Anda di halaman 1dari 19

Penggunaan Konjungsi dalam Kalimat

A. Konjungsi Subordinatif
1) Menyatakan sebab
Anggota konjungsi ini adalah (karena, sebab, gara-gara, dan lantaran)
a. Konjungsi karena
Konjungsi ini digunakan untuk menghubungkan menyatakan sebab ditempatkan
pada awal anak kalimat. Lalu, karena klausa bawahan ini bisa berposisi sebagai
klausa pertama maupun klausa kedua maka konjungsi ini dapat berposisi di awal
kalimat.
Contoh:
Karena selangnya bocor, kompor gas itu meledak.
b. Konjungsi sebab
Digunakan untuk menghubungkan menyatakan sebab secara umum; dapat
menggantikan posisi konjungsi karena. Simak contoh berikut!
Mereka terlambat (sebab/karena) jalan macet.
Namun, ada dua hal yang harus diperhatikan dalam konjungsi sebab ini, yaitu:
(1) Konjungsi sebab tidak dapat ditempatkan pada awal kalimat.
(2) Kata sebab yang berkategori konjungsi berhomonim dengan kata sebab yang
berkategori nomina; sehingga dalam bahasa Indonesia ada data aktual
menyebabkan dan disebabkan (yang bentuk dasarnya nominan sebab); tetapi tidak
ada bentuk *mengarenakan atau *dikarenakan karena tidak ada kata karena yang
berkategodi nomina.
(3) Konjungsi lantaran dan gara-gara adalah bentuk tidak baku. Jadi, jangan
digunakan dalam karangan ilmiah.

2. Konjungsi yang menyatakan syarat


Anggota konjungsi ini adalah kalau, jika, jikalau, bila, apabila, bilamana, dan asal. Aturan
penggunannya sebagai berikut.
a. Konjungsi kalau untuk menghubungkan menyatakan syarat ditempatkan pada awal anak
kalimat. Lalu, karena posisi anak kalimat dapat mendahului induk kalimat maka
konjungsi ini dapat berada pada awal kalimat atau pun pada tengah kalimat.
Contoh:
Kalau dipanaskan, semua logam akan memuai.
b. Konjungsi jika dan jikalau dapat digunakan secara umum untuk menggantikan konjungsi
kalau.
Contoh:
Semua logam aka memuai (kalau/jika/jikalau) dipanaskan.
c. Konjungsi bila, apabila, dan bilamana sebenarnya juga dapat dipakai untuk
menggantikan konjungsi kalau.
Contoh:
Semua logam akan memuai (kalau/bila/apabila/bilamana) dipanaskan.
Namun, kata bila, apabila, dan bilamana selain sebagai konjungsi juga berlaku sebagai
kata ganti tanya untuk menanyakan waktu sebagai sinonim dari kata tanya kapan.
Simak contoh berikut!
(Kapan/bila/apabila/bilamana)Saudaraakan berangkat?
Jadi sebaiknya kata bila, apabila, dan bilamana jangan digunakan sebagai konjungsi
yang menyatakan syarat, terutama untuk karangan ilmiah.
d. Konjungsi asal hanya digunakan dalam bahasa ragam nonbaku. Jadi, jangan digunakan
dalam karangan ilmiah.

3. Konjungsi yang menyatakan tujuan


Anggota konjungsi ini untuk, agar, supaya, guna, bagi, dan demi. Aturan penggunaannya
sebagai berikut.
a. Konjungsi ini diletakkan di awal anak kalimat dan jika aak kalimat mendahului induk
kalimat dapat berposisi pada awal maupun tengah kalimat.
Contoh:
Untuk melancarkan arus lalu lintas, jalan layang itu dibangun.
Catatan: Kata untuk selain berkategori sebagai konjungsi juga berkategori sebagai preposisi.
Sebagai preposisi kata ini tidak diikuti oleh klausa, melainkan oleh sebuah nomina atau frase
nominal.
Contoh:
Ibu membeli sepatu baru untuk adik.
b. Konjungsi agar digunakan untuk menyatakan tujuan ditempatkan pada awal anak
kalimat bersubjek dan dapat berposisi pada awal kalimat atau di tengah kalimat.
Contoh:
Agar lalu lintas menjadi lancar, jalan layang dibangun di beberapa persimpangan.
c. Konjungsi supaya dapat digunakan sebagai pengganti kata agar.
Contoh:
Jalan layang dibangun di beberapa tempat (agar/supaya) lalu lintas menjadi lancar.
Catatan:
(1) Dalam ragam bahasa nonbaku, orang sering menggunakan kata agar dan supaya
sekaligus menjadi agar supaya. Namun, untuk karangan ilmiah, gunakanlah salah satu
saja.

