Anda di halaman 1dari 8

Promotif, Vol.1 No.

2 Apr 2012 Hal 58-65

Artikel I

ANALISIS KESIAPAN FUNGSI PELAYANAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI


RUMAH SAKIT (IFRS) UNDATA PALU MENJADI RS TIPE B PENDIDIKAN
Musdalipah
Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat FKM Unismuh Palu
ABSTRAK
Rumah sakit Undata Palu merupakan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah dengan tipe B non pendidikan. Pelayanan farmasi
rumah sakit adalah salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan
kesehatan bermutu yang mana pelaksanaannya pada suatu Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS). Dalam mengembangkan pelayanannya, RSUD Undata Palu akan
mengubah statusnya menjadi rumah sakit tipe B pendidikan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kesiapan IFRS Undata
Palu menjadi RS tipe B pendidikan dengan melihat indikator fungsi pelayanan IFRS.
Penilaian fungsi pelayanan farmasi menggunakan SK Menkes No.1197/X/2004 tentang
survei akreditasi farmasi di rumah sakit. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif dan observasional, dengan rancangan penelitian case study.
Sampel dalam penelitian ini adalah Jajaran Direktur & Wakil Direktur RSUD Undata
Palu, Kepala IFRS, Apoteker, & Asisten Apoteker.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan SK Menkes
No.1197/X/2004 tentang survei akreditasi farmasi di rumah sakit tentang Fungsi
Pelayanan Farmasi, meliputi pelayanan dasar farmasi & pelayanan pendukung farmasi.
Analisis kesiapan pelayanan dasar farmasi meliputi asuhan kefarmasian 100%,
pemantauan & pelaporan ESO (Efek Samping Obat) 60%, Pelayanan Informasi Obat
80%, konseling 80%, Ronde/visite pasien 60%, Pengkajian Penggunaan Obat 60%,
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah belum dilakukan. Analisis kesiapan pelayanan
pendukung farmasi meliputi produksi dan kontrol kualitas 40%, RDU (Rational Drug
Use) 60%, penanganan obat-obat cytotoxic, TPN (Total Parenteral Nutrition) dan ivadmixture & farmakoekonomi belum berjalan.
Kata Kunci
Daftar Pustaka

: Instalasi Farmasi, pelayanan farmasi, RS Pendidikan


: 17 (2006-2011)

PENDAHULUAN
Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Undata Propinsi Sulawesi
Tengah bertugas menyelenggarakan
sebagian urusan pemerintah dibidang
pelayanan kesehatan yang telah menjadi
urusan rumah tangga daerah yang
tertuang dalam Peraturan
Daerah
Nomor : 02 Tahun 2003 pasal 4 ayat 1
dengan tugas pokok melaksanakan
upaya kesehatan secara berdaya guna
dan berhasil guna mengutamakan upaya
penyembuhan,
pemulihan
yang
dilaksanakan secara serasi, terpadu
dengan upaya peningkatan pencegahan
termasuk penanganan limbah Rumah
Sakit dan melaksanakan upaya rujukan,

sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku (Anonim, 2009).


Pada tahun 1995, RSUD
Undata Palu yang merupakan Badan
Tekhnis
milik
Pemerintah
Daerah
Provinsi
Sulawesi
Tengah
telah
mendapat pengakuan sebagai RSU
Kelas B non Pendidikan sesuai dengan
Surat KepMenkes No.93 tahun 1995 dan
pada tahun berikutnya diakui sebagai
pusat rujukan tertinggi di Sulawesi
Tengah dengan Peraturan Daerah No.6
Tahun 1996. Dasar Pembangunan
Rumah sakit kelas B pendidikan
berdasarkan surat keputusan Gubernur
No.445/73.79/DisKes G-ST tanggal 29
agustus 2003. Surat Keputusan Menteri
58

