Anda di halaman 1dari 39

METODE PENELITIAN ETNOGRAFI

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Nur Wangid, M.Si.

Disusun Oleh :
FAJAR NUGROHO TRISUNU
TRI AGUS CAHYONO
SUWARYO
PURNOMO

(13712259002)
(13712259007)
(13712259012)
(13712259017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013/ 2014
1

PENELITIAN ETNOGRAFI
A. Pengertian Penelitian Etnografi
Metode penelitian etnografi termasuk dalam metode penelitian kualitatif.
Menurut A.D Smith dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (2009: 30)
etnografi/ethnography berasal dari bahasa Yunani Ethnos yang bermakna orang, ras
atau kelompok budaya dan Graphos yang berarti tulisan. Jadi etnografi

bisa

diartikan tulisan mengenai kelompok budaya. Sedangkan dalam Kamus Besar


Bahasa Indonesia etnografi berarti deskripsi tentang kebudayaan, suku bangsa yang
hidup; atau ilmu tentang pelukisan kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup
tersebar di muka bumi. Menurut Peacock dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S.
Lincoln (2009: 30) etnografi mengacu pada deskripsi ilmiah sosial tentang manusia
dan landasan budaya kemanusiaannya. Berikut ini ada beberapa pengertian dari
tentang metode penelitian etnografi yang kami himpun dari beberapa sumber
pustaka.
Ethnographic designs are qualitative research procedures for describing,
analyzing, and interpreting a culture-sharing groups shared patterns of behavior,
beliefs, and language that develop over time (Creswell, 2012:462). Metode
etnografi

adalah

prosedur

penelitian

kualitatif

untuk

menggambarkan,

menganalisis, dan menafsirkan unsur sebuah kelompok budaya seperti pola dari
perilaku, kepercayaan, dan bahasa yang berkembang dari waktu ke waktu.
Sedangkan menurut John Van Maanen dalam Emzir (2013:144) ketika
menggunakan etnografi sebagai sebuah metode, etnografi secara khusus berarti
2

lapangan penelitian (tinggal di rumah, mengamati subyek penelitian) dilaksanakan


oleh investigator tunggal yang hidup dengan dan hidup seperti mereka yang
diteliti, biasanya selama setahun atau lebih. Sedangkan menurut Emzir (2013:143)
sendiri etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada makna
sosiologi melalui observasi lapangan tertutup dari fenomena sosiokultural.
Jadi bisa disimpulkan penelitian etnografi adalah penelitian kualitatif yang
meneliti kehidupan suatu kelompok sosial secara ilmiah untuk mempelajari,
mendeskripsikan, menganalisis, dan menafsirkan pola budaya suatu kelompok
tersebut dalam hal perilaku, kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang dianut
bersama.
Menurut Emzir (2013:143), biasanya para peneliti etnografi memfokuskan
penelitiannya pada suatu masyarakat/kelompok (kadang secara geografis, juga
memerhatikan pekerjaan, komunitas, status sosial, dan lainnya) dan pemilihan
informan yang mengetahui yang memiliki suatu pandangan/pendapat tentang
berbagai kegiatan masyarakat. Arikunto (2013: 23) menambahkan bahwa dalam
memperoleh informasi maka dibutuhkan key informan, dalam memilih key
informan peneliti harus hati-hati tidak langsung menunjuk satu orang yang
dianggap memahami permasalahan tetapi harus jeli sehingga menemukan subyek
yang memang paling tahu tentang variabel yang diteliti. Key informan adalah
seseorang yang mengetahui dan memiliki suatu pandangan atau pendapat tentang
berbagai kegiatan masyarakat yang diteliti serta dapat mengidentifikasi informaninforman lainnya menggunakan snowballing yang mewakili masyarakat tersebut.

Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitiannya dapat betul-betul


berkualitas, data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subyek yang
dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subyek penelitian (informan yang berkenaan
dengan variabel yang diteliti). Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, sms, dan lain-lain), fotofoto, film, rekaman video, benda-benda, dan lain-lain yang dapat memperkaya data
primer.
Menurut Sugiyono (2012: 205) dalam penelitian kuaitatif masalah yang
dibawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap kompleks dan dinamis.
Creswell (2012: 462) menjelaskan bahwa seseorang melakukan etnografi ketika
penelitian kelompok memberikan pemahaman tentang masalah yang lebih besar.
Seseorang melakukan etnografi ketika memiliki kelompok untuk belajar berbagi
budaya dan telah bersama-sama selama beberapa waktu dan mengembangkan nilainilai kebersamaan, kepercayaan, dan bahasa. Orang tersebut akan menangkap
aturan perilaku seperti ketika guru melakukan hubungan informal berkumpul di
tempat favorit untuk berosialisasi (Pajak & Blase dalam Creswell, 2012: 462).
Etnografi dapat memberikan gambaran rinci kegiatan sehari-hari. Ketika
melakukan etnografi anda memiliki akses jangka panjang untuk berbagi budaya
dalam kelompok sehingga dapat membuat catatan rinci tentang perilaku dan
keyakinan anggota kelompok dari waktu ke waktu.
4

B. Jenis-jenis Desain Etnografi


Menurut Creswell (2012: 464) terdapat tiga jenis desain etnografi yaitu
realis etnografi, studi kasus, dan etnografi kritis.
1. Etnografi Realis
Sebuah etnografi realis adalah pendekatan yang populer digunakan oleh
antropolog budaya. Dijelaskan oleh Van Maanen dalam Creswell (2012: 464)
etnografi merefleksikan sikap tertentu yang diambil oleh peneliti terhadap
individu yang sedang dipelajari. Sebuah etnografi realis adalah pandangan
obyektif terhadap situasi, biasanya ditulis dalam sudut pandang orang ketiga,
melaporkan secara obyektif mengenai informasi yang dipelajari dari para
obyek penelitian di lokasi. Dalam desain etnografi ini:
a. Etnografer realis menceritakan penelitian dengan sudut pandang orang
ketiga dan laporan pengamatan peserta dan pandangan mereka. Etnografer
tidak menuliskan pendapat pribadi dalam laporan penelitian dan tetap di
belakang layar atau sebagai reporter.
b. Peneliti melaporkan data objektif dalam sebuah bentuk penilaian yang
tidak terkontaminasi oleh bias pendapat pribadi, tujuan politik, dan
anggapan. Peneliti dapat menggambarkan kehidupan sehari-hari secara
detail antara orang-orang yang diteliti. Etnografer juga menggunakan
kategori standar untuk deskripsi budaya (misalnya kehidupan keluarga,
kehidupan kerja, jaringan sosial, dan sistem status).
c. Etnografer menghasilkan pandangan partisipan melalui kutipan yang diedit
secara ketat dan memiliki kesimpulan berupa interpretasi dan penyajian
2.

budaya (Van Maanen dalam Creswell, 2012: 464).


Studi Kasus
5

Penulis sering menggunakan istilah studi kasus dalam hubungannya


dengan etnografi. Studi kasus merupakan salah satu bagian penting dari
etnografi, meskipun berbeda dari etnografi dalam beberapa hal. Peneliti studi
kasus fokus pada program, acara, atau kegiatan yang melibatkan individu,
bukan kelompok (Stake dalam Creswell, 2012: 465). Saat peneliti studi kasus
melakukan penelitian kelompok, mereka mungkin lebih tertarik dalam
menggambarkan kegiatan kelompok bukannya mengidentifikasi pola-pola
perilaku yang ditunjukkan oleh kelompok. Para etnografer bersama-sama
melakukan pencarian yang berkembang sebagai sebuah kelompok yang
berinteraksi dari waktu ke waktu. Di awal penelitiannya, peneliti cenderung
mengidentifikasi tema budaya. Salah satu perhatian utamanya adalah
antropologi, namun

mereka fokus pada eksplorasi mendalam dari yang

sebenarnya "kasus" (Yin dalam Creswell, 2012: 465).


Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis kasus yang
akan dipelajari dalam penelitian kualitatif, antara lain:
1. Ruang lingkup kasus, apakah kasus tersebut dialami oleh satu individu, beberapa
individu secara terpisah atau dalam kelompok, program, kegiatan, atau kegiatan
(misalnya, guru, beberapa guru, atau pelaksanaan program matematika baru).
2. Apakah kasus merupakan proses yang terdiri dari serangkaian langkah-langkah
(misalnya, proses kurikulum perguruan tinggi) yang membentuk suatu urutan
kegiatan.
3. Jenis kasus:
6

a) Kasus intrinsik, merupakan kasus yang tidak biasa atau menarik. Kasus
intrinsik dalam penelitiannya akan bermanfaat bagi peneliti serta bermanfaat
bagi kasus itu sendiri.
b) Kasus instrumental, fokus penelitiannya adalah isu tertentu, dengan kasus
yang digunakan untuk menggambarkan suatu masalah. Kasus instrumental
bertujuan menerangi isu tertentu. Misalnya, masalah pembelajaran bahasa
dapat dipelajari dalam studi kasus sekolah bilingual.
c) Kasus kolektif, adalah dimana beberapa kasus dijelaskan dan dibandingkan
dengan memberikan wawasan tentang masalah. Sebuah studi kasus peneliti
mungkin memeriksa beberapa sekolah untuk menggambarkan pendekatan
alternatif untuk pilihan sekolah bagi siswa. Peneliti berusaha untuk
mengembangkan pemahaman mendalam tentang kasus tersebut dengan
mengumpulkan berbagai bentuk data (misalnya, gambar, scrapbooks, kaset
video, dan e-mail).
Penjelasan tersebut memberikan pemahaman yang mendalam tentang
beberapa syarat kasus yang baik untuk dipelajari, hal tersebut karena peneliti
memiliki keterbatasan waktu untuk mengabdikan serta menjelajahi kedalaman
sebuah kasus yang akan diteliti. Peneliti juga memandang kasus dalam konteks
lebih luas, seperti pengaturan politik, sosial, atau ekonomi geografis (misalnya,
konstelasi keluarga yang terdiri dari kakek-nenek, saudara kandung, dan
mengadopsi anggota keluarga).
3.

Etnografi Kritis

Etnografi kritis adalah jenis penelitian etnografi di mana penulis tertarik


melakukan penelitian untuk emansipasi kelompok-kelompok terpinggirkan
dalam masyarakat. Denzin (dalam Creswell, 2012: 465) menjelaskan tentang
krisis kembar representasi dan legitimasi, ia menanggapi perubahan besar
dalam masyarakat kita, seperti menjadi lebih multinasional, bergabung dengan
ekonomi dunia, dan perubahan demografi untuk memasukkan kelompok yang
lebih rasial. Faktor-faktor ini telah menciptakan sebuah sistem kekuasaan,
prestise, kehormatan, dan otoritas yang berfungsi untuk meminggirkan
individu dari kelas yang berbeda, ras, dan gender dalam masyarakat kita.
Dengan akar dalam pemikiran Jerman tahun 1920-an, masalah sejarah
dominasi, keterasingan, dan perjuangan sosial sekarang memulai penelitian
dalam bidang ilmu pendidikan dan sosial.
Etnografi sekarang menggabungkan pendekatan kritis untuk menyertakan
perspektif advokasi untuk etnografi. Peneliti kritis biasanya berfikir dan
mencari melalui penelitian mereka, melakukan advokasi terhadap ketimpangan
dan dominasi (Carspecken & Apple dalam Creswell, 2012: 465). Sebagai
contoh, ahli etnografi kritis mungkin meneliti sekolah yang menyediakan
fasilitas untuk siswa tertentu, menciptakan situasi yang tidak adil di antara
anggota kelas sosial yang berbeda, dan membiarkan diskriminasi gender.
Komponen utama dari etnografi kritis adalah faktor-faktor seperti nilaisarat orientasi, memberdayakan masyarakat dengan memberikan kewenangan

yang lebih, menantang status quo, dan kekhawatiran tentang kekuasaan dan
kontrol (Madison dalam Creswell, 2012: 465).
Faktor-faktor yang berperan dalam etnografi kritis antara lain:
1.

Menyelidiki

tentang

masalah

sosial

kekuasaan,

pemberdayaan,

2.

ketidaksetaraan, ketidakadilan, dominasi, represi, hegemoni, dan korban.


Para peneliti melakukan etnografi kritis sehingga penelitian mereka tidak
semakin meminggirkan individu sedang dipelajari. Dengan demikian, para
penanya berkolaborasi, aktif berpartisipasi, bekerjasama dalam penulisan
laporan akhir. Para peneliti etnografi kritis diharapkan untuk berhati-hati
dalam

memasuki

dan

meninggalkan

tempat

penelitian,

serta

3.

mempublikasikan karya.
Para peneliti etnografi memberikan pemahaman secara sadar, mengakui

4.

bahwa interpretasi mencerminkan sejarah dan budaya kita sendiri.


Peneliti kritis memposisikan diri dan sadar akan peran mereka dalam

5.

penulisan laporan penelitian.


Posisi ini tidak netral bagi peneliti kritis, hal ini berarti bahwa etnografi
kritis akan menjadi pembela perubahan untuk membantu mengubah

6.

masyarakat kita sehingga orang kurang tertindas dan terpinggirkan.


Pada akhirnya, laporan etnografi kritis akan menjadi berantakan,
multilevel,

multimetode

pendekatan

untuk

penyelidikan,

penuh

kontradiksi, tak terpikirkan, dan ketegangan (Denzin, dalam Creswell,


2012: 467).
C. Konsep Kunci Peristilahan
Penelitian metode etnografi dimulai dengan pemilihan tentang suatu budaya,
tinjauan kepustakaan dengan kebudayaan, dan mengidentifikasi variabel yang
9

menarik, biasanya variabel yang bisa dilihat dan berarti/bermakna bagi anggota
kebudayaan tersebut (Emzir, 2013:145). Peneliti kemudian mengobservasi
kemungkinan-kemungkinan untuk memperoleh jalan masuk dan menetapkan tahap
untuk mengeksplorasi kultural dalam budaya tersebut. Untuk itu peneliti biasa
tinggal dalam budaya tersebut selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Tahap selanjutnya dari metode ini adalah menemukan para informan, menggunakan
mereka untuk memperoleh lebih banyak informan dalam suatu proses berantai, dan
pemerolehan data dalam bentuk transkrip observasional dan rekaman wawancara.
Pada akhir penelitian dilakukan analisis data dan pengembangan teori, memikirkan
teori-teori yang mungkin penting dari eksplorasi kultural dan artikulasi teori oleh
anggota budaya tersebut. Peneliti etnografi berusaha menghindari prasangka teoritis
dan mengutamakan induksi teori dari pandangan anggota budaya dan dari hasil
observasi. Peneliti dapat melihat validasi teori yang diinduksi dengan kembali
kepada anggota budaya tersebut untuk mendapatkan tanggapan dari mereka.
Metode etnografi sangat bervariasi, biasanya peneliti mempertahankan
penggunaan desain observasi terstruktur untuk dapat menandai perilaku yang
diobservasi atau artifacts kultural untuk berbagai tujuan analisis statistik di
kemudian hari. Pengodean dan analisis statistik yang dilakukan oleh Hudson
(1999), Denzin dan Lincoln (1994) dalam Emzir (2013, 156):
1. Etnografi makro (macro-ethnography) adalah studi kelompok kultural tertentu
secara luas, misalnya suku jawa, suku batak.
2. Etnografi mikro (micro-ethnography) adalah studi kelompok kultural tertentu
secara sempit, misalnya anggota DPR, pemerintahan lokal.
10

