Politinitis
Politinitis
BAB I........................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN........................................................................................................... 2
1.2 Latar Belakang........................................................................................................ 2
BAB II.......................................................................................................................... 3
ISI............................................................................................................................... 3
2.1 Anatomy fisiology.................................................................................................... 3
2.2 Pengertian Peritonitis................................................................................................ 5
2.3 Etiologi Peritonitis................................................................................................... 6
2.4 Tanda & Gejala....................................................................................................... 7
2.5 Patofisiology.......................................................................................................... 8
2.6 Penatalaksanaan...................................................................................................... 8
2.7 Pengkajian............................................................................................................. 9
2.8 Dx Keperawatan.................................................................................................... 10
2.9 Nursing Care Plan.................................................................................................. 10
BAB III KESIMPULAN.................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
kelianan dapat terjadi karena cedera yang menyebabkan perforasi pada saluran pencernaan atau
perdarahan.
BAB II
ISI
2.1 Anatomy fisiology
1. RonggaMulut
2. Lidah
Lidah adalah suatu massa otot lurik yang dibungkus oleh membrane mukosa. Pada
permukaaan bawahnya, trdapat membrane mukosa halus, dorsalnya regular, yg
dibungkus oleh tonjolan-tonjolan kecil.
3. Pharynx
Pharynx merupakan peralihan ruang antara rongga mulut dan system pernapasan dan
pencernaan. Ia membentuk hubungan antara daerah hidung dan larynx.
4. Oesofagus
Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi menyalurkan
makanan dari mulut ke lambung.
5. Lambung
Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi utamanya
adalah menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya menjadi bubur yang liat
yang dinamakan kimus (chyme).
6. Daerah Kardia
Kardia merupakan peralihan antara oesofagus dan lambung. Lamina proprianya
mengandung kelenjar-kelenjar kardia turbular simpleks bercabang, bergelung dan sering
mempunyai lumen yang besar yang berfungsi mensekresikan mukus.
7. Korpus dan Fundus
8. Pilorus
9. Pergantian (turnover) Mukosa Lambung
10. Usus Halus
Usus halus relatif panjang kira-kira 6 m dan ini memungkinkan kontak yang lama
antara makanan dan enzim-enzim pencernaan serta antara hasil-hasil pencernaan dan selsel absorptif epitel pembatas. Usus halus terdiri atas 3 segmen: duodenum, jejunum, dan
ileum. Membran mukosa usus halus menunjukkan sederetan lipatan permanen yang
disebut plika sirkularis atau valvula Kerkringi. Pada membran mukosa terdapat lubang
kecil yang merupakan muara kelenjar tubulosa simpleks yang dinamakan kelenjar
intestinal (kriptus atau kelenjar Lieberkuhn).
11. Lamina propria sampai serosa
12. Pembuluh dan saraf usus halus
13. Usus Besar
Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian
3
distalnya (rektum) dan tidak terdapat vili usus. Epitel yang membatasi adalah toraks dan
mempunyai daerah kutikula tipis. Fungsi utama usus besar adalah:
1. untuk absorpsi air dan
2. pembentukan massa feses,
3. pemberian mukus dan pelumasan permukaan mukosa, dengan demikian banyak sel
goblet. Lamina propria kaya akan sel-sel limfoid dan nodulus limfatikus. Nodulus sering
menyebar ke dalam dan menginvasi submukosa. Pada bagian bebas kolon, lapisan serosa
ditandai oleh suatu tonjolan pedunkulosa yang terdiri atas jaringan adiposa appendices
epiploidices (usus buntu). Pada daerah anus, membran mukosa mempunyai sekelompok
lipatan longitudinal, collum rectails Morgagni. Sekitar 2 cm di atas lubang anus mukosa
usus diganti oleh epitel berlapis gepeng. Pada daerah ini, lamina propria mengandung
pleksus vena-vena besar yang bila melebar berlebihan dan mengalami varikosa
mengakibtakan hemoroid. (Mikroskopi & Sistem, n.d.)
2.2 Pengertian Peritonitis
Peritonitis is inflammation of the membranes of the abdominal wall and organs. Peritonitis
is a life- threatening emergency that needs prompt medical treatment. The abdominal organs,
such as the stomach and liver, are wrapped in a thin, tough membrane called the visceral
peritoneum. The abdominal walls are similarly lined (parietal peritoneum). A protective layer of
fat contained in a membrane (the omentum) sits between the organs and the abdominal wall.
