Anda di halaman 1dari 31

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di

Facebook,

[tutup]
Twitter,

Instagram dan IRC #wikipedia-idconnect

Agustinus dari Hippo


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

St. Agustinus dari Hippo

Agustinus dilukis oleh Sandro Botticelli, tahun. 1480

Uskup, Filsuf, Teolog

Lahir

13 November 354, Tagaste,Numidia (sekarang Souk


Ahras,Aljazair)

Wafat

28 Agustus 430 (umur 75), Hippo Regius, Numidia (saat


ini bernamaAnnaba, Aljazair)

Dihormati semua Kekristenan


di

Hari

28 Agustus (Kekristenan Barat)

peringatan 15 Juni (Kekristenan Timur)

4 November (Gereja Asiria Timur)

Atribut

anak kecil; merpati; pena; cangkang kerang, hati yang


tertusuk, memegang buku dengan sebuah gereja kecil,
tongkat gembala uskup, mitra

Pelindung brewery; penerbit dan percetakan;


teolog; Bridgeport; Cagayan de Oro; San Agustin[1]

Agustinus dari Hippo (dalam bahasa Latin: Aurelius Augustinus Hipponensis, lahir 13
November 354 meninggal 28 Agustus 430pada umur 75 tahun), atau biasa dikenal
dengan Santo Agustinus, adalah seorang filsuf[2] dan teolog Kekristenan awal yang mana
tulisannya mempengaruhi perkembangan Kekristenan Barat dan filosofi Barat. Ia
adalah Uskup Hippo Regius (sekarang Annaba,Aljazair), yang terletak di Numidia, Provinsi
(Romawi) Afrika. Ia dipandang sebagai salah seorang Bapa Gereja terpenting dalam Kekristenan
Barat karena tulisan-tulisannya di Era Patristik; beberapa karyanya yang terkenal adalah Kota
Tuhan dan Pengakuan-pengakuan.
Menurut St Hieronimus, yang mana sejaman dengan Agustinus, ia telah memperbaharui
"Iman kuno" (conditor antiquae rursum fidei).[3][4]:343 Di awal hidupnya, Agustinus banyak dipengaruhi
oleh Manikheisme dan sesudahnya oleh Neoplatonisme. Setelah dibaptis dan menjadi Kristen pada
tahun 387, Agustinus mengembangkan pendekatannya sendiri dalam filosofi dan teologi dengan
mengakomodir berbagai metode dan sudut pandang. [4]:347-349 Ketika Kekaisaran Romawi Barat mulai
pecah, Agustinus mengembangkan konsep Gereja Katolik sebagai suatu Kota rohani Allah
(Yerusalem Baru), berbeda dengan Kota Duniawi yang materiil.[5] Pemikirannya sangat
mempengaruhi pandangan dunia pada abad pertengahan. Gereja yang berpegang pada
konsepTrinitas, sebagaimana didefinisikan dalam Konsili Nicea I dan Konsili Konstantinopel I,
[6]
dikenal erat sebagai Kota Allah-nya Agustinus.
Dalam Gereja Katolik dan Komuni Anglikan, ia dipandang sebagai seorang santo, seorang Doktor
Gereja yang unggul,[7] dan pelindung para biarawan Agustinian. Banyak kalangan Protestan,
terutama Calvinis, menganggapnya sebagai salah seorang bapa teologis dari Reformasi
Protestan karena ajarannya tentang anugerah ilahi dan keselamatan. Sementara dalam Gereja
Timur, banyak ajarannya yang tidak diterima; kontrovesi doktrinal yang terpenting sehubungan
dengannya adalah filioque.[8] Doktrin lain yang mungkin tidak diterima mencakup pandangannya
mengenai dosa asal, doktrin menenai anugerah, dan predestinasi.[8] Meski dianggap keliru dalam
beberapa hal, Agustinus tetap dipandang sebagai seorang suci. [9] Namun di kalangan Gereja
Ortodoks ia diberi gelar "Yang Terberkati" (Beato), bukan Santo, karena ajarannya yang dipandang
kontroversial dalam hal doktrin.[10]

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Kehidupan
o

1.1 Masa kecil dan pendidikan

1.2 Guru besar retorika

1.3 Memeluk Kristen

1.4 Menjadi imam dan uskup

1.5 Kematian dan penghormatan atasnya

2 Pemikirannya
o

2.1 Antropologi Kristen

2.2 Penciptaan

2.3 Perang yang adil

2.4 Mariologi

2.5 Penafsiran Alkitab

2.6 Dosa asal

2.7 Kehendak bebas

2.8 Sakramen

2.9 Pernyataannya atas orang Yahudi

3 Pengaruhnya
o

3.1 Dalam filsafat

3.2 Dalam teologi

4 Tuduhan

5 Buku-buku

6 Surat-surat

7 Terkait

8 Lihat pula

9 Referensi

10 Sumber

11 Bacaan lanjutan

12 Pranala luar

Kehidupan[sunting | sunting sumber]


Masa kecil dan pendidikan[sunting | sunting sumber]
Santo Agustinus diantar ke sekolah oleh Santa Monika, lukisan karyaNiccol di Pietro

Agustinus dilahirkan pada tahun 354 di municipium (kota atau kotamadya)


di Tagaste, Numidia (sekarang Souk Ahras, Aljazair) di Provinsi (Romawi) Afrika.[11]
[12]
Ibunya, Monika, adalah seorang Kristen yang saleh; sementara ayahnya Patrisius adalah
seorang Pagan yang kemudian memohon dibaptis menjelang kematiannya.[13] Pada usia 11 tahun ia
disekolahkan di Madaurus (sekarang M'Daourouch), sebuah kota kecil di Numidia berjarak sekitar
19 mil ke arah selatan Tagaste. Di sana ia menjadi akrab dengan sastra Latin, juga keyakinan dan
praktek paganisme[14] Pemahaman awalnya atas dosa adalah saat ia dan sejumlah temannya
mencuri buah pir, yang mana sebenarnya tidak mereka inginkan, dari sebuah kebun di
lingkungannya. Ia menceritakan kisah ini dalam otobiografinya,Pengakuanpengakuan (Confessions). Ia mengingatnya bahwa dulu ia tidak mencuri buah pir tersebut karena
rasa lapar, tetapi karena "hal itu tidak diperbolehkan". Katanya, "Buruk kenakalan itu, tetapi aku
menyukainya waktu itu; aku menyukai kehancuranku, aku menyukai kesalahanku. Bukan apa yang
kukejar dalam kesalahanku itu, melainkan kesalahan itu sendiri yang kusukai." [15]
Karena kemurahan hati sesama warga kotanya, Romanianus,[16] pada umur 17 tahun ia melanjutkan
pendidikan dalam bidang retorika diKartago. Saat Agustinus belajar di sanalah ia membaca
karya Cicero, Hortensius, yang ia gambarkan sebagai meninggalkan suatu kesan mendalam dan
memicu minatnya dalam filsafat.[17] Sejak awal Agustinus menunjukkan dirinya sebagai seorang
murid yang brilian, dengan rasa keingintahuan intelektual yang besar, namun ia tidak pernah
menguasai bahasa Yunani.[18]
Meskipun dididik sebagai seorang Kristiani, oleh ibunya, Agustinus lebih tertarik
mengikuti agama Manikheisme, sehingga sering membuat ibunya putus asa.[19] Sebagai seorang
pemuda, Agustinus menjalani kehidupan yang hedonis dalam suatu kurun waktu, dan bergaul
dengan orang muda lainnya yang membanggakan eksploitasi seksual mereka. Kebutuhan akan
penerimaan dari sesamanya telah memaksa mereka untuk mencari ataupun mengarang cerita
mengenai pengalaman-pengalaman seksual mereka. Saat itu adalah masa dimana ia
mengucapkan doanya yang terkenal: "Berikan aku kesucian dan kekuatan untuk menahan nafsu,
tetapi jangan sekarang." (da mihi castitatem et continentiam, sed noli modo)[20]
Pada usia sekitar 19 tahun, Agustinus mulai menjalin hubungan di luar perkawinan dengan seorang
wanita muda di Kartago. Meskipun sang ibu mengharapkannya agar menikahi seorang yang
sederajat dengannya,[21] wanita tersebut menjadi kekasih tetapnya selama lebih dari 13 tahun dan
melahirkan anak baginya, Adeodatus,[22] yang dipandang sangat cerdas oleh orang-orang pada
masanya.