3. Perpsektif emic (emic-perspective) merupakan fokus utama dari etnografi yaitu


pendekatan penelitian etnografi yaitu bagaimana cara anggota budaya tertentu
menerima dunia mereka
4. Perspektif etic (etic-perspective) adalah pendekatan penelitian etnografi untuk
cara non anggota budaya menerima dan menginterpretasikan perilaku dan
fenomena yang diasosiasikan dengan suatu budaya tertentu
5. Simbol-simbol (symbols) adalah suatu fokus penelitian etnografi, merupakan
suatu artefak material dari suatu budaya, seperti seni, pakaian, atau segenap
teknologi. Peneliti berusaha memahami konotasi-konotasi kultural yang
diasosiasikan dengan simbol-simbol. Teknologi misalnya diinterpretasikan
dalam istilah-istilah bagaimana ia berhubungan dengan suatu rencana yang
diterapkan yang menyebabkan suatu keadaan yang diinginkan berbeda untuk
budaya tersebut.
6. Pemolaan kultural (cultural patterning) adalah observasi pola budaya
pembentukan hubungan yang melibatkan dua atau lebih simbol. Penelitian
etnografi bersifat holistik, kepercayaan bahwa simbol-simbol tidak dapat
dipahami dalam isolasi, melainkan elemen-elemen dari suatu keseluruhan.
Metode pemolaan antara lain:
a. Pemetaan konseptual (conceptual-mapping), penggunaan istilah anggota
budaya itu sendiri berhubungan dengan simbol-simbol lintas berbagai
b.

bentuk perilaku dan dalam berbagai konteks.


Proses pembelajaran (learning processes), untuk memahami bagaimana
suatu budaya memindahkan apa yang dilihatkanya penting melalui generasigenerasi.
11

c.

Proses penguatan (sanctioning process), untuk memahami elemen kultural


mana yang secara formal tidak berlaku lagi atau diasingkan dan yang secara

d.

informal tidak berlaku lagi atau diasingkan.


Pengetahuan yang diucapkan (tacit knowledge), adalah kepercayaankepercayaan kultural yang tertanam secara mendalam yang diasumsikan
dalam suatu gaya budaya tentang pengamatan dunia.
Sedangkan menurut Creswell (2012: 468) ada 7 karakter kunci yang bisa

menggambarkan penelititan etnografi, diantaranya tema budaya, kelompok berbagi


budaya, pola perilaku bersama, keyakinan dan bahasa, penelitian lapangan,
keterangan atau pengaturan, dan refleksi peneliti.
1. Tema budaya
Etnografer biasanya mempelajari tema budaya diambil dari antropologi
budaya. Etnografer tidak berspekulasi meneliti sembarangan apa yang mungkin
mereka lihat. Tema budaya dianggap umum dan bukan dimaksudkan untuk
mempersempit penelitian tetapi menjadi lensa yang memperluas pandangan
peneliti sebagai awal memasuki lapangan. Tema-tema budaya dapat diambil
dari teks-teks pengantar antropologi budaya (Wolcott dalam Creswell, 2012:
468), atau kamus konsep antropologi budaya dan dari penelitian etnografi lain
2.

yang bisa kita lihat dari judulnya.


Berbagi budaya
Etnografer mempelajari sebuah kelompok yang berbagi budaya, misalnya
kelompok

siswa

dalam

belajar

membaca.

Peneliti

mengamati

dan

mengumpulkan data tentang kelompok tersebut, misalnya periode membaca,


3.

bagaimana cara/metode membaca yang digunakan.


Pola perilaku bersama, kepercayaan, dan bangsa
12

Etnografer mencari pola perilaku, keyakinan, dan bahasa dari suatu kelompok
yang telah mengadopsi suatu budaya dari waktu ke waktu. Pola tersebut dalam
etnografi terdiri atas interaksi sosial yang cenderung tetap sebagai aturan yang
dipahami dan merupakan tujuan bersama, dan salah satu dari kombinasi dari
perilaku, keyakinan, dan bahasa.
a) Perilaku
: Tindakan yang dilakukan oleh seorang individu dalam
b) Keyakinan

kelompok/budaya tersebut.
: Individu berfikir tentang atau merasakan hal-hal dalam

c)

pengaturan kelompok/budaya
: Bagaimana pembicaraan individual terhadap orang lain

Bahasa

dalam aturan kelompok/budaya


4. Penelitian lapangan
Untuk memahami pola, peneliti mengumpulkan data dengan menghabiskan
waktu di lingkungan kelompok/budaya di mana mereka tinggal, bekerja,
atau bermain, sering mengunjungi atau tinggal bersama di lapangan
penelitian. Secara perlahan-lahan mempelajari bagaimana kelompok
berperilaku dan berpikir dengan mengumpulkan data yang melibatkan:
a) Data Emic
: informasi yang diberikan peserta dalam sebuah
b) Data Etic

penelitian.
: informasi yang mewakili interpretasi peneliti tentang

pandangan peserta.
c) Data Negoisasi : terdiri atas informasi peserta dan peneliti

13

Contoh berbagai pengumpulan data yang dilakukan peneliti tunggal,


formulir yang digunakan Rhoads dalam penelitian persaudaraan (Creswell,
2012: 471) berikut:
a) 12 wawancara formal terstruktur yang berlangsung 1-2 jam
b) Kurang dari 18 wawancara formal tercatat dalam catatan tulisan tangan
c) Partisipasi dari keduanya, pihak persaudaraan secara terbuka dan ritual
pribadi yang terbuka hanya beberapa orang luar saja.
d) Diskusi dengan beberapa peserta kunci tentang pentingnya praktik
persaudaraan tersebut.
e) Tinjauan berbagai dokumen, termasuk handbook universitas, catatan
saat pertemuan, dokumen penting, kebijakan kewajiban persaudaraan
tersebut.
5. Deskripsi, Tema, dan Interpretasi
Peneliti mendeskripsikan dan menganalisis kelompok dan membuat
interpretasi tentang pola yang dilihat dan didengar.
a) Deskripsi
Sebuah deskripsi dalam penelitian etnografi adalah uraian rinci dari
seseorang dan adegan untuk mengambarkan apa yang terjadi pada
kelompok yang diteliti. Deskripsi ini harus rinci, tebal, dan perlu
spesifik.
b) Analisis Tema
Sedangkan analisis

tema

terdiri

dari

penyulingan/penyaringan

bagaimana segala sesuatu bekerja dan penamaan fitur penting dalam


tema dalam pengaturan budaya. Konsisten dengan proses tentang
menjelaskan dan mengembangkan tema dari data, teks, gambar, kode
mereka, dan merumuskan set subtema yang tidak tumpang tindih.
c) Interpretasi
14

Peneliti setelah melakukan deskripsi dan analisis melakukan interpretasi


dengan menarik kesimpulan tentang apa yang diteliti. Kombinasi dari
beberapa refleksi dari peneliti semisal membuat penilaian pribadi,
kembali pada literatur budaya, dan menimbulkan pertanyaan lebih
lanjut berdasarkan data, melihat masalah-masalah yang muncul di
lapangan dan menyusun hipotesis yang terbaik.
6. Konteks atau Pengaturan
Peneliti menyajikan deskripsi, tema, dan interpretasi dalam konteks atau
dari kelompok/budaya. Konteks dalam etnografi adalah pengaturan, situasi,
atau lingkungan yang mengelilingi kelompok/budaya yang dipelajari. Hal
ini berlapis-lapis dan saling terkait, yang terdiri dari faktor-faktor seperti
sejarah, agama, budaya, politik, ekonomi, dan lingkungan (Fetterman dalam
Creswell, 2012: 473). Konteks juga bisa berupa lokasi fisik (seperti
diskripsi sekolah, keadaan gedung, warna dinding kelas, atau suara yang
ada), sejarah seperti pengalaman yang berkesan, kondisi kepribadian
seseorang, dan kondisi sosial individu seperti profesi, pendapatan, mobilitas
geografis dan lain-lainnya.
7. Refleksi Peneliti
Peneliti membuat interpretasi dan menulis laporan refleksi mereka. Refleksi
dalam etnografi mengacu pada peneliti menyadari dan secara terbuka
mendiskusikan perannya dalam penelitian ini dengan cara menghargai dan
menghormati individu dan lingkungan tempat tersebut. Karena peneliti
melibatkan diri/tinggal dalam waktu yang lama di tempat penelitian, ia
15

harus peduli terhadap dampaknya terhadap tempat dan orang-orangnya.