Lubricating fluid allows all these membranes to slide smoothly over each other. The main
function of the peritoneum is to permit free movement of the internal organs during digestion.
Peritonitis is inflammation of the peritoneum caused by bacterial infection. (Inability, n.d.)
Peritonitis implies an inflammatory response of the abdominal cavity peritoneal layer in
terms of an activation of local mediator cascades by different stimuli (1). Viral, bacterial and
chemical agents and trauma may be involved in the etiopathogenesis of peritoneal inflammation.
In surgical practice trauma, bacterial and sometimes, chemical agents are the most frequent
causes of peritonitis (1,2). (Radojikovic, Stajanovic, Zlatic, Radojkovic, & Radisaviljevic, 2008)
2.3 Etiologi Peritonitis
Organisme yang meyebabkan peritonitis adalah S.Epidermis (30-40%), S. Aures (10-20%),
streptokokus (10-15%), E-coli (5-10%), Pseudomonas spp. (5-10%), bakteri gram-negatif lain
(5-15%), enterokokus (3-6%), jamur (2-10%) seperti Candida spp., Fusarium spp., Alternaria
spp., atau Aspergillus spp. Dan organism yang jarang seperti Difterois spp., Mycobacterium spp.,
dan bakteri anaerob. Biakan mungkin negative pada 0-20% episode. (Arvin, n.d.)
1. Primary Peritonitis/Spontaneous perinitis
Cause by bacterial infection, this condition is also commonly known as spontaneous
bacterial peritonitis. In primary peritonitis bacteria invade the peritoneal cavity from, a
suspected extraperitoneal source via a hematogeneous, lymphogeneous or luminal route.
(Radojikovic et al., 2008)
2. Secondary Perinitis
The main cause of secondary peritonitis is the escape of pus from an infected abdominal
organ, including:
Perforated ulcer a severe, untreated ulcer can sometimes burn through the wall
of the stomach or duodenum, allowing digestive juices and food to leak into the
abdominal cavity
Perforated bowel the intestines can be damaged and perforated by a range of
conditions, including diverticulitis and inflammatory diseases such as Crohns
disease.
Burst appendix the appendix is a thin tail growing out of the large intestine.
Food or faecal matter can sometimes lodge inside the appendix and become
infected with bacteria.
5
Perforated gall bladder this small sac stores bile from the liver. A severe
tube instead of the uterus. The tube ruptures in around one out of five cases.
Salpingitis inflammation of the fallopian tube. Sometimes, the tube becomes
sometimes, vomiting.
As the somatic pathways of paraappendiceal peritoneum and adjacent structures become
involved, the patient experiences migration of pain from the epigastrium and umblicus to
the right lower abdomen, an increase in the perceived intensity of pain, and then
Rigidity of the abdominal muscles is produced by voluntary guarding initially and also by
reflex muscle spasm. (Infection & Ipek, n.d.)
2.5 Patofisiology
and pus
Treatment for the underlying cause such as a perforated ulcer.
2.7 Pengkajian
Identitas Pasien : nama, umur, agama, pekerjaan, suku/bangsa, jenis kelamin, alamat
Identitas Penanggung Jawab: nama, umur, pekerjaan, alamat, hub. dengan pasien,
No registrasi, tgl. masuk RS, tanggal pengkajian, jam dilakukan pengkajian, metode
pengkajian
Data Umum
riwayat kesehatan dahulu: yang diakaji penyakit yang pernah diderita klien
sebelum penyakit yang diderita saai ini.
riwayat kesehatan keluarga: apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami
penyakit atau keluhan seperti yang dialami klien
kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Fisik:
Kepala
Mata
: warna, penglihatan
Mulut
jumlah gigi
Hidung
Thorax
2.8 Dx Keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan/KH
Intervensi
Rasional
.
1
Gangguan
kenyamanan:
Setelah
nyeri asuhan
dilakukan keperawatan
Kaji
tingkat,
frekuensi nyeri
lokasi, -
Untuk
data
memperoleh
yang
9
akurat
berhubungan
inflamasi
sehingga
dapat
berkurang
memberikan
asuhan
keperawatan
yang
criteria hasil:
tepat
Klien melaporkan -
nyeri
posisi
nyaman
berkurang
atau hilang
senyaman
mungkin
dapat
menurunkan nyeri
Ajarkan
teknik -
distrakasi
Pengalihan perhatian
dapt
nyeri
amenurunkan
karena
klien
meningkatkan
input
dalam
nyeri
berkurang
-
Kolaborasi
dokter
dengan
Analgesic
dapat
menurunkan nyeri
dalam
10
pemberian analgesic
-
2.
