banyak
informasi
baru
tentang
neurobiologi
kokain
dan
mengambarkan
sepuluh
gangguan
terkait
zat
lainnya.
resiko
penggunaan
obat
terlarang,
penggunaan
kokain,
dan
ketergantungan mulai menurun. Namun, hal ini tetap menjadi biasa di Eropa.
Hans Maiers classic Der Kokainimus, diterbitkan pada tahun 1926, termasuk
deskripsi kasus klinik yang relatif kontemporer.
Ada sedikit kemunculan penggunaan kokain dan ketergantungan dari akhir
tahun 1930 hingga awal tahun 1970. Meskipun beberapa pengguna heroin juga
menggunakan kokain, hampir tidak ada pasien ketergantungan kokain yang masuk
ke U.S Public Health Service Hospital di Lexington, Kentucky, di tahun 1980.
Dimulai tahun 1970 dan berlanjut sepanjang tahun 1980, ketersediaan kokain
meningkat nyata. Selama beberapa tahun pertama menjadi populer kembali,
terdapat beberapa laporan keracunan kokain dan beberapa orang dilaporkan
mencari pengobatan. Beberapa pengamat, tampaknya tidak menyadari epidemi
sebelumnya diaman sifat kompulsif dari penggunaan kokain dan keracunannya
rumah,
pengedar
utama
obat
dan
geng
jalanan
yang
edisi DSM sebelumnya dan DSM-IV-TR. Kesepakatan yang tinggi juga ada antara
DSM-IV-TR dan ICD-10. Mereka menggunakan konsep yang serupa (variasi
tingkat keparahan sindrom ketergantungan), meskipun kata-kata dari kriteria
untuk menentukan keberadaan dan keparahan dari sindrom berbeda. Keduanya
mengharuskan tiga elemen sindrom dicatat dalam jangka waktu 12 bulan.
Meskipun DSM-IV-TR terlihat menempatkan stres lebih besar daripada ICD yang
menempatkan toleransi dan ketergantungan fisiologi (karena ini meminta dokter
untuk menentukan adanya kriteria ini), dalam prakteknya, ini memberi dampak
yang kecil terhadap pasien yang mencari pengobatan yang memenuhi kriteria
diagnosis ketergantungan. Kebanyakan pasien yang memenuhi kriteria DSM-IVTR tentang ketergantungan dilaporkan toleransi, withdrawal, atau keduanya.
ICD-10 dan DSM-IV-TR berbeda dalam mengklasifikasikan apa yang
disebut penyalahgunaan zat di DSM-IV-TR. ICD-10 tidak menggunakan istilah
penyalahgunaan tetapi juga memasukkan kategori penggunaan berbahaya, yang
berbeda secara dasarnya dari konsep penggunaan penyalahgunaan di DSM-IV-TR.
Konsep tentang berbahaya hanya terbatas secara kesehatan mental dan fisik (misal
hepatitis, kerusakan jantung, episode depresi, dan racun psikosis). Ini khususnya
mengecualikan gangguan sosial, sebagai berikut :
Fakta bahwa pola penggunaan atau zat tertentu ditolak oleh orang lain atau
oleh budaya, atau mungkin menyebabkan konsekuensi sosial negatif seperti
penangkapan atau argumen pernikahan yang tidak dengan sendirinya merupakan
bukti penggunaan berbahaya.
EPIDEMIOLOGI
Penggunaan kokain telah berfluktuasi secara dramatis selama empat
dekade terakhir, tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga di Amerika Selatan
dan Eropa Barat. Di Amerika Serikat, berbagai kegiatan bertujuan untuk
memperkirakan tingkat dan konsekuensi dari penggunaan obat psikoaktif
termasuk,namun tidak berbatas pada, studi tahunan Monitoring the Future (MTF);
National Household Survey on Drug Abuse (NHSDA); Drug and Alcohol
Services Information System (DASIS), yang menyediakan informasi tentang
sistem pengobatan penyalahgunaan zat tingkat nasional dan negara; Drug Abuse
Warning Network (DAWN), yang mendapat laporan dari kelompok tertentu di
rumah sakit bagian ruang gawat darurat (ED) dan kantor pemeriksa medik tentang
efek samping dan kematian terkait obat; dan program Arrestee Drug Abuse
Monitoring (ADAM) , yang mendapatkan datanya berasal dari uji urin dari
tahanan pada penjara tertentu. Semua dari teknik tersebut diperkirakan
mempunyai sampling yang terbatas, dan tidak dapat menerapkan kriteria
diagnosis yang standart untuk pola penggunaan zat atau efek sampingnya.
Akibatnya, meskipun mereka memberikan gambaran penggunaan setiap waktu,
metode ini tidak mengungkapkan perubahan dalam insiden dan prevalensi spesifik
gangguan terkait zat seperti ketergantungan dan penyalahgunaaan.
Dalam studi tahunan MTF, penurunan substansial di semua indikator yang
dilaporkan penggunaan kokain diantara iswa SMA (penggunaan seumur hidup,
tahun lalu, dan bulan lalu) diantara 1985 dan 1992 diikuti dengan peningkatan
bertahap antara 1992 dan 1999. Di tahun 1999, puncak kedua di prevalensi
tahunan mencapai 6.2 persen. Sejak tahun 1999, angka prevalensi tahunan
menurun sedikit menjadi 5 persen di tahun 2002. Menurut NHSDA, diantara 1993
dan 2001, penggunaan kokain berfluktuasi antara 1,5 dan 1,9 persen. Selama
periode 9 tahun ini, angka tahunan paling rendah 1,5 persen dilaporkan pada
tahun 2000. Di tahun 2001, angka ini meningkat kembali ke 1,9 persen. Jumlah
pengguna kokain menurun dari 5,7 juta di tahun 1985 menjadi 1,4 juta di tahun
1992. Sejak tahun 1992, tidak ada perubahan yang signifikan di sejumlah
pengguna kokain. Dan di tahun 2001, diperkirakan 1,7 juta orang America yang
sekarang pengguna kokain (0,7 persen dari populasi berusia 12 tahun ke atas), dan
406.000 orang America sekarang pengguna crack (0,2 persen).
