Pertumbuhan Fungi Dermatofita.
Bernward Rohde & Gabrielle Hartmann. (1980). Introducing Mycology by
Examples. Schering A.G.
Djarir, Makfoeld. (n.d.). Mikotoksin pangan.
Edyansyah,E. (2013). Keberadaan Jamur Kontaminan Penyebab Mikotoksikosis
Pada Selai Kacang Yang Dijual Di Pasar Tradisional Kota Palembang.
Januar Ardi Kurniawan. (2009). Uji Aktivitas Anti Jamur Ekstak Rimpang
BInahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Jamur Candida
albicans Serta Skrining Fitokimianya.
Jawetz, Melnick, A. (2012). Medical Microbiology.
Kauffman, C. A., Pappas, P. G., Sobel, J. D., & Dismukes, W. E. (Eds.). (2011).
Essentials of Clinical Mycology. Springer New York. https://doi.org/10.1007/978-
1-4419-6640-7
Mulyawati, N. I, Swasono, Muh. A. H, & Utomo, D. (2019). Pengaruh Varietas
Dan Konsentrasi Broth Kulit Pisang Sebagai Media Alternatif Pertumbuhan
Aspergillus Niger.
Muthmainnah, A. W, Srigede, L., & Jiwintarum, Y. (2019). Penggunaan Bahan
Dasar Pisang Ambon (Musa Acuminata) Sebagai Media Alternatif Untuk
Pertumbuhan Jamur Aspergillus niger.
Nail, Y. A. F., Ernawati, E, & Suryani, S. (2020). Pemanfaatan Kulit Pisang
Kepok (Musa Paradisiaca Linn.) Dan Kulit Ubi Kayu (Manihot Utilisma Pohl.
Nicholson, J, P., W. T. (n.d.). Copper Deficiency In Potato Dextrose Agar Causes
Reduced Pigmentation In Cultures Of Various Fungi.
Ruiqian,L,Q, Qian, D.Thanaboripat, & P.Thansukon. (2004). Biocontrol Of
Aspergillus Flavus and Aflatoxin Production.
Sholihah, F. V, Kinseng, R. A, & Sunito, S. (2017). Dinamika Sosial Ekonomi
Pada Distribusi Komodoitas Pisang Skala Rakyat Di Jawa Barat.
Syarifuddin AN. (n.d.). Identifikasi Jamur Aspergillus Sp pada Roti Tawar
Berdasarkan Masa Sebelum dan Sesudah Kadaluarsa ( Studi di Desa Candimulyo
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang ).

48
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Bahan Penelitian

Media PDA Bacteriogical Agar Kloramfenikol

Natrium Metabisulfit LPCB Pisang Nangka

Kultur Murni
Aspergillus niger
Lampiran 2: Alat Penelitian

Penggiling Tepung Erlenmeyer Jangka Sorong

Loyang Saringan Cawan Petri

Oven Object glass & Cover Ose Lurus, Batang


glass Pengaduk, Spatel

Mikroskop Gelas Ukur & Gelas Timbangan


Kimia
Lampiran 3: Langkah Kerja

Proses Pengukusan Pengeringan Buah Pisang & Kulit

Hasil Pengeringan Kulit Pisang Hasil Pengeringan Buah Pisang

Penggilingan Kulit Pisang Penggilingan Buah Pisang

Hasil Penggilingan Kulit Pisang Hasil Penggilingan Buah


Pisang
Proses Pembuatan Media Buah Pisang Proses Pembuatan Media Kulit Pisang

Proses Pembuatan Media Campuran Proses Pembuatan Media PDA


Buah dan Kulit Pisang

Hasil Pembuatan Media Buah Pisang Hasil Pembuatan Media Kulit Pisang
Pisang

Hasil Pembuatan Media Campuran Media Alternatif Buah Pisang


Media Alternatif Campuran Buah & Hasil Pembuatan Media Kulit Pisang
Kulit Pisang Pisang

Penanaman Aspergillus niger Pada


Media
Lampiran 4: Hasil Pengamatan Media Buah Pisang
Media Buah Pisang 0 Jam Media Buah Pisang 24 Jam