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 58-65

Artikel I

percepatan
pembangunan
kawasan
Indonesia
Timur
No.046/KEP./PPTKTI/VII/2003 tanggal 7
juli 2003.Di dukung oleh surat Keputusan
Rektor Universitas Tadulako N0.4022 j
28 PG/2003 yang diperuntukkan Fakultas
Kedokteran UNTAD ke depan (Anonim,
2009).
Rumah
Sakit
Pendidikan
adalah rumah sakit yang digunakan
sebagai tempat pelaksanaan program
pendidikan profesi dokter dan dokter
spesialis.
Selain
mendidik
profesi
pendidikan
dokter,
rumah
sakit
pendidikan juga berfungsi sebagai
tempat pelatihan dan pendidikan bagi
profesi lainnya, seperti farmasi, apoteker,
kebidanan dan keperawatan. Dalam
rangka mengukur suatu rumah sakit yang
telah memenuhi standar RS Pendidikan,
maka diperlukan tolak ukur untuk setiap
standar sesuai dengan klasifikasinya
(Depkes, 2009)
Dalam
upaya
tersebut
diperlukan alat untuk mengevaluasi mutu
pelayanan rumah sakit . Salah satu
strategi penting yang dilakukan dalam
meningkatkan
kualitas
pelayanan
pelayanan medik rumah sakit adalah
melalui standarisasi (akreditasi, audit
klinis, dan lain-lain). Instalasi Farmasi
adalah pusat perawatan untuk pasien
dan produk farmasi itu sendiri mewakili
sebagian besar pengeluaran rumah sakit
(Barnum, D.,T, 2009; Manik, 2009).
Pelayanan farmasi rumah sakit
merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit
yang
menunjang
pelayanan
kesehatan
bermutu.
Hal
tersebut
diperjelas dalam Keputusan Menteri
Kesehatan
Nomor
:
1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang
menyebutkan bahwa pelayanan farmasi
rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan
obat yang bermutu, termasuk pelayanan
farmasi klinik, yang terjangkau bagi

semua lapisan masyarakat (Anonim,


2006b).
Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS) Undata adalah unit kerja didalam
rumah sakit yang berperan sebagai
pelaksana kegiatan yang bertanggung
jawab terhadap semua perbekalan dan
pelayanan
farmasi
dalam
rangka
melaksanakan fungsi rumah sakit.
Ketenagaan IFRS Undata Palu hingga
tahun 2010 yaitu dipimpin oleh 1
apoteker, dibantu oleh 12 apoteker dan
asisten apoteker 23 orang.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS), selain menjalankan fungsinya
sebagai wadah pelayanan kefarmasian
juga ikut berpartisipasi dalam memberi
edukasi
kepada
semua
program
pendidikan
farmasi
termasuk
pengalaman praktik mahasiswa dan
profesi apoteker, berpartisipasi dalam
proyek studi atau penelitian yang
ditujukan untuk peningkatan pelayanan
penderita dan peningkatan pelayanan
administratif dan pelayanan rumah sakit
lainnya. (Siregar & Amalia, 2004).
Dengan berubahnya status
menjadi
rumah
sakit
pendidikan,
tentunya juga memberikan pengaruh
pada IFRS menjadi
pendidikan.
Penelitian ini dilakukan dengan melihat
bagaimana kesiapan IFRS Undata Palu
menjadi
RS
tipe
B
pendidikan
berdasarkan penilaian akreditasi SK
Menkes No.1197/X/2004 tentang standar
pelayanan kefarmasian di rumah sakit
dengan indikator fungsi pelayanan
farmasi.
BAHAN & METODE
Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Undata
Palu, Sulawesi Tengah pada bulan
Desember 2010 Februari 2011.
Penelitian yang dilakukan merupakan
penelitian kualitatif dan observasional,
dengan rancangan penelitian case study.
Sampel Penelitian
59

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 58-65

Artikel I

Sampel dalam penelitian ini adalah


Direktur RSUD Undata Palu, Wakil
direktur Pelayanan medik, Ketua KFT
Undata Palu, Wakil Direktur Umum dan
Keuangan,
Kepala
Seksi
Pengembangan
dan
Pemeliharaan
Fasilitas Penunjang Medik, Kepala
Bidang
DIKLIT,
Kepala
Bidang
Penunjang Medik, Kepala IFRS Undata
Palu, Apoteker dan asisten apoteker
fungsional pelayanan farmasi.

langsung. Untuk menilai kesiapan IFRS


Undata menuju RS Tipe B pendidikan
maka digunakan penilaian berdasarkan
survei akreditasi rumah sakit untuk
pelayanan farmasi dan disesuaikan
dengan SK Menkes No.1197/X/2004
tentang standar pelayanan kefarmasian
di rumah sakit

HASIL

Fungsi Pelayanan Kefarmasian


Analisis Data
sesuai
SK
Menkes
Nomor
:
Analisa data dalam penelitian ini
1197/Menkes/SK/X/2004 dibagi atas
menggunakan metode triangulasi sumber
pelayanan
dasar
&
pelayanan
dengan cara menggabungkan hasil
pendukung farmasi, seperti pada tabel
wawancara, kuesioner dan observasi
dibawah ini :
Tabel 1
Kesiapan Fungsi Pelayanan Dasar Farmasi IFRS Undata Palu sesuai SK Menkes
No.1197/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

No

1).