Sejak tahun 2000, NHSDA sudah memasukkan sejumlah pertanyaan
tentang ketergantungan dan penyalahgunaan zat. Pertanyaan dirancang untuk
mengukur ketergantungan dan penyalahgunaan berdasarkan kriteria spesifik di
DSM-IV. Pada tahun 2000, 0.3 persen dilaporkan ketergantungan dan
penyalahgunaan kokain pada akhir tahun. Dan di tahun 2001, persen meningkat
menjadi 0,5 persen. Perbedaan antara tahun 2000 dan 2001 diperkirakan statistik
signifikan (pada tingkat 0.05)
Treatment Episode Data Set (TEDS), satu dari tiga komponen dari DASIS,
menyediakan informasi pada sejumlah dan karakteristik dari individu yang
dirawat pengobatan obat dan alkohol. Empat zat alkohol, opiat (terutama
heroin), kokain, dan mariyuana/ganja telah mendominasi pengobatan ditingkat
nasional pada beberapa tahun. Proporsi penerimaan dilaporkan terutama
penyalahgunaan kokain mengalami sedikit penurunan, dari 17.9 persen dari
seluruh penerimaan di tahun 1994 menjadi 14.4 persen di tahun 1999.
Menurut komponen ED dari DAWN,
KOMORBIDITAS
Tambahan diagnosis psikiatri yang cukup umum diantara pasien
ketergantungan kokain. Hal ini tidak selalu jelas bagaimana komorbiditas
dikaitkan dengan etiologi kokain, tetapi bukti epidemiologi jelas menunjukkan
bahwa kehadiran gangguan psikiatri tidak dikaitkan dengan penyalahgunakan zat
(misal gangguan mood, skizofrenia, dan gangguan kepribadian antisosial) secara
substansial meningkatkan kemungkinan dari perkembangan penyalahgunaan dan
ketergantungan zat. Bagi sebagian orang, kokain mungkin berguna untuk
meringankan berbagai gangguan psikiatri atau keadaan disfungsi. Beberapa
pengguna, sebagai contoh, mungkin menemukan kenyamanan dari gangguan
distimik. Orang lain mungkin menemukan bahwa kokain memudahkan kegiatan
seksual, yang memungkinkan bersosialisasi lebih lama, atau melawan efek sedatif
dari alkohol. Namun meskipun faktor-faktor tersebut mungkin dapat menjelaskan
penggunaan zat lebih dari satu kesempatan, mereka tidak memperhitungkan
perkembangan menjadi ketergantungan atau penyalahgunaan.
FAKTOR GENETIK
Bukti yang paling dipercaya akan pengaruh generik pada ketergantungan
kokain berasal dari studi kembar. Sebuah studi kembar laki-laki yang bertugas di
militer U.S. antara tahun 1965 dan 1975 ditemukan tingkat kesesuaian yang lebih
tinggi untuk ketergantungan stimulan (kokain, amfetamin, dan obat-obat seperti
amfetamin) diantara kembar monozigot daripada dizigot. Analisis menunjukkan
bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan yang unik (tidak dapat disebarkan)
diperkirakan memberi kontribusi yang sama untuk berkembang ke ketergantungan
stimulan. Studi kembar laki-laki di Virgnia ditemukan faktor genetik umum
memberikan pengaruh kuat pada resiko penggunaan obat terlarang dan
penyalahgunaan/ketergantungan obat selama enam kelas yang berbeda. Faktor
lingkungan merupakan penentu utama apakah kelas obat tertentu digunakan
individu. Studi lainnya menunjukkan kontribusi genetik menjadi attention-
dengan keadaan euforik yang panjang setelah periode penghentian, tanda tersebut
seperti (misal bubuk putih dan paraphernalia) yang dapat menimbulkan kenangan
keadaan euforik dan membangunkan keinginan kembali kokain.
Dalam penyalahgunaan kokain (tetapi tidak di kontrol normal),
rangsangan terkait kokain mengaktifkan memori episodik dan memori kerja dan
menghasilkan rangsangan (desynchronization) elektroencephalografi (EEG) di
daerah otak. Peningkatan kegiatan metabolik di regio limbik, seperti amigdala,
gyrus parahippocampal, dan dorsolateral prefrontal cortex, berkorelasi dengan
laporan akan keinginan untuk kokain, tetapi tidak ada rangsangan EEG.
FAKTOR FARMAKOLOGIS
Sebagai akibat dari tindakan dalam sistem saraf pusat (CNS), kokain dapat
menghasilkan rasa kewaspadaan, euforia, dan kesejahteraan. Mungkin ada
penurunan rasa lapar dan kurangnya rasa tidur. Gangguan kinerja oleh kelelahan
biasanya miningkat. Seperti amfetamin dan methylphenidate, kokain muncul
untuk meningkatkan fokus dan mengabaikan gangguan, tindakan yang mungkin
bernilai untuk individu yang mempunyai gangguan penurunan perhatian.
Beberapa pengguna percaya bahwa kokain meningkatkan kinerja seksual.