Guru besar retorika[sunting | sunting sumber]


Agustinus mengajar tata bahasa di Tagaste selama tahun 373-374. Tahun berikutnya ia pindah ke
Kartago untuk membuka sekolah retorika, dan berlangsung selama 9 tahun.[16] Karena merasa
terganggu oleh murid-murid yang sulit diatur di Kartago, ia pindah ke Roma untuk mendirikan
sekolah di sana, dimana ia meyakini bahwa Roma adalah tempatnya para ahli retorika cemerlang
dan terbaik. Namun, Agustinus kecewa karena situasi di sana di luar harapannya. Merupakan suatu
kebiasaan di Roma saat itu bahwa para murid membayar biaya sekolah di hari terakhir masa studi;
sementara banyak murid mengikuti seluruh masa studi dengan tekun sampai akhir, namun tidak
membayar biaya sekolah. Para teman Manikhean-nya kemudian memperkenalkan Agustinus

dengan prefek Kota Roma, Symmachus, yang telah diminta


oleh pengadilan kekaisaran diMilan untuk menyediakan seorang guru besar ilmu retorika. Agustinus
kemudian mendapatkan pekerjaan tersebut dan berangkat ke utara untuk menerima jabatan itu
pada akhir tahun 384. Di usianya yang ke-30, Agustinus telah mendapatkan jabatan akademik yang
paling menonjol di dunia Latin dimana saat itu jabatan seperti demikian memberikan akses ke karir
politik.[23]
Walau Agustinus menunjukkan kegairahannya kepada Manikheisme, tetapi ia hanyalah seorang
"auditor" (tingkatan terendah dalam hirarki sekte tersebut). Saat masih di Kartago, Agustinus pernah
mengalami suatu pertemuan yang mengecewakan dengan Uskup Manikhean, Faustus of Mileve,
seorang eksponen utama dalam teologi Manikhean; sejak saat itu Agustinus mulai
bersikap skeptis terhadap Manikheisme.[23] Di Roma, ia dikabarkan berpaling dari Manikheisme dan
menganut skeptisisme gerakan "Akademi Baru", yang merupakan Akademi Platonik. Karena
pendidikannya, Agustinus memiliki kecakapan retorikal yang luar biasa dan berpengetahuan luas
dalam filosofi berbagai alirankepercayaan.[24]
Saat Agustinus tinggal di Milan, kesalehan ibunya, studinya dalam Neoplatonisme, dan
temannya Simplicianus (yang kemudian menjadi Uskup Milan, dan juga akhirnya digelariSanto),
semuanya itu mendorong dia untuk beralih ke Kekristenan. Awalnya Agustinus tidak begitu
terpengaruh oleh Kekristenan, tetapi seiring dengan hubungannya denganAmbrosius (Uskup Milan
saat itu, dan kemudian menjadi salah satu Doktor Agung dalam Gereja Katolik), ia mulai
mengevaluasi kembali dirinya. Sama seperti Agustinus, Ambrosius juga seorang ahli retorika (berarti
juga ahli pidato), tapi lebih tua dan berpengalaman.[25] Agustinus sangat terpengaruh oleh
Ambrosius, terutama melalui khotbah-khotbah Ambrosius, bahkan lebih dari pengaruh ibunya sendiri
dan orang-orang lain yang ia kagumi. Sejak ia tiba di Milan, ia segera berada di bawah pengaruh
Ambrosius. Dalam Pengakuan-pengakuan X-XIII, Agustinus menulis, "Abdi Allah ini menerimaku
dengan sikap kebapakan, dan sebagai seorang uskup yang sejati dinyatakannya kesenangannya
akan pemindahan saya." Hubungan mereka segera berkembang, sebagaimana Agustinus
menuliskannya, "Begitulah aku mulai merasa sayang kepadanya, meskipun mula-mula bukan
sebagai guru suatu kebenaran yang sama sekali sudah tidak kuharapkan dari Gereja-Mu, melainkan
sebagai orang yang ramah terhadapku."[26]Agustinus rutin mengunjungi Ambrosius untuk melihat
apakah Ambrosius merupakan salah seorang ahli retorika dan pembicara terbaik di dunia. Walau
lebih tertarik kepada ketrampilan berbicaranya dibandingkan topiknya, Agustinus segera menyadari
bahwa Ambrosius adalah seorang ahli pidato yang spektakuler. Pada akhirnya, Agustinus
mengatakan bahwa melalui alam bawah sadarnya ia dibawa kepada iman Kristen.[26]
Sang ibu, Monika, telah menyusul Agustinus sampai ke Milan dan mengatur suatu pernikahan,
dimana karena hal ini hubungan Agustinus dengan kekasihnya (di luarpernikahan) berakhir yaitu
pada tahun 385.[27] Meskipun Agustinus menerima rencana pernikahan ini, Agustinus sangatlah
terluka karena kehilangan kekasihnya. Saat itu ia menggambarkan keadaannya: "Wanita teman
tetapku seranjang direnggut dari sisiku ... hatiku yang melekat padanya tercabik-cabik dan terluka
dan mengalirkan darah."[28]Agustinus mengakui bahwa ia bukan gandrung pada perkawinan,
melainkan budak nafsu birahi, sehingga ia mencari kekasih lain untuk melayani nafsunya
sepeninggal kekasih pertamanya karena ia harus menunggu 2 tahun lagi
hingga tunangannya beranjak dewasa. Namun ia menggambarkan bahwa setelah itu pun lukanya
tidak sembuh juga, malah mulai bernanah.[28]
Ada bukti yang menunjukkan bahwa Agustinus mungkin menganggap hubungan sebelumnya ini
setara dengan pernikahan.[29] Dalam Pengakuan-pengakuan, ia mengakui bahwa pengalaman
tersebut kemudian membuat suatu penurunan kepekaan terhadap rasa sakit. Di kemudian hari,
Agustinus akhirnya memutuskan pertunangannya dengan tunangannya yang berumur 11 tahun itu,
dan ia kemudian tidak pernah menjalin hubungan lagi dengan salah satu pun kekasihnya. Seorang
teman Agustinus, Alypius (yang kemudian menjadi Uskup Tagaste, dan juga akhirnya digelari
Santo), yang mengarahkan Agustinus untuk menjauhi pernikahan, mengatakan bahwa mereka tidak
dapat menjalani suatu kehidupan bersama dalam cinta akan hikmat jika menikah. Agustinus

mengenangnya beberapa tahun kemudian saat tinggal di Cassiciacum, sebuah villa di luar Milan,
dimana ia berkumpul dengan para pengikutnya sebelum ia dibaptis, dan menggambarkannya
sebagai waktu senggang kehidupan Kristiani (Christianae vitae otium).[30]

Memeluk Kristen[sunting | sunting sumber]


Pada musim panas tahun 386, dalam usianya yang ke-31, Agustinus mendengar suatu kisah dari
Ponticianus (seorang Kristen kenalannya di istana kaisar) mengenai pengalamannya bersama
teman-temannya, dan juga cerita dari temannya itu mengenai kehidupan Santo Antonius
Agung yang sangat menyentuhnya. Cerita-cerita dari Ponticianus membuat keinginannya semakin
kuat untuk memeluk Kristen. Namun, sebagaimana diceritakannya kemudian, keputusan bulat untuk
menjadi Kristen adalah setelah ia didorong oleh suatu suara seperti anak kecil yang ia dengar
menyuruhnya "Ambillah, bacalah!" (tolle, lege), yang dianggapnya sebagai perintah ilahi untuk
membuka Alkitab. Agustinus kemudian segera membuka Alkitab dan membaca bagian yang ia lihat
pertama kali, yaitu Roma 13:13-14 :[31]
"Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan
kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati.
Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah
merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya."

"St. Agustinus dan St. Monika" (1846), oleh Ary Scheffer.

Dan seketika setelah ia membacanya, ia merasakan seolah-olah ada cahaya kedamaian tercurah ke
dalam hatinya dan segala keraguannya hilang.[31] Monika sangat bahagia ketika sang anak
menceritakan kisahnya. Dalam Pengakuan-pengakuan, Agustinus juga menyampaikan bahwa sejak
saat itu ia tidak lagi menginginkan untuk mempunyai istri, dan dengan mantap ia melepaskan
jabatannya di istana. Uskup Ambrosius membaptis Agustinus, dan anaknya (Adeodatus) yang saat
itu berumur 15 tahun, serta sejumlah temannya pada Malam Paskah tahun 387 di Milan. Setahun
kemudian, tahun 388, Agustinus menyelesaikan apologinya "Dalam Kekudusan Gereja Katolik".
[23]
Pada tahun yang sama Agustinus beserta seluruh kerabatnya, termasuk Adeodatus anaknya dan
juga Monika ibunya, pulang ke kampung halaman mereka di Afrika. [16] Namun sang ibu meninggal
di Ostia dalam perjalanan mereka ke Afrika.[32] Dan tidak lama kemudian Adeodatus juga meninggal,
di usianya yang ke-16.[33] Agustinus kemudian menjual semua hartanya dan memberikan uangnya
kepada orang-orang miskin. Satu-satunya yang dipertahankan adalah rumah keluarganya, di
Tagaste, yang mana menjadi basis kehidupan membiara yang berarti juga selibat baginya dan
sejumlah temannya.[16]

Agustinus kemudian mengungkapkan perubahan radikal pada dirinya, dalam Pengakuanpengakuan, berupa doa yang kalimat pertamanya sangat populer hingga saat ini: Terlambat aku
mencintai-Mu, Tuhan. Doa selengkapnya:[34]
Betapa lambat aku akhirnya mencintai-Mu, Oh Keindahan lama yang selalu baru, betapa lambat
Kau kucintai!
Ketika Engkau berada di dalam diriku, aku malah berada di luar, dan di luar sanalah Kau kucari.
Aku, yang tidak layak dicintai ini, melemparkan diri ke antara hal-hal indah yang Kau ciptakan.
Dahulu Engkau bersamaku, namun aku sendiri malah tidak bersama-Mu.
Segala hal itu membuatku terpisah dari pada-Mu; yang jikalau tidak ada dalam diri-Mu,
sesungguhnya mereka bukanlah apa-apa!
Engkau memanggil dan berseru-seru, dan menghancurkan ketulianku.
Engkau memancarkan kilau dan sinar, dan menghalau kebutaanku.
Engkau menebarkan harum semerbak dan aku menghirupnya; dan sekarang aku terengah-engah
merindukan-Mu.
Aku telah mengecap, dan sekarang aku lapar dan haus.
Engkau menyentuhku, dan aku terbakar mendambakan damai-Mu.