Perubahan
nutrisi Setelah
dilakukan -
berhubungan x
24
jam
anoreksia, terpenuhi
mual, muntah
Kolaborasi
dengan
Mencegah
peradangan
lebih luas
pembedahan
Berikan makan dalam -
Makanan
keadaan hangat
dapat
nutrisi
yang
hangat
meningkatkan
nafsu makan
Berikan klien makan -
Meningkatkan intake
criteria hasil:
makanan
Klien menunjukan
sering
peningkatan nafsu -
dengan -
Pengetahuan
yang
adekuat
dapat
makan
akurat
meningkatkan
pentingnya nutrisi
tentang
kepatuhan
normal
klien
terhadap intervensi
menghabiskan
makanannya
Untuk
setiap hari
perkembangan klien
Pertahankan
kebersihan mulut yang
mengetahui
Meningkatkan
kesejahteraan
11
klien
baik
sebelum
dan
sesudah makan
meningkat
-
Mencegah
kekurangan
rangsangan
lebih parah
yang
nutrisi
Kolaborasi
dengan -
dokter
untuk
Meningkatkan nafsu
makan
pemberian
multivitamin
3.
Kekurangan
cairan
volume Setelah
dilakukan -
dengan
kehilangan x
24
jam
sekunder,
mual, terpenuhi
muntah
peritonitis
Mukosa
cairan
Mengetahui
suhu
perkembangan
tubuh,
kelembaban
dengan
pada
kondisi klien
bibir -
Meningkatkan intake
lembab
yang
cairan
Memperlihatkan
berikan
tidak
adanya
tidak
disukai,
cairan
yang
diet
-
Pantau
pastikan
masukan, -
Mencegah dehidrasi
sedikitnya
12
1500
mL cairan per
Kaji
pengertian -
Untuk
menentukan
metode
pemenuhan
mempertahankan
cairan
BAB III
KESIMPULAN
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera dalam
rongga perut. Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan
dinding perut sebelah dalam. Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut
pelvioperitonitis.
Penyebab peritonitis antara lain: infeksi di organ perut, penyakit radang panggul pada wanita
yang masih aktif melakukan kegiatan seksual.
13
DAFTAR PUSTAKA
Arvin, B. K. (n.d.). Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Retrieved from
https://books.google.com/books?id=5EPWABOw9TYC&pgis=1
Inability, F. (n.d.). Symptoms of peritonitis. Pertonitis Better Health Channel, 13.
Infection, I., & Ipek, T. (n.d.). PERITONITIS AND INTRAABDOMINAL INFECTION
Peritonitis means inflamation peritoneum or part of it . of the Secondary peritonitis is
defined as the presence of purulent exudate in the abdominal cavity derived from an enteric.
PERITONITIS AND INTRAABDOMINAL INFECTION.
14
Mikroskopi, H., & Sistem, A. (n.d.). Handout Mikroskopi Anatomi Sistem Digesti 1. Mikroskopi
Anatomi Sistem Digesti, 114.
Radojikovic, M., Stajanovic, M., Zlatic, A., Radojkovic, D., & Radisaviljevic, M. (2008).
Primary peritonitis. Acta Fac Med Naiss, 25(3), 133138.
Arvin, B. K. (n.d.). Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Retrieved from
https://books.google.com/books?id=5EPWABOw9TYC&pgis=1
Inability, F. (n.d.). Symptoms of peritonitis. Pertonitis Better Health Channel, 13.
Infection, I., & Ipek, T. (n.d.). PERITONITIS AND INTRAABDOMINAL INFECTION
Peritonitis means inflamation peritoneum or part of it . of the Secondary peritonitis is
defined as the presence of purulent exudate in the abdominal cavity derived from an enteric.
PERITONITIS AND INTRAABDOMINAL INFECTION.
Mikroskopi, H., & Sistem, A. (n.d.). Handout Mikroskopi Anatomi Sistem Digesti 1. Mikroskopi
Anatomi Sistem Digesti, 114.
Radojikovic, M., Stajanovic, M., Zlatic, A., Radojkovic, D., & Radisaviljevic, M. (2008).
Primary peritonitis. Acta Fac Med Naiss, 25(3), 133138.
15