Anda di halaman 1dari 12

Menopause pada Wanita 50 Tahun

Sisilia Dina Mariana


FK UKRIDA
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
102009147
sisiliasianturi@gmail.com
Pendahuluan
Setiap manusia akan mengalami proses degenerasi dan mengalami beberapa perubahan.
Begitu pun dengan wanita pada usia lanjut akan mengalami suatu proses degenerasi pada sistem
reproduksinya, yang disebut dengan menopause. Menopause merupakan suatu perubahan yang
alamiah dimana siklus menstruasinya berhenti yang dialami setiap wanita yang berusia lanjut.
Menopause adalah periode penting dalam kehidupan seorang perempuan. Dikatakan penting
karena pada periode ini terjadi berbagai perubahan dalam tubuhnya. Perempuan menghabiskan
sepertiga hidupnya pada periode ini. Umur rata-rata perempuan mengalami menopause adalah 51
tahun. Perubahan fisiologis banyak terjadi pada wanita yang sudah mengalami menopause.
Perubahan hormonal yang terjadi pada periode ini melibatkan berbagai sistem dan organ.
Anamnesis
Secara umum anamnesa pada pasien ginekologi sama dengan anamnesa lain dalam ilmu
kedokteran
1 Identitas
- Nama pasien
- Nama suami atau keluarga terdekat
- Alamat
- Agama
- Pendidikan teakhir
- Suku bangsa
2 Keluhan utama
- Adakah keluar cairan dari vagina
- Kalau ada apa warnanya, darah?
- Berapa banyak
- Adakah gatal pada vulva
- Keluhan di daerah abdomen: pembesaran, lokasi, rasa tidak enak atau rasa nyeri
3 Tentang haid
- Kapan hari pertama haid terakhir
- Menarche umur berapa
- Apakah haid teratur
- Siklus haid
- Berapa lama
- Nyeri haid
- Perdarahan antara haid
4 Tentang kehamilan
- Berapa kali hamil
- Adakah komplikasi pada kehamilanterdahulu
- Apakah pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan
5 Riwayat perkawinan
1

6
7
8

- Berapa kali menikah


- Pernikahan sekarang sudah berapa lama
Riwayat penyakit pasien
- Penyakit berat yang pernah diderita pasien
- Operasi di daerah perut dan alat kandungan
Riwayat penyakit keluarga
- Penyakit pada anggota keluarga yang berhubungan dnegan penyakit herediter
System lain
- Apakah BAK dan BAB lancar
- Keluhan system lain

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diawali dengan penilaian keadaan umum, dan tingkat kesadaran pasien.
Setelah itu, dilakukan pengukuran terhadap tanda-tanda vital pasien, yang mencakup tekanan darah,
denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu tubuh. Dari pemeriksaan, didapatkan keadaan umum
pasien baik, compos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 72 kali/menit, dan frekuensi
pernapasan 20 kali/menit.
Pemeriksaan pada sistem reproduksi dilakukan dengan pemeriksaan luar dan pemeriksaan
dalam. Pada pemeriksaan luar, dilakukan inspeksi genitalia eksterna pasien. Inspeksi dilakukan
untuk memeriksa mons pubis, labia, serta perineum. Pisahkan kedua labia dan lakukan inspeksi
terhadap labia mayora, klitoris, meatus uretra, dan introitus vagina. Periksa apakah ada tanda-tanda
inflamasi, ulserasi, pengeluaran sekret, pembengkakan, ataupun nodulus. Jika terdapat lesi, lakukan
palpasi untuk merabanya.1
Jika terdapat riwayat atau terlihat pembengkakan pada labia, periksa keadaan glandula
Bartholininya. Masukkan jari telunjuk anda ke dalam vagina dekat ujung posterior labium mayor.
Secara bergantian, lakukan palpasi pada setiap sisi di antara jari tangan dan ibu jari untuk meraba
pembengkakan atau nyeri tekan. Perhatikan setiap sekret yang merembas keluar dari muara
(orifisium) duktus kelenjar tersebut. Jika terdapat sekret, lakukan pemeriksaan kulturnya.1
Pada pemeriksaan dalam, dinilai bagaimana penyangga dinding vagina. Saat kedua labia
dipisahkan oleh jari tengah dan telunjuk anda, minta pasien untuk mengejan. Dilihat apakah ada
tonjolan yang terlihat pada dinding vagina. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dengan pemasangan
spekulum. Pilih spekulum dengan ukuran dan bentuk yang tepat, basahi dahulu dengan air hangat
(pemakaian bahan pelumas lain dapat menganggu pemeriksaan sitologi dan kultur bakteri atau
virus). Dapat juga dilakukan tindakan pelebaran introitus vagina dengan membasahi salah satu jari
tangan dengan air dan kemudian menekan tepi bawah introitus tersebut ke bawah. Tindakan ini
akan sangat memudahkan pemasangan spekulum dan meningkatkan kenyamanan pasien. Dengan
tangan lain (biasanya yang kiri), masukkan spekulum yang masih dalam posisi menutup melewati
jari-jari tangan dengan sudut yang sedikit ke arah bawah. Tindakan ini harus dilakukan dengan hatihati agar tidak sampai menarik rambut pubis atau menjepit labia dengan spekulum. Hal ini dapat
dihindarkan dengan memisahkan labia mayora dengan tangan lainnya.1
2