Pelayanan Dasar berdasarkan SK Menkes No.1197/X/2004


Pelayanan
Standar
Hasil Survey
Kefarmasian
Kebijakan dan Prosedur Sudah ada. Revisi SOP
tertulis kegiatan
dalam tahap proses
Pengkajian resep dimulai Sudah dilakukan
dari seleksi persyaratan
administrasi, farmasi dan
klinis baik rawat jalan
Asuhan
maupun rawat inap
Kefarmasian
Dispensing
Meliputi
validasi,
(Good
interpretasi,
menyiapkan
Dispensing
dan meracik obat, labelling,
Practice)
penyerahan
obat,
dan
dokumentasi.

Evaluasi mutu pelayanan


Persentase penilaian asuhan kefarmasian
Kebijakan dan prosedur
Pemantauan
tertulis kegiatan
dan Pelaporan
2).
Proses kegiatan
ESO
Evaluasi kegiatan
Persentase penilaian pemantauan dan pelaporan ESO

Pelayanan
Informasi Obat
3).

Kebijakan dan prosedur


tertulis kegiatan
Proses kegiatan
Evaluasi kegiatan
60

Penilaian
(maks 5)

Terakhir dilakukan pada


tahun 2008. Untuk periode
belum dilakukan.
100%
Sudah ada. Revisi SOP
dalam tahap proses
Jarang dilakukan
Belum dilakukan

3
60%

Sudah ada. Revisi SOP


dalam tahap proses
Terlaksana
Belum dilakukan

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 58-65

Artikel I

Lanjutan Tabel 1
No
Pelayanan
Standar
Kefarmasian
Persentase penilaian Pelayanan Informasi Obat
Kebijakan dan prosedur
tertulis kegiatan
Konseling
4).
Proses kegiatan
Evaluasi kegiatan
Persentase penilaian Konseling

Hasil Survey

Sudah ada. Revisi SOP


dalam tahap proses
Terlaksana
Belum dilakukan

Kebijakan dan prosedur Sudah ada. Revisi SOP


tertulis kegiatan
dalam tahap proses
5).
Proses Kegiatan
Tidak dilakukan
Evaluasi Kegiatan
Belum dilakukan
Persentase penilaian Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
Kebijakan dan prosedur Sudah ada. Revisi SOP
Ronde/Visite
tertulis kegiatan
dalam tahap proses
6).
Pasien
Proses Kegiatan
berupa Visite Mandiri
Evaluasi Kegiatan
Belum dilakukan
Persentase penilaian Ronde/Visite pasien
Kebijakan dan prosedur Sudah ada. Revisi SOP
Pengkajian
tertulis kegiatan
dalam tahap proses
7).
Penggunaan
Proses Kegiatan
Terlaksana, tapi sebagian
Obat
kecil
Evaluasi Kegiatan
Belum ada
Persentase penilaian Pengkajian Penggunaan Obat
Total Skor Pelayanan Dasar Farmasi di RSUD Undata
Persentase Penilaian Pelayanan Dasar Farmasi di RSUD Undata
Kriteria Penilaian berdasarkan SK Menkes No.1197/X/2004
Pemantauan
Kadar Obat
dalam Darah