MEKANISME AKSI
Kokain menghambat pemasukan kembali dari monoamina dari celak
sinaptik dengan mengikat protein transporter. Memperkuat efeknya terutama
dikarenakan aksinya di transporter dopamin, menghasilkan dopamin tingkat tinggi
di sinaps. Bukti menunjukkan bahwa stimulasi kedua tipe domamin tipe 1 (D1)
dan reseptor D2 mempunyai peranan penting dalam penguatan dopamin dan aksi
meningkatkan salience. Kokain juga menghambat pemasukan kembali dari
norepinefrin dan serotonin. Meningkatkan konsentrasi norepinefrin juga penting
untuk beberapa efek racun dari kokain. Pada dosis biasa yang digunakan
pengguna kokain, obat meningkatkan hrmon adrenokortikotropik (ACTH) dan
kortisol dengan menstimulasi pelepasan hormon hipotalamik korticotropinreleasing (CRH) . Kadar puncak ACTH bertepatan dengan kadar plasma puncak
dari kokain. Dopamin dan seronin merupakan mediator penting dari efek ini
karena antagonis dari transmiter ini dapat menumpulkan efek dari kokain. Efek
pada CRH dan pelepasan kortisol mirip dengan yang diamati pada stress dan
mungkin berhubungan dengan peningkatan sensitivitas terhadap stress yang
diamati dalam keadaan kecanduan. Akut, kokain dapat menstimulasi pelepasan
hormon luteinizing dan hormon follicle-stimulating (FSH) dan menekan
pelepasan prolaktin.
Pada model hewan, kokain dianggap penguat farmakologis paling kuat.
Mengingat akses yang gratis, hewan memilih sendiri kokain daripada makanan,
minuman , atau akses terhadap hewan lain. Kematian dari kelaparan dan
keracunan obat merupakan konsekuensi khas dengan akses kokain tak terbatas.
Dengan akses yang terbatas (2 sampai 6 jam per hari), kokain tidak mendapatkan
kontrol atas perilaku tersebut, dan hewan mungkin memilih makanan daripada
kokain, tergantung dari dosis, dan jumlah pekerjaan yang harus dilakukan untuk
mendapatkan dosis tersebut, dan tipe dan jumlah makanan yang disediakan
sebagai penguat alternatif.
RUTE UMUM ADMINISTRASI
Kokain dapat diminum, diinjeksi, diserap melalui hidung dan membran
bukal, atau diinhalasi dan diserang melalui alveoli paru. Kokain hidroklorida,
bentuk yang larut dalam air biasanya digunakan untuk mengendus atau injeksi,
sebagian besar dihancurkan oleh panasnya pembakaran dan tidak cocok untu
pengasapan. Kokain sebagai bentuk bebas sebelum dihancurkan oleh panas.
Garam hidroklorida dapat dikonversi ke bentuk bebas dengan pengobatan dengan
alkali dan ekstrasi pelarut organik. Inhalasi secara kokain secara bebas
menghasilkan penyerapan segera dan efek onset dengan cepat. Pada tahun 1980an, pengguna belajar untuk menghindari bahaya kebakaran dari ekstraksi pelarut
organik dan masih menghasilkan bentuk kasar dari kokain dengan memanaskan
kokain dengan natrium bikarbonat untuk menghasilkan crack, keras, masa putih
ditambah sisa-sisa. Ketika diasapkan, bahan ini mengeluarkan suara retak. Di
negara produksi kokain, beberapa pengguna mungkin merokok produk setengah
mentah, kokain sulfat (pasta koka, pasta basika, basuca), yang biasanya
terkontaminasi dengan pelarut.
Seperti opioid, onset cepat dari efek kokain setelah injeksi intravena (IV)
atau inhalasi bentuk bebas menghasilkan sensasi sangat menyenangkan, atau
terburu-buru. Rasa buru-buru kokain hanya berlangsung beberapa menit,
sedangkan efek psikologis dan fisiologis cenderung menurun lebih lambat secara
paralel dengan penurunan konsentrasi dalam plasma.
TOLERANSI DAN SENSITISASI
Pasien yang mencari pengobatan sering dilaporkan membutuhkan kokain
lebih banyak untuk mendapatkan efek yang sama. Dalam studi laboratorium,
pengguna sesekali kokain telah ditandai kardiovaskular, subjektif dan respon
endokrin dalam tantangan kokain dosis IV daripada subjek yang memiliki
ketergantungan kokain. Meskipun bukti beberapa toleransi terhadap efek kenaikan
tekanan darah, bahkan pengalaman pengguna mungkin mempertahankan
toksisitas kardiovaskular yang signifikan.
Penggunaan kokain yang kronis juga menghasilkan bentuk sensitisasi yang
merespon kenaikan dosis yang diberikan. Pada hewan, pemberian berulang dosis
stimulan SSP, seperti kokain atau amfetamin, akhirnya menimbulkan kejang atau
perilaku stereotip yang tidak terlihat pada dosis awal. Sensitisasi yang dihasilkan
lebih oleh dosis intermitten lebih handal daripada dosis terus-menerus. Sensitisasi
dapat bertahan lama. Keadaan paranoid dan keracunan psikosis yang biasanya
berkembang di kronik pengguna kokain diyakini menjadi salah satu fenomena
dimana sensitisasi berkembang. Kokain psikosis muncul lebih cepat daripada
mereka yang telah merupakan pengguna kronik atau yang sebelumnya telah
psikosis.
Di laboratorium, hewan yang mengembangkan sensitisasi meminum lebih
amfetamin dan kokain. Menurut beberapa kelompok peneliti, fenomena sensititasi
ini berperan penting dalam pengembangan perilaku adiktif.