Sesudah spekulum masuk ke dalam vagina, keluarkan jari tangan dari dalam introitus. Putar
spekulum ke posisi horizontal dengan mempertahankan tekanan pada bagian posteriornya dan
kemudian masukkan hingga keseluruhan panjangnya berada di dalam vagina. Lakukan tindakan ini
dengan hati-hati agar jangan sampai daun spekulum tersebut terbuka sebelum waktunya.1
Buka daun spekulum dengan hati-hati. Putar dan atur posisinya sampai ujung spekulum
mencakup bagian serviks serta membuat terlihat seperti penuh. Atur posisi cahaya sampai serviks
dapat terlihat dengan jelas. Jika uterus berada dalam posisi retroversi, serviks akan lebih mengarah
ke anterior. Jika teradapat kesulitan dalam menemukan serviks, tarik sedikit spekulum tersebut dan
atur kembali posisinya pada sudut yang berbeda. Jika terdapat sekret yang menyamarkan
penglihatan, hapus sekret tersebut dengan hati-hati memakai kapas yang besar.1
Lakukan ispeksi pada servix dan os servisis. Perhatikan bagaimana warna serviks, posisi,
karakteristik permukaan dan apakah ada ulserasi, nodulus, massa, perdarahan, dan pengeluaran
sekret. Pertahankan spekulum dalam posisi terbuka dengan cara mengencangkan skrup pada ibu
jari.1
Tarik spekulum keluar dengan perlahan sementara dilakukan pengamatan terhadap vagina.
Ketika spekulum sudah tidak mencakup serviks lagi, kedurkan sekrup pada ibu jari dan pertahankan
spekulum dalam posisi terbuka dengan ibu jari tangan. Tutup daun spekulum pada saat spekulum
ditarik keluar dari dalam introitus untuk menghindari peregangan mukosa yang berlebihan maupun
penjepitan mukosa. Pada saat menarik keluar spekulum, lakukan inspeksi terhadap mukosa vagina
dengan memperhatikan warnanya dan apakah ada tanda-tanda inflamasi, sekret, ulkus, atau massa.1
Setelah itu, jari telunjuk dan jari tengah salah satu tangan yang sudah mengenakan sarung
tangan karet dilumasi ,dan dari posisi berdiri, dimasukkan ke dalam vagina dengan sekali lagi
memberikan tekanan yang mula-mula ke arah posterior. Ibu jari harus berada dalam posisi abduksi,
sedangkan jari manis dan kelingking difleksikan ke arah permukaan palmaris tangan. Penekanan
perineum ke dalam dengan jari-jari tangan yang difleksikan hanya akan menimbulkan sedikit rasa
tidak nyaman dan memungkinkan mengatur jari tangan yang melakukan palpasi tersebut dalam
posisi yang benar. Perhatikan setiap nodularitas atau nyeri tekan pada dinding vagina termasuk
daerah uretra dan kandung kemih di sebelah anterior. Kemudian dilakukan palpasi seviks dengan
memperhatikan posisi, bentuk, konsistensi, regularitas mobilitas dan nyeri. Normalnya serviks dapat
sedikit digerakkan tanpa menimbulkan rasa nyeri.1
Tempatkan salah satu tangan pada abdomen di sekitar pertengahan garis yang
menghubungkan umbilikus dengan simfisis pubis. Saat mengangkat serviks dan uterus dengan
tangan yang ada di dalam pelvis, tekankan tangan yang berada di abdomen ke dalam dan ke bawah
dengan mencoba memegang uterus di antara kedua tangan tersebut. Perhatikan ukuran uterus,
bentuk, konsistensi, serta mobilitasnya, dan temukan setiap nyeri tekan atau massa yang ada.1
Setelah itu, dorong jari tangan yang ada di dalam pelvis ke dalam forniks anterior dan
lakukan palpasi korpus uteri di antara kedua tangan. Pada posisi ini, jari-jari tangan yang ada dalam
3