(2) Konjungsi agar/supaya tidak dapat diganti dengan konjungsi untuk atau sebaliknya,
karena pembedaan pola klausa yang mengikutinya. Konjungsi agar/supaya diikuti oleh
klausa yang bersubjek, sedangkan konjungsi untuk diikuti oleh klausa tanpa subjek.
Jalan layang dibangun (agar/supaya/*untuk) lalu lintas menjadi lancar.
Jalan layang dibangun (untuk/*agar/*supaya) melancarkan arus lalu lintas.
d. Konjungsi demi dapat digunakan untuk menyatakan tujuan dan bisa sebagai pengganti
konjungsi untuk. Namun, konjungsi demi juga memiliki makna tekad seperti dalam
kalimat berikut.
Mereka belajar sungguh-sungguh demi masa depan yang lebih baik.
Konjungsi demi juga dapat berposisi di awal kalimat sebagai anak kalimat yang
mendahului induk kalimat.
Contoh:
Demi masa depan yang lebih baik, mereka belajar sungguh-sungguh.
e. Kata bagi dapat menggantikan kata untuk (yang berkategori preposisi, bukan yang
berkategori konjungsi). Banyak orang mengira kata bagi berkategori konjungsi,
padahal bukan. Kata bagi berkategori preposisi karena selalu diikuti oleh kata nomina
atau frase nominal, bukan diikuti oleh sebuah klausa atau anak kalimat.
Perhatikan kalimat berikut!
(Bagi/untuk) saya uang seribu rupiah besar artinya.
(*Bagi/untuk) menegakkan kebenaran dan keadilan kita harus berani.
4. Konjungsi yang Menyatakan Kesewaktuan
Anggota konjungsi ini adalah ketika, tatkala, selagi, sebelum, sesudah, setelah, sejak, dan
semenjak. Aturan penggunannya sebagai berikut.

a. Konjungsi ketika digunakan untuk menghubungkan menyatakan saat yang bersamaan


antara kejadian, tindakan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa yang satu dengan
klausa yang lain pada sebuah kalimat majemuk bertingkat.
Contoh:
Jaksa itu sedang menerima suap ketika ditangkap petugas KPK.
Konjungsi ketika dapat diganti dengan konjungsi waktu, sewaktu, saat, dan tatkala tanpa
adanya perbedaan semantik.
Contoh:
Jaksa itu sedang menerima uang suap (ketika/waktu/sewaktu/saat/tatkala) ditangkap
petugas KPK.
b. Konjungsi sebelum digunakan untuk mengubungkan menyatakan suatu kejadian,
tindakan, atau peristiwa terjadi sebelum terjadinya tindakan, kejadian, atau peristiwa lain.
Contoh:
Sebelum polisi datang, pencopet itu sudah babak belur dihakimi massa.
c. Konjungsi sesudah dan setelah digunakan untuk menghubungkan menyatakan satu
kejadian, peristiwa, atau hal terjadi setelah terjadinya kejadian, peristiwa hal lain.
Contoh:
(Sesudah/setelah) harga BBM dinaikkan, pendapatan kami sangat berkurang.
d. Konjungsi sejak dan semenjak digunakan untuk menghubungkan menyatakan
saat/mulaiterjadinya satu kejadian atau peristiwa.
Contoh:
Kehidupan sebagian rakyat Indonesia semakin susah (sejak/semenjak) pemerintah
berulang-ulang menaikkan harga barang-barang kebutuhan pokok.