Skor penilaian : 1 = 20% ; 2 = 40% ; 3 = 60% ; 4 = 80% ; 5 = 100%

61

Penilaian
(maks 5)
80%

4
80%

0
0%

3
60%

60%
22
63%

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 58-65

Artikel I

Tabel 2
Kesiapan Fungsi Pelayanan Pendukung Farmasi IFRS Undata Palu sesuai SK
Menkes No.1197/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Modifikasi Pelayanan Pendukung berdasarkan SK Menkes No.1197/X/2004 dan APTFI
No
Pelayanan
Penilaian
Standar
Hasil Survey
Kefarmasian
(maks 5)
Kebijakan
dan
prosedur Belum ada, dalam
tertulis kegiatan
tahap
rencana
1).
Penanganan obatpengembangan
0
obat Cytotoxic
Proses Kegiatan
Dilakukan
oleh
perawat
Evaluasi Kegiatan
Belum ada
Persentase Penanganan obat-obat Cytotoxic
0%
Kebijakan
dan
prosedur Belum ada, dalam
TPN (Total
tertulis kegiatan
tahap
rencana
Parenteral
2).
pengembangan
0
Nutrition) dan ivProses Kegiatan
Dilakukan
oleh
admixture
perawat
Evaluasi Kegiatan
Belum ada
Pesentase TPN (Total Parenteral Nutrition) dan iv-admixture
0%
Kebijakan
dan
prosedur Sudah ada. Revisi
tertulis kegiatan
SOP dalam tahap
3).
Produksi dan
proses
2
Kontrol Kualitas
Proses Kegiatan
Berupa pengemasan
kembali
Evaluasi Kegiatan
Belum ada
Persentase Produksi dan Kontrol Kualitas
40%
Kebijakan
dan
prosedur Belum ada, dalam
tertulis kegiatan
tahap
rencana
4).
pengembangan
0
Farmakoekonomi
Proses Kegiatan
Dilakukan atas inisiatif
apoteker
Evaluasi Kegiatan
Belum ada
Persentase penilaian farmakoekonomi
0%
Kebijakan
dan
prosedur Berupa alur (sistem)
5).
tertulis kegiatan
3
RDU (Rational
Proses Kegiatan
Dilakukan
oleh
Drug Use)
apoteker
Evaluasi Kegiatan
Belum ada
Persentase penilaian RDU (Rational Drug Use)
60%
Total Skor Keseluruhan
5
Persentase kegiatan pendukung pelayanan kefarmasian
20%
Kriteria Penilaian berdasarkan SK Menkes No.1197/X/2004

Skor penilaian : 1 = 20% ; 2 = 40% ; 3 = 60% ; 4 = 80% ; 5 = 100%

62

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 58-65

Artikel I

PEMBAHASAN
Berikut
akan
diuraikan
pelayanan farmasi di IFRS RSUD
Undata Palu, yaitu :
1) Asuhan
Kefarmasian
(Good
Dispensing Practice)
Berdasarkan
observasi
langsung,
secara
keseluruhan
kegiatan asuhan kefarmasian di
RSUD Undata sudah berjalan.
Penilaian
kegiatan
asuhan
kefarmasian menurut SK Menkes
No.1197 Tahun adalah 100%.
Berdasarkan hasil kuesioner pada
apoteker dan asisten apoteker
pelayanan farmasi di RSUD Undata,
kegiatan asuhan kefarmasian meliputi
kegiatan
Dispensing
Cycle/Alur
Dispensing yaitu penerimaan resep,
peracikan & Labelling, penyerahan
obat dan evaluasi pelayanan farmasi
di rumah sakit.
2) Pemantauan dan Pelaporan ESO
Berdasarkan
observasi
dokumen bahwa kebijakan dan
prosedur Pemantauan dan Pelaporan
ESO di RSUD Undata dituangkan
dalam bentuk Standar Operasional
Prosedur. Penilaian kegiatan MESO
(Monitoring Efek Samping Obat) di
RSUD Undata berdasarkan SK
Menkes
No.1197/X/2004
masih
sekitar 60%. Penilaian akan menjadi
100% apabila sudah dilakukan
evaluasi dan tindak lanjut dari setiap
kegiatan.
3) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Kebijakan
pelaksanaan
kegiatan Pelayanan Informasi Obat
(PIO) di RSUD Undata Palu
ditetapkan berdasarkan prosedur
tetap yang telah disahkan oleh
Direktur RSUD Undata. Salah satu
kendala kegiatan PIO di rawat jalan
adalah apoteker tidak melakukan
dokumentasi.Berdasarkan
hasil
observasi, wawancara dan kuesioner
bahwa penilaian kegiatan PIO
berdasarkan
SK
Menkes
No.1197/X/2004
adalah
80%.
Penilaian akan menjadi 100% apabila