Menjadi imam dan uskup[sunting | sunting sumber]

Konsekrasi Santo Agustinus sebagai uskup, lukisan karya Jaume Huguet

Pada tahun 391 ia ditahbiskan menjadi seorang imam di Hippo Regius, (kini Annaba, di Aljazair). Ia
menjadi seorang pengkhotbah terkenal (lebih dari 350 khotbahnya yang terlestarikan diyakini
otentik), dan ia juga dikenal karena melawan paham Manikheisme, yang pernah dianutnya. [23]
Pada tahun 395 ia diangkat menjadi uskup koajutor (seorang uskup dengan hak untuk
menggantikan apabila uskup diosesan yang menjabat meninggal dunia) di Hippo, dan tidak lama
kemudian menjadi uskup sepenuhnya,[35] sehingga ia dikenal dengan nama "Agustinus dari Hippo";
dan ia memberikan harta miliknya kepada Gereja di Tagaste.[36] Agustinus tetap menjabat sebagai
uskup di sana hingga kematiannya tahun 430. Ia menuliskan otobiografinya Pengakuanpengakuan pada tahun 397-398. Karyanya Kota Allah dituliskan untuk menghibur sesamanya
umat Kristiani tidak lama setelah Visigoth menaklukkan Roma pada tahun 410.
Agustinus bekerja tanpa lelah dalam upayanya meyakinkan masyarakat di Hippo untuk memeluk
Kristen. Meskipun telah meninggalkanbiara, ia tetap menjalani kehidupan monastik di wisma
episkopal (tempat kediamannya sebagai uskup). Ia mewariskan sebuah buku peraturan (bahasa

Latin: regula) untuk biaranya yang kemudian membuatnya dijadikan santo pelindung para religius
(para anggotatarekat religius).[37]
Kebanyakan kisah kehidupan Agustinus kemudian dibukukan oleh St. Possidius, yang adalah
temannya dan Uskup Calama (kini Guelma, Aljazair), dalam karyanya Sancti Augustini Vita. St
Possidius mengagumi Agustinus sebagai seseorang yang sangat cerdas dan seorang pembicara
handal yang memanfaatkan setiap kesempatan untuk membela Kekristenan dari para pencelanya.
Karakter pribadi Agustinus juga digambarkannya dengan rinci misalnya: seseorang yang hanya
makan secukupnya, bekerja tanpa lelah, membenci gosip, menjauhi godaan-godaan kedagingan,
dan menerapkan kehatian-hatian dalam pengelolaan keuangan keuskupannya.[38]

Kematian dan penghormatan atasnya[sunting | sunting sumber]


Sesaat menjelang kematian Agustinus, bangsa Vandal (suatu suku bangsa Jermanik yang telah
menjadi penganut Arianisme) menyerbu Afrika yang masih menjadi Provinsi Romawi. Bangsa
Vandal tersebut mengepung Hippo pada musim semi tahun 430, saat Agustinus menderita penyakit
terakhirnya sebelum meninggal. Menurut Possidius, salah satu dari beberapa mujizat dikaitkan
dengan Agustinus, yaitu kesembuhan seorang sakit, pada saat pengepungan berlangsung.
[39]
Possidius mencatat bahwa Agustinus menghabiskan hari-hari terakhirnya
dalam doa dan penyesalan, serta meminta Mazmur Pertobatan supaya digantungkan di dinding
kamarnya sehingga ia dapat membacanya. Ia juga memberi instruksi agar perpustakaan gereja di
Hippo dan semua buku-buku di dalamnya supaya dijaga dengan baik. Agustinus kemudian
meninggal pada tanggal 28 Agustus 430.[40] Tak lama setelah meninggalnya, bangsa Vandal
melepaskan pengepungan Hippo; tetapi mereka kembali tidak lama setelah itu dan membakar kota
tersebut. Mereka menghancurkan semuanya selain perpustakaan dan katedral Agustinus, yang
mana mereka tinggalkan begitu saja.[41]
Agustinus dikanonisasi melalui pengakuan populer, dan kemudian diakui sebagai seorang Doktor
Gereja pada tahun 1298 oleh Paus Bonifasius VIII.[42]

Pemikirannya[sunting | sunting sumber]


Antropologi Kristen[sunting | sunting sumber]
Agustinus adalah salah satu penulis Latin pertama, di kalangan Kristen, dari abad kuno yang
memiliki visi yang sangat jelas dalam antropologi teologis.[43] Ia melihat manusiasebagai suatu
kesatuan sempurna dari dua substansi: tubuh dan jiwa. Dalam salah satu risalah terakhirnya
"Kepedulian yang diperlukan kepada orang mati" (De cura pro mortuis gerenda) bab 5, yang
ditulisnya pada tahun 420, ia mendesak penghormatan atas tubuh dengan alasan bahwa tubuh
adalah bagian dari kodrat dasar suatu pribadi manusia. [44] Figur favorit Agustinus untuk
menggambarkan hubungan tubuh-jiwa adalah perkawinan: "tubuhmu adalah istrimu" (caro tua,
coniunx tua).[45][46][47] Awalnya, 2 elemen tersebut berada dalam keselarasan yang sempurna.
Setelah jatuhnya umat manusia, mereka (tubuh dan jiwa) mengalami pertempuran dramatis antara
satu dengan yang lainnya. Keduanya merupakan 2 hal yang berbeda; tubuh adalah sebuah obyek 3
dimensi yang terdiri dari 4 elemen, sedangkan jiwa tidak memiliki dimensi spasial (ruang). [48] Jiwa
adalah satu jenis substansi, berpartisipasi dalam akal, dan cocok untuk berkuasa atas tubuh.
[49]
Agustinus tidak disibukkan, seperti Plato dan Descartes, dengan penelusuran yang terlalu banyak
terhadap rincian mendetail dalam upaya untuk menjelaskan metafisika persatuan tubuh-jiwa.
Baginya adalah cukup untuk mengakui bahwa ada perbedaan metafisik antara keduanya: menjadi
seorang manusia berarti menjadi satu gabungan tubuh dan jiwa, dan jiwa lebih unggul dibanding
tubuh. Pernyataan terakhir tersebut didasarkan pada klasifikasi hirarkisnya akan segala hal ke
dalam: yang sekedar ada, yang ada dan hidup, yang ada - hidup - dan ber-akal. [50][51] Layaknya Bapa
Gerejalainnya, seperti Athenagoras,[52] Agustinus mengutuk dengan keras praktek aborsi langsung,
dalam tahap kehamilan manapun, sebagai suatu kejahatan. [53]

Penciptaan[sunting | sunting sumber]

Dalam Kota Allah, Agustinus menolak gagasan mengenai keabadian umat manusia yang diajukan
oleh para pagan dan pemikiran kontemporer mengenai zaman (seperti pandangan beberapa
orang Yunani dan Mesir) yang berbeda dengan tulisan-tulisan suci Gereja.[54] Dalam "Interpretasi
Literal Kitab Kejadian" (De Genesi ad litteram), Agustinus berpandangan bahwa segala sesuatu
di alam semesta diciptakan secara bersamaan oleh Allah, dan bukan dalam 7 hari kalender
layaknya penafsiran harafiah atas Kejadian. Ia berpendapat bahwa struktur enam-hari
penciptaan dalam Kitab Kejadian lebih menggambarkan sebuah kerangka logis, daripada suatu
perjalanan waktu secara fisik; maksudnya hal itu tidak lebih dari suatu hal literal. Satu alasan atas
interpretasi ini adalah kutipan dalam Sirakh 18:1 bahwa "Dia ... menciptakan segala-galanya
bersama-sama" (creavit omnia simul), yang mana digunakan oleh Agustinus sebagai bukti
bahwa Kejadian 1 harus diartikan bukan secara literal.[55] Agustinus juga tidak menganggap dosa
asal sebagai penyebab perubahan struktural di alam semesta, bahkan menyatakan kalau tubuh
Adam dan Hawa telah tercipta fana sebelum kejatuhan mereka.[56] Terlepas dari pandanganpandangan spesifiknya, Agustinus mengakui bahwa penafsiran atas penciptaan adalah sulit, dan
menyatakan bahwa setiap orang seharusnya bersedia untuk mengubah pandangannya mengenai
hal tersebut seandainya ada informasi-informasi baru.[57]

Perang yang adil[sunting | sunting sumber]


Agustinus menegaskan bahwa orang Kristen harus pasifis sebagai seorang pribadi, filosofi yang
harus menjadi pendiriannya.[58] Namun kedamaian dalam menghadapi suatu kesalahan berat dan
serius, yang hanya dapat dihentikan melalui kekerasan, akan menjadi suatu dosa. Pertahanan atas
diri sendiri atau orang lain dapat menjadi suatu keharusan, terutama bila diizinkan oleh
suatu otoritas yang resmi dan sah. Meskipun tidak merinci kondisi-kondisi yang diperlukan
agar perang dapat dibenarkan, yang biasa disebut dengan istilah just war (perang yang adil / sah),
Agustinus menciptakan istilah ini dalam karyanya Kota Allah.[59] Perang seperti ini tidak
diperkenankan bersifat pre-emptif (melumpuhkan sebagai tindakan antisipasi), tetapi defensif (untuk
bertahan), demi memulihkan perdamaian.[60] Beberapa abad kemudian St. Thomas
Aquinas menggunakan argumentasi Agustinus dalam upayanya untuk menentukan kondisi-kondisi
dimana suatu perang dapat dibenarkan.[61][62]

Mariologi[sunting | sunting sumber]


