Hiperkes KAI
Hiperkes KAI
Disusun oleh:
KELOMPOK I :
dr. Eko Cahyadi
dr. Yeni Verawati
dr. Decky Yoga Saputro
dr. Herratri Wikan Nur Agusti
dr. Adrian Taufik
dr. Ranisa Handayani
dr. Muhammad Abdurrahman
dr. I Komang Adhi Amertajaya
dr. Prima Hari Pratama
dr. Nila Kusuma
dr. Putri Maulida Novianti
dr. Arya Prasiddha Putra
DAFTAR ISI
Halaman Judul...
Daftar Isi
BAB I. LATAR BELAKANG..
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN.
III.1. Hasil..
III.2. Pembahasan.......
BAB IV. KESIMPULAN..
BAB V. SARAN........
DAFTAR PUSTAKA........
1
2
3
6
25
25
27
33
34
35
BAB I
LATAR BELAKANG
Menghadapi
era
globalisasi,
ketenaga-kerjaan
semakin
diharapkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
keuntungan
yang
berlimpah
pada
masa
yang
akan
dating.
kesehatan kerja dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi
kesehatan yang baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan
supaya mereka dapat mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan
program perlindungan tenaga kerja (Departmen Kesehatan 2002).
Higiene perusahaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat
dikatakan memiliki satu kesatuan pengertian, yang merupakan terjemahan resmi dari
Occupational Health dimana diartikan sebagai lapangan kesehatan yang
mengurusi
problematik
kesehatan
secara
menyeluruh
terhadap
tenaga
10
d. Sataloff, bising adalah bunyi yang terdiri dari frekuensi yang acak dan
tidak berhubungan satu dengan yang lainnya
e. Burn, Littler, dan wall bising adalah suara yang tidak dikehendaki
kehadirannya oleh yang mendengar dan mengganggu.
f. Menurut permenkes RI NO : 718 / MENKES / PER / XI / 1987 tentang
kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, BAB I pasal I (a) :
kebisingan adalah terjadinya bunyi
yang
tidak
dikehendaki,
ini
dihasilkan
oleh
suara-suara
berintensitas
tinggi
Melakukan
modifikasi/perubahan/pergantian
secara
parsial
pada
syndrome atau dapat merusakkan persendian dan otot jari atau lengan. White finger
syndrome dalam tahap perkembangannya ditunjukkan oleh memutihnya jari-jari
yang disebabkan oleh kerusakan arteri dan saraf-saraf jaringan lunak pada tangan.
Gejala biasanya mempengaruhi satu jari pada mulanya tetapi juga akan
mempengaruhi jari-jari lain bila keterpaparan HAV berlanjut. Dalam sebagian kasuskasus berat gejala akan menyerang pada kedua tangan. Dalam tahap awal white
finger syndrome gejalanya adalah sensasi gatal, mati rasa dan hilangnya kontrol pada
jari-jari yang dipengaruhi. Hilangnya rasa dan kontrol pada jari-jari dapat
mengundang bahaya langsung dan seketika, apabila tenaga kerja mengoperasikan
alat yang berbahaya seperti alat pemotong atau gergaji. Kerusakan sendi-sendi jari
atau siku sering disebabkan oleh terpapar vibrasi yang dihasilkan alat seperti :
asphalt hammers dan rock drill dalam jangka panjang. Kerusakan ini menyebabkan
sakit di persendian dan otot-otot lengan serta disertai berkurangnya kontrol dan otot
lengan.
Respons frekuensi dari tubuh manusia
Vibrasi mekanis dari sebuah mesin disebabkan oleh komponen-komponen
mesin yang bergerak atau berputar. Setiap gerakan komponen mempunyai frekuensi
tertentu. Dengan demikian vibrasi keseluruhan yang ditransmisikan ke tubuh
manusia dibangun atau terdiri dari frekuensi yang berbeda-beda yang terjadi secara
simultan.
Untuk mengetahui mengapa bagian tubuh manusia ada yang lebih sensitif
dari yang lain untuk satu macam frekuensi, maka perlu diasumsikan bahwa tubuh
manusia merupakan sistem mekanis. Sistem ini karena :
a. Tiap-tiap bagian tubuh mempunyai sensitivitas terbesar pada kisaran
frekuensi yang berbeda
b. Tubuh manusia tidak ada yang simetris sehingga respons terhadap vibrasi
tergantung pada arah dimana vibrasi ditemukan
c. Tiap orang akan berbeda dalam merespons suatu vibrasi.