pelvis dapat meraba permukaan anterior uterus sementara jari-jari tangan yang diletakkan pada
abdomen dapat meraba sebagian permukaan posterior uterus.1
Jika uterus tidak dapat teraba dengan salah satu dari kedua manuver ini, mungkin uterus
tersebut terjungkit ke arah posterior (posisi bergeser ke belakang). Dorong jari tangan yang ada
dalam pelvis itu ke dalam forniks posterior dan raba tonjolan uterus dengan ujung jari-jari tangan.
Dinding abdomen yang tebal atau tidak berada dalam keadaan relaksasi yang baik dapat pula
membuat uterus tidak dapat teraba walaupun lokasinya di sebelah anterior.1
Kemudian tempatkan tangan yang berada di abdomen pada kuadran kanan bawah sementara
tangan yang berada dalam pelvis ditempatkan di forniks lateral kanan. Tekanlah tangan yang di
abdomen ke dalam dan ke bawah, mencoba mendorong struktur adneksa ke arah tangan. Coba
kenali ovarium yang kanan atau setiap masa adneksa yang ada di dekatnya. Dengan sedikit
menggerakkan kedua tangan, biarkan struktur adneksa menggelincir di antara jari-jari tangan anda
jika mungkin dan perhatikan ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas, serta gejala nyeri tekan. Ulangi
prosedur ini pada sisi yang kiri.1
Ovarium yang normal memberi sedikit rasa nyeri ketika ditekan. Biasanya kedua ovarium
dapat diraba pada wnaita ramping dan rileks, tetapi sulit atau tidak mungkin diraba pada wanita
gemuk dan relaksasinya buruk.1
Tarik sedikit kedua jari tangan sampai terlepas dari serviks dan kemudian regangkan
keduanya untuk menyentuh kedua sisi dinding vagina. Minta pasien untuk mengontraksikan ototototnya sekuat dan selama mungkin agar menjepit jari-jari tangan. Jepitan yang menekan jari tangan
dengan kuat, menggerakkannya ke atas serta ke dalam, dan berlangsung selama 3 menit atau lebih,
menandakan kekuatan otot yang penuh.1
Tarik jari tangan keluar. Lumasi sarung tangan sekali lagi jika diperlukan. Kemudian dengan
hati-hati, masukkan kembali jari telunjuk ke dalam vagina, sementara jari tengah di masukkan ke
dalam rektum. Minta pasien untuk mengejan ketika melakukan tindakan ini agar sfingter aninya
melemas. Beritahukan kepada pasien bahwa pemeriksaan ini dapat membuatnya merasa ingin
buang air besar tetapi sebenarnya hal tersebut tidak akan terjadi. Ulangi manuver pemeriksaan
bimanual tersebut dengan memberikan perhatian pada bagian di belakang serviks yang hanya bisa
di akses oleh jari tangan yang ada di dalam rektum. Palpasi rektovaginal sangat berguna dalam
memeriksa uterus yang mengalami pergeseran ke belakang (retroversi).1
Pada pemeriksaan pelvis, dapat ditemukan tanda-tanda seperti epitel vagina menjadi lebih
merah sebagai akibat lapisan epitel yang menebal, dan kapiler kecil di bawah permukaan menjadi
lebih terlihat karena berkurangnya estrogen. Kemudian, epitel vagina menjadi atrofi dan
permukaannya menjadi pucat oleh karena jumlah kapiler yang berkurang, Ruggae menghilang, dan
dinding vagina menjadi halus. Ovarium menjadi kecil dan tidak lagi terpalpasi pada pemeriksaan
ginekologi. Uterus menjadi lebih kecil. Pada wanita yang lebih tua, tonus otot pelvis mulai

