Metode Penelitian Etnografi Ok
Metode Penelitian Etnografi Ok
Disusun Oleh :
FAJAR NUGROHO TRISUNU
TRI AGUS CAHYONO
SUWARYO
PURNOMO
(13712259002)
(13712259007)
(13712259012)
(13712259017)
PENELITIAN ETNOGRAFI
A. Pengertian Penelitian Etnografi
Metode penelitian etnografi termasuk dalam metode penelitian kualitatif.
Menurut A.D Smith dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (2009: 30)
etnografi/ethnography berasal dari bahasa Yunani Ethnos yang bermakna orang, ras
atau kelompok budaya dan Graphos yang berarti tulisan. Jadi etnografi
bisa
adalah
prosedur
penelitian
kualitatif
untuk
menggambarkan,
menganalisis, dan menafsirkan unsur sebuah kelompok budaya seperti pola dari
perilaku, kepercayaan, dan bahasa yang berkembang dari waktu ke waktu.
Sedangkan menurut John Van Maanen dalam Emzir (2013:144) ketika
menggunakan etnografi sebagai sebuah metode, etnografi secara khusus berarti
2
a) Kasus intrinsik, merupakan kasus yang tidak biasa atau menarik. Kasus
intrinsik dalam penelitiannya akan bermanfaat bagi peneliti serta bermanfaat
bagi kasus itu sendiri.
b) Kasus instrumental, fokus penelitiannya adalah isu tertentu, dengan kasus
yang digunakan untuk menggambarkan suatu masalah. Kasus instrumental
bertujuan menerangi isu tertentu. Misalnya, masalah pembelajaran bahasa
dapat dipelajari dalam studi kasus sekolah bilingual.
c) Kasus kolektif, adalah dimana beberapa kasus dijelaskan dan dibandingkan
dengan memberikan wawasan tentang masalah. Sebuah studi kasus peneliti
mungkin memeriksa beberapa sekolah untuk menggambarkan pendekatan
alternatif untuk pilihan sekolah bagi siswa. Peneliti berusaha untuk
mengembangkan pemahaman mendalam tentang kasus tersebut dengan
mengumpulkan berbagai bentuk data (misalnya, gambar, scrapbooks, kaset
video, dan e-mail).
Penjelasan tersebut memberikan pemahaman yang mendalam tentang
beberapa syarat kasus yang baik untuk dipelajari, hal tersebut karena peneliti
memiliki keterbatasan waktu untuk mengabdikan serta menjelajahi kedalaman
sebuah kasus yang akan diteliti. Peneliti juga memandang kasus dalam konteks
lebih luas, seperti pengaturan politik, sosial, atau ekonomi geografis (misalnya,
konstelasi keluarga yang terdiri dari kakek-nenek, saudara kandung, dan
mengadopsi anggota keluarga).
3.
Etnografi Kritis
yang lebih, menantang status quo, dan kekhawatiran tentang kekuasaan dan
kontrol (Madison dalam Creswell, 2012: 465).
Faktor-faktor yang berperan dalam etnografi kritis antara lain:
1.
Menyelidiki
tentang
masalah
sosial
kekuasaan,
pemberdayaan,
2.
memasuki
dan
meninggalkan
tempat
penelitian,
serta
3.
mempublikasikan karya.
Para peneliti etnografi memberikan pemahaman secara sadar, mengakui
4.
5.
6.
multimetode
pendekatan
untuk
penyelidikan,
penuh
menarik, biasanya variabel yang bisa dilihat dan berarti/bermakna bagi anggota
kebudayaan tersebut (Emzir, 2013:145). Peneliti kemudian mengobservasi
kemungkinan-kemungkinan untuk memperoleh jalan masuk dan menetapkan tahap
untuk mengeksplorasi kultural dalam budaya tersebut. Untuk itu peneliti biasa
tinggal dalam budaya tersebut selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Tahap selanjutnya dari metode ini adalah menemukan para informan, menggunakan
mereka untuk memperoleh lebih banyak informan dalam suatu proses berantai, dan
pemerolehan data dalam bentuk transkrip observasional dan rekaman wawancara.