Peneliti memasuki lapangan penelitian dengan bernegosiasi dengan tokoh
kunci dan meninggalkan tempat tanpa menimbulkan gangguan. Sebagai
individu yang mempunyai sejarah dan latar budaya sendiri, menurut Denzin
(dalam Creswell, 2012: 474) peneliti sadar bahwa interpretasi mereka
adalah hanya satu kemungkinan, dan tidak memiliki otoritas istimewa atas
interpretasi lain yang dibuat oleh pembaca, peserta, dan peneliti lain. Hal ini
penting, oleh sebab itu ahli etnografi memposisikan diri dalam laporan
mereka dan mengidentifikasi kedudukan dan sudut pandang mereka.
Menjadi reflektif juga berarti bahwa kesimpulan penulis sering tentatif
(sementara) tidak meyakinkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
baru. Penelitian ini mungkin diakhiri dengan pertanyaan-pertanyaan yang
meminta jawaban atau beberapa pandangan dari sudut pandang pembaca
untuk mempertimbangkannya.
D. Permasalahan Etika dalam Pelaksanaan Penelitian Etnografi
Masalah etika dalam etnografi muncul terutama ketika peneliti melakukan
kerja lapangan yaitu saat peneliti mengumpulkan data. Madison (dalam Creswell,
2012: 474) mengingatkan peneliti tentang etika dalam etnografi saat mengajukan
pertanyaan, tantangan-tantangan di lapangan memerlukan negosiasi bagaimana
untuk mendapatkan akses ke orang-orang dan tempat yang mau dipelajari, berapa
lama tinggal, apakah rekaman pembicaraan sehari-hari atau pembicaraan

16

wawancara yang diambil, dan bagaimana cara berinteraksi dengan saling


menghormati (Ryen dalam Creswell, 2012: 474).
Menurut Madison (dalam Creswell, 2012:474) etika dalam penelitian
etnografi seperti:
1. Peneliti harus terbuka dan transparan tentang pengumpulan data
2. Menyampaikan tujuan penelitian kepada semua yang terlibat
3. Dampak umum yang mungkin akan terjadi
4. Sumber-sumber dukungan dan pendanaan proyek penelitian
5. Peneliti harus mempelajari orang-orang/tempat-tempat yang dihormati supaya
terhindar dari bahaya, menjaga martabat mereka, dan memastikan privasi.
Peneliti dan peserta perlu menegosiasikan batas yang berkaitan dengan
faktor-faktor ini. Peneliti etnografi juga mempunyai tanggung jawab terhadap
komunitas ilmiah seperti tidak menipu salah satu peserta atau pembaca (misalnya
memanipulasi data, mengarang bukti, memalsukan, menjiplak) atau tidak
melaporkan kesalahan. Penelitian harus dilakukan dengan rasa hormat supaya
peneliti lain tidak dilarang memasuki lingkungan kelompok tersebut di masa yang
akan datang. Peneliti harus memberikan umpan balik dan memberikan imbalan
kepada mereka yang diteliti yang adil dan mungkin sedang dibutuhkan. Peneliti
juga harus menyadari potensi dampak negatif presentasi dan publikasi dari mereka
yang mungkin ada pada populasi yang diteliti.
E. Asumsi-asumsi Penelitian Etnografi
Beberapa asumsi yang menjadi dasar peneliti etnografi adalah sebagai berikut:
1. Etnografi mengasumsikan kepentingan-kepentingan penelititan yang prinsip
terutama dipengaruhi oleh pemahaman kultural masyarakat. Metodologi secara
sungguh-sungguh menjamin pemerolehan pemahaman kultural secara umum
yang akan diidentifikasi untuk kepentingan peneliti. Interpretasi yang tepat
17

memberikan penekanan yang besar pada kepentingan kausal dari pemahaman


kultural seperti itu. Terdapat suatu kemungkinan bahwa fokus etnografi akan
mempertimbangkan secara berlebihan peran persepsi budaya dan tidak
mempertimbangkan peran kausal kekuatan -kekuatan obyektif.
2. Etnografi mengasumsikan suatu kemampuan mengidentifikasi masyarakat yang
relevan dari kepentingan. Dalam banyak situasi, ini mungkin menjadi sulit.
Masyarakat, organisasi formal, kelompok nonformal, dan persepsi tingkat lokal
semuanya mungkin memainkan peran dalam subyek yang diteliti, dan
kepentingan ini mungkin bervariasi menurut waktu, tempat, dan masalah.
Terdapat suatu kemungkinan bahwa fokus etnografi mungkin secara berlebihan
memandang peran budaya masyarakat dan tidak memberikan pandangan pada
peran kausal dari kekuatan kekuatan psikologi individual atau bagian
masyarakat.
3. Etnografi mengansumsikan peneliti mampu memahami kelebihan kultural dari
masyarakat yang diteliti, menguasai bahasa atau jargon teknis dari kebudayaan
tersebut, dan memiliki temuan yang didasarkan pada pengetahuan komprehensif
dari budaya tersebut. Terdapat suatu kemungkinan bahwa peneliti memasukkan
bias terhadap pandangan budayanya sendiri.
4. Sementara tidak inheren bagi metode, penelitian etnografi lintas budaya yang
menghindari resiko asumsi yang keliru bahwa pengukuran yang ada memiliki
makna yang sama lintas budaya.
F. Prinsip-prinsip Metodologis Penelitian Etnografi
Menurut Hammersley (1990) dalam Genzuk (2005: 3) mengemukakan tiga
prinsip metodologis yang digunakan:
18

1. Naturalisme, merupakan pandangan bahwa tujuan penelitian sosial adalah untuk


menangkap karakter perilaku manusia yang muncul secara alami, dan ini hanya
dapat diperoleh melalui kontak langsung, bukan dari apa yang dilakukan orang
dalam latar buatan seperti eksperimen atau dari apa yang mereka katakan dalam
wawancara tentang apa yang mereka lakukan.
2. Pemahaman.yang pokok disini adalah alasan bahwa tindakan manusia berbeda
dari perilaku obyek fisik, bahkan dari makhluk lainnya. Tindakan tersebut tidak
hanya berisi tanggapan stimulus, tetapi meliputi interpretasi terhadap stimulus
dan konstruksi tanggapan.
3. Penemuan, adalah konsepsi proses penelitian sebagai induktif atau berdasarkan
temuan, daripada dibatasi pada pengujian hipotesis secara eksplisit
G. Etnografi sebagai Metode
Dalam terminologi metode, secara umum, istilah etnografi mengacu pada
penelitian sosial yang memiliki karakteristik berikut:
1. Perilaku manusia dikaji dalam konteks sehari-hari, bukan dibawah kondisi
eksperimental yang diciptakan oleh peneliti.
2. Data dikumpulkan dari suatu rentangan sumber, tetapi observasi dan percakapan
yang relatif informal biasanya lebih diutamakan.
3. Pendekatan untuk pengumpulan data tidak terstruktur, dalam arti tidak
melibatkan penggunaan suatu rencana terperinci yang disusun sebelumnya, juga
tidak menggunakan kategori yang telah ditetapkan sebelumnya untuk
penginterpretasian apa yang dikatakan atau dilakukan orang. Ini tidak berarti
bahwa penelitian tidak

sistematis, hanya pada awalnya data dikumpulkan

sebagai suatu format mentah, dan sebisa mungkin sebagai medan yang luas.
4. Fokus penelitian biasanya merupakan suatu latar tunggal atau kelompok dari
skala yang relatif kecil
19