Mekanisme yang mendasari perkembangan sensititasi terhadap stimulan,
seperti kokain dan amfetamine, telah dipelajari lebih lanjut. Glutamat dan reseptor
glutamat memainkan peranan penting di fenomena ini. Sensitisasi dapat dicegh
dengan pengobatan dengan D1 tetapi bukan dengan reseptor antagonis D2, dan
lainnya yang menganggap data dari studi gambaran otak yang menunjukkan
adanya penurunan volume dari korteks frontal di banyak subjek kecanduan.
orang
dapat
menggunakan
kokain
intermiten
tanpa
menjadi
ketergantungan, ini tidak jelas berapa lama selang tersebut, dan penguna tidak
ketergantungan dapat melanjutkan dan untuk berapa proporsi pengguna.
Penggunaan kokain yang tidak menimbulkan masalah bagi pengguna tidak
memenuhi kriteria DSM-IV-TR baik untuk ketergantungan atau penyalahgunaan.
Diantara orang-orang yang mencari pengobatan untuk ketergantungan
kokain (tidak seperti ketergantungan opioid), penggunaan harian dari obat yang
tidak merupakan pola pada umumnya. Sebaliknya, penggunaan mungkin
intermiten. Penggunaan interminten terdiri dari episode atau penggunaan binge,
sering dimulai saat akhir pekan dan hari gajian dan berlangsung sampai pasokan
obat habis atau berkembang toksisitas. Berjalan, atau binge, selama obat yang
mungkin digunakan setiap 15 sampai 30 menit, dapat bertahan 7 hari atau
berturut-turut tetapi biasanya lebih singkat. Meskipun tampaknya ada sedikit
toleransi antara binge, perubahan dalam respon terhadap obat terjadi selama
binge. Efek euforia tampaknya kurang menonjol, dan kecemasan, kelelahan,
mudah marah, dan peningkatan depresi. Setiap jeda dalam penggunaan obat
menyebabkan konsentrasi darah menurun; biasanya, terdapat dysphoria daripada
kembali ke mood yang normal. Jika kokain masih tersedia, ini digunakan untuk
menghilangkan dysphoria. Ketika binge ini terganggu atau persediaan telah habis,
segera diikuti crash kokain. Pasien melaporkan rasa membutuhkan lebih banyak
kokain untuk mendapatkan efek yang sama (toleransi) lebih sering daripada
pengalaman withdrawal. Sebagian besar pengguna kokain mencari pengobatan
melaporkan menggunakan harian atau hampir tiap harinya, yang sering dikaitkan
dengan penggunaan heroin harian. Sebagian kecil dari pasien melaporkan
penggunaan dosis tinggi selama beberapa hari dalam sebulan dalam jangka
panjang; orang-orang tersebut mungkin masih memenuhi kriteria untuk
ketergantungan.
Pada tahap awal, penggunaan kokain mungkin dapat menyebabkan sedikit
gangguan terhadap aktivitas normal. Beberapa orang mungkin menemukan bahwa
rasa energi dan rasa kepercayaan diri yang memudahkan kegiatan produktif.
Orang lain mungkin menemukan kokain tersebut memudahkan interaksi sosial,
khususnya meningkatkan gairah seksual dan kenikmatan, paling tidak pada
awalnya. Perkembangan disfungsi seksual kemudian berlanjut di penggunaan
sebaiknya di dokumentasikan daripada untuk meningkatkan.
Sebagai tambahan perasaan euforia, penggunaan kokain mungkin dapat
menyebabkan perasaan kecemasaan, mudah marah, dan kecurigaan. Pengguna
mungkin dapat melakukan kejahatan untuk mendapatkan uang untuk membeli
kokain, dan kejahatan tersebut melibatkan kekerasan. Selain itu, kokain dapat
menginduksi ide paranoid, dan terdapat beberapa laporan bunuh diri, dan
percobaan bunuh diri selama keadaan keracunan diinduksi kokain.
Kokain umumnya merupakan penguat yang sangat kuat ketika digunakan
dengan cara untuk menghasilkan efek onset cepat. Tidak hanya dengan jalan
pemberian IV dan intrapulmonari menghasilkan peningkatan cepat di darah dan
konsentrasi obat di otak dan rasa terburu yang kuat, tetapi terutama dengan
merokok kokain bebas, penurunan yang hampir sama cepat dalam darah dan
konsentrasi obat di otak terjadi ketika kokain diretribusikan dan dimetabolisme.
Dibandingkan dengan mereka yang menggunakan intranasal, pengguna yang
menginhalasi kokain bebas atau menginjeksi garam intravena lebih mengarah dari
eksperimen menjadi reguler, penggunaan kompulsif, dibatasi dengan ketersedian
obat aau uang untuk membelinya. Bahkan di laboratorium, ini dapat dilihatkan
bahwa keinginan untuk kokain secara signifikan hanya beberapa menit setelah
penggunaan IV ketika otak dan konsentrasi darah menurun. Namun, meskipun
penggunaan kokain secara IV dan pulmonari jauh lebih mungkin menghasilkan
penggunaan kompulsif dan ketergantungan, jalur intranasal juga dapat mengarah
ke ketergantungan dan berbagai toksisitas kokain (termasuk kematian).