e. Konjungsi selagi digunakan untuk menghubungkan menyatakan durasi waktu yang


bersamaan terjadinya tindakan, perbuatan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa
pertama dan klausa kedua.
Contoh:
Selagi ibu menyiapkan santap malam kami duduk-duduk menonton televisi.
Catatan: Dalam masyarakat umum sudah lazim digunakan kata sementara untuk
mengganti kata selagi. Sebaiknya tidak digunakan dalam karangan ilmiah karena kata
sementara memiliki makna untuk waktu yang tidak lama.
5. Konjungsi yang Menyatakan Penyungguhan
Anggota konjungsi ini adalah meskipun, biarpun, walaupun, sungguhpun, sekalipun, dan
kendatipun. Aturan penggunaannya sebagai berikut.
a. Konjungsi meskipun digunakan untuk menghubungkan menyatakan kesungguhan
atas suatu tindakan yang dilakukan oleh klausa yang satu meskipun bertentangan
dengan klausa yang lain.
Contoh:
Meskipun gajinya kecil dan kesempatan ada, pegawai golongan III a itu tidak mau
melakukan korupsi.
b. Konjungsi biarpun, walaupun, sungguhpun, sekalipun, dan kendatipun dapat
digunakan untuk menggantikan konjungsi meskipun tanpa perbedaan semantik.
Contoh:
(Meskipun/biarpun/walaupun/sekalipun/sungguhpun/kendatipun) dilarang ibu, dia
pergi juga.
Catatan:
(1) Konjungsi meski (bentuk singkat dari meskipun), biar (bentuk singkat dari
biarpun), walau (bentuk singkat dari biarpun) dan kendati (bentuk singkat dari

kendatipun) hanya bisa digunakan dalam ragam nonformal. Jadi, jangan


digunakan dalam karangan ilmiah.
(2) Dalam masyarakat luas sudah umum digunakan pasangan konjungsi
meskipun......,tetapi, seperti tampak dalam kalimat berikut.
Meskipun lulus dalam ujian nasional SLA, tetapi Anda belum tentu diterima di
Perguruan Tinggi Negeri.
Konjungsi tetapi sebagai pasangan konjungsi meskipun (biarpun, dsb.) tidak
boleh digunakan dan harus ditanggalkan, sebab kata meskipun adalah konjungsi
intrakalimat yang bukan korelatif. Sebagai bukti kalau posisi tersebut kedua
klausanya dipertukarkan maka kalimat tersebut menjadi tidak berterima.
*Tetapi Anda belum tentu di Perguruan Tinggi Negeri, meskipun lulus dalam
ujian nasional SLA.
Kalau kata tetapi ditnggalkan kalimatnya menjadi berterima.
Anda belum tentu diterima di Perguruan Tinggi Negeri meskipun lulus dalam
ujian nasional SLA.
6. Konjungsi yang Menyatakan Perbandingan
Anggota konjungsi ini adalah seperti, sebagai, bagai, laksana, dan seumpama. Aturan
penggunaannya sebagai berikut.
a. Konjungsi seperti digunakan untuk menghubungkan menyatakan persamaan antara
klausa pertama dan klausa kedua.
Contoh:
Seperti orang tiga hari belum makan dimakannya nasi itu dengan lahap.
b. Konjungsi sebagai pada dasarnya dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi
seperti tanpa perbedaan semantik. Begitu juga dengan konjungsi bagai, laksana, dan
seumpama.

Contoh:
(Seperti/sebagai/bagai/laksana/seumpama) anak ayam kehilangan induk.
Namun, dalam karangan ilmiah sebaiknya hanya menggunakan konjungsi seperti karena
kata sebagai juga memiliki makna selaku dan yang lainnya yang bersifat arkais.
7. Konjungsi yang Menyatakan Batas Akhir
Anggota konjungsi ini adalah sampai, hingga, dan sehingga. Aturan penggunaannya
sebagai berikut.
a. Konjungsi sampai digunakan pada klausa kedua yang merupakan anak kalimat dari
suatu kalimat majemuk. Contoh:
Malam itu petugas keamanan berjaga-jaga sampai matahari terbit.
b. Konjungsi hingga pada dasarnya dapat digunakan sebaga pengganti konjungsi
sampai.
Contoh:
Malam itu petugas kemanan berjaga-jaga (sampai/hingga) matahari terbit.
c. Konjungsi sehingga digunakan untuk menghubungkan menyatakan batas akhir
kejadian yang memberi akibat. Contoh:
Tindakan oknum Sat Pol PP seringkali di luar batas kewajaran sehingga orang tidak
menaruh simpati kepada mereka.
Catatan:
(1) Konjungsi sampai, hingga, dan sehingga tidak dapat berposisi pada awal kalimat.
(2) Kata sampai dan hingga yang diikutinomina atau frase nominal bukanlah sebagai
konjungsi melainkan sebuah preposisi.
Contoh: Kami berjalan sampai stasiun.