Walaupun Agustinus tidak mengembangkan suatu teologi khusus mengenai Mariologi, namun
pernyataannya mengenai Maria melampaui para penulis awal lainnya dalam hal kedalamannya dan
banyaknya.[63] Sebelum Konsili Efesus pun ia telah membela Keperawanan Abadi
Maria sebagai Bunda Allah, yang mana karena keperawanannya, adalah penuh rahmat.[64] Dan ia
juga menegaskan bahwa Perawan Maria "mengandung sebagai perawan, melahirkan sebagai
perawan, dan tetap perawan selamanya".[65]

Penafsiran Alkitab[sunting | sunting sumber]


Agustinus mempunyai pandangan bahwa teks Kitab Suci harus ditafsirkan sebagai kiasan apabila
suatu penafsiran harafiah bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan iman. Walau setiap bagian
dari Alkitab memiliki suatu makna harafiah, "makna harafiah" ini tidak selalu berarti bahwa Alkitab
adalah sekedar sejarah belaka; namun terkadang lebih sebagai suatu perluasan metafora.[66]

St. Agustinus berdebat denganbidat, lukisan karya Vergs Group

Dosa asal[sunting | sunting sumber]


Agustinus mengajarkan bahwa dosa asal dari Adam dan Hawa merupakan suatu
tindakan kebodohan (insipientia) yang diikuti olehkesombongan dan ketidaktaatan kepada Allah,
atau mungkin juga sebenarnya berawal dari kesombongan.[67] Pasangan pertama tersebut tidak
mematuhi Allah, yang telah mengatakan kepada mereka untuk tidak makan dari Pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (Kejadian 2:17),[68] dimana pohon tersebut
merupakan sebuah simbol dari keteraturan penciptaan.[69] Sikap yang berpusat pada diri sendiri
membuat Adam dan Hawa memakan buah pohon itu, sehingga gagal untuk mengakui dan
menghormati dunia yang telah diciptakan Allah, beserta tatanan ciptaan dan nilai-nilainya. [70] Mereka
jatuh dalam kesombongan dan berkurangnya hikmat karenaIblis menabur "akar kejahatan" (radix
mali) ke dalam panca indera mereka.[71] Kodrat mereka terluka oleh konkupisensi atau libido, yang
mana mempengaruhi kehendak dan kecerdasan mereka, juga afeksi dan hasrat (atau nafsu),
termasuk hasrat seksual.[72] Dari segimetafisika, konkupisensi bukanlah suatu ciptaan tetapi
merupakan suatu kualitas buruk, kurangnya kebaikan, atau suatu luka. [73]
Pandangan bahwa tidak hanya jiwa manusia, tetapi juga panca indera, yang terkena dampak oleh
jatuhnya Adam dan Hawa adalah sesuatu yang lazim di zaman Agustinus dan para Bapa Gereja.
[74]
Jelas bahwa alasan Agustinus untuk menjauhi urusan kedagingan berbeda dengan Plotinus,
seorang Neoplatonis,[75] yang mengajarkan bahwa seorang manusia dapat mencapai tingkatan
tertinggi hanya melalui kebencian terhadap keinginan daging.[76] Agustinus mengajarkan bahwa
pembebasan tubuh, yaitu transformasi dan penyucian, adalah pada saat kebangkitan (kebangkitan
badan).[77]
Beberapa penulis menganggap ajaran Agustinus ditujukan terhadap seksualitas manusia, dan
menghubungkan desakannya pada berpantang nafsu (continence) dan pengabdian kepada Allah,
berasal dari kebutuhan Agustinus untuk menolak hasrat sensualnya yang besar sebagaimana
diceritakannya dalam Pengakuan-pengakuan. Tetapi jika melihat semua tulisannya, nampaknya ada
kesalahpahaman.[78] Agustinus mengajarkan bahwa seksualitas manusia telah terluka, bersamaan
dengan seluruh kodratnya, dan membutuhkan penebusan oleh Kristus. Penyembuhannya
merupakan suatu proses yang diwujudkan dalam relasi perkawinan (conjugal acts). Kebajikan atau
keutamaan berpantang nafsu diperoleh berkat rahmat dari Sakramen Perkawinan, yang karenanya
menjadi sebuah obat atas konkupisensi (remedium concupiscentiae).[79][80] Pembebasan dari
seksualitas manusia akan tercapai sepenuhnya hanya dalam kebangkitan tubuh. [81]

Dosa Adam diwariskan kepada semua manusia. Sejak tulisan-tulisan awal Agustinus dalam
melawan Pelagianisme, ia telah mengajarkan bahwa dosa asal ditularkan kepada semua
keturunannya oleh konkupisensi,[82] yang dianggapnya sebagai hasrat dari jiwa dan raga,[83] yang
membuat manusia dikuasai dosa (massa damnata) dan banyak melemahkan walau tidak
menghancurkan kehendak bebas.[84]
Rumusan Agustinus tentang doktrin dosa asal diteguhkan dalam berbagai konsili,
misalnya Kartago (418), Efesus (431), Orange (529), Trente (1546). St Anselmus menyatakan
dalam Cur Deus Homo suatu definisi yang kemudian diikuti oleh para terpelajar terkemuka di abad
ke-13, bahwa dosa asal adalah "keterbatasan dari kebenaran yang mana seharusnya terdapat
dalam diri setiap orang", sehingga membedakannya dengan konkupisensi, dimana beberapa
pengikut Agustinus sering menyamakannya sebagaimana juga Luther dan Calvin.[85][86][84] Pada
tahun 1567, Paus Pius V mengutuk pandangan yang menyamakan dosa asal dengan konkupisensi.
[84]

Kehendak bebas[sunting | sunting sumber]


Pernyataan bahwa Allah menciptakan manusia dan malaikat sebagai makhluk rasional yang
memiliki kehendak bebas dapat ditemukan dalam teodisi Agustinus. Kehendak bebas tidak
dimaksudkan untuk berbuat dosa, juga tidak berarti bahwa kehendak bebas memiliki
kecenderungan yang sama pada kebaikan dan kejahatan. Suatu kehendak yang telah dikotori oleh
dosa tidak lagi dianggap sebagai "bebas" seperti sebelumnya karena kehendak tersebut telah terikat
dengan hal-hal duniawi, yang mana dapat saja hilang atau sulit untuk lepas darinya (karena dosa),
sehingga menghasilkan ketidakbahagiaan. Dosa merusak kehendak bebas (namun tidak sampai
hancur), sementara anugerah atau rahmat memulihkannya. Hanya suatu kehendak yang dulunya
bebas yang dapat terkorupsi oleh dosa.[87] Dengan kata lain kehendak bebas memungkinkan
manusia dapat berbuat dosa sehingga kehendak bebasnya rusak jika melakukannya, namun rahmat
memulihkan kembali kehendak bebasnya.
Gereja Katolik menganggap ajaran Agustinus mengenai kehendak bebas adalah konsisten.
Agustinus sering mengatakan bahwa siapa pun dapat diselamatkan jika mereka menginginkannya.
Sementara Allah mengetahui siapa yang ingin dan tidak ingin diselamatkan, dengan tidak adanya
kemungkinan bagi yang tidak ingin diselamatkan untuk dapat diselamatkan dalam hidup mereka, hal
ini menggambarkan pengetahuan sempurna Allah mengenai bagaimana setiap manusia akan
memilih sendiri nasib mereka dengan bebas.[88]

Santo Agustinus Hippo, sebuah ukiran dari abad ke-19

Sakramen[sunting | sunting sumber]


Dalam perlawanannya terhadap Donatisme, Agustinus mengembangkan suatu perbedaan antara
"kelayakan" dan "keabsahan"sakramen-sakramen. Menurutnya suatu sakramen dikatakan layak
apabila diterimakan oleh klerus dari Gereja Katolik, sementara sakramen yang diterimakan
oleh skismatik dipandang tidak layak (irregular). Namun demikian, keabsahan (validitas) sakramen
tidak bergantung pada kesucian dari imam yang menerimakannya (ex opere operato); oleh karena
itu, sakramen yang tidak layak masih dapat dipandang valid apabila dilakukan dalam nama Kristus
dan sesuai prosedur yang telah ditentukan oleh Gereja. Dalam hal ini Agustinus berbeda dengan
ajaran sebelumnya dari St. Siprianus, yang mengajarkan bahwa orang yang kembali dari gerakan
skismatik harus dibaptis ulang.[89]
Agustinus mengukuhkan pemahaman Kekristenan awal tentang kehadiran nyata Kristus
dalam Ekaristi (transubstansiasi) dengan mengatakan bahwa pernyataan Kristus, "Inilah tubuh-Ku"
merujuk ke roti yang dipegang-Nya,[90][91] dan orang-orang Kristiani harus mengimani bahwa roti dan
anggur tersebut pada kenyataannya adalah tubuh dan darah Kristus, terlepas dari apa yang mereka
lihat dengan mata (jasmani) mereka.[92]
Menentang Pelagianisme, Agustinus sangat menekankan pentingnya baptisan bayi. Mengenai
pernyataan apakah baptisan adalah syarat mutlak bagi keselamatan, bagaimana pun, Agustinus
sepertinya telah disempurnakan keyakinannya seiring perjalanan hidupnya, menyebabkan beberapa
kebingungan di antara para teolog setelahnya mengenai posisinya dalam hal ini. Ia mengatakan
dalam salah satu khotbahnya bahwa hanya orang yang telah dibaptis yang diselamatkan.
[93]
Keyakinan ini dianut oleh banyak orang Kristen awal. Namun satu bagian dari Kota Allah,
mengenai Apokalips, mungkin menunjukkan bahwa Agustinus meyakininya dalam pengecualian
bagi anak-anak yang lahir dari orang tua Kristiani.[94]

Pernyataannya atas orang Yahudi[sunting | sunting sumber]