berkurang, sehingga kadang-kadang bermanifestasi sebagai prolaps organ-organ traktur reproduksi


atau urinarius.2

Gambar 1. Perubahan Sistem Reproduksi Usia Lanjut1


Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan Pap Smear, pemeriksaan
mammogram, dan pemeriksaan laboratorium. Pada pasien pascamenopause, tidak harus diperiksa
pap smear, tetapi 2-4 tahun sekali jika hasil pap smear normal. American Cancer Society
mereekomendasikan pada pasien menopause untuk melakukan pemeriksaan mammogram setiap 2
tahun dimulai dari usia 40 tahun dan setiap tahu mulai usia 50 tahun.2,3
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pengukuran FSH, pengukuran LH,
estradiol, inhibin, serta kadar HDL, LDL, TG untuk mengetahui risiko terhadap jantung.
Pengukuran kadar plasma FSH telah dilakukan untuk mencoba mengidentifikasi wanita
perimenopause dan postmenopause. Kadar FSH yang tinggi menunjukkan telah terjadi menopause
yang terjadi pada ovarium. Ketika ovarium menjadi kurang responsif terhadap stimulasi FSH dari
kelenjar pituitari (produksi estrogen sedikit), kelenjar pituitari meningkatkan produksi FSH untuk
mencoba merangsang ovarium menghasilkan estrogen lebih banyak.2,3
Pada pascamenopause kadar LH 30-120 IU/ml. Rasio FSH:LH lebih dari 1. Pada penelitian,
dilaporkan bahwa kadar estradiol wanita dengan perimenopause awal (perubahan dalam frekuensi
siklus) masih terjaga, sedangkan pada perimenopause lanjut (tidak haid dalam 3-11 bulan
sebelumnya) dan postmenopause terjadi penurunan secara bermakna dari kadar estradiol. Estradiol
dapat diukur dari plasma, urine, dan saliva.3
Inhibin A dan inhibin B disekresikan oleh ovarium dan seperti estradiol, memiliki
mekanisme umpan balik negatif terhadap kelenjar pituitari, menurunkan sekresi FSH dan LH.
5