8. Konjungsi yang Menyatakan Pengandaian


Anggota konjungsi ini adalah andaikata, bawahan, seandainya, dan andaikata. Aturan
penggunaannya sebagai berikut.
a. Konjungsi andaikata ditempatkan pada awal anak kalimat (klausa bawahan) dari
sebuah kalimat majemuk, baik pada awal maupun tengah kalimat.
Contoh:
Andaikata para pejabat negara tidak korup, keadaan negara pasti jauh lebih baik dari
keadaan sekarang.
b. Konjungsi seandainya secara umum dapat digunakan untuk mengganti konjungsi
andaikata
Contoh:
Saya akan berjuang menurunkan harga sembako (andaikata/seandainya) saya terpilih
menjadi anggota legislatif.
c. Konjungsi andaikata lazim digunakan dalam lagu-lagu dan wacana puitis. Oleh
karena itu, sebaiknya jangan digunakan dalam karangan ilmiah.
B. Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan bahasa (kata, frase,
kalusa, atau kalimat) dalam kedudukan yang setara. Makna yang diemban konjungsi ini
antara lain menyatakan makna (1) penambahan, (2) pemilihan, (3) pertentangan, (4)
pembetulan, (5) 0enegasan, (6) pengurutan, (7) pembatasan, dan (8) penyamaan.
1. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Penambahan
Anggota konjungsi ini adalah dan, dan serta.
Contoh: Bogor dan Jakarta dihubungkan dengan kereta rel listrik (KRL).
Konjungsi serta dapat digunakan sebagai pengganti konjungsi dan. Contoh:

Ibu (dan/serta)ayah pergi kondangan.


Namun, dalam karangan ilmiah sebaiknya konjungsi serta tidak digunakan karena kata
serta bukan hanya memiliki makna penambahan tetapi juga memiliki makna
kesertaan.
2. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Pemilihan (kealternatifan)
Anggota konjungsi ini adalah atau.
Contoh: Ke dalam masakan ini harus ditambahkan garam atau cuka?
3. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Pertentangan
Anggota konjungsi ini adalah tetapi, sedangkan, dan sebaliknya. Aturan penggunaannya
sebagai berikut.
a. Konjungsi tetapi digunakan untuk menghubungkan menyatakan pertentangan antara
dua bagian kalimat (induk kalimat dan anak kalimat) atau antara kata dan kata dalam
satu frase.
Contoh:
Barang-barang impor ini memang sangat mahal tetapi kualitasnya sangat bagus.
Catatan: Konjungsi tetapi tidak dapat menduduki posisi awal kalimat karena
pengertian atau konsep yang dikemukakan pada klausa yang dimulai dengan
konjungsi tetapi merupakan pertentangan atau kebalikan dari konsep yang ada
pada klausa sebelumnya.
b. Konjungsi namun digunakan untuk menghubungkan menyatakan pertentangan antara
dua buah kalimat. Contoh:
Sidang peripurna DPR dalam membahas RUU itu tampak lengang; banyak anggota
yang tidak hadir. Namun, menurut catatan sekretariat jumlah tanda tangan yang hadir
sudah memenuhi kuorum.
Catatan:

Konjungsi namun aalah konjungsi antarkalimat seperti tampak pada kalimat di atas.
Jadi, jangan gunakan sebagai konjungsi intrakalimat sebagai pengganti konjungsi
tetapi.
Contoh:
Dia sudah beristri dan beranak (*namun/tetapi) tampaknya belum bisa hidup mandiri.
c. Konjungsi sedangkan digunakan untuk menghubungkan menyatakan pertentangan
antara dua bagian kalimat setara. Contoh:
Dalam penelitian kuantitatif kita lebih banyak berbicara tentang angka-angka
sedangkan dalam penelitian kualitatif lebih banyak berbicara mengenai penjelasan
atau keterangan.
d. Konjungsi sebaliknya digunakan untuk menghubungkan menyatakan pertentangan
atau kebalikan klausa kedua terhadap klausa pertama dari sebuah kalimat majemuk
setara.
Contoh:
Di tengah kota banyak orang yang hidup penuh dengan kemewahan, sebaliknya di
pinggiran kota tidak sedikit orang yang hidupnya serba susah.
4. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Penegasan
Anggota konjungsi ini adalah bahkan, apalagi, dan lagipula. Aturan penggunaannya
sebagai berikut.
a. Konjungsi bahkan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau dua buah
kalimat setara yang klausa (kalimat) keduanya menegaskan kelakuan atau tindakan
pada klausa (kalimat pertama.
Contoh:
Produksi kami telah dipasarkan di seluruh Indonesia dan negara-negara tetangga.
Bahkan juga telah diekspor ke Timur Tengah.

b. Konjungsi apalagi digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau kalimat
setara yang klausa (kalimat) keduanya menegaskan hal yang dikatakan pada klausa
(kalimat) pertama.
Contoh:
Lalu lintas di Jakarta sangat ramai. Apalagi pada jam-jam sibuk di pagi atau sore hari.
c. Konjungsi lagipula digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau kalimat
yang klausa (kalimat) keduanya berupa alasan tambahan untuk menegaskan keadaan
atau hal yang dikemukakan pada klausa atau kalimat pertama.
Contoh:
Mari kita makan di kedai itu. Masakannya enak. Harganya murah. Lagipula
pelayanannya sangat baik.
5. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Penyamaan
Anggota konjungsi ini adalah adalah, ialah, yaitu, dan yakni. Aturan penggunaannya
sebagai berikut.
a. Konjungsi adalah digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat yang bagian
pertamanya merupakan maujud yang sama dengan maujud bagian kedua.
Contoh:
Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden pertama Republik Indonesia yang dipilih
secara langsung oleh rakyat.
Catatan:
Kata adalah yang digunakan pada awal kalimat bukanlah sebuah konjungsi, melainkan kata yang
menjadi tumpuan kalimat, atau kata yang menghubungkan bahasa dengan dunia di luar bahasa.
Biasanya digunakan pada awal wacana narasi.
Contoh :

Adalah pada kami sejumlah buku yang patut dibaca untuk menambah pengetahuan.
b. Konjungsi ialah secara terbatas dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi
adalah.
Contoh:
Mereka yang belum membayar uang SPP (ialah/adalah) Ali dan Ahmad.
c. Konjungsi yaitu untuk menghubungkan menyamakan digunakan di antara dua bagian
kalimat yang maujudnya sama. Biasanya antara maujud subjek atau objek dengan
aposisinya.
Contoh:
Presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Soekarno, dimakamkan di Blitar.
d.Konjungsi yakni secara bebas dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi yaitu.
Contoh:
Anak beliau ada dua orang (yakni/yaitu) Ali dan Siti.
Catatan: Distribusi konjungsi adalah, ialah, yaitu, dan yakni tampak pada contoh berikut.
(1) Soekarno (adalah/ialah/*yaitu/*yakni) presiden pertama Republik Indonesia.
(2) Presiden pertama Republik Indonesia (*adalah/*ialah/yaitu/yakni) Soekarno sekarang
telah tiada.
(3) Masjid (adalah/ialah) bangunan tempat ibadah.
(4) (Adalah/*ialah) seorang jago silat di desa itu.
(5) (Ialah/*adalah) yang datang secara diam-diam pada malam itu.
6. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Urutan Kejadian
Anggota konjungsi ini adalah lalu, kemudian, dan selanjutnya.