Pecandu kokain sering menggunakan sedatif atau opioid untuk
memodulasi stimulan dan efek racun dari kokain, sebuah praktek yang dapat
menyebabkan ketergantungan bersamaan sedatif atau opioid. Kadang-kadang
opium, seperti heroin, dan kokain yang diinjeksi secara intravena berkelanjutan;
campuran (speedball) dilaporkan terutama euporigenik. Efek sinergik serupa
terlihat dengan kokain dan buprenorpine (buprenex, subutex) diminum secara
bersamaan. Alkohol mungkin merupakan zat yang paling sering digunakan untuk
bersamaan dengan kokain, dan penggunaannya mungkin terkait dengan
penggunaan kokain dan mungkin dapat memicu keinginan kokain bagi mantan
pengguna yang mencoba untuk menjauhkan diri dari kokain.
KETERGANTUNGAN KOKAIN
Sebagai pengguna obat tetap, prioritas yang lebih besar seringkali
diberikan untuk mendapatkan dan menggunakan kokain daripada memenuhi
kewajiban sosial lain atau menghindari keracunan atau penangkapan. Pengguna
mungkin sering kali terlibat dalam kegiatan ilegal untuk meningkatkan uang untuk
kokain atau perdagangan sex untuk itu. Pada tahap ini, penggunaan kokain
dianggap maladaptif dan mungkin memenuhi kriteria DSM-IV-TR tentang
penyalahgunaan atau ketergantungan kokain. Kriteria DSM-IV-TR tentang
ketergantungan kokain biasanya memiliki kriteria yang sama dengan zat lainnya
(Tabel 11.1-3). Diagnosis ketergantungan memerlukan pola penggunaan obat
maladaptif yang mengarah ke gangguan atau distres signifikan klini, sebagai
penanda bahwa paling tidak tiga dari tujuh kriteria yang disajikan dalam tabel.
DSM-IV-TR menginstruksikan dokter untuk menentukan apakah ketergantungan
fisiologis yang spesifik ada (yaitu bukti terhadap toleransi atau withdrawal yang
didefinisikan dalam kriteria diagnosis).
pola
tidak
terpenuhi
untuk
kriteria
ketergantungan,
diagnosis
tersebut
setelah
menggunakan
kokain
seharusnya
mewakili
bentuk
sensitisasi.
Penggunaan
kokain
juga
dikaitkan
dengan
adanya
suatu
sensorium
yang
jelas,
dan
orang
mempertahankan wawasan dari gejala sifat induksi obat, ini disebut dengan
keracunan kokain, bahkan ketika ada halusinasi. Ketika wawasan tersebut hilang,
namun sensorium jelas, sindrom yang disebut gangguan psikotik diinduksi kokain
dengan delusi atau halusinasi. Bila kesadaran terganggu (misal kemampuan untuk
fokus, mempertahankan, atau perhatian berkurang) dan defisit dalam memori dan
orientasi ada, diagnosisnya adalah delirium keracunan kokain.
WITHDRAWAL KOKAIN
Fenomena withdrawal kokain belum dipelajari secara menyeluruh antara
hubungannya dengan opioid atau alkohol. Tidak ada studi eksperimental yang
telah dilakukan dimana pasien yang diketahui dengan karakteristik awal yang
sepenuhnya stabil pada dosis kokain yang besar dan kemudian tiba-tiba berhenti.
Akibatnya, sebagian besar data dari wawancara dan ingatan pasien atau dari
pengamatan pasien rawat inap yang tingkat konsumsi obat dan karakteristik
dasarnya hanya dapat diperkirakan. Selama epidemik kokain dari tahun 1980-an,
diperkirakan 50 persen pengguna kokain dilaporkan mengalami beberapa jenis
withdrawal ketika penggunaan obat terputus.
Sebuah deskripsi awal berdasarkan wawancara pasien menggambarkan
sindrom tiga tahap dimana tahap pertama, crash yang ditandai dengan agitasi,
depresi, anoreksia, dan keinginan kokain yang tinggi. Kelompok gejala ini diikuti
dengan penurunan keinginan kokain, kelelahan, depresi, dan keinginan untuk
tidur, diikuti secara bertahap dengan kelelahan dan hipersomnia, dengan
kebangkitan intermiten, dan hiperfagia. Tahap kedua dilaporkan digembar
gemborkan sebagai tidur normal, meningkatkan mood, dan keinginan tingkat
rendah, tetapi biasanya relatif fase jinak yang kemudian digantikan anergia,
anhedonia, kecemasan, dan meningkatkan keinginan kokain, terutama dalam
menanggapi stimuli sebelumnya ketika menggunakan kokain. Fase ketiga, hilang
D. Gejala yang tidak dikarenakan kondisi medis umumnya dan sebaiknya tidak
dihitung sebagai gangguan mental lainnya.
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatri
Association; 2000, dengan ijin.
GANGGUAN DIINDUKSI KOKAIN LAINNYA
Sindrom psikiatri lainnya yang mungkin berkembang di dalam
penggunaan kokain termasuk gangguan mood diinduksi kokain, gangguan
kecemasan diinduksi kokain, gangguan tidur diinduksi kokain. Dengan setiap
gangguan tersebut, dokter seharusnya lebih spesifik menentukan apakah onset
yang terjadi selama keracunan atau selama withdrawal. DSM-IV-TR juga
menjelaskan disfungsi seksual diinduksi kokain dan kategori gangguan terkait
kokain yang tidak spesifik (Tabel 11.6-4)
TABEL 11.6-4 Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR untuk Gangguan Terkait Kokain
yang tidak spesifik.
Kategori gangguan terkait kokain yag tidak spesifik adalah gangguan yang
dikaitkan dengan penggunaan kokain yang tidak diklasifikasikan sebagai
ketergantungan kokain, penyalahgunaan kokain, keracunan kokain, withdrawal
kokain, delirium keracunan kokain, gangguan psikotik diinduksi kokain,
gangguan mood diinduksi kokain, gangguan kecemasan diinduksi kokain,
disfungsi seksual diinduksi kokain, atau gangguan tidur diinduksi kokain.