Untuk menentang gerakan Kekristenan tertentu, yang beberapa di antaranya menolak
penggunaan Alkitab Ibrani, Agustinus menjawab bahwa Allah telah memilih kaum Yahudisebagai
suatu bangsa pilihan,[95] dan ia menganggap tindakan Kekaisaran Romawi menceraiberaikan orangorang Yahudi sebagai suatu penggenapan nubuat.[96] Ia menolak pembunuhan dengan mengutip
nubuat yang sama yang mengatakan, "Jangan bunuh mereka, agar mereka tidak melupakan
hukum-Mu" (Mazmur 59:11). Agustinus, yang percaya bahwa orang-orang Yahudi akan memeluk
Kristen di "akhir zaman", berpendapat bahwa Tuhan telah mengizinkan mereka bertahan hidup
dalam penyebaran mereka sebagai suatu peringatan kepada orang-orang Kristen; karena itu, ia
berpendapat bahwa mereka seharusnya diizinkan untuk tinggal di tanah orang-orang Kristen.
[97]
Sentimen yang terkadang dikaitkan dengan Agustinus bahwa orang-orang Kristen seharusnya
membiarkan orang-orang Yahudi "untuk bertahan hidup tetapi tidak untuk berkembang" (contohnya,
hal ini diulang oleh penulis James Carroll dalam bukunya Constantine's Sword)[98] adalah apokrif dan
tidak ditemukan dalam satu pun tulisannya.[99]

Pengaruhnya[sunting | sunting sumber]

Lukisan detail St. Agustinus di sebuah jendela kaca patri karya Louis Comfort Tiffany di Museum Lightner, St.
Augustine, Florida, Amerika Serikat.

Agustinus tetap merupakan seorang figur pusat, baik dalam Kekristenan maupun dalam sejarah
pemikiran Barat. Dalam argumen filsafat dan teologinya, dia banyak dipengaruhi
oleh Stoikisme, Platonisme dan Neoplatonisme, terutama oleh karya Plotinus (penulisEnneads),
kemungkinan melalui perantaraan Porfiri dan Victorinus (seperti dalam argumen Pierre Hadot).
Meskipun ia kemudian meninggalkan Neoplatonisme, beberapa gagasan akan hal tersebut masih
terlihat dalam tulisan-tulisan awalnya.[100] Tulisan awalnya yang berpengaruh tentang kehendak
manusia, suatu topik sentral dalam etika, kelak menjadi fokus bagi para filsuf
sepertiSchopenhauer, Kierkegaard, dan Nietzsche. Ia juga dipengaruhi oleh karya-karya Virgil (yang
dikenal karena ajarannya mengenaibahasa) dan Cicero (yang dikenal karena ajarannya mengenai
argumen).[2]

Dalam filsafat[sunting | sunting sumber]


Filsuf Bertrand Russell terkesan dengan meditasi Agustinus mengenai hakikat "waktu" dalam
bukunya Pengakuan-pengakuan, dan memandangnya dengan positif dibandingkan
pandangan Immanuel Kant yang menganggap waktu adalah subyektif.[101] Sementara meditasi
Agustinus tentang hakikat waktu terkait erat dengan pertimbangannya tentang daya ingat manusia.
Para teolog Katolik umumnya mengikuti keyakinan Agustinus bahwa Allah hadir di luar waktu dalam
"masa kini yang kekal"; bahwa waktu hanya ada di dalam alam ciptaan karena hanya dalam ruanglah waktu dapat dirasakan yaitu melalui gerak dan perubahan.[102] Frances Yatesdalam
penelitiannya pada 1966, The Art of Memory (Seni Daya Ingat), berpendapat bahwa paragraf
singkat dari Pengakuan-pengakuan X-VIII.12 di mana Agustinus menulis tentang orang yang
menaiki tangga dan memasuki suatu bidang ingatan yang sangat luas, [103] jelas menunjukkan bahwa
orang-orang Romawi kuno memahami bagaimana menggunakan kiasan ruang dan arsitektural
sebagai suatu teknik mnemonik untuk mengelola sejumlah besar informasi.
Filosofi Agustinus, terutama ditunjukkannya dalam Pengakuan-pengakuan, menunjukkan pengaruh
yang berkelanjutan dalam filsafat Kontinental sepanjang abad ke-20. Pendekatan deskriptifnya
terhadap niat atau kehendak, daya ingat, dan bahasa sebagai suatu fenomena dialaminya dalam
alam kesadaran, dan telah menginspirasi cara pandang hermeneutika dan fenomenologi modern.
[104]
Edmund Husserl menuliskan: "Analisis kesadaran akan waktu adalah suatu inti purba dari
psikologi deskriptif dan teori pengetahuan. Pemikir pertama yang memiliki kepekaan mendalam
terhadap kesulitan luar biasa tersebut yang dapat ditemukan di sini adalah Agustinus, yang telah
bekerja dengan hampir putus asa dalam mengatasi masalah ini."[105] Martin Heidegger merujuk
kepada filsafat deskriptif Agustinus di beberapa bagian dalam karyanya yang berpengaruh, Being
and Time.[106] Hannah Arendt memulai tulisannya mengenai filsafat dengan suatu disertasi mengenai
konsep cinta menurut Agustinus, Der Liebesbegriff bei Augustin (1929): "Arendt muda berusaha
menunjukkan bahwa dasar filosofis untuk vita socialis (kehidupan sosial) pada Agustinus dapat

dipahami sebagai tinggal dalam cinta yang lemah lembut, berdasar pada pemahamannya mengenai
asal mula kemanusiaan."[107]

Dalam teologi[sunting | sunting sumber]


Thomas Aquinas banyak dipengaruhi oleh Agustinus. Namun dalam tulisannya mengenai dosa asal,
Aquinas mengajukan suatu pandangan yang lebih optimis mengenai manusia dibanding dengan
Agustinus, dimana menurutnya manusia masih memiliki akal budi, kehendak, dan nafsu bahkan
sejak jatuhnya manusia pertama dalam dosa.[84]Para teolog Reformasi Protestan, seperti Martin
Luther dan Yohanes Calvin, akan menengok kembali kepada Agustinus sebagai inspirasi mereka.
[butuh rujukan]
Dalam tulisan-tulisan awalnya untuk melawan Pelagianisme, Agustinus mengajarkan
bahwa rasa bersalah Adam diteruskan ke semua keturunannya dengan melemahkan, namun tidak
merusak, kehendak bebas mereka; sementara para reformator Protestan seperti Martin Luther dan
Yohanes Calvin menyatakan bahwa dosa asal merusak kebebasan secara total.[84]
Menurut Leo Ruickbie, argumen-argumen Agustinus dalam melawan magi, yang membedakannya
dengan mujizat, sangat penting dalam perjuangan Gereja perdana melawankekafiran dan menjadi
tesis sentral dalam penolakan terhadap para penyihir dan praktek sihir. Menurut Profesor Deepak
Lal, visi Agustinus mengenai kota surgawi telah mempengaruhi proyek-proyek sekuler dan tradisi
pada Abad Pencerahan, Marxisme, Freudianisme, dan Eco-fundamentalisme.[108]
Ludwig Wittgenstein banyak mengutip Agustinus dalam Philosophical Investigations atas
pendekatannya dalam bahasa, dan dalam kekagumannya menjadikan Agustinus seorang 'rekan
kerja' dalam mengembangkan gagasan-gasannya sendiri, termasuk juga bagian
pembukan Pengakuan-pengakuan yang ekstensif. Secara filosofis, pemikiran Wittgenstein
menunjukkan keselarasan mendasar dengan wacana keagamaan.[109] Para ahli bahasa kontemporer
juga berpendapat bahwa Agustinus telah secara signifikan mempengaruhi pemikiran Ferdinand de
Saussure, yang mana tidak 'menciptakan' disiplin modern terhadap semiotika, tetapi cenderung
membangunnya di atas dasar pengetahuan Aristotelian dan neoplatonis dari Abad Pertengahan,
melalui perantaraan Agustinus: "Adapun untuk konstitusi dari teori semiotika Saussurian, pentingnya
kontribusi pemikiran Agustinus (sehubungan dengan Stoic) juga telah diakui. Saussure tidak
melakukan apa-apa tetapi mereformasi suatu teori kuno Di Eropa, berdasar pada mendesaknya
konseptual yang modern."[110]

Tuduhan[sunting | sunting sumber]


Beberapa kalangan misalnya dari Gereja Ortodoks memandang beberapa ajaran Agustinus
(terutama mengenai dosa dan anugerah) tidak tepat, salah dimengerti dan kontroversial (sehingga
menimbulkan perpecahan dalam Kekristenan Barat), bahkan ada pula yang menjulukinya
"bidah terbesar". Namun tidak sedikit juga yang membelanya, bahkan dari kalangan Gereja
Ortodoks sendiri. Pastor Seraphim Rose dalam bukunya The Place of Blessed Augustine in the
Orthodox Church mengatakan bahwa, "Walau ide-ide Agustinus mungkin telah digunakan dan
terdistorsi di Barat untuk menghasilkan teori-teori lebih modern
(seperti predestinasinya Calvinisme, sola gratia, atau bahkanDeisme), sang Santo sendiri tidaklah
bersalah atas beragam jenis teologi inovatif ... ."[111] Sebuah artikel dalam Orthodox
Tradition (Vol.XIV, No.4, p.33-35) menuliskan, " ... berbagai distorsi dan pernyataan berlebihan
tertentu dalam ajaran-ajaran teologisnya oleh para pemikir Abad Pertengahan dan Reformasi telah
dikaitkan dengan tidak adil kepada sang Santo sendiri."[111] Uskup Agung Mark dari Gereja Ortodoks
Rusia di Luar Rusia mengatakan bahwa, "Kita dapat menemukan titik-titik lemah yang serupa dalam
tulisan-tulisan hampir semua bapa Suci (Bapa Gereja) ... ."[111]

Buku-buku[sunting | sunting sumber]

(Indonesia) Augustinus. Pengakuan-Pengakuan. Diterjemahkan

dari "Confessiones" oleh Ny. Winarsih Arifin dan Dr. Th. van den
End (ed. 2009, Cetakan ke 8). Kanisius dan BPK Gunung
Mulia. ISBN 979-497-709-8. (tahun 397-398)

Tentang Doktrin Kristen, (tahun 397-426)

(Indonesia) Augustinus. Bagai Terang di Hati - Kumpulan Khotbah

Natal sampai dengan Pentakosta. Terjemahan Indonesia (ed. 2009,


Cetakan ke 5). Kanisius dan BPK Gunung Mulia. ISBN 979-210987-0.

