I. TUJUAN UMUM
Mengerti tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan aqidah yang benar yang
digali dari Al-Qur`an, As-Sunah, dalil-dalil naqly dan aqly, menanamkannya
dalam jiwa, dan membersihkannya dari bid`ah dan khurofat yang mungkin
mengotorinya.
II. TUJUAN KOGNITIF
1. Menjelaskan kandungan kata syahadah dan kepentingannya.
2. Menjelaskan pengertian iman dan hubungannya dengan syahadah.
3. Menjelaskan bahwa hanya dengan istiqomah dalam syahadah dapat mencapai
kebahagiaan.
III. TUJUAN AFEKTIF
1. Menyadari bahwa kalimah syahadah merupakan pernyataan dan sumpah serta
janji setia dihadapan Allah
2. Menyadari bahwa dua kalimah syahadah merupakan pertanyaan ikrar tentang
keimanan yang diucapkan dengan lisan, dibenarkan dalam hati dan dibuktikan
dengan amal perbuatan
3. Mengamalkan ajaran Islam sebagai konsekuensi dari kalimah syahadah
IV. TUJUAN PSIKOMOTOR
1. Menjelaskan makna syahadah
2. Menunjukkan dalil tentang madlul Syahadatain (kandungan syahadat)
3. Menjelaskan makna iman yang benar
4. Menjelaskan ciri istiqomah
V. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam tutorial adalah:
1. Kegiatan Pembuka
a. Mengkomunikasikan tentang urgensi mengkaji madlul syahadah
b. Menginventarisir tentang fenomena yang berhubungan dengan tema
kajian
2. Kegiatan Inti:
a. Kajian tentang Madlul Syahadah (kandungan syahadat)
b. Berdikusi dan tanya jawab tema kajian (lihat tujuan kognitif, afektif, dan
psikomotor)
c. Penekanan dari tutor tentang nilai dan hikmah yang terkandung dalam
materi madlul syahadah (kandungan syahadat)
3. Kegiatan Penutup:
a. Tugas mandiri
b. Evaluasi
VI. PILIHAN KEGIATAN
1. Mengadakan rihlah dan tafakkur tentang ciptaan Allah SWT hingga dapat
membuktikan adanya pencipta dengan akalnya
2. Mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur`an yang menunjukkan pada tafakkur
3. Mengumpulkan ayat-ayat tentang pentinga mengkaji madlul syahadah
4. Mengumpulkan hadits-hadits yang menunjukkan hal di atas
5. Menulis makalah tentang pentingnya mengkaji Madlul Syahadah
6. Mengumpulkan perkataan-perkataan orang Muslim dan lainnya yang objektif
tentang pentingnya mengkaji madlul syahadah (kandungan syahadat)
VII. SARANA EVALUASI DAN MONITORING
1. Test akademis melalui pertanyaan, diskusi, dan dialog menggunakan metode
pencatatan untuk meyakinkan (menegaskan) tercapainya tujuan.
2. Test kemampuan untuk membandingkan sejauh mana tujuan telah tercapai
VIII. TUJUAN TARBIYAH DZATIYYAH
1. Menjelaskan bahwa syahadah mengandung arti ikrar, sumpah, dan janji setia
terhadap Allah SWT.
2. Menjelaskan konsekuensi dari ikrar, sumpah, janji setia dalam kehidupan
sehari-hari yaitu mereka akan benar-benar mengamalkan Islam dan beriman.
3. Menjelaskan bahwa Iman sebagai dasar dan juga hasil dari pengertian
syahadah yang benar
4. Menjelaskan tentang makna iman yang benar yaitu diucapkan dengan lisan,
diyakini dalam hati, dan diamalkan oleh perbuatan.
5. Menjelaskan bahwa apabila kita mengamalkan syahadah dan mendasarinya
dengan iman yang konsisten dan istiqomah akan melahirkan sikap syajaah
6. Menjelaskan beberapa hasil akan dirasakan seperti keberanian, ketenangan,
dan optimis menjalani kehidupan. Kemudian Allah SWT memberikan
kebahagiaan kepada mereka di dunia dan akhirat.
7. Mengambil teladan dari para sahabat yang telah berjuang menegakkan
kalimah syahadat seperti Khubaib bin Adi yang berani menghadapi siksaan
dengan dipotong tubuhnya satu persatu dan Bilal bin Rabah yang tahan
menerima himpitan batu besar di tengah hari dan sederet nama lainnya.