5. Analisis data melibatkan interpretasi arti dan fungsi tindakan manusia dan
sebagian besar mengambil format deskripsi verbal dan penjelasan, dengan
kualifikasi dan analisis statistik yang kebanyakan memainkan peran subordinat.
Etnografi tidak spesifik dan secanggih pendekatan eksperimental atau survei
sosial, meskipun semua metode penelitian sosial memiliki asal historinya dalam
cara-cara manusia memperoleh informasi tentang dunia mereka dalam kehidupan
sehari-hari.
H. Prosedur Penelitian Etnografi
Penelitian etnografi secara umum mempunyai kesamaan dengan seorang
penjelajah yang mencoba memetakan suatu wilayah hutan belantara. Penjelajah
memulai sesuatu dengan suatu masalah umum, mengidentifikasi ciri-ciri utama dari
wilayah tersebut, kemudian mengumpulkan informasi, menapak berjalan pertama
satu arah, kemudian barangkali menyelidiki rute tersebut, selanjutnya memulai
penyelidikan satu arah baru. Pada penemuan sebuah danau ditengah sebuah hutan
berpohon-pohon besar, penjelajah mungkin berjalan mengelilinginya, kemudian
berjalan melewati daerah yang sudah dikenal untuk mengukur jarak danau dari tepi
hutan tersebut. Penjelajah akan sering membaca kompas, memeriksa arah matahari,
membuat catatan tentang tanda-tanda yang menonjol, dan menggunakan umpan
balik dari setiap pengamatan untuk memodifikasi informasi awal. Setelah beberapa
minggu penyelidikan, penjelajah mungkin mengalami kesulitan menjawab
pertanyaan Apa yang telah kamu temukan? seperti seorang peneliti etnografi,

20

penjelajah mencari untuk mendeskripsikan suatu area hutan belantara dari pada
berusaha menemukan sesuatu.
Kebanyakan penelitian ilmu sosial memiliki kesamaan umum dengan
insinyur perminyakan yang telah memiliki peta-peta terperinci tentang wilayah
hutan belantara yang sama. Insinyur tersebut telah memiliki tujuan khusus dalam
pikirannya yaitu menemukan minyak atau gas yang terkubur jauh dari permukaan.
Sebelum insinyur tersebut memulai penyelidikan, studi yang hati-hati akan dibuat
terhadap peta-peta yang menunjukkan ciri-ciri geologis wilayah tersebut. Kemudian,
mengetahui sebelumnya macam corak wilayah yang mengindikasikan minyak atau
gas dibawah permukaan, insinyur tersebut akan berusaha menemukan sesuatu yang
sungguh spesifik. Banyak penelitian sosial mulai dengan gagasan jelas yang sama
yaitu tentang sesuatu untuk ditemukan; para penyelidik mengetahui apa yang sedang
mereka cari.
Menurut Spradley (dalam Emzir, 2013: 154) mengungkapkan bahwa dalam
praktik penelitian perbedaan nyata ini dapat diungkapkan dalam dua pola penelitian.
Sementara para peneliti ilmu sosial cenderung mengikuti penyelidikan pola linier,
sedangkan peneliti etnografi cenderung mengikuti pola siklus.
1. Pola linier pada penelitian sosial.

21

Langkah 1
Mendefinisik
an
masalah
penelititan

Langkah 2
Merumuskan
hipotesis

Langkah 3
Membuat
definisi
operasional

Langkah 4
Merancang
instrument
penelititan

Langkah 5
Mengumpulk
an data

Langkah 6
Menganalisis
data

Langkah 7
Menggambark
an
kesimpulan

Langkah 8
Melaporkan
hasil
penelitian

Gambar 1. Urutan linier dalam penelitian ilmu sosial


a. Tahap 1. Mendefinisikan masalah penelitian, contoh hubungan antara
lingkungan keluarga dengan penyebab kejahatan.
b. Tahap 2. Merumuskan hipotesis. Peneliti merumuskan hipotesis penelitian
tentang hubungan antara sikap orangtua perilaku dan disiplin terhadap aktifitas
kriminal dari anak-anak. Contohnya: mereka menghipotesiskan bahwa jika
orangtua laki-laki menyimpang, penyimpangan mereka akan tercermin dalam
kriminalitas diantara anak-anak, dan anak-anak akan meniru orangtua laki-laki
yang menyimpang, jika orangtua laki-laki menunjukkan rasa kasih sayang
terhadap mereka.
c. Tahap 3. Membuat definisi operasional. Penelitian mendefinisikan kata-kata,
frase seperti penyimpangan dan model peran orangtua dalam istilah-istilah
spesifik yang memungkinkan peneliti setuju bila mereka mengidentifikasi
perilaku menyimpang.
d. Tahap 4. Merancang instrumen penelitian. Penelitian menggunakan data yang
telah dikumpulkan sebelumnya dari wawancara dan obervasi. Instrumen utama
22

pada saat penelitian adalah suatu set instruksi peringkat yang digunakan oleh
penilai yang membaca lewat data awal ini. Instrumen ini tidak dapat dirancang
hingga tahap 1 sampai tahap 3 dilakukan.
e. Tahap 5. Mengumpulkan data. Ini dilakukan dengan menggunakan satu
kelompok penilai.
f. Tahap 6. Menganalisa data. Data kemudian dipertentangkan dengan hipotesis
dan diuji untuk temuan baru yang tidak berhubungan dengan hipotesis.
g. Tahap 7. Menggambarkan kesimpulan. Banyak kesimpulan ditarik dari
penelitian, termasuk sebagai contoh penyimpangan siswa tercermin dalam
perilaku kriminal di kalangan anak-anak.
h. Tahap 8. Melaporkan hasil. Bila analisis sudah lengkap, dan kesimpulan sudah
digambarkan, maka dilanjutkan publikasi hasil penelitian.
Dalam praktik nyata urutan linier yang dirangkum di atas kadang-kadang
dimodifikasi oleh peneliti, akan tetapi urutan secara umum tetap.
Penelitian etnografi jarang menggunakan prosedur linier semacam ini. Tugastugas utama mengikuti semacam pola siklus, selalu mengulangi, seperti terlihat pada
gambar di bawah ini.
Pengumpul
an data
etnografi

Pengajuan
pertanyaan
etnografi
Pemilihan
suatu proyek
etnografi
Penulisan
sebuah
etnografi

Pembuatan
suatu rekaman
etnografi

Analisis
data
23 etnografi

Gambar. 2 Siklus penelitian etnografi


2. Siklus Penelitian Etnografi
Menurut Spradley (dalam Emzir, 2013: 158) prosedur penelitian
etnografi bersifat siklus, bukan bersifat urutan linear dalam penelitian ilmu
sosial. Prosedur siklus penelitian etnografi mencakup enam langkah yaitu (1)
pemilihan suatu proyek etnografi, (2) pengajuan pertanyaan etnografi, (3)
pengumpulan data etnografi, (4) pembuatan suatu rekaman etnografi, (5) analisis
data etnografi, dan (6) penulisan sebuah etnografi.
a)

Pemilihan Suatu Proyek Etnografi


Siklus dimulai dengan pemilihan suatu proyek etnografi. Peneliti
etnografi mempertimbangkan ruang lingkup dari penyelidikan mereka.
Wolcott (1967) memilih desa Kwakiutl di British Columbia dengan sebuah
populasi standar 125 orang. Studi Hicks tentang Little Valley (1976)
difokuskan pada penyelesaian yang berbeda dengan populasi total standar
1300 orang. Spradley dkk. melakukan penelitian etnografi pada suatu
daerah kecil perkotaan (Spradley dan Mann, 1975). Orcar Lewist
menghabiskan beberapa tahun meneliti sebuah keluarga tunggal (1963).