Kota Allah (dimulai sekitar 413, selesai tahun 426)

Tentang Tritunggal 400-416

Enchiridion

Penyangkalan: Menjelang akhir hayatnya (sekitar 426-428)


Agustinus meninjau kembali karya-karyanya sebelumnya dalam
urutan kronologis dan mengusulkan apa yang mungkin akan
dikatakannya dengan cara lain dalam sebuah buku yang
berjudul Penyangkalan; buku ini memberikan kepada pembaca
sebuah gambaran yang langka tentang perkembangan seorang
penulis dan pikiran-pikiran akhirnya.

Makna Harafiah Kitab Kejadian

Tentang Pilihan Bebas

Surat-surat[sunting | sunting sumber]

Tentang Mengajarkan Iman kepada Mereka yang Tidak


Berpendidikan

Tentang Iman dan Kredo

Mengenai Iman tentang Hal-hal yang Tidak Kelihatan

Tentang Manfaat Percaya

Tentang Kredo: Khotbah kepada para Calon Baptisan

Tentang Penahanan Diri

Tentang Pernikahan yang Baik

Tentang Keperawanan yang Kudus

Tentang Kebaikan Kehidupan sebagai Janda

Tentang Berbohong

Kepada Consentius: Menentang Dusta

Tentang Karya para Biarawan

Tentang Kesabaran

Tentang Pemeliharaan yang Harus Diberikan kepada Orang yang


Meninggal

Tentang Moral Gereja Katolik

Tentang Moral Kaum Manikhean

Tentang Dua Jiwa, Menentang Kaum Manikhean

Tindakan atau Bantahan terhadap Fortunatus sang Manikhean

Melawan Surat Manikheus yang disebut Dasariah

Jawaban kepada Faustus sang Manikhean

Mengenai Hakikat yang Baik, Melawan Kaum Manikhean

Tentang Baptisan, Menentang Kaum Donatis

Jawaban kepada Surat-surat dari Petilianus, Uskup Cirta

Koreksi Kaum Donatus

Jasa dan Penghapusan Dosa, dan Baptisan Anak

Tentang Roh dan Tulisan

Tentang Alam dan Anugerah

Tentang Kesempurnaan Manusia di dalam Kebenaran

Tentang Proses Peradilan Pelagius

Tentang Anugerah Kristus, dan Dosa Asal

Tentang Pernikahan dan Concupiscence

Tentang Jiwa dan Asal-usulnya

Menentang Dua Surat dari kaum Pelagian

Tentang Anugerah dan Kehendak Bebas

Tentang Kecaman dan Anugerah

Predestinasi orang-orang Kudus / Karunia untuk Bertahan

Khotbah Tuhan Kita di Bukit

Harmoni Kitab-kitab Injil

Khotbah-khotbah berdasaran Bacaan Terpilih dari Perjanjian Baru

Traktat-traktat tentang Injil Yohanes

Traktat-traktat tentang Injil Yohanes

Khotbah-khotbah berdasaran Surat Yohanes yang Pertama

Solilokui

Narasi, atau Eksposisi tentang Mazmur

Tentang Keabadian Jiwa

Terkait[sunting | sunting sumber]

Band rock Kristen, Petra mempersembahkan sebuah lagu kepada


St. Agustinus yang berjudul "St. Agustine Pears". Lagu ini
didasarkan pada salah satu tulisan Agustinus dalam bukunya
"Pengakuan-pengakuan".

Jon Foreman, penyanyi utama dan penulis lagu dari band rock
Kristen, Switchfoot, menulis sebuah lagu berjudul "Something More
(Pengakuan Agustinus)," berdasarkan kehidupan dan buku
Agustinus, "Pengakuan-pengakuan".

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Agustinian

Dosa asal

Teodisi Agustinus

Predestinasi

Kehendak bebas

Bumi Datar

In necessariis unitas, in dubiis libertas, in omnibus caritas

Constantinian shift

Floria Aemilia

Pemikiran Etis Agustinus

Pelagianisme

Semipelagianisme

Referensi[sunting | sunting sumber]


1.

^ (Inggris) Know Your Patron Saint. catholicapologetics.info

2.

^ a b (Inggris) Mendelson, Michael. "Saint Augustine". The Stanford


Encyclopedia of Philosophy. Diakses 21 December 2012.

3.

^ (Latin) Epistola 195

4.

^ a b (Inggris) TeSelle, Eugene (1970). Augustine the Theologian.


London. ISBN 0-223-97728-4. March 2002 edition: ISBN 1-57910-9187.

5.

^ (Inggris) Durant, Will (1992). Caesar and Christ: a History of Roman


Civilization and of Christianity from Their Beginnings to A.D. 325. New
York: MJF Books. ISBN 1-56731-014-1.

6.

^ (Inggris) Wilken, Robert L. (2003). The Spirit of Early Christian


Thought. New Haven:Yale University Press. hlm. 291. ISBN 0-30010598-3.

7.

^ (Inggris) Thomas Oestereich (1907). "Pope Boniface VIII". The


Catholic Encyclopedia. Vol. 2. New York: Robert Appleton Company
(retrieved from New Advent).

8.

^ a b (Inggris) Rev. Dr. George C. Papademetriou. "Saint Augustine in


the Greek Orthodox Tradition".

9.

^ (Inggris) Archimandrite [now Archbishop] Chrysostomos. "Book


Review: The Place of Blessed Augustine in the Orthodox
Church". Orthodox Tradition II (3&4): 4043.Diarsipkan dari aslinya
pada tanggal 10 July 2007. Diakses 28 June 2007.

10. ^ (Inggris) "Saint Augustine in the Greek Orthodox Tradition".


11. ^ (Inggris) MacKendrick, Paul. (1980). The North African Stones
Speak, Chapel Hill: University of North Carolina Press, p. 326, ISBN
0709903944.
12. ^ (Inggris) Ferguson, Everett. (1998). Encyclopedia of Early
Christianity, Taylor & Francis, p. 776, ISBN 0815333196.
13. ^ (Inggris) Vesey, Mark, trans. (2007) "Confessions Saint Augustine",
introduction, ISBN 978-1-59308-259-8.
14. ^ (Inggris) Andrew Knowles and Pachomios Penkett, Augustine and
his World Ch. 2.
15. ^ Pengakuan-pengakuan, II:IV
16. ^ a b c d (Inggris) Encyclopedia Americana, v. 2, p. 685. Danbury, CT:
Grolier, 1997. ISBN 0-7172-0129-5.
17. ^ Pengakuan-pengakuan, III:IV
18. ^ (Inggris) O'Donnell, James J. "Augustine the African", Georgetown
Uinversity
19. ^ Pope, Hugh. "Saint Monica". Catholic Encyclopedia. Diakses 20 April
2012.
20. ^ Pengakuan-pengakuan, VIII:VII
21. ^ (Inggris) Ranke-Heineman, Uta (1988). Eunuchs for the Kingdom of
Heaven: Women, Sexuality and the Catholic Church. US: Penguin
Books. ISBN 9780385265270.
22. ^ Pengakuan-pengakuan, IV:II
23. ^ a b c d (Inggris) Portali, Eugne. "Life of St. Augustine of Hippo" The
Catholic Encyclopedia. Vol. 2. New York: Robert Appleton Company
(1907). Retrieved 30 September 2011
24. ^ (Inggris) Kishlansky, Mark; Geary, Patrick; O'Brien, Patricia
(2010). Civilization in the West (ed. Volume 1: to 1715). New Jersey:
Pearson Education Inc. hlm. 142143.
25. ^ (Inggris) BeDuhn, Jason David (28 October 2009). Augustine's
Manichaean dilemma: Conversion and apostasy, 373388 C.E..
University of Pennsylvania Press. hlm. 163.ISBN 978-0-8122-4210-2.
Diakses 17 June 2011.
26. ^ a b (Inggris) Outler, Albert. ""Medieval Sourcebook." Internet History
Sourcebooks Project". Fordham University, Medieval Sourcebook.
Fordham University. Diakses 30 October 2014.
27. ^ Brown, p. 63