IX. MATERI
MADLUL SYAHADAH (kandungan syahadat)
(5)
(6)
(7)
(4)
\
(1)
\
(2)
\
(3)
Penjelasan
1. Madlul Syahadah.
Pernyataan (ikrar), yaitu suatu statemen seorang muslim mengenai
keyakinannya. Pernyataan ini sangat kuat karena didukung oleh Allah, malaikat,
dan orang-orang yang berilmu (para nabi dan orang yang beriman).
Hasil dari ikrar ini adalah kewajiban kita untuk menegakkan dan
memperjuangkan apa yang diikrarkan. Sumpah (qosam) yaitu pernyataan
kesediaan menerima akibat dan risiko apapun dalam mengamalkan syahadah.
Muslim yang menyebut asyhadu berarti siap dan bertanggung-jawab terhadap
tegaknya Islam. Pelanggaran terhadap sumpah ini adalah kemunafikan dan tempat
orang munafik adalah neraka Jahanam.
Perjanjian yang teguh (mitsaq) yaitu janji setia untuk mendengar dan taat
dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah yang terkandung dalam
Kitabullah maupun Sunnah Rasul.
Dalil :
Q.3:18, syahadat yang berarti ikrar dari Allah, Malaikat dan orang-orang yang
berilmu tentang Laa ilaha illa Allah.
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak
disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang
berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Ali Imran: 18)
Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh,
apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang
kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya
kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya"[209]. Allah
berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang
demikian itu?" mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau
begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu."
(Ali Imran: 81).
malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah
mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu
antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan Ini (orangorang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), Maka
kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya. Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi
wali[368] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan
alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)? Sesungguhnya orang-orang
munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan
kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (AnNisa: 138-145).
Q.5:7, 2:285, syahadah adalah mitsaq yang harus diterima dengan sikap
saman wa thoatan didasari dengan iman yang sebenarnya terhadap Allah,
Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari Akhir dan Qadar baik maupun buruk
Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang Telah diikatNya dengan kamu, ketika kamu mengatakan, Kami dengar dan kami taati. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah mengetahui isi hati(mu). (AlMaidah: 7)
Rasul Telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami
taat." (mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah
tempat kembali." (Al-Baqarah: 285).
Q.2:93, pelanggaran terhadap mitsaq ini berakibat laknat Allah seperti yang
pernah terjadi pada orang-orang Yahudi.
Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari kamu dan kami angkat bukit
(Thursina) di atasmu (seraya kami berfirman), Peganglah teguh-teguh apa yang
kami berikan kepadamu dan dengarkanlah! mereka menjawab, Kami mendengar
tetapi tidak mentaati. Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan
menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah, Amat jahat perbuatan
yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada
Taurat). (Al-Baqarah: 93)
2. Iman.
Syahadah yang dinyatakan seorang muslim penuh kesadaran sebagai sumpah dan
janji setia ini merupakan ruh iman, yaitu :
Ucapan (qoul) yang senantiasa sesuai dengan isi hatinya yang suci. Perkataan
maupun kalimat yang keluar dari lidahnya yang baik serta mengandungi
Dalil :
Q.49:15, 4:65, 33:36, Iman adalah keyakinan tanpa keraguan, penerimaan
menyeluruh tanpa rasa keberatan, kepercayaan tanpa pilihan lain terhadap
semua keputusan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak raguragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An-Nisa: 65).
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan
barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata. (Al-Ahzab (33): 36).
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan
tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak
mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.
Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita
sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan
mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. Dan siapakah yang lebih baik agamanya
dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya. (An-Nisa: 123-125).
Dan mereka berkata, Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka,
kecuali selama beberapa hari saja. Katakanlah, Sudahkah kamu menerima janji
dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya
mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" (Al-Baqarah: 80)
Q.2:8, 63:1-2, 48:11, Ucapan lisan tanpa membenarkan dengan hati adalah
sikap nifaq Itiqodi. Berbicara dengan mulutnya sesuatu yang tidak ada dalam
hatinya.
Di antara manusia ada yang mengatakan, Kami beriman kepada Allah dan hari
kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
(Al-Baqarah: 8).
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, Kami
mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah. dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang
pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka
menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang
telah mereka kerjakan. (Al-Munafiqun: 1-2).
Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan
mengatakan, Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, Maka
mohonkanlah ampunan untuk kami, mereka mengucapkan dengan lidahnya apa
yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, Maka siapakah (gerangan) yang
Hadits. Tanda-tanda munafiq ada tiga. Jika salah satu ada pada seseorang,
maka ia merupakan munafiq sebahagian. Bila keseluruhannya terdapat, maka
ia munafiq yang sesungguhnya yaitu: bila berbicara ia berdusta, bila berjanji
menyalahi, dan bila diberi amanah ia berkhianat.