24

Ruang lingkup penelitian dapat berjarak sepanjang satu kontinum dari


etnografi makro ke etnografi mikro.
b) Pengajuan Pertanyaan Etnografi
Pekerjaan

lapangan

etnografi

dimulai

ketika

peneliti

mulai

mengajukan pertanyaan etnografi. Hal ini memperlihatkan bukti yang cukup


ketika pelaksanaan wawancara, tetapi obsevasi yang sangat sederhana dan
pencatatan lapangan pun melibatkan pengajuan pertanyaan. Anggap untuk
sementara Anda mulai menaiki sebuah bis kota sebagai seseorang
etnografer. Bis berhenti pada sebuah persimpangan yang sibuk dan Anda
mengamati sebagai orang pemilik bis, pintu tertutup, dan pengemudi
mengarahkan bis memasuki persimpangan tersebut. Anda menunggu hingga
setiap orang mendapat tempat duduk, kemudian mencatat pertanyaan
berikut dalam catatan Anda: Tiga orang naik bis di halte bis Snelling
Avenue, seorang wanita dan dua anak laki-laki. Masing-masing di antara
mereka pergi ke tiga tempat duduk kosong terpisah dan semua memilih
tempat dekat pintu. Anda dapat menjawab beberapa pertanyaan implisit,
pertanyaan Anda ajukan tanpa realisasinya.
1.
2.
3.
4.

Siapa yang naik bis?


Apa jenis kelamin dan berapa usia penumpang yang baru?
Apa yang mereka lakukan setelah naik bis?
Di mana setiap orang duduk?

25

Sebagai pengganti pertanyaan di atas Anda dapat mengajukan


pertanyaan seperti: Berapa tinggi setiap penumpang baru? Apa yang
dipakai oleh setiap penumpang? Di mana setiap orang terlihat bergerak
turun ke jalan? Pertanyaan ini akan menuntun ke arah entri yang berbeda
dalam catatan lapangan Anda.
Dalam format penelitian sosial yang paling umum, pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti cenderung datang dari luar pandangan budaya. Para
peneliti dari suatu pandangan budaya tertentu (ilmu sosial professional)
menggambarkan pada kerangka referensi. Untuk merumuskan pertanyaan,
mereka memandang budaya yang lain untuk melakukan wawancara atau
observasi. Tanpa merealisasikannya, mereka cenderung berasumsi bahwa
pertanyaan dan jawaban merupakan unsur-unsur yang terpisah dalam
pemikiran

manusia.

Pertanyaan

selalu

mengimplikasikan

jawaban.

Pertanyaan dari jenis apa pun selalu mengimplikasikan pertanyaan. Ini


benar, bahkan ketika pertanyaan atau jawaban tidak dinyatakan. Dalam
melakukan observasi partisipan untuk tujuan etnografi, sebaik mungkin,
kedua pertanyaan dan jawaban harus ditemukan dalam situasi sosial yang
akan diteliti.
Terdapat tiga jenis pertanyaan utama etnografi, masing-masing
mengarah pada jenis observasi yang berbeda di lapangan. Semua jenis
etnografi mulai dengan pertanyaan deskriptif umum/luas seperti Siapa
26

orang yang ada di sini? , Apa yang mereka lakukan?, dan Apa latar
fisik dari situasi sosial ini?. Kemudian, setelah menggunakan jenis
pertanyaan ini akan menuntun observasi anda, dan setelah analisis data
awal, Anda akan menggunakan pertanyaan struktural dan pertanyaan
kontras untuk penemuan. Ini akan membimbing Anda membuat observasi
lebih terfokus.
Dalam sebuah etnografi seseorang dapat mengajukan sub-sub
pertanyaan yang berhubungan dengan (a) suatu deskripsi tentang konteks,
(b) analisis tentang tema-tema utama, dan (c) interpretasi perilaku kultural
Wolcott (dalam Creswell, 1998: 104). Sebagai alternatif sub topik
pertanyaan ini dapat mencerminkan 12 langkah Spradley dalam Decision
Research Sequencenya sebagai berikut:
1. Apa situasi sosial yang akan diteliti? (Memilah suatu situasi sosial)
2. Bagaimana seseorang melakukan observasi terhadap situasi tersebut?
(Melakukan observasi partisipan)
3. Apakah yang sudah terekam tentang situasi tersebut? (Membuat rekaman
etnografi)
4. Apakah yang sudah teramati tentang situasi tersebut? (Melakukan
observasi deskriptif)
5. Apakah domain kultural yang muncul dari penelitian situasi tersebut?
(Melakukan analisis domain)
6. Apakah lebih spesifik, observasi terfokus dapat dibuat? (Melakukan
analisis taksonomi)

27

7. Melihat secara lebih selektif, observasi apa yang dapat dilakukan?


(Melakukan observasi selektif)
8. Apa taksonomi yang tampak dari observasi terfokus tersebut?
(Melakukan analisis taksonomi)
9. Apa komponen-komponen yang muncul dari observasi tersebut?
(Melakukan analisis komponen)
10. Apa tema-tema yang tampak? (Melakukan observasi selektif)
11. Apa inventori kultural yang tampak? (Mengambil inventori cultural)
12. Bagaimana seseorang dapat menulis etnografi? (Menulis sebuah
etnografi)
(Creswell & Spradley dalam Emzir 2013: 164)
c) Pengumpulan Data Etnografi
Tugas utama kedua dalam siklus penelitian etnografi adalah
pengumpulan data etnografi. Dengan cara observasi partisipan, Anda akan
mengamati aktivitas orang, karakteristik fisik dari situasi sosial, dan apa
yang akan menjadi bagian dari tempat kejadian. Selama pelaksanaan
pekerjaan lapangan, apakah seseorang mempelajari sebuah desa suku
tertentu untuk satu tahun atau pramugari pesawat udara untuk beberapa
bulan, jenis observasi akan berubah. Anda akan mulai dengan melakukan
observasi akan berubah. Anda akan mulai dengan melakukan observasi
deskriptif secara umum, mencoba memperoleh suatu tinjuan terhadap situasi
sosial dan yang terjadi di sana. Kemudian setelah perekaman dan analisis
data awal Anda, Anda dapat mempersempit penelitian Anda dan mulai
melakukan observasi ulang di lapangan untuk melakukan observasi yang
selektif. Walaupun observasi Anda semakin terfokus, Anda akan selalu
28

melakukan observasi deskriptif umum hingga akhir penelitian lapangan


Anda.
d) Pembuatan Rekaman Etnografi
Langkah berikutnya dalam siklus penelitian etnografi adalah membuat
rekaman atau catatan etnografi. Tahap ini mencakup pengambilan catatan
lapangan, pengambilan foto, pembuatan peta, dan penggunaan cara-cara lain
untuk merekam observasi Anda. Rekaman etnografi ini membangun sebuah
hubungan antara observasi dan analisis. Memang, sebagian besar analisis
Anda akan sangat tergantung pada apa yang telah Anda rekam.
e) Analisis Data Etnografi
Langkah berikutnya dalam siklus tidak dapat menunggu hingga
terkumpul banyak data. Dalam penelitian etnografi, analisis merupakan
suatu proses penemuan pertanyaan. Sebagai pengganti datang ke lapangan
dengan pertanyaan spesifik, peneliti etnografi menganalisis data lapangan
yang dikumpulkan dari observasi partisipan untuk menemukan pertanyaan.
Anda perlu menganalisis catatan-catatan lapangan Anda setelah setiap
periode pekerjaan lapangan untuk mengetahui apa yang akan dicari dalam
periode berikutnya dari observasi partisipan.
Terdapat empat jenis analisis, yaitu analisis domain, analisis
taksonomi, analisis komponen, dan analisis tema.
a. Analisis