28. ^ a b Pengakuan-pengakuan, VI:XV


29. ^ (Inggris) Burrus, Virginia (2011). ""Fleeing the Uxorious Kingdom":
Augustine's Queer Theology of Marriage". Journal of Early Christian
Studies (Johns Hopkins University Press)19 (1): 1
20. doi:10.1353/earl.2011.0002.
30. ^ (Inggris) Ferguson, Everett (1999) Christianity in relation to Jews,
Greeks, and Romans, Taylor & Francis, p. 208, ISBN 0-8153-3069-3.
31. ^ a b Pengakuan-pengakuan, VIII:XII
32. ^ Pope, Hugh. "Saint Monica". Catholic Encyclopedia. Diakses 20 April
2012.
33. ^ (Inggris) A'Becket, John. "CATHOLIC ENCYCLOPEDIA:
Adeodatus". Diakses 20 April 2012.
34. ^ Pengakuan-pengakuan, X.XXVII
35. ^ Brown, p. 63
36. ^ Augustine, ep.126.1
37. ^ (Inggris) Saint Augustine of Hippo at saints.sqpn.com. Retrieved 30
September 2011
38. ^ Weiskotten
39. ^ Weiskotten, p. 43
40. ^ Weiskotten, p. 57
41. ^ "St Augustine of Hippo" at PhilosophyBasics.com. Retrieved 30
September 2011.
42. ^ (Inggris) "New Advent Pope Boniface VIII". Diakses 26 February
2012.
43. ^ (Inggris) "Saint Augustine Philosophical
Anthropology". Encyclopedia of Philosophy. Stanford. Diakses 23
March 2011.
44. ^ Augustine of Hippo, De cura pro mortuis gerenda CSEL 41, 627[13
22]; PL 40, 595
45. ^ Augustine of Hippo, Enarrationes in psalmos, 143, 6.
46. ^ CCL 40, 2077 [46] 2078 [74]; 46, 23435.
47. ^ Augustine of Hippo, De utilitate ieiunii, 4,45.
48. ^ Augustine of Hippo, De quantitate animae 1.2; 5.9.

49. ^ Augustine of Hippo, De quantitate animae 13.12


50. ^ Augustine of Hippo, On the free will (De libero arbitrio) 2.3.76.13.
51. ^ Mann, WE (1999). "Inner-Life Ethics". In Matthews, GB. The
Augustinian Tradition. University of California Press. hlm. 141
42. ISBN 0-520-20999-0.
52. ^ (Inggris) the Athenian, Athenagoras. "A Plea for the Christians". New
advent.
53. ^ (Inggris) Bauerschmidt, John C (1999). "Abortion". In Fitzgerald,
Allan D. Augustine Through the Ages: An Encyclopedia. Wm B
Eerdmans. hlm. 1. ISBN 978-0-8028-3843-8.
54. ^ (Inggris) Augustine of Hippo, Of the Falseness of the History Which
Allots Many Thousand Years to the World's Past, The City of God,
Book 12: Chapt. 10 [419].
55. ^ (Inggris) Teske, Roland J (1999). "Genesi ad litteram liber
imperfectus, De". In Fitzgerald, Allan D. Augustine Through the Ages:
An Encyclopedia. Wm B Eerdmans. hlm. 37778. ISBN 978-0-80283843-8.
56. ^ On the Merits, 1.2; City of God, 13:1; Enchiridion, 104
57. ^ (Inggris) Young, Davis A. "The Contemporary Relevance of
Augustine's View of Creation", Perspectives on Science and Christian
Faith 40.1:4245 (3/1988). Retrieved 30 September 2011.
58. ^ A Time For War? Christianity Today (2001-01-09). Retrieved on
2013-04-28.
59. ^ (Inggris) Augustine of Hippo. Crusades-encyclopedia.com.
Retrieved on 2013-04-28.
60. ^ (Inggris) Saint Augustine and the Theory of Just War. Jknirp.com
(2007-01-23). Retrieved on 2013-04-28.
61. ^ (Inggris) The Just War. Catholiceducation.org. Retrieved on 201304-28.
62. ^ (Inggris) Gonzalez, Justo L. (1984). The Story of Christianity. San
Francisco: Harper.ISBN 006185588X.
63. ^ (Inggris) O Stegmller, in Marienkunde, 455
64. ^ Augustine of Hippo, De Sancta Virginitate, 6,6, 191.
65. ^ Augustine of Hippo, De Sancta Virginitate
66. ^ Augustine of Hippo, De Genesi ad literam 1:1920, Chapt. 19
[408], De Genesi ad literam, 2:9

67. ^ Contra Julianum, V, 4.18; PL 44, 795


68. ^ Augustine of Hippo, On the Literal Meaning of Genesis (De Genesi
ad litteram), VIII, 6:12, vol. 1, p. 192-3 and 12:28, vol. 2, p. 219-20,
trans. John Hammond Taylor SJ;BA49,28 and 5052; PL 34, 377; cf.
idem, De Trinitate, XII, 12.17; CCL 50, 371372 [v. 2631;136]; De
natura boni 3435; CSEL 25, 872; PL 42, 551572
69. ^ Augustine of Hippo, On the Literal Meaning of Genesis (De Genesi
ad litteram), VIII, 4.8; BA 49, 20
70. ^ (Inggris) On the Trinity" (De Trinitate), 5:7; CCL 50, 320 [112]
71. ^ Augustine of Hippo, ("Contra Julianum", I, 9.42; PL 44, 670)
72. ^ Retractationum libri duo II:XXII(XLIX) - De bono coniugali : Cf. De
bono coniugali, 16.18; PL 40, 385; De nuptiis et concupiscentia, II,
21.36; PL 44, 443; Contra Iulianum, III, 7.16; PL 44, 710; ibid., V,
16.60; PL 44, 817. See also Idem (1983). Le mariage chrtien dans
l'oeuvre de Saint Augustin. Une thologie baptismale de la vie
conjugale. Paris: tudes Augustiniennes. hlm. 97.
73. ^ De nuptiis et concupiscentia, I, 25. 28; PL 44, 430; cf. Contra
Julianum, VI, 18.53; PL 44, 854; ibid. VI, 19.58; PL 44, 857; ibid., II,
10.33; PL 44, 697; Contra Secundinum Manichaeum, 15; PL 42, 590.
74. ^ Lihat: Sfameni Gasparro, G. (2001). Enkrateia e Antropologia. Le
motivazioni protologiche della continenza e della verginit nel
christianesimo del primi secoli e nello gnosticismo. Studia Ephemeridis
Augustinianum 20. Rome. hlm. 250251.; Somers, H. "Image de
Dieu. Les sources de l'exgse augustinienne". Revue des tudes
Augustiniennes 7 (1961): 115. ISSN 0035-2012. hdl:2042/712.. Cf.
John Chrysostome, (De Sancta Virginitate), XIV, 6;
SCh 125, 142145; Gregory of Nyssa, On the Making of Man, 17; SCh
6, 164165 and On Virginity, 12.2; SCh 119, 402 [1720]. Cf.
Augustine of Hippo, On the Good of Marriage, 2.2; PL 40, 374.
75. ^ Walau Agustinus memujinya dalam Pengakuan-pengakuan VIII:II,
telah diakui secara luas bahwa sikap Agustinus terhadap filosofi pagan
adalah layaknya seorang rasul Kristen:Clarke, SJ, T. E. "St. Augustine
and Cosmic Redemption". Theological Studies 19 (1958): 151. Cf. .
Schmitt's chapter 2: L'idologie hellnique et la conception
augustinienne de ralits charnelles in: Idem (1983). Le mariage
chrtien dans l'oeuvre de Saint Augustin. Une thologie baptismale de
la vie conjugale. Paris: tudes Augustiniennes. hlm. 108
123. O'Meara, J.J. (1954). The Young Augustine: The Growth of St.
Augustine's Mind up to His Conversion. London. hlm. 143151 and
195f. Madec, G. Le "platonisme" des Pres. hlm. 42. in Idem
(1994). Petites tudes Augustiniennes. Antiquit 142. Paris:
Collection d'tudes Augustiniennes. hlm. 2750. Thomas Aq. STh I
q84 a5; Augustine of Hippo, City of God (De Civitate Dei), VIII, 5; CCL
47, 221 [34].
76. ^ Gerson, Lloyd P. Plotinus. New York, NY: Routledge, 1994. 203

77. ^ Augustine of Hippo, "Enarrations on the Psalms" (Enarrationes in


psalmos), 143:6; CCL40, 2077 [46] 2078 [74]; On the Literal
Meaning of Genesis (De Genesi ad Litteram), 9:6:11, trans. John
Hammond Taylor SJ, vol. 2, p. 76-77; PL 34, 397.
78. ^ Bonner, p. 312
79. ^ Augustine of Hippo, De continentia, 12.27; PL 40, 368; Ibid., 13.28;
PL 40, 369; Contra Julianum, III, 15.29, PL 44, 717; Ibid., III, 21.42, PL
44, 724.
80. ^ (Inggris) "A Postscript to the Remedium Concupiscentiae". The
Thomist 70: 481536. 2006.
81. ^ Merits and Remission of Sin, and Infant Baptism (De peccatorum
meritis et remissione et de baptismo parvulorum), I, 6.6; PL 44, 112
113; cf. On the Literal Meaning of Genesis(De Genesi ad litteram)
9:6:11, trans. John Hammond Taylor SJ, vol. 2, pp. 7677; PL 34, 397.
82. ^ (Inggris) Augustine of Hippo, Imperfectum Opus contra Iulianum, II,
218
83. ^ (Inggris) On the Sermon on the Mount", De sermone Domini in
monte, 1:16:46; CCL35, 52
84. ^ a b c d e Cross, Ch. "Original Sin", p. 1203
85. ^ (Inggris) Southern, R.W. (1953). The Making of the Middle Ages.
London. hlm. 2347.
86. ^ Bonner, p. 371
87. ^ Chad Meister, ed. (2012). Routledge companion to philosophy of
religion (ed. 2). London: Routledge. ISBN 9780415782944.
88. ^ (Inggris) Portali, Eugne. "Teaching of St. Augustine of Hippo" The
Catholic Encyclopedia. Vol. 2. New York: Robert Appleton Company
(1907). Retrieved 30 September 2011
89. ^ (Inggris) Gonzalez, Justo L. (19701975). A History of Christian
Thought: Volume 2 (From Augustine to the eve of the Reformation).
Abingdon Press. ISBN 0687171830.
90. ^ (Inggris) Augustine of Hippo, Explanations of the Psalms 33:1:10
[405]
91. ^ (Inggris) Augustine of Hippo, Sermons 227 [411]
92. ^ (Inggris) Augustine of Hippo, Sermons 272
93. ^ (Inggris) Augustine of Hippo, A Sermon to Catechumens on the
Creed, Paragraph 16
94. ^ (Inggris) Augustine of Hippo, City of God, Book 20, Chapter 8