14
kaki
- Memberi damping pada fondasi mesin-mesin berat
- Membatasi waktu terpapar
b. Hand arm vibration
Ada 5 cara untuk mengurangi bahaya keterpaparan vibrasi yang disebabkan
oleh hand tool :
-
lengan bawah (sampai ke siku) direndam selama 10 menit dalam air yang
didinginkan dengan kubus-kubus es (Beberapa dokter menambah rasa dingin dengan
meletakan handuk basah pada bahu). Hendaknya dijelaskan bahwa metode ini lebih
jarang menginduksi parokisme jari tangan dibandingkan getaran pada situasi kerja
yang nyata. Kadang kala hanya dapat terlihat pengembalian darah ke kapiler yang
melambat seperti : ujung jari didistal kuku perlu ditekan sebentar dan dicatat waktu
yang diperlukan oleh darah untuk kembali ke titik anoksemik. Metode pemeriksaan
laboratorium yang dapat diterapkan pada pemeriksaan pencegahan meliputi
plestimografi jari (gangguan gelombang denyut akibat dingin), mikroskopi kapiler
dan pengukuran suhu kulit (termometer kontak atau termografi). Mungkin terdapat
penurunan suhu kulit permulaan atau terlambatnya pemulihan suhu jari normal
setelah tes air dingin.
Gangguan tulang, sendi dan otot
Patologi osteoartikular sering kali terbatas pada tulang-tulang karpal
(khususnya lunata dan navikularis), sendi radioulnaris dan sendi siku. Gejala
subjektif biasanya ringan tetapi pada stadium yang lanjut gangguan fungsional dapat
cukup berarti. Perubahan radigram yang paling khas adalah atrosis sendi karpal,
radioulnaris dan siku, serta pseudokista (terutama pada tulang-tulang karpal, yang
dapat pula memperlihatkan perubahan-perubahan atrofik lain seperti trabekula yang
menebal dan menjadi jarang). Otot dan tendon disekitar sendi tersebut biasanya juga
terlibat, gejala subyektif (nyeri) yang disebabkan kelainan ini sering mendahului
perubahan radiogram yang jelas.
Neuropati
Kerusakan saraf yang disebabkan getaran meliputi persyarafan otonom
perifer (pada angioneurosis). Beberapa ahli mengemukakan efek-efek pada syaraf
perifer (ulnaris, medianus, radialis). Ahli lainya menganggap trauma saraf
17
umumnya sekunder dari iskemik berulang (pada angioneurosis), atau suatu faktor
tambahan sering kali neuropati kompresif misalnya, perubahan osteoartikuler di
sekitar batang saraf tersebut (Darmanto Djojodibroto, 1995:139). Terkenanya seratserat sensoris menyebabkan parastesia atau berkurangnya kepekaan serat-serat
motorik, gangguan ketangkasan dan akhirnya atrofi. pengukuran kecepatan konduksi
saraf adalah pemeriksaan terpilih. Suatu bentuk campuran menggabungkan gangguan
otot, tendon, tulang, pembuluh darah dan saraf perifer.
2.2.3. Tekanan Panas
2.2.3.1. Definisi Tekanan Panas
Tekanan panas (heat stress) di suatu lingkungan kerja merupakan perpaduan
antara faktor iklim: suhu udara, kelembaban, radiasi dan kecepatan angin serta faktor
non-iklim, yakni panas metabolisme tubuh, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi
(penyesuaian diri).
2.2.3.2. Bahaya Tekanan Panas
Tekanan/terpaan panas yang mengenai tubuh manusia dapat mengakibatkan
berbagai permasalahan kesehatan hingga kematian. Pada musim panas tahun 95 100
penduduk chicago meninggal karena gelombang panas di musim panas. Penelitian
lain di Amerika menunjukkan terjadi 400 kematian setiap tahun yang diakibatkan
oleh tekanan panas. Dari tahun 1995 hingga 2001 di Amerika juga tercatat ada 21
pemain sepakbola muda meninggal terkena akibat heatstroke. Di Jepang dari tahun
2001-2003 dilaporkan 483 ornag tidak masuk kerja selama lebih dari 4 hari karena
penyakit akibat panas. Dari 483 tersebut 63 orang meninggal.