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric
Association; 2000, dengan ijin.
Gangguan mood yang terinduksi-kokain dapat terjadi selama penggunaan,
intoksikasi, atau withdrawal. Selama penggunaan dan intoksikasi, gangguan lebih
cenderung menyerupai manik, hipomanik, atau campuran; selama withdrawal,
gangguan leibh cenderung melibatkan depresi mood. Diagnosis-diagnosis tersebut
cukup sulit untuk dibuat selama periode penggunaan obat aktif atau selama
minggu pertama atau kedua withdrawal. Karena disfungsi seksual, anxietas, dan
gangguan tidur sering ditemukan selama penggunaan kokain dan withdrawal,
diagnosis harus dibuat hanya saat gangguan-gangguan atau disfungsi tersebut
dinilai berlebihan dari yang biasanya terkait dengan intoksikasi dan withdrawal
dan hanya ketika kondisi tersebut cukup parah sehingga memerlukan pengobatan
atau perhatian khusus. Episode panik yang terjadi selama penggunaan kokain
dapat menetap selama berbulan-bulan setelah penghentian penggunaan.
Kerentanan yang menetap terhadap serangan panik dapat dikaitkan dengan
fenomena sensitisasi.
KOMORBIDITAS
Gangguan psikiatrik lainnya yang timbul secara bersamaan dan
ketergantungan kokain ditemukan selama epidemik kokain pada awal abad ke-20.
Adanya gangguan psikiatrik lainnya sangat meningkatkan kemungkinan
ketergantungan substansi, dan orang-orang dengan ketergantungan substansi lebih
cenderung memenuhi kriteria diagnostik terhadap gangguan psikiatrik tambahan
dibandingkan populasi umum.
Diantara pengguna kokain yang mencari pengobatan, tingkat diagnosis
tambahan saat ini dan seumur hidup secara teratur ditemukan mengalami
peningkatan. Pada satu studi, sekitar 300 pasien (69% pria, usia rata-rata 28 tahun,
dan sebagian besar berada dalam kelas sosioekonomi yang lebih rendah)
diwawancarai dengan menggunakan the Schedule for Affective Disorders and
Schizophrenia (SADS). Gejala-gejala yang terjadi dalam waktu 10 hari setelah
penggunaan obat terakhir kali tidak digunakan dalam membuat diagnosis apapun.
Diagnosis psikiatrik tambahan ditunjukkan dalam Tabel 11.6-5. Diagnosis
tambahan seumur hidup yang paling sering ditemukan yaitu alkoholisme (62%),
kepribadian antisosial (33%), dan depresi berat (30%). Pada sampel ini, depresi
mendahului onset penyalahgunaan obat pada sekitar 1/3 pasien, sedangkan
alkoholisme mendahului onset penyalahgunaan obat pada 21% pasien.
TABEL 11.6-5 Diagnosis Psikiatri Tambahan Diantara Pengguna Kokain yang
mencari Pengobatan (Hasil Studi Diagnosis Kokain New Haven)
Diagnosis Psikiatri Gangguan Sekarang (%)
Gangguan Seumur hidup (%)
Depresi utama
4.7
30.5
Cyclothymia/hiperthimia
19.9
19.9
Mania
0.0
3.7
Hipomania
2.0
7.4
Gangguan panik
0.3
Gangguan kecemasan
Menyeluruh
3.7
Fobia
11.7
Skizofrenia
0.0
Gangguan skizoafektik
0.3
Alkoholisme
28.9
Gangguan kepribadian
Antisosial RDC
7.7
Gangguan kepribadian
Antisosial DSM-III
32.9
Gangguan Defisit
Perhatian
1.7
7.0
13.4
0.3
1.0
61.7
7.7
32.9
34.9
D, Prusoff BA, Gawin
berbasis-teman-teman
sepergaulan
tampaknya
efektif
untuk
gangguan
psikiatrik.
Dalam
satu
komponen
dari
studi
Syok
Kematian Mendadak
Sistem Saraf Pusat
Sakit Kepala
Kejang
Defisit neurologi fokal transient
Gangguan serebrovaskular
Pendarahan Subarachnoid
Pendarahan Intracranial
Infark Serebral
Emboli (endokarditis)
Ensephalopathy Toxic, koma
Komplikasi neurologi
Respirasi
Pneumomediastinum
Pneumothoraks
Edema paru
Gagal napas
Metabolisme dan lainya
Hipertermia
Rhabdomiolisis (otot rusak)
Reproduksi
Obstetri
Aborsi Spontan
Abrupsi Plasenta
Plasenta Previa
Perdarahan membran premature
Janin
Retardasi Pertumbuhan Intrauterin
Malformasi kongenital
Neonati
Sindrom bayi crack
Infark Serebral
Perkembangan perilaku neuro terlambat
a
Infeksi
Sindrom Defisit Imun Didapat
Infeksi Endokarditis
Hepatitis B
Botulisme Luka
Tetanus
a
Ditularkan melalui jarum atau suntikan terkontaminasi
Diadaptasi dari Benowitz NL. How toxic is cocaine? Di : Bock GR, Whelan J,
eds. Cocaine : Scientific and Social Dimensions. Ciba Foundation Symposium
166. New York : Wiley; 1992
Kejang dan depresi pernafasan mungkin terkait dengan kerja kokain
sebagai anestestik lokal, dan walaupun komplikasi kardiovaskular terutama
memperkuat
efek-efek
vasokonstriksi
serebral
kokain.