Pada akhir penelitian dilakukan analisis data dan pengembangan teori, memikirkan
teori-teori yang mungkin penting dari eksplorasi kultural dan artikulasi teori oleh
anggota budaya tersebut. Peneliti etnografi berusaha menghindari prasangka teoritis
dan mengutamakan induksi teori dari pandangan anggota budaya dan dari hasil
observasi. Peneliti dapat melihat validasi teori yang diinduksi dengan kembali
kepada anggota budaya tersebut untuk mendapatkan tanggapan dari mereka.
Metode etnografi sangat bervariasi, biasanya peneliti mempertahankan
penggunaan desain observasi terstruktur untuk dapat menandai perilaku yang
diobservasi atau artifacts kultural untuk berbagai tujuan analisis statistik di
kemudian hari. Pengodean dan analisis statistik yang dilakukan oleh Hudson
(1999), Denzin dan Lincoln (1994) dalam Emzir (2013, 156):
1. Etnografi makro (macro-ethnography) adalah studi kelompok kultural tertentu
secara luas, misalnya suku jawa, suku batak.
2. Etnografi mikro (micro-ethnography) adalah studi kelompok kultural tertentu
secara sempit, misalnya anggota DPR, pemerintahan lokal.
10
c.
d.
siswa
dalam
belajar
membaca.
Peneliti
mengamati
dan
Etnografer mencari pola perilaku, keyakinan, dan bahasa dari suatu kelompok
yang telah mengadopsi suatu budaya dari waktu ke waktu. Pola tersebut dalam
etnografi terdiri atas interaksi sosial yang cenderung tetap sebagai aturan yang
dipahami dan merupakan tujuan bersama, dan salah satu dari kombinasi dari
perilaku, keyakinan, dan bahasa.
a) Perilaku
: Tindakan yang dilakukan oleh seorang individu dalam
b) Keyakinan
kelompok/budaya tersebut.
: Individu berfikir tentang atau merasakan hal-hal dalam
c)
pengaturan kelompok/budaya
: Bagaimana pembicaraan individual terhadap orang lain
Bahasa
penelitian.
: informasi yang mewakili interpretasi peneliti tentang
pandangan peserta.
c) Data Negoisasi : terdiri atas informasi peserta dan peneliti
13
tema
terdiri
dari
penyulingan/penyaringan
16
sebagai suatu format mentah, dan sebisa mungkin sebagai medan yang luas.
4. Fokus penelitian biasanya merupakan suatu latar tunggal atau kelompok dari
skala yang relatif kecil
19
5. Analisis data melibatkan interpretasi arti dan fungsi tindakan manusia dan
sebagian besar mengambil format deskripsi verbal dan penjelasan, dengan
kualifikasi dan analisis statistik yang kebanyakan memainkan peran subordinat.
Etnografi tidak spesifik dan secanggih pendekatan eksperimental atau survei
sosial, meskipun semua metode penelitian sosial memiliki asal historinya dalam
cara-cara manusia memperoleh informasi tentang dunia mereka dalam kehidupan
sehari-hari.
H. Prosedur Penelitian Etnografi
Penelitian etnografi secara umum mempunyai kesamaan dengan seorang
penjelajah yang mencoba memetakan suatu wilayah hutan belantara. Penjelajah
memulai sesuatu dengan suatu masalah umum, mengidentifikasi ciri-ciri utama dari
wilayah tersebut, kemudian mengumpulkan informasi, menapak berjalan pertama
satu arah, kemudian barangkali menyelidiki rute tersebut, selanjutnya memulai
penyelidikan satu arah baru. Pada penemuan sebuah danau ditengah sebuah hutan
berpohon-pohon besar, penjelajah mungkin berjalan mengelilinginya, kemudian
berjalan melewati daerah yang sudah dikenal untuk mengukur jarak danau dari tepi
hutan tersebut. Penjelajah akan sering membaca kompas, memeriksa arah matahari,
membuat catatan tentang tanda-tanda yang menonjol, dan menggunakan umpan
balik dari setiap pengamatan untuk memodifikasi informasi awal. Setelah beberapa
minggu penyelidikan, penjelajah mungkin mengalami kesulitan menjawab
pertanyaan Apa yang telah kamu temukan? seperti seorang peneliti etnografi,
20
penjelajah mencari untuk mendeskripsikan suatu area hutan belantara dari pada
berusaha menemukan sesuatu.