95. ^ (Inggris) Diarmaid MacCulloch. The Reformation: A History (Penguin


Group, 2005) p 8.
96. ^ (Inggris) Augustine of Hippo, City of God, book 18, chapter 46.
97. ^ (Inggris) Edwards, J. (1999) The Spanish Inquisition, Stroud, pp.
3335, ISBN 0752417703.
98. ^ (Inggris) James Carroll, Constantine's Sword (Houghton Mifflin
Harcourt, 2002), p. 219.
99. ^ Paula Fredriksen, interviewed by David Van Biema "Was Was Saint
Augustine Good for the Jews?" in Time magazine, December 7, 2008.
100. ^ (Inggris) Bertrand Russell History of western Philosophy Book II
Chapter IV
101. ^ (Inggris) Bertrand Russell A History of Western Philosophy, 1946,
reprinted Unwin Paperbacks 1979, pp. 352353.
102. ^ Pengakuan-Pengakuan, Kitab XI-XIII : Renungan Kitab Kejadian
dan Nilai Rohani Penciptaan
103. ^ (Latin)(Inggris) Confessiones Liber X: commentary on 10.8.12
104. ^ (Inggris) de Paulo, Craig J. N. (2006). The Influence of Augustine
on Heidegger: The Emergence of an Augustinian Phenomenology.
The Edwin Mellen Press.ISBN 0773456899.
105. ^ (Inggris) Husserl, Edmund (1964) Phenomenology of Internal
Time-Consciousness. Tr. James S. Churchill. Bloomington: Indiana
UP, p. 21.
106. ^ (Inggris) Martin Heidegger. Being and Time, Trs. Macquarrie &
Robinson. New York: Harpers, 1964, p. 171.
107. ^ (Inggris) Chiba, Shin (1995). "Hannah Arendt on Love and the
Political: Love, Friendship, and Citizenship". The Review of
Politics 57 (3): 505535
(507).doi:10.1017/S0034670500019720. JSTOR 1408599.
108. ^ (Inggris) Lal, D. (March 2002) Morality and Capitalism: Learning
from the Past. Working Paper Number 812, Department of Economics,
University of California, Los Angeles.
109. ^ (Inggris) Bruce R. Ashford, "Wittgenstein's Theologians: A Survey
of Ludwig Wittgenstein's Impact on Theology"
110.^ (Inggris) Munteanu, E. "On the Object-Language / Metalanaguage
Distinction in Saint Augustine's Works. De Dialectica and de
Magistro.'". In Cram, D., Linn, A. R., & Nowak, E. History of Linguistics
1996: Volume 2: From Classical to Contemporary Linguistics (ed.
1999). John Benjamins Publishing Company.
hlm. 65. ISBN 9789027283818.

111. ^ a b c (Inggris) "Blessed Augustine of Hippo: His Place in the Orthodox


Church - A Corrective Compilation". Orthodox Christian Information
Center.

Sumber[sunting | sunting sumber]

(Inggris) Cross, Frank L.; Livingstone, Elizabeth, ed. (2005). The

Oxford Dictionary of the Christian Church. Oxford: Oxford University


Press. ISBN 0-19-280290-9.

(Inggris) Weiskotten, Herbert T. (2008). The Life of Saint Augustine:

A Translation of the Sancti Augustini Vita by Possidius, Bishop of


Calama. Merchantville, NJ: Evolution Publishing. ISBN 1-88975890-6.

(Inggris) Brown, Peter (1967). Augustine of Hippo.

Berkeley: University of California Press. ISBN 0-520-00186-9.

(Inggris) Bonner, G. (1986). St. Augustine of Hippo. Life and

Controversies. Norwich: The Canterbury Press. ISBN 0-86078-2034.

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]

(Inggris) von Heyking, John (2001). Augustine and Politics as

Longing in the World. Columbia: University of Missouri


Press. ISBN 0-8262-1349-9.

(Inggris) Tanquerey, Adolphe (2001). The Spiritual Life: A Treatise

on scetical and Mystical Theology. Rockford, IL: Tan Books &


Publishers. hlm. 37). ISBN 0-89555-659-6.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


Wikiquote memiliki
koleksi kutipan yang
berkaitan dengan:
Augustine of Hippo
Wikisource Inggris
memiliki teks asli yang
berkaitan dengan artikel
ini:
Agustinus dari Hippo

Wikimedia
Commonsmemiliki
kategori
mengenaiAgustinus dari
Hippo

Umum:

Teks, terjemahan, pengantar, komentar...

Di UPENN: Teks, terjemahan, pengantar, komentar...

Karya-karya Agustinus:

Dalam bahasa Latin, di "The Latin Library": buku dan suratsurat oleh Agustinus

Di "Christian Classics Ethereal Library" Terjemahan dari


sejumlah karya Agustinus, termasuk pengantar

Di "New Advent": Sejumlah karya Agustinus dalam bahasa


Inggris, termasuk pengantar

Augustine of Hippo Gambar-gambar, pilihan kutipan

The Enchiridion oleh Agustinus

Teks lengkap bahasa Latin dan sumber-sumber teks bahasa


Italia

Tulisan-tulisan tentang Agustinus:

St. Augustine: Between Two Worlds

Augustine and 'other catholics'

Stanford Encyclopedia of Philosophy entry


[sembunyikan]

Doktor Gereja

St. Gregorius Agung St.Ambrosius St. Agustinus St. Hieronimus St. Yohanes Krisostomus St. Basilius Agung St. Gregorius Nazianzus St. At

Anselmus St. Isidorus St. Petrus Krisologus St. Leo Agung St. Petrus Damianus St. Bernardus St. Hilarius dari Poitiers St. Alfonsus Liguori

Yohanes dari Damaskus St. Bede St. Efraim St. Petrus Kanisius St. Yohanes dari Salib St. Robertus Bellarminus St. Albertus Agung St. Anton
dari Siena St. Teresa dari Lisieux St. Hildegard dari Bingen St. Yohanes dari Avila St. Gregorius dari Narek

Portal:Kristen
WorldCat

VIAF: 66806872

LCCN: n80126290

ISNI: 0000 0001 2137 6443

Pengawasan otoritas

GND: 118505114

LIBRIS: 174788

BNF: cb14319984z
ULAN: 500104317

Kategori:

Tanggal kelahiran 13 November

Kelahiran 354

Tanggal kematian 28 Agustus

Kematian 430

Penulis Kristen

Santo dan Santa

Tokoh Aljazair

100 Tokoh menurut Michael H. Hart

Bapa Gereja

Doktor Gereja

Tokoh Kristen

Tokoh Katolik

Menu navigasi

Buat akun baru

Masuk log

Baca
Sunting
Sunting sumber
Versi terdahulu
Lanjut

Halaman Utama

Perubahan terbaru

Peristiwa terkini

Halaman baru

Halaman sembarang
Komunitas

Warung Kopi

Portal komunitas

Bantuan
Wikipedia

Tentang Wikipedia

Pancapilar

Kebijakan

Menyumbang

Hubungi kami

Bak pasir
Bagikan

Facebook

Google+

Twitter
Cetak/ekspor

Buat buku

Unduh versi PDF

Versi cetak
Perkakas

Pranala balik

Perubahan terkait

Halaman istimewa

Pranala permanen

Informasi halaman

Halaman
Pembicaraan


Item di Wikidata

Kutip halaman ini


Bahasa lain

Afrikaans

Alemannisch

Aragons

Asturianu

Azrbaycanca

Boarisch

emaitka

()

Brezhoneg
Bosanski
Catal


etina
Cymraeg
Dansk
Deutsch

English
Esperanto
Espaol
Eesti
Euskara
Estremeu

Suomi
Froyskt
Franais
Frysk
Gaeilge
Galego

Fiji Hindi
Hrvatski
Magyar

Interlingua
Ilokano
Ido
slenska
Italiano

Basa Jawa

Taqbaylit

Kurd

Latina
Ltzebuergesch

Ligure
Lietuvi
Latvieu
Malagasy

Malti
Mirands

Plattdtsch
Nederlands
Norsk nynorsk
Norsk bokml
Occitan

Pangasinan
Kapampangan
Polski
Piemontis

Portugus
Runa Simi
Rumantsch
Romn

Sardu
Sicilianu
Scots
Srpskohrvatski /

Simple English
Slovenina
Slovenina
Shqip
/ srpski
Svenska
Kiswahili

Tagalog

Trke

/tatara

Ozbekcha/

Vneto

Ting Vit

Walon

Winaray

Yorb

Sunting interwiki

Halaman ini terakhir diubah pada 13 Mei 2015, pukul 03.39.

Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan


tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi

Tentang Wikipedia

Penyangkalan

Pengembang

Tampilan seluler

Anda mungkin juga menyukai