Pada
sukarelawan yang diberikan dosis kokain tertentu, penurunan pada aliran darah
serebral didapatkan paling besar selama fase lutheal dari siklus menstruasi saat
kadar progesteron berada dalam tingkat tertinggi. Mungkin sebagai akibat dari
perubahan sensitivitas sistem dopaminergik pada otak, pengguna kokain kronis
dapat menunjukkan kelainan pergerakan seperti tics, gerakan koreoathetoid, dan
reaksi distonik. Mereka mungkin secara khusus sensitif terhadap distonia yang
terinduksi oleh obat-obat neuroleptik.
PENGOBATAN TOKSISITAS
Pengobatan kegawatan jantung akut bertujuan untuk menghambat efekefek simpatomimetik dari obat-obat dan mengkoreksi aritmia. Beberapa dokter
telah merekomendasikan untuk menggunakan kombinasi antagonis reseptor dan
-adrenergik; namun, para klinisi lainnya menyarankan untuk tidak menggunakan
penghambat adrenergik atau dopaminergik. Juga disarankan untuk iskemia
miokard yaitu penghambat saluran kalsium dan nitrogliserin. Kejang tipe grand
mal dapat merespon terhadap diazepam (Valium). Beberapa peneliti menyarankan
untuk menggunakan pendingin ambient. Pada model hewan coba, -agonis opioid
telah terbukti menurunkan lethalitas kokain.
PEMERIKSAAN PATOLOGI DAN LABORATORIUM
Metabolit-metabolit kokain dapat terdeteksi dalam jangka waktu tertentu
pada urine, tergantung pada dosis kokain dan sensitivitas pemeriksaan. Metabolitmetabolit ini juga dapat terdeteksi dalam darah, saliva, keringat, dan rambut.
Darah dan saliva memberikan indeks konsentrasi yang lebih baik, sedangkan urine
memberikan jendela kesempatan yang lebih lama untuk mendeteksi penggunaan
selama lebih dari beberapa hari yang lalu. Analisis rambut dapat menunjukkan
rutin
dapat,
dalam
beberapa
kasus
tertentu,
mengakibatkan
hiperprolaktinemia dalam jangka waktu yang lama. Kenapa hal ini terjadi pada
beberapa pengguna dan tidak terjadi pada pengguna lainnya masih harus
dipastikan.
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Gangguan-gangguan yang terkait dengan penggunaan kokain perlu untuk
dibedakan dari gangguan mental primer dan gangguan yang terinduksi oleh kelaskelas substansi lainnya. Riwayat penggunaan substansi penting untuk membuat
perbedaan tersebut. Namun, karena laporan mengenai penggunaan substansi tidak
dapat diandalkan dan adanya kecenderungan bahwa banyak pengguna
menyangkal penggunaan substansi apapun, pemeriksaan laboratorium terhadap
obat-obat dalam cairan tubuh dan riwayat dari penjamin atau wali mereka penting
untuk didapatkan. Gangguan-gangguan terkait dengan penggunaan kokain tidak
dapat dibedakan dari gangguan yang terkait dengan amfetamin dan substansisubstansi terkait kecuali oleh riwayat atau pemeriksaan laboratorium yang dapat
diandalkan. Para pengguna kokain (dan amfetamin dan substansi-substansi
terkait) dapat menunjukkan perasaan optimisme, euforia, perasaan yang meluapluap, banyak bicara, dan penurunan kebutuhan tidur terkadang terkait dengan
iritabilitas dalam konteks daya sensoris yang jernih, suatu pola yang juga
didapatkan pada manik dan hipomanik dari gangguan bipolar. Namun, gejala-
gejala ini mungkin tidak begitu jelas untuk menunjukkan keterkaitan mereka
dengan penggunaan substansi, dan indikasi awal dari ketergantungan substansi
termanifestasi dalam kesulitan finansial, ditangkap atas penjualan obat atau
kepemilikan obat terlarang, atau toksisitas yang terinduksi substansi.
Intoksikasi Intoksikasi kokain terdiagnosis ketika efek-efek kokain melebihi
efek-efek agen peningkat-mood yang biasanya dicari para penggunanya.
Diagnosis intoksikasi lebih tepat digunakan saat efek-efek yang terjadi menjadi
masalah yang memerlukan diferensiasi dari perilaku hipomanik atau manik.
Intoksikasi kokain juga dapat disalahartikan dengan intoksikasi amfetamin dan
intoksikasi phensiklidine (PCP), walaupun intoksikasi PCP biasanya dikaitkan
dengan nistagmus, inkoordinasi motorik, dan gangguan kognitif tertentu.
Gangguan-gangguan endokrin (seperti penyakit Cushing) dan penggunaan steroid
yang berlebihan juga harus dipertimbangkan.
PSIKOSIS TOKSIK
Psikosis toksik yang terinduksi kokain dapat menjadi sangat sulit untuk
dibedakan dari skizofrenia atau gangguan psikosis lainnya yang ditandai oleh
halusinasi atau delusi. Adanya halusinasi visual atau taktil seharusnya
meningkatkan kecurigaan gangguan yang terinduksi oleh substansi. Pada daerahdaerah dan populasi dimana kokain secara umum digunakan, perlu untuk
memberikan diagnosis provisional sampai pasien dapat diperiksa dan hasil tes
substansi telah didapatkan. Bahkan mungkin masih terdapat kesulitan-kesulitan
karena, pada beberapa daerah perkotaan, sejumlah besar orang-orang dengan
diagnosis skizofrenia juga menggunakan kokain.