Kurangnya inhibin menyebabkan peningkatan FSH yang terjadi pada penuaan ovarium. Kadar
inhibin B menurun pada perimenopause sedangkan inhibin A tidak mengalami perubahan. Inhibin A
akan menurun pada saat sekitar haid akan berhenti. Kadar inhibin biasanya diukur dari plasma.
Ovarium menghasilkan inhibin B lebih sedikit karena hanya sedikit folikel yang menjadi matang
dan sejumlah folikel berkurang karena umur.3
Working Diagnosis
Working diagnosis yang dipilih adalah menopause. Menopause merupakan perubahan alami
yang dialami seorang wanita saat siklus menstruasi terhenti. Keadaan ini sering disebut change of
life. Menopause biasa terjadi antara usia 45-55 tahun. Menopause prematur diartikan sebagai
periode menstruasi terakhir, yang terjadi pada wanita dengan usia kurang dari 45 tahun. Selama
menopause, produksi hormon estrogen dan progesterom secara perlahan berkurang. Gejala-gejala
yang dapat timbul adalah hot flashes (kemerahan di wajah), kulit kemerahan, berat badan
bertambah, kembung, perubahan mood, depresi, menstruasi yang tidak teratur, terasa panas, dan
berkeringat serta gangguan tidur. Gejala-gejala ini dapat timbul 6 tahun sebelum periode menstruasi
terakhir dan berlanjut beberapa tahun setelah periode menstruasi terakhir.1,2
Differential Diagnosis
Monometroragia
Menometroragia adalah pendarahan dari vagina pada seorang wanita tanpa ada hubungan
dengan suatu siklus haid. Pendarahan ovulataoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu
spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah
kelainan organik (polip endrometrium, karsinoma endrometrium, karsinoma serviks), kelainan
fungsional, serta penggunaan estrogen eksogen. Menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan
organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional.4
Kanker endometrium
Faktor predisposisi penyakit ini adalah obesitas, rangsangan estrogen yang terus menerus,
menopause yang terlambat (lebih dari 52 tahun), nulipara, siklus anovulasi, obat tamoxifen dan
hyperplasia endometrium, sedangkan factor yang melindungi terhadap kanker endometrium adalah
pil kontrasepsi (resiko relative = 0,5) yang dipergunakan sekurang-kurangnya 12 bulan; proteksi
dapat berlangsung sampai 10 tahun, merokok (resiko relative 0,7), khususnya perempuan obesitas.
Gejala yang paling sering dijumpai adalah perdarahan uterus abnormal yang berupa metroragia atau
perdarahan pascamenopause dan/atau keputihan.
6

Diagnosis dibuat melalui biopsy endometrium atau kuretase diagnostic. Hasil negative dari
biopsy endometrium pada kasus dengan keluhan simtomatis perlu dilanjutkan dengan kuretase
bertingkat dengan kawalan histeroskopik, sebab biopsy endometrium mempunyai false negative
rate 5-10%. Diagnosis pasti dibuat dengan sampel histopatologik. Kuretase bertingkat diperlukan
bila dicurigai adanya infiltrasi ke endoserviks.

Etiologi
Menopause disebabkan oleh hilangnya folikel sejalan pertambahan usia karena atresia dan
ovulasi bulanan. Kehilangan folikel mengakibatkan berkurangnya sekresi estrogen dan progesteron.
Penurunan kadar estrogen dan progesterone menggangu aksis hormone hipotalamus-hipofisisovarium dan mekanisme umpan balik masih disekresi oleh kelenjar adrenal dan stroma ovarium.
Karena kadar FSH dan LH hipofisis tidak dihambat oleh mekanisme umpan balik negaif hormon
ovarium, kadarnya saat menopause tetap tinggi. Sumber gonadotropin manusia yang dipergunakan
untuk kebutuhan klinis adalah urine dari wanita menopause.6
Hal-hal yang dapat menyebabkan menopause prematur adalah merokok, histerektomi,
ooforektomi, kelainan autoimun, tinggal di dataran tinggi, dan riwayat kemoterapi, atau sedang
dalam kemoterapi.2
Epidemiologi
Umur median pada menopause berkisar antara 45-55 tahun di seluruh dunia, 50-52 tahun
pada perempuan kulit putih di negara industri. Umur menopause tidak sama pada bangsa atau etnis
yang berbeda, umumnya ditemukan sedikit lebih dini pada perempuan yang tinggal di negara
berkembang dibandingkan di negara maju.7
Patofisiologi
Menopause disebabkan oleh berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap stimulasi hormon
gonadotropin. Ovarium wanita memiliki jumlah oosit terbesar selama bulan kelima kehamilan dan
memiliki sekitar 1.000.000-2.000.000 oosit saat lahir. Pada saat masa penuaan, proses atresia
mengurangi jumlah oosit, sehingga di masa menopause seorang wanita mungkin hanya memiliki
beberapa ratus hingga beberapa ribu oosit saja yang tertinggal. Ovarium tersebut memproduksi 3
hormon penting yaitu estrogen, progesteron, dan androgen.2,3,7
Estrogen secara endogen memproduksi Estrone (E1), estradiol (E2) dan estriol (E3).
Estradiol (E2) diproduksi oleh folikel ovarium dominan selama siklus menstruasi bulanan dan
merupakan estrogen alami yang paling ampuh. Estrone (E1) adalah bentuk dominan estrogen