Seperti sabda Rasulullah,
Ada empat sifat jika ia berada pada seseorang maka ia menjadi munafik murni,
dan jika satu sifat ada padanya maka maka pada dirinya ada satu sifat
kemunafikan sampai ia meninggalkannya: Apabila diberi amanah ia khianat,
apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mangkir, dan apabila bertikai
ia curang. (Muslim).
Ketiga tanda ini termasuk jenis munafiq amali.
Imam Hasan Basri berkata, Iman bukanlah angan-angan, bukan pula sekedar
hiasan, tetapi keyakinan yang hidup di dalam hati dan dibuktikan dalam amal
perbuatan.
3. Istiqomah.
Keimanan seseorang muslim yang mencakupi tiga unsur di atas mesti selalu
dipelihara dan dijaga dengan sikap istiqomah. Istiqomah adalah konsisten, tetap
dan teguh. Tetap pada pendirian, tidak berubah dan tahan uji. Sikap istiqomah
akan melahirkan tiga hal yang merupakan ciri orang-orang beriman sempurna,
yaitu:
Syajaah (keberanian) muncul karena keyakinan sebagai hamba Allah yang
selalu dibela dan didukung Allah. Tidak takut menghadapi tantangan hidup,
siap berjuang untuk tegaknya yang haq (benar). Keberanian juga bersumber
kepada keyakinan terhadap qadha dan qadar Allah yang pasti. Tidak takut
pada kematian karena kematian di jalan Allah merupakan anugerah yang
selalu dirindukannya.
Ithminan (ketenangan) berasal dari keyakinan terhadap perlindungan Allah
yang memelihara orang-orang mukmin secara lahir dan batin. Dengan
senantiasa ingat pada Allah dan selalu berpanduan kepada petunjuk-Nya
(kitabullah dan sunnah), maka ketenangan akan selalu hidup di dalam hatinya.
Tafaul (optimis), meyakini bahawa masa depan adalah milik orang-orang
yang beriman. Kemenangan ummat Islam dan kehancuran kaum kufar sudah
pasti. Mukmin menyadari bahawa amal perbuatan yang dilakukannya tidak
akan sia-sia, melainkan pasti dibalas Allah dengan pembalasan yang
sempurna.
Dalil :
Q.11:112-113, istiqomah artinya tidak menyimpang atau cenderung pada
kekufuran.
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim[*] yang
menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai
seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi
pertolongan. (Hud: 112-113).
[*] Cenderung kepada orang yang zalim maksudnya menggauli mereka serta
meridhai perbuatannya. akan tetapi jika bergaul dengan mereka tanpa meridhai
perbuatannya dengan maksud agar mereka kembali kepada kebenaran atau
memelihara diri, Maka dibolehkan.
Q.17:73-74, Istiqomah tetap teguh, tahan dan kuat dalam menghadapi dan
melaksanakan perintah Allah.
Dan Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah
kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong
terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu jadi
sahabat yang setia. Dan kalau kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu
hampir-hampir condong sedikit kepada mereka. (Al-Isra: 73-74).
Katakanlah: "Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu
dari dua kebaikan[*]. dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan
menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. sebab itu tunggulah,
Sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu." (At-Taubah: 52).
[*] yaitu mendapat kemenangan atau mati syahid.
meninggal
di
jalan
Allah
bukan
Karena
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram. (Ar-Radu: 28).
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Muhammad: 7).
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang
Telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan
di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu[*] dan mereka tidak
merobah (janjinya). (Al-Ahzab: 23).
[*] maksudnya menunggu apa yang Telah Allah janjikan kepadanya.
Q.3:160, optimis bahawa dengan pertolongan Allah tak akan ada yang dapat
mengalahkan.
Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan
kamu; jika Allah membiarkan kamu (Tidak memberi pertolongan), Maka siapakah
gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu
hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (Ali Imran:
160).
4. Assaadah.
Sarahan :
Ketiga hasil istiqomah tadi akan membuahkan kebahagiaan bagi orang yang
memilikinya. Jadi hanya syahadah sejati dapat menimbulkan saadah. Hanya
Islam dengan konsep syahadah yang dapat memberikan kebahagiaan kepada
manusia di dunia maupun di akhirat.
Dalil :
Al-Quran banyak menyebutkan bahwa orang beriman akan mendapatkan
kebahagiaan atau hasanah di dunia ataupun di akhirat.