2.2.3.3. Penyakit Akibat Terpaan Panas
Kematian tersebut diakibatkan oleh berbagai penyakit yang diakibatkan oleh
terpaan panas pada tubuh. Berbagai penyakit tersebut meliputi:
1. Heat rash merupakan gejala awal dari yang berpotensi menimbulkan penyakit
akibat tekanan panas. Penyakit ini berkaitan dengan panas, kondisi lembab
18
dimana keringat tidak mampu menguap dari kulit dan pakaian. Penyakit ini
mungkin terjadi pada sebgaian kecil area kulit atau bagian tubuh. Meskipun
telah diobati pada area yang sakit produksi keringat tidak akan kembali
normal untuk 4 sampai 6 minggu.
2. Heat syncope adalah ganggunan induksi panas yang lebih serius. Ciri dari
gangguan ini adalah pening dan pingsan akibat berada dalam lingkungan
panas pada waktu yang cukup lama.
3. Heat cramp gejala dari penyakit ini adalah rasa nyeri dan kejang pada kakai,
tangan dan abdomen dan banyak mengeluarkan keringat. Hal ini disebabkan
karena ketidakseimbangan cairan dan garam selama melakukan kerja fisik
yang berat di lingkungan yang panas
4. Heat exhaustion diakibatkan oleh berkurangnya cairan tubuh atau volume
darah. Kondisi ini terjadi jika jumalah air yang dikeluarkan seperti keringat
melebihi dari air yang diminum selama terkena panas. Gejalanya adalah
keringat sangat banyak, kulit pucat, lemah, pening, mual, pernapasan pendek
dan cepat, pusing dan pingsan. Suhu tubuh antara (37C - 40C)
5. Heat stroke adalah penyakit gangguan panas yang mengancam nyawa yang
terkait dengan pekerjaan pada kondisi sangat panas dan lembab. Penyakit ini
dapat menyebabkan koma dan kematian. Gejala dari penyakit ini adalah detak
jantung cepat, suhu tubuh tinggi 40o C atau lebih, panas, kulit kering dan
tampak kebiruan atau kemerahan, Tidak ada keringat di tubuh korban, pening,
menggigil, muak, pusing, kebingungan mental da pingsan.
6. Multiorgan-dysfunction
syndrome
Continuum
adalah
rangkaian
sindrom/gangguan yang terjadi pada lebih dari satu/ sebagian anggota tubuh
akibat heat stroke, trauma dan lainnya.
Penyakit lain yang dapat timbul adalah penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, gangguan ginjal dan gangguan psikiatri.
19
Umur
0-3 month
F/oC
99.4 oF / 37.40 oC
3-6 month.
99.5 oF / 37.5 oC
0,5- 1 year
99.7 oF / 37.6 oC
1 3 year
99.0 oF / 37.2 oC
3 5 year
98.6 oF / 37.0 oC
5 9 year
98.3 oF / 36.8 oC
9 13 year
98.0 oF / 36.6 oC
> 13 year
39C (102.2F) berkeringat, kulit merah dan basah, napas dan jantung
berdenyut kencang, kelelahan, merangsang kambuhnya epilepsi
20
40C (104F) -Pingsan, dehidrasi, lemah, sakit kepala, muntah, pening dan
berkeringat
42C (107.6F) pucat kulit memerah dan basah, koma, mata gelap, muntah
dan terjadi gangguan hebat. tekanan darah menjadi tinggi/rendah dan detak
jantung cepat.
b. Kondisi Dingin
34C (93.2F) Mengiggil yang sangat keras, jari kaku, kebiruan dan
bingung, terjadi perubahan perilaku
31C (87.8F) Comatose, tidak sadar, tidak memiliki reflex, jantung sangat
lamabat, terjadi gangguan irama jantung yangs serius.
21
Terpaan panas pada tubuh pertama kali diterima oleh lapisan kulit pada tubuh.