selama menopause. Ini diproduksi dalam jumlah kecil oleh ovarium dan kelenjar adrenal, dan
terutama diturunkan oleh konversi perifer androstenedion dalam jaringan adiposa.3,7
Progesteron diproduksi oleh korpus luteum dan menyebabkan penebalan endometrium
dalam persiapan untuk penempelan ovum yang telah dibuahi. Progesteron juga menghambat
tindakan estrogen pada jaringan tertentu. Pada wanita yang anovulatori, tidak ada korpus luteum
terbentuk. Oleh karena itu, estrogen sering tidak terhalangi. Hal ini dapat mengakibatkan
penumpukan pada endometrium, menyebabkan perdarahan menstruasi yang tidak teratur pada fase
perimenopause.3,7
Pembentukan korpus luteum mengawali fase sekretori di mana estrogen, progesteron, dan
androgen juga dikeluarkan. Estrogen menyebabkan proliferasi seluler, sedangkan progesteron
menyebabkan penebalan dan peningkatan sekresi pada endometrium. Jika kehamilan tidak terjadi,
kadar estrogen dan progesteron turun bertahap. Penurunan hormon ini memberi tanda bagi
penebalan lapisan dalam rahim untuk dikeluarkan, menyebabkan perdarahan menstruasi dan
memberi tanda bagi ovarium untuk memulai proses kembali lagi dengan mulai menumbuhkan lebih
banyak folikel untuk ovum baru dan siklus baru.3,7
Ovarium pada saat menopause tidak lagi menghasilkan estradiol (E2) atau inhibin dan
progesteron dalam jumlah yang bermakna, dan estrogen hanya dibentuk dalam jumlah kecil. Oleh
karena itu, FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) tidak lagi dihambat
oleh mekanisme umpan balik negatif estrogen dan progesteron yang telah menurun dan sekresi FSH
dan LH menjadi meningkat dan FSH dan LH plasma meningkat ke tingkat yang tinggi. Fluktuasi
FSH dan LH serta berkurangnya kadar estrogen menyebabkan munculnya tanda dan gejala
menopause, antara lain rasa hangat yang menyebar dari badan ke wajah (hot flashes), gangguan
tidur, keringat di malam hari, perubahan urogenital, osteopenia/ kepadatan tulang rendah, dan lainlain.3,7

Gambar 2. Patofisiologi Menopause7

Penatalaksanaan
Terapi Progestin-Estrogen
Rekomendasi sekarang ini memasukkan terapi progestin bersama dengan terapi estrogen
karena penelitian menunjukkan bahwa risiko karsinoma endometrium berkurang jika jaringan
endometrium yang terpapar estrogen secara berkala dilawan oleh progestin. Lamanya terapi
progestin penting untuk memberikan efek ini, karena pemberian selama 7 hari/bulan tidak efektif
sedangkan 13 hari akan protektif. Terapi penggantian estrogen jangka panjang diperlukan untuk
mencegah osteoporosis (misalnya 4 tahun saja tidak cukup). Efek terapi progestin jangka panjang
tidak diketahui tapi tampaknya terbatas pada perdarahan vagina yang timbul periodic. Jika pasien
tidak mempunyai uterus, progestin tidak dianjurkan.
Meskipun hormone dapat diberikan per oral atau dengan suntikan, jelas bahwa pemberian
per oral lebih nyaman. Dosis awal estrogen adalah 0,625 mg/hari berupa estrogen ekuin
terkonjugasi atau estropinat yang diberikan per oral selama 25 hari, dan hari-hari selanjutnya dalam
bulan tersebut tidak diberikan terapi. Jika dosis rendah tidak mencegah timbulnya rasa panas
kemerahan, dapat diberikan dosis yang lebih tinggi dan diturunkan secara bertahap secepat
mungkin. Noretindron (Norlutate) harus dihindari karena sediaan ini menghambat efek
menguntungkan dari estrogen terhadap metabolisme lipid. Jika terdapat uterus, sebaiknya diberikan
medroksiprogesteron asetat 10 mg/hari selama 13-15 hari terakhir terapi penggantian estrogen
setiap bulannya.
Jika terapi estrogen merupakan kontraindikasi atau ditolak pasien, rasa panas dan kemerahan
dapat 90% berkurang dengan medroksiprogesteron 150 mg/bulan IM atau 10-40 mg/hari PO.
Norgestrel 250 g/hari PO kurang efektif dibanding estrogen. Krim vagina berisi estrogen
terkonjugasi 1 g setiap 2 hari sekali dapat mengurangi gejala atrofi vagina. 5
1