GANGGUAN KECEMASAN TERINDUKSI KOKAIN
Gangguan kecemasan yang terinduksi kokain juga harus dibedakan dari
gangguan anxietas umum dan gangguan panik. Gangguan panik yang memiliki
onset yang terkait dengan penggunaan kokain dapat menetap lebih lama dari masa
penggunaan kokain.
GEJALA-GEJALA LAINNYA
Gejala-gejala yang mungkin timbul selama withdrawal, seperti depresi,
disforia, anhedonia, dan gangguan tidur, perlu dibedakan dari gejala-gejala
gangguan mood primer dan gangguan tidur primer. Kecuali gejala-gejala ini lebih
hebat atau lebih lama dibandingkan withdrawal kokain pada umumnya dan
memerlukam penanganan tertentu, diagnosis harus dibatasi menjadi sindroma
withdrawal dibandingkan gangguan mood yang terinduksi kokain. Jika diagnosis
gangguan mood terinduksi kokain telah dibuat, penting untuk menspesifikasi
apakah onset terjadi selama intoksikasi atau withdrawal. Kita juga dapat
menspesifikasi subtipe gangguan mood (misalnya, disertai depresi, manik, atau
gambaran campuran). Dalam membedakan gangguan mood terinduksi kokain dari
gangguan mood primer, faktor yang sangat penting yaitu penilaian dokter bahwa
gangguan mood disebabkan oleh kokain. Umumnya, gangguan mood yang
terinduksi kokain, dengan onset selama intoksikasi atau withdrawal, mengalami
remisi dalam waktu 1 atau 2 minggu. Sehingga, lebih tepat untuk menunda
penilaian terhadap diagnosis selama fase awal withdrawal. Jika depresi mood dan
gejala-gejala terkait menetap selama lebih dari beberapa minggu, penyebabpenyebab alternatif harus ditemukan. Dalam meninjau kemungkinan diagnostik,
dokter harus mempertimbangkan usia dimana gejala mulai muncul dan riwayat
episode-episode gangguan modd yang berkembang sebelum onset penggunaan
kokain atau selama interval panjang apapun tanpa penyalahgunaan obat.
ALUR DAN PROGNOSIS
Tidak semua pengguna kokain mengalami gangguan terkait-kokain. Namun,
bahkan pengguna yang tidak rutin dapat mengalami toksisitas kokain. Diantara
mereka yang mengalami ketergantungan, waktu dari pertama kali penggunaan
sampai penggunaan yang tidak dapat dihentikan berkisar dari beberapa bulan
sampai 6 tahun atau lebih. Sebuah analisis data dari the National Comorbidity
Study menemukan bahwa, dibandingkan dengan alkohol dan marijuana,
ketergantungan kokain muncul lebih cepat setelah digunakan pertama kali, dengan
5 sampai 6% penggunanya menjadi ketergantungan dalam 1 tahun pertama, dan
sebagian besar pengguna yang ketergantungan telah memenuhi kriteria
ketergantungan dalam waktu 3 tahun. Secara keseluruhan, sekitar 15 sampai 16%
dari mereka yang menggunakan kokain menjadi ketergantungan dalam waktu 10
tahun setelah penggunaan pertama kali.
Alur penggunaan kokain seringkali ditandai oleh pergeseran dari
penggunaan secara intranasal sampai intravena dan inhalasi dari bentuk-bentuk
bebas. Di Amerika Serikat, karena sebagian besar orang yang mencoba kokain
ditemukan
diantara
pasien-pasien
ketergantungan
heroin
yang
mencari
perbedaan diantara berbagai jenis program, namun pasien-pasien dengan tipe yang
sangat berbeda secara mandiri memilih tipe pengobatan yang berbeda-beda.
Pada tindak lanjut 5-tahun dari studi kohort terhadap 708 subjek,
penggunaan kokain per minggu dilaporkan oleh 25% sampel (sedikit meningkat
dari 21% pada tindak lanjut 1-tahun), dan 18% pernah ditangkap selama masa 5
tahun tersebut. Status tindak lanjut 5-tahun yang lebih buruk dikaitkan dengan
masalah-masalah yang lebih berat, meliputi frekuensi penggunaan kokain, pada
saat masuk rumah sakit dan tingkat paparan pengobatan yang lebih rendah selama
proses indeks pengobatan mereka dan selama periode 5 tahun berikutnya.
Manfaat-manfaat pengobatan yang teridentifikasi pada tindak lanjut 1-tahun,
untuk sebagian besar kasus, tetap bertahan pada masa tindak lanjut 5-tahun.
Pasien-pasien yang diikutsertakan kembali ke dalam program pengobatan
dikaitkan dengan penggunaan kokain yang lebih sering dan kebutuhan yang lebih
besar terhadap layanan pengobatan saat masuk rumah sakit. Pasien-pasien dengan
hasil pengobatan yang sangat diharapkan dipengaruhi oleh perbaikan motivasi
untuk berubah, pengaruh yang positif dari keluarga, dan dukungan dari kelompok
agama dan spiritualis.
VARIETAS REMISI
Pengobatan ketergantungan kokain mungkin memiliki hasil-hasil yang
berbeda, meliputi, pada tingkat ekstrim, relaps total terhadap ketergantungan
kokain atau abstinensia total dari kokain dan obat-obatan terkait untuk masa yang
lama, lebih dari 12 bulan (mendapatkan remisi total). Namun, remisi parsial
terjadi, setelah setidaknya 1 bulan jika tidak ada kriteria ketergantungan yang
ditemukan, 1 atau lebih kriteria penyalahgunaan obat atau ketergantungan
ditemukan.