Sehingga efek terbesar proses terpaan panas terajdi pada kulit. Jika kulit diterpa
panas pada suhu tertentu dalam waktu tertentu maka selaian akan berakibat pada
terjadinya heat strain pada tubuh juga matinya/kerusakan sel-sel tubuh. Dengan
matinya sel-sel tubuh t maka akan menyebabkan terjadinya gangguan pada panca
indera manusia, regnerasi sel terhambat dan akhirnya terjadi proses penuaan lebih
cepat seiring kurang optimalnya fungsi organ tubuh.
2.2.4 Iklim Kerja
2.2.4.1. Pengertian Iklim kerja
Menurut Sumamur PK (1996: 84) iklim kerja adalah kombinasi dari suhu
udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi keempat
faktor tersebut bila dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh dapat disebut
dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas disuatu lingkungan kerja adalah
perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara, dan panas
metabolisme sebagai hasil aktivitas seseorang.
Suhu tubuh manusia dapat dipertahankan secara menetap oleh suatu sistem
pengatur suhu (Thermoregulatory system). Suhu menetap ini adalah akibat
keseimbangan diantara panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat
metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar.
Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivias kerja manusia akan
mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 derajat Celsius
sampai 27 derajat Celsius.
2.2.4.2. Macam Iklim kerja
Kemajuan teknologi dan proses produksi didalam industri telah menimbulkan suatu
lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau cuaca tertentu, yang dapat berupa iklim
keja panas dan iklim kerja dingin.
22
ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering
2. Untuk pekerjaan didalam gedung
ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi
Alat yang dapat digunakan adalah Arsmann psychrometer untuk mengukur
suhu basah, temometer kata untuk menguku kecepatan udara dan termometer bola
untuk mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja dapat mengunakan
questemt digital. Adapun standar Nilai Ambang Batas (NAB) iklim kerja adalah
280C (Kep.Men no.51/Men/1999).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. Hasil Pengujian
Nama Perusahaan
Jumlah sampel
: 7
Alamat Perusahaan
: Pengok, Yogyakarta
Jenis Pengukuran
LOKASI
JENIS
BISING
SUMBER
BISING
NAB
Steady
noise
Impulsiv
e noise
Blower
85
< NAB
Mesin
tempa
85
>NAB
Intermitt
en noise
Steady
noise
Steady
noise
Las
85
>NAB
85
<NAB
85
<NAB
85
>NAB
KET.
TK.
KEBISINGAN
(Db)
L eq
L max
Ruang Gerinda
a. Pengelasan
b. Pemerataan
permukaan
c. Pembuatan Roda
76,5
84,3
91,3
101,2
94,6
97,6
78,9
84,3
Mesin
CNC
79,0 82,1
Mesin
bubut
china
Tempat
76,7 91,8
Intermitt Las &
Pembuatan Pintu
en Noise Palu
Catatan : NAB berdasarkan Kepmenaker No.51 tahun 1999.
Lokasi
1.
Logam Panas
- Mesin tempa
- Area
pelapisan
babet axle
lining
WBV(m/s2)
Reduced
Comfort
Boundary
0,151
0,092
10 jam
10 jam
HAV(m/s2)
Keterangan
< NAB
< NAB
25
Logam Dingin
- Mesin
1,72
2.
0,0711
10 jam
Gerinda
- Mesin Bubut
Kerangka Bawah
- Mesin bubut
0,112
10 jam
0,0876
10 jam
roda
3.
- Mesin
boring
vertical roda
Terapi listrik
- Mesin Sand
0,062
10 jam
0,453
4.
Blasting
Catatan : NAB HAV berdasarkan Kepmenaker No. 51 tahun 1999
< NAB
< NAB
< NAB
< NAB
< NAB
2.
3.
LOKASI
Ruang
logam
panas
Ruang
rangka
bawah
perbaikan
wogi
Area
pelapisan
babet axle
lining
Tnwb
(C)
RH
(%)
ISBB
(C)
JENIS
KERJA
SUMBER
PANAS
NA
B
ISB
B
(C
)
26,
7
>NAB
26,3
84
27,7
Kerja
Sedang
- Matahari
- Tungku
- Metabolisme
tubuh
26,1
83
27,4
Kerja
Sedang
- Matahari
- Metabolisme
tubuh
26,
7
>NAB
29,4
Kerja
Sedang
- Matahari
- Tungku
- Metabolism
tubuh
26,
7
>NAB
26,8
72
KET.