dilakukan evaluasi dan tindak lanjut


kegiatan
PIO
yang
telah
dilaksanakan.
4) Konseling
Kegiatan Konseling di RSUD
Undata dituangkan dalam bentuk
Standar Operasional Prosedur (SOP).
Berdasarkan
hasil
observasi,
wawancara dan kuesioner bahwa
penilaian
kegiatan
Konseling
berdasarkan SK Menkes No.1197
Tahun 2004 adalah 80%. Kekurangan
20% kegiatan ini adalah belum
dilakukan dokumentasi, evaluasi dan
tindak lanjut kegiatan konseling yang
telah dilakukan.
5) Pemantauan Kadar Obat dalam
Darah
Kebijakan
dan
prosedur
pelaksanaan pemantauan kadar obat
dalam darah di RSUD Undata
dituangkan dalam bentuk Standar
Operasional
Prosedur
(SOP).
Berdasarkan
observasi
yang
dilakukan, pemantauan kadar obat
dalam darah belum pernah dilakukan.
Beberapa kendalanya adalah tidak
adanya fasilitas penunjang kegiatan
tersebut dan kurangnya pelatihan
mengenai pemantauan kadar obat
dalam darah.
6) Ronde/Visite Pasien
Kebijakan
kegiatan
Ronde/Visite pasien di RSUD Undata
tertuang dalam Standar Operasional
Prosedur (SOP). Kegiatan farmasi
klinik yang dilakukan berupa visite
mandiri. Berdasarkan hasil observasi,
wawancara dan kuesioner bahwa
penilaian
ronde/visite
pasien
berdasarkan
SK
Menkes
No.1197/X/2004 masih sekitar 60%.
Kekurangan 40% dari penilaian
adalah belum adanya dokumentasi,
evaluasi dan tindak lanjut dari
kegiatan ini.
7) Pengkajian Penggunaan Obat
Kebijakan
dan
prosedur
Pengkajian Penggunaan Obat di
RSUD Undata tertuang dalam
63

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 58-65

Artikel I

Standar Operasional Prosedur (SOP).


Berdasarkan
hasil
observasi,
kuesioner dan wawancara yang telah
dilakukan bahwa penilaian kegiatan
Pengkajian
Penggunaan
Obat
berdasarkan
SK
Menkes
No.1197/X/2004 masih sekitar 60%.
Kekurangan 40% dari penilaian
adalah belum adanya dokumentasi,
evaluasi dan tindak lanjut kegiatan
pengkajian obat.
8) Penanganan Obat-Obat Cytotoxic
Kebijakan
dan
prosedur
kegiatan penanganan obat-obat
cytotoxic hingga saat ini belum ada
di RSUD Undata. Berdasarkan hasil
kuesioner pada apoteker dan
asisten apoteker bahwa kegiatan
kegiatan penanganan obat-obat
cytotoxic dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan observasi langsung,
kendala dalam penanganan obatobat cytotoxic dirumah sakit adalah
fasilitas sarana dan prasarana yang
menunjang kegiatan belum ada,
sehingga pengerjaannya pun masih
dilakukan diruang perawat.
9) TPN & iv-Admixture
Dokumen
kebijakan
dan
prosedur kegiatan penanganan
obat-obat TPN dan iv-admixture
hingga saat ini belum ada di RSUD
Undata. Akan tetapi pengerjaannya
tetap dilakukan oleh perawat, ahli
gizi dan dokter. Berdasarkan hasil
kuesioner pada apoteker dan
asisten apoteker pelayanan farmasi
bahwa kegiatan pemberian nutrisi
parenteral di RSUDnUndata yaitu
pencampuran sediaan iv ke dalam
cairan infus. Frekuensi kegiatan
TPN hanya dilakukan 1 kali/bulan.
10) Produksi dan Kontrol Kualitas
Kebijakan dan prosedur
kegiatan produksi di RSUD Undata
tertuang dalam Standar Operasional
Prosedur. Produksi dalam hal ini
adalah produksi sediaan non steril
yang
dikemas
kembali
atau
membuat peracikan obat yang biasa
diresepkan
oleh
dokter.

Berdasarkan
hasil
kuesioner,
wawancara
mendalam
dan
observasi yang telah dilakukan
bahwa penilaian kegiatan produksi
berdasarkan
SK
Menkes
No.1197/X/2004 masih sekitar 40%.
Kegiatan produksi di RSUD Undata
masih sebagian kecil dilakukan.
11) Farmakoekonomi
Kebijakan dan prosedur
pelaksanaan farmakoekonomi di
RSUD Undata belum ada. Namun,
sebagian kecil kegiatan sudah
dilaksanakan. Berdasarkan hasil
kuesioner pada apoteker dan
asisten apoteker pelayanan farmasi
bahwa kegiatan farmakoekonomi
yang
dilakukan
berupa
membandingkan dua obat yang
digunakan untuk indikasi yang sama
tetapi biaya dan efektifitasnya sama
(cost
effective).
Kegiatan
farmakoekonomi
yang
telah
dilakukan di rumah sakit terkait
penyakit TBC, ISPA, Ulkus Peptik,
Hipertensi dan Diabetes Melitus.
12) RDU (Rational Drug Use)
Kebijakan RDU di RSUD
Undata sudah ditetapkan oleh
Komite Farmasi Terapi (KFT) dalam
bentuk sistem (alur) Rasionalisasi
Pengelolaan dan Penggunaan Obat
pada RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah. Menuju Rumah
Sakit
Pendidikan
Kebijakan
Penggunaan
Obat
Rasional
merupakan salah satu kebijakan
yang akan dikembangkan dan
dilaksanakan.
Dalam
hal
ini
tentunya
peran
KFT
sangat
dibutuhkan
untuk
membuat
kebijakan tersebut dalam hal
evaluasi dan tindak lanjut kegiatan.
KESIMPULAN
Berdasarkan Survei Akreditasi
Pelayanan Farmasi dan SK Menkes No.
1197/MENKES/X/2004
dapat
disimpulkan bahwa :
1. Kesiapan fungsi pelayanan farmasi di
RSUD Undata yaitu untuk pelayanan
dasar IFRS yang telah berjalan
64