domain,

yaitu

memperoleh

gambaran

umum

dan

menyeluruh dari objek penelitian atau situasi sosial. Melalui


29

pertanyaan umum dan pertanyaan rinci peneliti menemukan berbagai


kategori atau domain tertentu sebagai pijakan penelitian selanjutnya.
Semakin banyak domain yang dipilih, semakin banyak waktu yang
diperlukan untuk penelitian.
b. Analisis taksonomi, yaitu menjabarkan domain-domain yang dipilih
menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya.Hal ini
dilakukan dengan melakukan pengamatan yang lebih terfokus.
c. Analisis komponensial, yaitu mencari ciri spesifik pada setiap
struktur internal dengan cara mengontraskan antar elemen. Hal ini
dilakukan melalui observasi dan wawancara terseleksi melalui
pertanyaan yang mengontraskan.
d. Analisis tema budaya, yaitu mencari hubungan di antara domain dan
hubungan dengan keseluruhan, yang selanjutnya dinyatakan ke dalam
tema-tema sesuai dengan fokus dan subfokus penelitian.

Seorang peneliti etnografi berpengalaman dapat melakukan bentukbentuk analisis berbeda ini secara simultan selama periode penelitian.
Peneliti pemula dapat melakukannya dalam urutan, belajar melakukan
masing-masing dalam putaran sebelum bergerak ke analisis berikutnya.
Observasi partisipan dan perekaman catatan lapangan, selalu diikuti oleh
pengumpulan data, yang mengarah pada penemuan pertanyaan etnografi
baru, pengumpulan data, catatan lapangan, dan analisis data lebih lanjut.
Demikianlah siklus berlanjut hingga proyek penelitian mendekati sempurna.
30

f) Penulisan Sebuah Etnografi


Tugas utama yang terakhir dalam siklus penelitian etnografi muncul
ke arah akhir dari proyek penelitian. Walaupun demikian, itu dapat pula
mengarah pada pertanyaan-pertanyaan baru dan observasi-observasi lebih
lanjut. Penulisan sebuah etnografi memaksa penyelidik ke dalam suatu jenis
analisis yang lebih intensif.
Penelitian

etnografi

melibatkan

suatu

open-ended

inquiry;

memerlukan umpan balik yang konstan untuk memberikan arah penelitian.


Peneliti etnografi hanya dapat merencanakan dari awal perjalanan
penyelidikan mereka dalam pengertian yang paling umum. Setiap tugas
utama dalam tindakan siklus penelitian sebagai sebuah petunjuk untuk
menuntun Anda di perjalanan penelitian. Jika Anda mengacaukan etnografi
dengan pola penelitian linear yang lebih tipikal dalam ilmu sosial, Anda
akan berhadapan dengan masalah yang tidak diperlukan. Orang yang
berpikir tentnag etnografi sebagai urutan linear cenderung mengumpulkan
catatan lapangan minggu demi minggu dan segera menjadi berlimpah
dengan kumpulan data yang tidak tersusun. Mereka sulit mengetahui kapan
mereka memiliki informasi yang cukup pada suatu topik. Dan bahkan
masalah yang lebih besar muncul ketika mereka menunggu semua data
terkumpul sebelum mulai menganalisis secara intensif. Pertanyaan baru
muncul dari data; seseorang tidak dapat mengajukan pertanyaan ini karena

31

sulit atau tidak mungkin kembali ke lapangan. Kesenjangan dalam informasi


akan muncul tanpa ada jalan untuk mengisi data yang terlewatkan.
Kesadaran terhadap siklus penelitian etnografi dapat menjaga Anda
dari kehilangan jalan bahkan dalam proyek penelitian yang sangat kecil.
Melakukan observasi partisipan secara cepat melibatkan peneliti dalam
suatu data primer yang luas. Itu tidak umum bagi mahasiswa pascasarjana
yang melaksanakan hanya beberapa jam seminggu untuk mengumpulkan
sepuluh sampai lima belas halaman catatan lapangan setiap minggu. Peneliti
etnografi yang menghabiskan beberapa jam sehari melakukan observasi
partisipan secara proporsional akan memiliki sejumlah besar data lapangan.

I. Instrumen Pengumpul dan Paparan Data Etnografi


Sebagaimana layaknya penelitian kualitatif yang mengedepankan naturalistik
dalam mendapatkan data yang sifat deskriptif, maka penelitian etnografi juga
memanfaatkan teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian kualitatif pada
umumnya, namun ada beberapa teknik yang khas. Adapun instrumen pengumpul
data pada penelitian etnografi sebagai berikut:
1. Wawancara mendalam (indepth interview)
Merupakan serangkaian pertanyaan yang diajukan peneliti kepada subjek
penelitian. Mengingat karakter etnografi yang naturalistik, maka bentuk
pertanyaan atau wawancara yang dilakukan merupakan pertanyaan terbuka dan
sifatnya mengalir, meski demikian untuk menjaga fokus penelitian ada baiknya
seorang peneliti memiliki panduan wawancara yang sifatnya fleksibel. Setiap
32

wawancara yang dilakukan, peneliti harus memperdalamnya dengan cara


membuat catatan hasil wawancara dan observasi. Karena itu, kegiatan
wawancara akan selalu menghasilkan pertanyaan baru yang sifatnya
memperdalam apa yang telah diterima dari subjek penelitan. Dalam konteks
memperdalam data, proses wawancara dapat dilakukan secara spontan maupun
terencana.
2. Observasi partisipan (participant observation).
Untuk mengetahui secara detail langsung bagaimana budaya yang
dimiliki individu atau sekelompok masyarakat maka seorang peneliti etnografi
harus menjadi orang dalam. Menjadi orang dalam akan memberi
keuntungan peneliti dalam menghasilkan data yang sifatnya natural. Peneliti
akan mengetahui dan memahami apa saja yang dilakukan subjek penelitian,
perilaku keseharian, kebiasaan kebiasaan yang dilakukan keseharian, hingga
pada pemahaman terhadap simbol-simbol kehidupan subjek penelitian dalam
keseharian yang bisa jadi orang lain tidak memahami apa sebenarnya simbol itu.
Menjadi orang dalam memberikan akses yang luar biasa bagi peneliti untuk
menguak semua hal tanpa sedikitpun halangan, karena subjek penelitian akan
merasa kehadiran peneliti tak ubahnya sebagai bagian dari keluarganya,
sehingga tidak ada keraguan dan hambatan bagi subjek untuk berperilaku alami,
sebagaimana layaknya dia hidup dalam keseharian. Namun demikian, menjadi
orang dalam melalui kegiatan observasi partisipan tidak menjadikan peneliti
33

larut hingga tidak bisa membedakan dirinya dengan diri subjek penelitian. Posisi
inilah yang harus benar-benar dijaga dalam melakukan riset etnografi.
3. Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion)
Merupakan kegiatan diskusi bersama antara peneliti dengan subjek
penelitian secara terarah. Dalam konteks ini sebenarnya kemampuan peneliti
untuk menyajikan isu atau tema utama, mengemasnya dan kemudian
mendiskusikan serta mengelola diskusi itu menjadi terarah dalam arti proses
diskusi tetap berada dalam wilayah tema dan tidak terlalu melebar apalagi
sampai menyertakan emosi subjek secara berlebihan menjadi kata kunci dari
proses diskusi yang baik. Diskusi kelompok terarah ini bisa diawali dengan
pemilihan anggota diskusi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti,
ataupun dapat saja dilakukan dengan secara acak, namun tetap memperhatikan
kekuatan masing-masing peserta diskusi, mulai dari tingkat pendidikan,
intelektualitas, pengalaman bahkan keseimbangan gender. Dengan penetapan ini,
merupakan langkah untuk menghindari ketimpangan atau dominannya satu
kelompok atau individu dalam sebuah diskusi. Kemudian, dilanjutkan dengan
tema yang akan diusung peneliti, dan diskusikan secara bersama. Proses inilah
yang kemudian oleh peneliti dicatat secara rinci untuk kemudian dijadikan dasar
pijak untuk memperdalam dan memperkaya data etnografi.
Emzir (2013: 168) menyebutkan langkah-langkah dalam melakukan
observasi, antara lain:
34

1.
2.
3.