Kebanyakan penelitian ilmu sosial memiliki kesamaan umum dengan
insinyur perminyakan yang telah memiliki peta-peta terperinci tentang wilayah
hutan belantara yang sama. Insinyur tersebut telah memiliki tujuan khusus dalam
pikirannya yaitu menemukan minyak atau gas yang terkubur jauh dari permukaan.
Sebelum insinyur tersebut memulai penyelidikan, studi yang hati-hati akan dibuat
terhadap peta-peta yang menunjukkan ciri-ciri geologis wilayah tersebut. Kemudian,
mengetahui sebelumnya macam corak wilayah yang mengindikasikan minyak atau
gas dibawah permukaan, insinyur tersebut akan berusaha menemukan sesuatu yang
sungguh spesifik. Banyak penelitian sosial mulai dengan gagasan jelas yang sama
yaitu tentang sesuatu untuk ditemukan; para penyelidik mengetahui apa yang sedang
mereka cari.
Menurut Spradley (dalam Emzir, 2013: 154) mengungkapkan bahwa dalam
praktik penelitian perbedaan nyata ini dapat diungkapkan dalam dua pola penelitian.
Sementara para peneliti ilmu sosial cenderung mengikuti penyelidikan pola linier,
sedangkan peneliti etnografi cenderung mengikuti pola siklus.
1. Pola linier pada penelitian sosial.
21
Langkah 1
Mendefinisik
an
masalah
penelititan
Langkah 2
Merumuskan
hipotesis
Langkah 3
Membuat
definisi
operasional
Langkah 4
Merancang
instrument
penelititan
Langkah 5
Mengumpulk
an data
Langkah 6
Menganalisis
data
Langkah 7
Menggambark
an
kesimpulan
Langkah 8
Melaporkan
hasil
penelitian
pada saat penelitian adalah suatu set instruksi peringkat yang digunakan oleh
penilai yang membaca lewat data awal ini. Instrumen ini tidak dapat dirancang
hingga tahap 1 sampai tahap 3 dilakukan.
e. Tahap 5. Mengumpulkan data. Ini dilakukan dengan menggunakan satu
kelompok penilai.
f. Tahap 6. Menganalisa data. Data kemudian dipertentangkan dengan hipotesis
dan diuji untuk temuan baru yang tidak berhubungan dengan hipotesis.
g. Tahap 7. Menggambarkan kesimpulan. Banyak kesimpulan ditarik dari
penelitian, termasuk sebagai contoh penyimpangan siswa tercermin dalam
perilaku kriminal di kalangan anak-anak.
h. Tahap 8. Melaporkan hasil. Bila analisis sudah lengkap, dan kesimpulan sudah
digambarkan, maka dilanjutkan publikasi hasil penelitian.
Dalam praktik nyata urutan linier yang dirangkum di atas kadang-kadang
dimodifikasi oleh peneliti, akan tetapi urutan secara umum tetap.
Penelitian etnografi jarang menggunakan prosedur linier semacam ini. Tugastugas utama mengikuti semacam pola siklus, selalu mengulangi, seperti terlihat pada
gambar di bawah ini.
Pengumpul
an data
etnografi
Pengajuan
pertanyaan
etnografi
Pemilihan
suatu proyek
etnografi
Penulisan
sebuah
etnografi
Pembuatan
suatu rekaman
etnografi
Analisis
data
23 etnografi
24
lapangan
etnografi
dimulai
ketika
peneliti
mulai
25
manusia.