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 58-65

Artikel I

Pendidikan
Tinggi
Farmasi
Indonesia (APTFI) Nomor :
002/APTFI/MA/2008
tentang
Standar Praktek Kerja Profesi
Apoteker, Surabaya.
Anonim, (2009), Laporan Tahunan
Rumah Sakit Undata Tahun
2009, Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Undata Palu,
Sulawesi Tengah.
Departemen Kesehatan RI, (2004),
Pedoman Pelayanan Informasi
Obat di Rumah Sakit, Direktorat
Jenderal
Pelayanan
Kefarmasian
dan
Alat
Kesehatan,
Departemen
Kesehatan RI,Jakarta
Green,E., Johnston,M., Trudeau,M.,
Schwartz,L.,
Poirier,S.,
Macartney,G., Milliken,D.,(2009),
Safe Handling of Parenteral
Cytotoxics, 5:245-249. Available
from:<http://www.PubMed.com>
(Diunduh tgl 5 April 2011).
LeBlanc, J., M, (2007), International
Critical Care Hospital Pharmacist
Activities, 34:538-542, Available
from :<http://www.Springer.com>
(Diunduh tgl 18 January 2011).
Menik,H., Isiru,A., Sewwandi,S., (2011),
A Survey : Precept and Practice
in Drug Use Indicators at
Government
Healthcare
Facilities : A Hospital-Based
Prospective Analysis, 1:165-169.
Available
from:<http://www.PubMed.com>
(Diunduh tgl 5 April 2011).
Montgomery, A,T., Sporrong, S,K.,
Henning, M., Tully, M, P.,
Lindblad,
A,
K.,
(2007),
Implementation
of
a
Pharmaceutical Care Service :
Prescriptionist, Pharmacist and
Doctors Views, 29:593-602.
Available
from:<http://www.Springer.com>
(Diunduh tgl 1 April 2011).

adalah 63% dan untuk pelayanan


pendukung RS yang sudah berjalan
masih sekitar 20%.
2. Ditinjau dari fungsi RS Pendidikan
yaitu pelayanan, pendidikan, &
penelitian, IFRS Undata masih
berorientasi pada fungsi pelayanan
sedangkan fungsi pendidikan dan
penelitian belum berjalan.
SARAN
1. Pimpinan Rumah Sakit
a. Membuat Visi dan Misi RS
Pendidikan
b. Menyusun
program
pendidikan berkelanjutan dan
pelatihan bagi staf Instalasi
Farmasi.
c. Membuat
dan
menindaklanjuti
revisi
organisasi KFT
2. Pimpinan IFRS
Membuat SOP mengenai kegiatan
pelayanan kefarmasian sesuai SK
Menkes
No.1197/X/2004
dan
standar APTFI yang mencakup
fungsi RS Pendidikan, yaitu fungsi
pelayanan,
pendidikan
dan
penelitian.
3. Tenaga farmasis
a. Meningkatkan peran aktif
farmasis
dalam
Komite
Farmasi
Terapi
(KFT)
sebagai
sekretaris
dan
anggota dalam kepanitiaan
KFT.
b. Apoteker
penanggung
jawab
harus
selalu
mendokumentasikan setiap
kegiatan pelayanan farmasi
dan melakukan evaluasi
dan tindak lanjut kegiatan
pelayanan farmasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Pendidikan Tinggi
Indonesia
(APTFI)
Keputusan
Majelis

Farmasi
(2008),
Asosiasi

65

Anda mungkin juga menyukai