Pengambilan catatan lapangan bersifat deskriptif.


Kumpulkan suatu variasi informasi dari perspektif-perspektif yang berbeda.
Validasi silang dan triangulasi oleh pengumpulan jenis berbeda dari data.
contoh: observasi, wawancara, dokumentasi program, perekaman dan

4.
5.
6.

fotografi.
Gunakan kutipan; menggambarkan program partisipan dalam istilah mereka
sendiri.
Pilih informasi kunci secara bijak dan gunakan mereka secara hati-hati.
Sadari dan peka terhadap tahap yang berbeda dari pekerjaan lapangan.
a. Bangun kepercayaan dan raport pada tahap memasuki.
b. Tinggalah secara waspada dan disiplin selama fase menengah lebih
c.

rutin dari pekerjaan lapangan.


Fokuskan pada penarikan bersama suatu sintesis sebagai gambaran

d.
e.

pekerjaan lapangan untuk penutup.


Disiplin dan bertanggung jawab dalam pengambilan catatan lapangan.
Terlibat sedapat mungkin dalam pengalaman latar yang diobservasi
sambil memelihara suatu perspektif analitis yang mendasar dalam

f.
g.

tujuan pekerjaan lapangan.


Pisahkan dengan jelas deskripsi interpretasi dan keputussan.
Persiapkan umpan balik formatif sebagai bagian dari proses verifikasi

h.

pekerjaan lapangan. Ulangi umpan balik tersebut dengan hati-hati.


Masukkan dalam catatan lapangan anda, dan laporan dari pengalaman,
pemikiran, dan perasaan anda sendiri. Ini juga data lapangan.

Pekerjaan lapangan merupakan pengalaman pribadi yang penting. jaringan


prosedur lapangan dengan kemampuan individual dan variasi situasional
membuat pekerjaan lapangan menjadi pengalaman pribadi yang penting.
Validitas dan kebermaknaan hasil yang diperoleh tergantung secara langsung

35

pada keterampilan, disiplin, dan perspsektif peneliti. Inilah kekuatan metode


observasi.
4. Sejarah hidup (Life history)
Merupakan catatan panjang dan rinci sejarah hidup subjek penelitian. Melalui
catatan sejarah hidup ini peneliti etnografi akan memahami secara detail apa saja
yang menjadi kehidupan subjek penelitian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
termasuk budaya yang ada di lingkungannya. Catatan sejarah hidup, menghendaki
kemampuan peneliti untuk jeli dalam melihat setiap detail kehidupan seseorang,
sehingga tergambar dengan jelas bagaimana jalan kehidupan subjek penelitian dari
lahir hingga dewasa sehingga terketemukan peristiwa-peristiwa penting yang
menjadi titik balik (turning point) dalam sejarah kehidupan subjek penelitian. Meski
hampir sama dengan pola autobiografi, namun terdapat perbedaan terutama pada
upaya yang lebih kuat dalam penulisan untuk menghindari subjektivitass penulis.
5. Analisis dokumen (Document analysis).
Analisis dokumen diperlukan untuk menjawab pertanyaan menjadi
terarah, disamping menambah pemahaman dan informasi penelitian. Mengingat
dilokasi penelitian tidak semua memiliki dokumen yang tersedia, maka ada
baiknya seorang peneliti mengajukan pertanyaan tentang informan-informan
yang dapat membantu untuk memutuskan apa jenis dokumen yang mungkin
tersedia. Dengan kata lain kebutuhan dokumen bergantung peneliti, namun

36

peneliti harus menyadari keterbatasan dokumen, dan bisa jadi peneliti mencoba
memahami dokumen yang tersedia, yang mungkin dapat membantu pemahaman.
Berbagai teknik pengumpulan data yang terpapar tersebut bisa digunakan
peneliti secara bersamaan atau dipilih peneliti berdasarkan kebutuhan dan juga
bergantung peneliti dalam memaksimalkan instrument tersebut. Yang jelas,
bagaimana upaya peneliti dalam mendapatkan dan menghasilkan data etnografi
yang rinci dan utuh.
Setelah melakukan proses penggalian data dan menganalisisnya, maka
langkah selanjutnya yang harus dilakukan peneliti adalah membuat laporan
etnografi. Ada enam bentuk laporan etnografi yang dapat disajikan peneliti, yaitu :
(1) ethnocentric descriptions, adalah studi yang dibentuk dengan tidak
menggunakan bahasa asli dan mengabaikan makna yang ada. Masyarakat dan cara
berperilaku dikarakteristikkan secara stereotif; (2) social science descriptions
digunakan untuk studi yang terfokus secara teoritis pada uji hipotesis; (3) standard
ethnographies menggambarkan variasi luas yang ada pada penutur asli dan
menjelaskan konsep asli. Studi ini juga menyesuaikan kategori analitisnya pada
budaya lain; (4) monolingual ethnographies, seorang anggota masyarakat yang
dibudayakan menulis etnografi dalam bahasa aslinya. Etnografer secara hati-hati
membawa sistem semantis bahasanya dan menterjemahkan ke dalam bahasanya; (5)
life histories adalah salah satu bentuk deskripsi yang menawarkan pemahaman
terhadap budaya lain. Mereka yang melakukan studi ini akan mengamati secara
37

mendetail kehidupan seseorang dan proses yang menunjukkan bagian penting dari
budaya tersebut. Semua dicatat dalam bahasa asli, kemudian diterjemahkan dan
disajikan dalam bentuk yang sama sesuai

dengan pencatatan; serta (6)

ethnographicnovels.
J. Cara untuk mengevaluasi etnografi
Kriteria untuk mengevaluasi etnografi dimulai dengan menerapkan standar
yang digunakan dalam penelitian kualitatif, kemudian faktor-faktor tertentu harus
dipertimbangkan dengan benar. Dalam evaluasi etnografi yang baik, peneliti
(Creswell, 2012: 480):
1. Mengidentifikasi kelompok sosial untuk belajar.
2. Fokus pada konsep budaya (misalnya, kekuasaan, akulturasi), mengakui bahwa
konsep ini mungkin sangat luas.
3. Menyediakan bukti yang menunjukkan bagaimana kelompok ini telah
membentuk lebih dari pola waktu dari perilaku, bahasa, dan keyakinan.
4. Terlibat dalam lapangan dan mengumpulkan bukti-bukti melalui berbagai
sumber termasuk observasi dan wawancara.
5. Menunjukkan bukti analisis bukti melalui penjelasan rinci dari kelompok budaya
dan konteks yang ada, tema yang merangkum ide-ide besar tentang bagaimana
kelompok bekerja, dan interpretasi yang menunjukkan bagaimana kelompok
menggambarkan budaya di tempat kerja.
6. Menggambarkan peneliti sebagai cermin pada peran mereka sendiri dalam
penelitian dan bagaimana latar belakang, jenis kelamin, dan sejarah mereka
menjadi sebuah catatan atau laporan.

38

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S.,(2013). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Cresswell, Jhon W., (2012). Eduactional Research: Planning, Conducting, and
Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Ney Jersey: Person
Education, Inc.
Denzin, K. Norman, (2009). Handbook of Qualitatif Research. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar
Emzir. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Rajawali Pers
Spradley, J.P. (2007). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.

39

Anda mungkin juga menyukai