Variasi kerja
ISBB (C)
Keterangan
26
1.
2.
3.
4.
Kerja terus-menerus
Kerja 75%, istirahat 25%
Kerja 50%, istirahat 50%
Kerja 25%, istirahat 75%
Kerja
Kerja
Kerja
Ringan
30,0
30,6
31,4
32,2
Sedang
26,7
28,0
29,4
31,1
Berat
25,5
25,9
27,9
30,0
III.2. PEMBAHASAN
III.2.1. Kebisingan
Menurut kepmenaker nomor KEP-51/MEN/1999 nilai ambang bising (NAB)
yang diizinkan pada pekerjaan sehari-hari adalah 85db selama 8 jam atau 40 jam
seminggu. Dari tabel dapat dilihat angka kebisingan di Balai Yasa PT.KAI pada
tempat-tempat tertentu masih ada yang melebihi NAB yang diizinkan. Angka
kebisingan yang lebih tinggi itu ada di tempat penempaan dengan bising yang berasal
dari mesin tempa, tempat pengelasan yang berasal dari mesin las, dan tempat
pembuatan pintu yang berasal dari las dan palu. Dari pengamatan sulit untuk
dilakukan engineering control, sebaiknya pada bagian-bagian tersebut dilakukan
administrative control seperti pekerja tidak di bolehkan terpapar terlalu lama dengan
sumber kebisingan atau istirahat beberapa menit setiap terpapar kebisingan. Tidak
seharusnya pekerja yang terpapar bising di atas NAB bekerja selama 8 jam secara
terus menerus di tempat itu.
Jika pengendalian secara teknis dan administratif tidak dapat mengurangi
tingkat paparan bising pada pekerja, maka sebaiknya pekerja diwajibkan memakai
alat pelindung telinga yang baik dan benar. Dari pengamatan masih banyak pekerja
di tempat dengan melebihi NAB masih tidak memakai alat pelindung telinga, mereka
masih menggunakan kapas sebagai alat pelindung telinga. Namun mengingat alat
pelindung telinga tidak nyaman dipakai secara terus-menerus maka manajemen
sebaiknya tetap memikirkan pengendalian bising secara teknis dan administratif.
27
28
3) Sifat pekerjaan, pada pekerjaan yang rumit atau kompleks lebih banyak beresiko
mengalami NIHL daripada pekerjaan yang sederhana.
4) Variasi kebisingan, makin sedikit variasinya maka makin sedikit pula resikonya.
Dari data dapat dilihat variasi kebisingan sudah sedikit.
5) Sikap individu, karyawan yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD),
yaitu ear plugh/ear muff akan lebih banyak beresiko mengalami NIHL daripada yang
menggunakan APD. Masih banyak yang tidak menggunakan alat pelindung diri.
Gangguan pendengaran jika terjadi pada pekerja di Balai Yasa PT.KAI
sifatnya hanya sementara dan tergantung dari lamanya pemaparan serta tingkat
kebisingan. Sehingga perlu dicegah terjadinya gangguan pendengaran dan faktor
yang dapat menimbulkan harus dikurangi atau dihindari sedapat mungkin. Tetapi
kerja terus menerus di tempat bising dengan intensitas tinggi dan lama pemaparan 8
jam perhari berakibat kehilangan daya dengar yang menetap dan tidak pulih kembali.
III.2.2. Getaran
Ada 4 faktor perlu dipertimbangkan dalam mengasses efek vibrasi pada tubuh
manusia, yaitu:
1.
2.
3.
4.
ISO standard 2631 untuk WBV membedakan 3 kriteria yang dapat digunakan untuk
mengasses vibrasi dalam situasi yang berbeda:
1. Untuk mempertahankan kenyamanan (Reduces Comfort Boundary)
2. Untuk mempertahankan efisiensi kerja (Fatigue-decreased proficiency
boundary)
3. Untuk mempertahankan kesehatan atau keselamatan (Exposure Limit)
Sedangkan untuk batas pemaparan HAV diatur dalam KEPMENAKER NOMOR:
KEP 51/MEN/1999. Di dalam KEPMEN ini mengatur berapa lama tenaga kerja
diijinkan terpapar HAV dengan intensitas getaran tertentu. Hal yang tidak mudah
29
adalah menentukan lama terpapar sebenarnya bagi tenaga kerja. Meskipun mereka
bekerja delapan jam sehari, namun terpaparnya vibrasi tidak otomatis delapan jam.