Contoh:
(1) Dia membuka pintu lalu menyapa kami.
(2) Mula-mula dia membukakan kami pintu, lalu menyilakan kami masuk, kemudian
mengajak kami duduk, selanjutnya dia menanyakan maksud kedatangan kami.
Catatan:
(1) Pada kalimat (2) dapat dilihat bahwa semua anggota konjungsi yang menyatakan
urutan kejadian dapat muncul di dalam sebuah kalimat yang terdiri dari beberapa
klausa setara yang menyatakan urutan kejadian.
(2) Klausa yang diawali konjungsi sebelum, ketika, dan sesudah bukanlah sebagai bagian
dari kalimat majemuk setara, melainkan sebagai anak kalimat keterangan waktu dari
kalimat majemuk subordinatif.
7. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Pembetulan
Anggota konjungsi ini adalah kata melainkan. Aturan penggunaannya sebagai berikut.
Konjungsi melainkan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama
berisi pernyataan yang disertai adverbia bukan; klausa kedua berisi ralat atau pembetulan
terhadap klausa pertama.
Contoh:
Kami bukan mau menentang pemerintah, melainkan mau menuntut hak kami.
8. Konjungsi Koordinatif yang Menyatakan Pembatasan
Anggota konjungsi ini adalah kecuali dan hanya. Aturan penggunannya sebagai berikut.
a. Konjungsi kecuali digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa
pertama menyatakan suatu keadaan atau tindakan; klausa kedua menyatakan
pembatasan atau perkecualian.
Contoh:

Semua orang sudah bersedia untuk menyumbang masing-masing Rp100.000,00,


kecuali Tuan Ali yang kaya raya itu.
b. Konjungsi hanya digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama
memberikan pernyataan tentang keadaan atau hal; klausa kedua menyatakan
pembatasan terhadap klausa pertama.
Contoh:
Dari 100 orang peamar hanya 25 orang yang dinyatakan memenuhi syarat.
Catatan:
Selain sebagai konjungsi kata hanya lazim digunakan sebagai adverbia yang
menyatakan pembatasan. Sebagai adverbia hanya bisa membatasi semua unsur
kalimat.
Contoh:
(1) Saya hanya membayar seribu rupiah.
(2) Hanya saya membayar seribu rupiah.
(3) Saya membayar hanya seribu rupiah.
C. Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah kata, dua buah frasa,
atau dua buah klausa yang memiliki status yang sama. Anggota konjungsi ini adalah
antara.....dan; baik....maupun; entah...entah; jangankan...pun; tidak hanya....tetapi juga; bukan
hanya...melainkan juga; demikian....sehingga; dan sedemikian rupa....sehingga.
Perhatikan kesalahan pemakaian konjungsi korelatif berikut ini:
a. Karena banyaknya tabung gas elpiji 3 kg yang meledak, maka banyak penduduk di
Jombang yang kembali menggunakan minyak tanah atau kayu bakar.

Pasangan konjungsi karena....maka, tampaknya seperti konjungsi korelatif. Namun, hal


ini sebenarnya keliru karena konjungsi karena adalah konjungsi intrakalimat yang
digunakan pada anak kalimat untuk menghubungkannya dengan induk kalimat. Jadi, kata
maka dalam kalimat itu tidak boleh digunakan.
b. Meskipun utang kita di luar negeri sudah banyak tetapi pemerintah kita masih saja
mencari pinjaman baru.
Pasangan konjungsi meskipun....tetapi ini juga merupakan kekeliruan karena tidak ada
konjungsi korelatif dengan bentuk tersebut.

D. Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat dengaan kalimat
(bukan klausa dengan klausa). Berdasarkan makna penghubungan dapat dibedakan adanya
konjungsi yang menghubungkan menyatakan (1) kesimpulan, (2) pertentangan, (3) penambahan,
(4) urutan, dan (5) penegasan.
1. Konjungsi yang Menyatakan Kesimpulan
Konjungsi ini terdiri atas kalimat pertama yang menyatakan kesimpulan dari kalimatkalimat sebelumnya. Anggota konjungsi ini adalah jadi, maka itu,kalau begitu, oleh
karena itulah, begitu, dengan demikian, dan itulah sebabnya.
Contoh:
a. Dua bulan lalu Anda meminjam uang saya Rp10.000,00; tiga minggu lalu Anda
meminjam lagi Rp20.000,00; dan kini Anda mau meminjam lagi Rp15.000,00. Jadi,
utang Anda semuanya berjumlah Rp45.000,00.
b. Bak mandi secaara teratur harus dikuras; saluran air harus dibersihkan; kaleng-kaleng
bekas harus dikuburkan. Dengan demikian, ancaman penyakit demam berdarah dapat
dihindarkan.