Pertanyaan
selalu
mengimplikasikan
jawaban.
orang yang ada di sini? , Apa yang mereka lakukan?, dan Apa latar
fisik dari situasi sosial ini?. Kemudian, setelah menggunakan jenis
pertanyaan ini akan menuntun observasi anda, dan setelah analisis data
awal, Anda akan menggunakan pertanyaan struktural dan pertanyaan
kontras untuk penemuan. Ini akan membimbing Anda membuat observasi
lebih terfokus.
Dalam sebuah etnografi seseorang dapat mengajukan sub-sub
pertanyaan yang berhubungan dengan (a) suatu deskripsi tentang konteks,
(b) analisis tentang tema-tema utama, dan (c) interpretasi perilaku kultural
Wolcott (dalam Creswell, 1998: 104). Sebagai alternatif sub topik
pertanyaan ini dapat mencerminkan 12 langkah Spradley dalam Decision
Research Sequencenya sebagai berikut:
1. Apa situasi sosial yang akan diteliti? (Memilah suatu situasi sosial)
2. Bagaimana seseorang melakukan observasi terhadap situasi tersebut?
(Melakukan observasi partisipan)
3. Apakah yang sudah terekam tentang situasi tersebut? (Membuat rekaman
etnografi)
4. Apakah yang sudah teramati tentang situasi tersebut? (Melakukan
observasi deskriptif)
5. Apakah domain kultural yang muncul dari penelitian situasi tersebut?
(Melakukan analisis domain)
6. Apakah lebih spesifik, observasi terfokus dapat dibuat? (Melakukan
analisis taksonomi)
27
domain,
yaitu
memperoleh
gambaran
umum
dan
Seorang peneliti etnografi berpengalaman dapat melakukan bentukbentuk analisis berbeda ini secara simultan selama periode penelitian.
Peneliti pemula dapat melakukannya dalam urutan, belajar melakukan
masing-masing dalam putaran sebelum bergerak ke analisis berikutnya.
Observasi partisipan dan perekaman catatan lapangan, selalu diikuti oleh
pengumpulan data, yang mengarah pada penemuan pertanyaan etnografi
baru, pengumpulan data, catatan lapangan, dan analisis data lebih lanjut.
Demikianlah siklus berlanjut hingga proyek penelitian mendekati sempurna.
30
etnografi
melibatkan
suatu
open-ended
inquiry;
31
larut hingga tidak bisa membedakan dirinya dengan diri subjek penelitian. Posisi
inilah yang harus benar-benar dijaga dalam melakukan riset etnografi.
3. Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion)
Merupakan kegiatan diskusi bersama antara peneliti dengan subjek
penelitian secara terarah. Dalam konteks ini sebenarnya kemampuan peneliti
untuk menyajikan isu atau tema utama, mengemasnya dan kemudian
mendiskusikan serta mengelola diskusi itu menjadi terarah dalam arti proses
diskusi tetap berada dalam wilayah tema dan tidak terlalu melebar apalagi
sampai menyertakan emosi subjek secara berlebihan menjadi kata kunci dari
proses diskusi yang baik. Diskusi kelompok terarah ini bisa diawali dengan
pemilihan anggota diskusi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti,
ataupun dapat saja dilakukan dengan secara acak, namun tetap memperhatikan
kekuatan masing-masing peserta diskusi, mulai dari tingkat pendidikan,
intelektualitas, pengalaman bahkan keseimbangan gender. Dengan penetapan ini,
merupakan langkah untuk menghindari ketimpangan atau dominannya satu
kelompok atau individu dalam sebuah diskusi. Kemudian, dilanjutkan dengan
tema yang akan diusung peneliti, dan diskusikan secara bersama. Proses inilah
yang kemudian oleh peneliti dicatat secara rinci untuk kemudian dijadikan dasar
pijak untuk memperdalam dan memperkaya data etnografi.
Emzir (2013: 168) menyebutkan langkah-langkah dalam melakukan
observasi, antara lain:
34
1.
2.
3.
4.
5.
6.
fotografi.
Gunakan kutipan; menggambarkan program partisipan dalam istilah mereka
sendiri.
Pilih informasi kunci secara bijak dan gunakan mereka secara hati-hati.