Berikut adalah petikan dari KEPMENAKER mengenai batas pemaparan HAV:
Tabel 2
Jumlah Waktu Pemajanan
Per Hari Kerja
4 jam dan 8 jam
2 jam dan < 4 jam
1 jam dan < 2 jam
< 1 jam
30
1.
2.
3.
4.
5. Tidak menyediakan minum susu di tempat kerja panas, tidak mempekerjakan pekerja
yang sedang masuk angin, sakit ginjal, dan jantung pada tempat kerja panas.
BAB IV
KESIMPULAN
IV.1. Kebisingan
1. Angka kebisingan di Balai Yasa PT.KAI pada tempat-tempat tertentu
masih ada yang melebihi NAB yang diizinkan.
2. Sumber kebisingan yang melebihi NAB berasal dari tempat pengelasan
dan tempat penempaan.
3. Jam istirahat untuk pekerja kurang memadai bila dibandingkan dengan
kebisingan di tempat tersebut sehingga para pekerja beresiko mengalami
NIHL (noise induced hearing loss) dan gangguan komunikasi.
IV.2. Getaran
Berdasarkan dari hasil pengujian getaran tersebut dapat disimpulkan bahwa
nilai getaran alat-alat tersebut masih dalam ambang batas normal sehingga getaran
alat tidak beresiko menimbulkan bahaya bagi pekerja.
IV.3. Iklim
Iklim kerja di Balai Yasa PT.KAI melebihi nilai ambang batas. Pada Balai
Yasa PT.KAI isolasi sumber panas menggunakan seng, yang seharusnya
menggunakan lapis alumunium.
32
BAB V
SARAN
Sebaiknya lebih digalakkan pelaksanaan K3 di lokasi kerja bagi seluruh
karyawan.
V.1. Kebisingan
Pengendalian dengan engineering control sulit dilakukan, oleh karena itu
pengendalian yang paling memungkinkan adalah dengan administrative control dan
APD.
V.2. Getaran
Untuk pengambilan data berikutnya:
-
Sebaiknya dilakukan ketika semua alat digunakan sehingga semua alat dapat
diuji nilai getarannya.
V.3. Iklim
Pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat belum sesuai dengan pedoman
karena pekerja di bagian ruang logam panas dan ruang rangka bawah perbaikan wogi
seharusnya tidak bekerja terus menerus melainkan 75% kerja dan 25% istirahat,
sedangkan pada area lapisan babet axle lining para pekerja tidak bekerja terus
menerus melainkan kerja 50% dan istirahat 50%. Persediaan air minum di tempat
33
tersebut cukup, namun tidak ditambahkan tablet garam NaCl 0,1%, selain itu
penempatan air minum kurang sesuai dengan syarat kesehatan sebab tempat tersebut
merupakan ruang terbuka yang banyak terpapar debu dan mikroorganisme.
DAFTAR PUSTAKA
ASEAN OSHNET Occupational Safety and Health Network (Jejaring Kerja dibidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara Negara-Negara ASEAN),
2003; http://www.asean-osh.net/indonesia/osh%20statistic.htm. Bennet, dkk.1985.
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
PT.Pustaka Binaman Pressindo Dalih. 1982. Keselamatan Kerja Dalam Tatalaksana
Bengkel 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Konradus, Dangur. 2003. Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja. pada
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0708/02/opi01.html)
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) 21 Agustus 2008 diambil di website
http://gedbinlink.wordpress.com/tag/k3/
Sumamur. 1988. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV.Haji
Masagung
Sumamur PK. PK. 1996. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
PT.Toko Gunung Agung
Sumamur PK. PK. 1999. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakata: CV Haji
Masagung
Sutaryono. 2002. Hubungan antara tekanan panas, kebisingan dan penerangan
dengan kelelahan pada tenaga kerja di PT. Aneka Adho Logam Karya Ceper
klaten, Skripsi. Semarang : UNDIP
34
Tarwaka, Solichul, Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan Kerja
Dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Pers
35