c. Sebelum ini kerja kepolisisan, kejaksaan, dan pengadilan dalam memberantas korupsi
cuma jalan di tempat. Itulah sebabnya pemerintah membentuk lembaga baru yang
bernama Komisis Pemberantasan Korupsi atau KPK.
2. Konjungsi yang Menyatakan Pertentangan
Konjungsi ini menghubungkan kalimat pertama yang menyatakan suatu keadaan, sebuah
peristiwa, atau suatu tindakan; dan kalimat kedua menyatakan kebalikan atau
pertentangan terhadap kalimat pertama. Anggota konjungsi ini adalah namun, namun
demikian, namun begitu, akan tetapi, sebaliknya, meskipun demikian, meskipun begitu,
walaupun demikian, walaupun begitu, dan biarpun begitu.
Contoh:
a. Sebuah metro mini, diikuti sebuah mikrolet dan sebuah bajaj menyerobot masuk jalur
khusus busway. Namun, petugas lalu lintas yang berada di sana tidak berbuat apa-apa.
b. Kabarnya dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) yang dikucurkan pemerintah pada
setiap sekolah cukup besar. Walaupun begitu, masih saja banyak sekolah yang
menarik uang masuk, entah apa namanya, pada awal tahun ajaran ini.
3. Konjungsi yang Menyatakan Penambahan
Konjungsi ini menghubungkan kalimat pertama yang menyatakan suatu keadaan,
peristiwa, atau tindakan; dan kalimat kedua menambahkan pengertian terhadap isi
kalimat pertama. Anggota konjungsi ini adalah tambahan pula, tambahan lagi, demikian
pula, begitu pula, selain itu, selain dari itu, malahan, tetapi juga, dan kecuali itu.
Contoh:
a. Upaya pemerintah untuk memberantas korupsi tampaknya bukan perkara mudah.
Buktinya, banyak perkara korupsi yang mengendap lama di kejaksaan atau di
kepolisisan. Malahan banyak pula tersangka koruptor yang divonis ebbas oleh
pengadilan dengan alasan tidak cukup bukti.

b. Keadaan korban banjir di Jakarta sangat memprihatinkan. Mereka tidak bisa


beraktivitas seperti biasa; mereka kesulitan sembako, dan kesulitan mendapatkan air
bersih. Selain itu, berbagai macam penyakit mengancam mereka.
4. Konjungsi yang Menyatakan Urutan
Konjungsi ini menghubungkan kalimat pertama yang menyatakan suatu kejadian atau
peristiwa; kalimat kedua menyatakan kejadian atau peristiwa lain dalam urutan waktu
tertentu dengan kalimat pertama. Anggota konjungsi ini adalah setelah itu, sesudah itu,
sebelum itu, selanjutnya, kemudian, dan dalam waktu yang bersamaan.
Contoh:
a. Para saksi diminta maju ke depan. Setelah itu satu per satu ditanya nama dan identitas
masing-masing.
b. Tarif Dasar Listrik (TDL) naik sekitar 15 persen. Tarif penggunaan jalan tol juga naik.
Dalam waktu bersamaan, subsidi BBM pun dibatasi; yang berarti harga BBM pun
naik juga.
5. Konjungsi yang Menyatakan Penegasan
Konjungsi ini menghubungkan kalimat pertama yang menyatakan adanya suatu keadaan
atau tindakan dan kalimat kedua yang menyatakan penegasan terhadap keadaan atau
tindakan pada kalimat pertama. Anggota konjungsi ini adalah lagipula, apalagi, dan
bahkan.
Contoh:
a. Kita tidak perlu tergesa-gesa ke kampus karena hari masih pagi. Lagipula, bukankah
jam pertama hari ini tidak ada kuliah?
b. Buka puasa dengan semangkuk pisang rasanya nikmat sekali. Apalagi kalau disantap
dengan secangkir kopi pahit.

Anda mungkin juga menyukai