Sadari dan peka terhadap tahap yang berbeda dari pekerjaan lapangan.
a. Bangun kepercayaan dan raport pada tahap memasuki.
b. Tinggalah secara waspada dan disiplin selama fase menengah lebih
c.
d.
e.
f.
g.
h.
35
36
peneliti harus menyadari keterbatasan dokumen, dan bisa jadi peneliti mencoba
memahami dokumen yang tersedia, yang mungkin dapat membantu pemahaman.
Berbagai teknik pengumpulan data yang terpapar tersebut bisa digunakan
peneliti secara bersamaan atau dipilih peneliti berdasarkan kebutuhan dan juga
bergantung peneliti dalam memaksimalkan instrument tersebut. Yang jelas,
bagaimana upaya peneliti dalam mendapatkan dan menghasilkan data etnografi
yang rinci dan utuh.
Setelah melakukan proses penggalian data dan menganalisisnya, maka
langkah selanjutnya yang harus dilakukan peneliti adalah membuat laporan
etnografi. Ada enam bentuk laporan etnografi yang dapat disajikan peneliti, yaitu :
(1) ethnocentric descriptions, adalah studi yang dibentuk dengan tidak
menggunakan bahasa asli dan mengabaikan makna yang ada. Masyarakat dan cara
berperilaku dikarakteristikkan secara stereotif; (2) social science descriptions
digunakan untuk studi yang terfokus secara teoritis pada uji hipotesis; (3) standard
ethnographies menggambarkan variasi luas yang ada pada penutur asli dan
menjelaskan konsep asli. Studi ini juga menyesuaikan kategori analitisnya pada
budaya lain; (4) monolingual ethnographies, seorang anggota masyarakat yang
dibudayakan menulis etnografi dalam bahasa aslinya. Etnografer secara hati-hati
membawa sistem semantis bahasanya dan menterjemahkan ke dalam bahasanya; (5)
life histories adalah salah satu bentuk deskripsi yang menawarkan pemahaman
terhadap budaya lain. Mereka yang melakukan studi ini akan mengamati secara
37
mendetail kehidupan seseorang dan proses yang menunjukkan bagian penting dari
budaya tersebut. Semua dicatat dalam bahasa asli, kemudian diterjemahkan dan
disajikan dalam bentuk yang sama sesuai
ethnographicnovels.
J. Cara untuk mengevaluasi etnografi
Kriteria untuk mengevaluasi etnografi dimulai dengan menerapkan standar
yang digunakan dalam penelitian kualitatif, kemudian faktor-faktor tertentu harus
dipertimbangkan dengan benar. Dalam evaluasi etnografi yang baik, peneliti
(Creswell, 2012: 480):
1. Mengidentifikasi kelompok sosial untuk belajar.
2. Fokus pada konsep budaya (misalnya, kekuasaan, akulturasi), mengakui bahwa
konsep ini mungkin sangat luas.
3. Menyediakan bukti yang menunjukkan bagaimana kelompok ini telah
membentuk lebih dari pola waktu dari perilaku, bahasa, dan keyakinan.
4. Terlibat dalam lapangan dan mengumpulkan bukti-bukti melalui berbagai
sumber termasuk observasi dan wawancara.
5. Menunjukkan bukti analisis bukti melalui penjelasan rinci dari kelompok budaya
dan konteks yang ada, tema yang merangkum ide-ide besar tentang bagaimana
kelompok bekerja, dan interpretasi yang menunjukkan bagaimana kelompok
menggambarkan budaya di tempat kerja.
6. Menggambarkan peneliti sebagai cermin pada peran mereka sendiri dalam
penelitian dan bagaimana latar belakang, jenis kelamin, dan sejarah mereka
menjadi sebuah catatan atau laporan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S.,(2013). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Cresswell, Jhon W., (2012). Eduactional Research: Planning, Conducting, and
Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Ney Jersey: Person
Education, Inc.
Denzin, K. Norman, (2009). Handbook of Qualitatif Research. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar
Emzir. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Rajawali Pers
Spradley, J.P. (2007). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
39