Antidepresan Dosis Rendah


Venlafaxine (Effexor), obat antidepresi yang terkait dengan kelas obat yang disebut
Inhibitor Reuptake Selektif Serotonin (SSRI), telah terbukti menurunkan hot flashes. Selain
SSRI antidepresan lainnya yang dapat meringankan gejala yaitu, termasuk fluoxetine (Prozac,

Sarafem), paroxetine (Paxil), citalopram (Celexa) dan sertraline (Zoloft).


Gabapentin
Obat ini disetujui untuk mengobati kejang, tetapi juga telah terbukti secara signifikan

mengurangi hot flashes.


Clonidine (Catapres, orang lain)
Clonidine pil atau patch biasanya digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi,
secara signifikan dapat mengurangi frekuensi hot flashes, tapi efek samping yang tidak

menyenangkan yang umum.


Modulator Reseptor Estrogen Selektif (SERM)
9

SERM adalah kelompok obat yang mencakup raloxifene (Evista) diberikan 60mg/hari
oral dengan beberapa efek samping yang bersifat ringan seperti hot flushes dan kejang tungkai.
Keuntungan klinis dari raloxifen ialah memberikan perlindungan terhadap tulang tanpa
merangsang endometrium atau payudara.

Nonmedikamentosa
-

Olahraga telah terbukti menghasilkan perbaikan dalam perasaan kepanasan, suasana hati,
kekuatan otot, densitas mineral tulang, dan kualitas hidup keseluruhan sementara mengurangi
risiko jantung pascamenopause. Usahakan setidaknya 30 menit untuk olahraga

Berhenti merokok dapat menghasilkan perbaikan efek estrogen dan menurunkan risiko
kardiovaskular.

Bantu pasien mengidentifikasi dan menghindari stimulus yang mencetuskan luapan gejala
vasomotor, termasuk alcohol, kafein, dan makanan berbumbu pedas; pakaian berlapis dapat
membantu mengontrol suhu.

Makan diet seimbang yang mencakup berbagai buah-buahan, sayuran dan biji-bijian dan yang
membatasi lemak jenuh, minyak dan gula. Asupan 1.200 sampai 1.500 mg kalsium dan 800 IU
vitamin D sehari.

Memperkuat Otot Panggul. Senam lantai yang dapat melatih otot panggul yang disebut latihan
kegel dapat memperbaiki beberapa bentuk inkontinensia.

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat dari menopause adalah osteoporosis, penyakit jantung
koroner, Alzheimer, dan penurunan kognitif. Osteoporosis adalah masalah tulang yang paling
menonjol, berkurangnya massa tulang dengan rasio mineral terhadap matriks yang normal,
menyebabkan peningkatan kejadian fraktur, dan kejadiannya 4 kali lebih banyak pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki.2,8
Risiko fraktur akibat osteoporosis akan tergantung pada massa tulang saat menopause dan
kecepatan hilangnya tulang pascamenopause. Setelah menopause kehilangnan massa tulang
trabekuler serta kehilangan massa tulang total 1-1,5% per tahun. Percepatan kehilangan ini
berlangsung menurun selama 5 tahun, tetapi tetap berlanjut sesuai dengan penuaan. Selama 20
tahun pertama setelah menopause reduksi tulang trabekuler 50% dan reduksi tulang kortikal 30%.2,8
Tanda dan gejala osteoporosis pascamenopause meliputi nyeri punggung; penurunan tinggi
badan dan mobilitas; fraktur pada korpus vertebra, humerus, femur atas, lengan atas sebelah distal,
dan iga. Nyeri punggung adalah gejala klinis mayor dari fraktur-fraktur kompresi vertebra, nyeri
pada fraktur bersifat akut, dan kemudian mereda setelah 2-3 bulan. Namun berlanjut sebagai nyeri
punggung kronis, karena meningkatnya lordosi lumbal. Nyeri mereda dalam waktu 6 bulan, kecuali
bila ada fraktur multipel yang menyebabkan nyeri permanen.2,8
10