Media Buah Pisang 48 Jam Media Buah Pisang 72 Jam

Media Buah Pisang 96 Jam Media Buah Pisang 120 Jam

Media Buah Pisang 144 Jam


Lampiran 5: Hasil Pengamatan Media Kulit Pisang
Media Kulit Pisang 0 Jam Media Kulit Pisang 24 Jam

Media Kulit Pisang 48 Jam Media Kulit Pisang 72 Jam

Media Kulit Pisang 96 Jam Media Kulit Pisang 120 Jam

Media Kulit Pisang 144 Jam


Lampiran 6: Hasil Pengamatan Media Campuran Buah dan Kulit Pisang
Media Campuran Buah & Kulit Pisang Media Campuran Buah & Kulit Pisang
0 Jam 24 Jam

Media Campuran Buah & Kulit Pisang Media Campuran Buah & Kulit Pisang
48 Jam 72 Jam

Media Campuran Buah & Kulit Pisang Media Campuran Buah & Kulit Pisang
96 Jam 120 Jam

Media Campuran Buah & Kulit Pisang


144 Jam
Lampiran 7: Hasil Pengamatan Media PDA
Media PDA 0 Jam Media PDA 24 Jam

Media PDA 48 Jam Media PDA 72 Jam

Media PDA 96 Jam Media PDA 120 Jam

Media PDA 144 Jam

Lampiran 8: Hasil Two-Way Anova Media Alternatif


Multiple Comparisons
Dependent Variable: Hasil
LSD
(I) Variasi (J) Variasi Mean Std. Error Sig. 95% Confidence
Differenc Interval
e (I-J) Lower Upper
Bound Bound
Kulit Pisang ,3297 7,60563 ,966 -14,7802 15,4396
Buah Pisang Campuran Buah dan -1,4223 7,60563 ,852 -16,5322 13,6876
Kulit Pisang
Buah Pisang -,3297 7,60563 ,966 -15,4396 14,7802
Kulit Pisang Campuran Buah dan -1,7520 7,60563 ,818 -16,8619 13,3579
Kulit Pisang
Campuran Buah dan Buah Pisang 1,4223 7,60563 ,852 -13,6876 16,5322
Kulit Pisang Kulit Pisang 1,7520 7,60563 ,818 -13,3579 16,8619
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1012,298.
Lampiran 9: Hasil Two-way Anova Media Alternatif Dengan PDA

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Hasil
LSD
(I) Variasi (J) Variasi Mean Std. Error Sig. 95% Confidence
Differenc Interval
e (I-J) Lower Upper
Bound Bound
Kulit Pisang ,3297 7,47809 ,965 -14,5142 15,1736
Campuran Buah dan -1,4223 7,47809 ,850 -16,2662 13,4216
Buah Pisang
Kulit Pisang
PDA 19,7840 12,95242 ,130 -5,9264 45,4944
Buah Pisang -,3297 7,47809 ,965 -15,1736 14,5142
Campuran Buah dan -1,7520 7,47809 ,815 -16,5959 13,0919
Kulit Pisang
Kulit Pisang
PDA 19,4543 12,95242 ,136 -6,2561 45,1646
Buah Pisang 1,4223 7,47809 ,850 -13,4216 16,2662
Campuran Buah dan
Kulit Pisang 1,7520 7,47809 ,815 -13,0919 16,5959
Kulit Pisang
PDA 21,2063 12,95242 ,105 -4,5041 46,9166
Buah Pisang -19,7840 12,95242 ,130 -45,4944 5,9264
Kulit Pisang -19,4543 12,95242 ,136 -45,1646 6,2561
PDA
Campuran Buah dan -21,2063 12,95242 ,105 -46,9166 4,5041
Kulit Pisang
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 978,631.
RIWAYAT HIDUP

Nama : Sisna Imalda


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat tanggal Lahir : Garut, 14 Agustus 2000
Alamat : Kp. Pasanggrahan Desa Pasanggrahan Rt.06
Rw.04 Kec. Cilawu Kab.Garut Jawa Barat
44181
E-mail : Imaldasisna14@gmail.com
No Hp : 082119726752
Pendidikan : SD Negeri Pakuwon IV (2006-2012)
SMP Negeri 1 Garut (2012-2015)
SMA Negeri 11 Garut (2015-2018)
D4 Teknologi Laboratorium Medis (2018-2022)

Anda mungkin juga menyukai