Penyakit jantung koroner dapat diatasi dengan pemberian esterogen yang memiliki efek
langsung ke metabolisme lemak dengan menurunkan LDL dan meningkatkan HDL. Dalam hal ini
telah diketahui bahwa trigliserida, HDL, dan lipoprotein merupakan petanda signifikan penyakit
jantung koroner pada wanita.2,8
Estrogen memiliki efek yang menguntungkan pada kognisi khususnya pada memori verbal.
Estrogen mampu melindungi fungsi sistem saraf pusat melalui berbagai mekanisme. Estrogen
memberi perlindungan terhadap toksisitas neuron yang diinduksi oksidasi, menurunkan konsentrasi
komponen amiloid P serum (glikoprotein pada pengerutan neurofibriler penderita Alzheimer),
menigkatkan pertumbuhan sinaps dan neuron khusunya densitas spina dendritik, melindungi
terhadap toksisitas serebrovaskuler yang dipicu oleh peptida-peptida aminoid, memicu
pembentukan sinaps serta pertumbuhan dan ketahanan hidup neuron.2,8
Pencegahan
Menopause tidak dapat dicegah, tapi tidak merokok atau berhenti merokok dapat menunda
usia di mana mulai menopause. Selain itu, seorang wanita dapat mempertahankan gaya hidup sehat
berolahraga, penurunan stres, dan mengkonsumsi makanan diet sehat dapat membantu
meminimalkan dampak gejala menopause. Hal ini juga penting untuk diingat bahwa dalam waktu
kurang lebih lima tahun setelah menopause hot flashes telah diselesaikan dalam 85-90% wanita.2
Prognosis
Gejala menopause dapat berlangsung 1-2 tahun setelah itu gejalanya berkurang tetapi pada
beberapa wanita dapat terjadi lebih lama. Pada wanita yang menjalani operasi ginekologis atau
kemoterapi mengalami gejala menopause seperti hot flashes yang lebih parah.2
Kesimpulan
Nyonya HY, 50 tahun, haid tidak teratur sejak 2 bulan dan pendarahan irregular diakibatkan
terjadinya menopause. Menopause merupakan proses fisiologis yang disebabkan oleh hilangnya
folikel sejalan pertambahan usia karena atresia dan ovulasi bulanan.

11

Daftar Pustaka
1. Bickley L. Buku ajar pemeriksaan & riwayat kesehatan Bates. Ed 8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009. h 392-407.
2. Coney
P.
Menopause.

April

2014.

Diunduh

dari:

http://emedicine.medscape.com/article/264088-overview#aw2aab6b2, 27 Mei 2014.


3. Morgan G, Hamilton C. Obstetri dan ginekologi: panduan praktis. Ed.2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2009. h 96-106.
4. Anwar M. Ilmu kandungan. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2011. h 106-10.
5. Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri dan ginekologi. Ed 5. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008. h 624-6.
6. Sloane E. Anatomi & fisiologi untuk semula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2003. h 361.
7. Heffner LJ, Schust DJ. At a glance sistem reproduksi. Ed 2. Jakarta: Erlangga; 2008. h 56-7.
8. Edmonds DK. Dewhursts textbook of obstetrics and gynaecology, ed 7th. United States:
Blackwell Publishing; 2007.h.479-93.

12

Anda mungkin juga menyukai