Anda di halaman 1dari 89

ESP-Environmental Support Programme

Danida

Panduan Penyusunan dan Pemeriksaan Dokumen UKL-UPL

Memprakirakan
Dampak Lingkungan
Kualitas Udara

Memprakirakan Dampak Lingkungan:

Kualitas Udara
Desember 2007

Diterbitkan oleh

Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementerian Negara Lingkungan Hidup


dengan dukungan

Danish International Development Agency (DANIDA) melalui Environmental Sector Programme Phase 1

Pengantar
Penyelenggaraan sistem Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL) di Indonesia masih membutuhkan berbagai penyempurnaan. Baik itu penyempurnaan pada aspek peraturan, aspek kelembagaan, maupun aspek sumber daya manusia pelaksana AMDAL.
Selain aspek-aspek tersebut, KLH juga masih menjumpai berbagai
kekurangan pada aspek teknik pengerjaaan AMDAL. Sorotan khusus
diberikan banyak pihak terhadap lemahnya proses prakiraan dampak
lingkungan dalam kajian ANDAL. Banyak konsultan penyusun AMDAL mengerjakannya dengan menggunakan metodologi prakiraan
dampak yang kurang tepat.
Buku Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara ini diterbitkan sebagai salah satu wujud upaya KLH untuk meningkatkan
kualitas proses prakiraan dampak. Sebagaimana tercermin dari judulnya, buku ini memang khusus membahas prakiraan dampak terhadap
kualitas udara. Penekanan khusus diberikan pada urutan langkah kerja dan output yang sebaiknya dihasilkan dari proses prakiraan dampak
kualitas udara.
Sebagai edisi pertama, buku ini tentunya masih ada kekurangan.
Tanggapan dan masukan dari para pembaca sangat diharapkan agar
KLH dapat terus menyempurnakan buku ini di edisi-edisi selanjutnya.
Menyusul buku ini, KLH akan segera menerbitkan buku-buku panduan penggunaan metodologi prakiraan dampak untuk komponenkomponen sosial, ekonomi, dan biofisik lainnya.
Sebagai penutup, KLH mengucapkan rasa penghargaan dan terima
kasih kepada Pemerintah Kerajaan Denmark (melalui Danish International Development Agency atau DANIDA) atas dukungannya dalam
penyusunan, pencetakan, dan penyebarluasan buku ini.
Jakarta, Desember 2007

Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan


Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Ir. Hermien Roosita, MM
Foto: Koleksi Qipra

Daftar Isi
1 MEMAHAMI PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS UDARA ...... 1
Perubahan Kualitas Udara ........................................... 2
Prakiraan Dampak Kualitas Udara ............................ 7
Tahapan Prakiraan Dampak Kualitas Udara .......... 13
2 MEMPELAJARI KARAKTERISTIK EMISI ..................................... 15
Identifikasi Sumber Emisi ............................................ 16
Karakterisasi Emisi ......................................................... 21
Menyeleksi Polutan Penting ....................................... 26
3 MELENGKAPI LINGKUP PRAKIRAAN DAMPAK ..................... 29
Membatasi Wilayah Studi ............................................ 30
Identifikasi Objek Penerima Dampak .................... 32
Mengarahkan Prakiraan Dampak ............................. 37
4 MENCERMATI WILAYAH STUDI .................................................. 41
Mengukur Kualitas Udara Ambien ........................... 42
Mengenali Karakteristik Fisik Wilayah Studi .......... 44
Mempelajari Kondisi Meteorologis .......................... 47
5 SIMULASI PENYEBARAN POLUTAN .......................................... 53
Memilih Teknik Simulasi ............................................... 54
Menghitung Konsentrasi Sebaran Polutan ........... 62
Membuat Peta Isopleth ................................................ 65
Menghitung Konsentrasi Ambien Polutan ............ 70

Pengarah
Hermin Roosita, Ary Sudijanto, Harni Sulistyowati, Widhi Handoyo (Kantor Asisten Deputi Kajian Dampak Lingkungan, Deputi Bidang Tata Lingkungan, KLH)

Penyusun
Qipra Galang Kualita, yang terdiri dari: Rudy Yuwono, Sri Listyarini ,
Laksmi Wardhani (konsep & tulisan), M. Taufik Sugandi, E. Sunandar,
Zarkoni (tata letak & desain grafis), Isna Marifa, Nuraman Sjach
(dukungan editorial)

Apresiasi
Untuk Pendanaan: Danish International Development Agency (DANIDA) melalui Environmental Sector Program (ESP) Phase 1.
Untuk Masukan dan Substansi: Arief Sabdo Yuwono (Institut
Pertanian Bogor), Driejana (Institut Teknologi Bandung), Kardono (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Yeremiah RT (Universitas Nasional), Yana Mariska, Taufik Affif (Institut Teknologi Bandung)
Untuk Foto: Winarko Hadi (IATPI), Bayu R. Tribuwono (Qipra), Taufik
Ismail (Qipra), Rio Marantika (Qipra), Deasy (Qipra), Yuyun Mulyani, Eka
Jatnika, Indar Atmoko, Heri Wibowo, Sulaiman (Green Planet Indonesia)

Disclaimer

Diterbitkan Oleh

Panduan ini adalah panduan lepas mengenai metodologi prakiraan dampak lingkungan terhadap kualitas udara. Isi dari panduan ini bukan merupakan satu-satunya metodologi yang boleh
diberlakukan. Panduan ini tidak memiliki kekuatan hukum yang
sama sebagaimana produk hukum Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

Deputi Bidang Tata Lingkungan


Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Gedung A Lantai 6
Jl. D.I. Panjaitan Kav 24, Kebun Nanas, Jakarta 13410
Telp/Faks (021) 85904925
PO BOX 7777 JAT 13000
e-mail: amdal@menlh.go.id
Website: http:\\www.menlh.go.id

Foto: Indar Atmoko

Tentang Buku Ini


Buku ini berisi uraian dari langkah-langkah kerja yang dibutuhkan dalam melakukan prakiraan dampak lingkungan terhadap kualitas udara. Langkah-langkah kerja disusun sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan kajian AMDAL. Termasuk di dalamnya adalah langkah-langkah kerja dalam tahap
pelingkupan, khususnya penyusunan dampak penting hipotetik untuk kebutuhan prakiraan dampak kualitas udara.
Buku ini tidak ditujukan untuk menguraikan aspek ke-ilmiah-an dari dispersi polutan udara secara mendalam. Untuk uraian mengenai hal itu, pembaca disarankan untuk mencarinya dari referensi lain yang sudah banyak tersedia.
Sasaran pembaca buku ini adalah para ahli (konsultan) pencemaran udara yang akan membantu pemrakarsa untuk memprakiraan dampak kualitas
udara sebagai bagian dari kajian ANDAL. Para anggota Komisi Penilai AMDAL juga dapat memanfaatkan informasi dari buku ini saat ingin memeriksa kelayakan dokumen ANDAL yang dinilainya.
KLH tidak membatasi pemrakarsa dan para tenaga ahlinya untuk menggunakan metode-metode yang disebutkan dalam buku ini. Selama pemrakarsa memiliki alasan yang dapat diterima Komisi Penilai AMDAL, KLH mempersilahkan pemrakarsa untuk menggunakan metode prakiraan
dampak yang diinginkannya.

Susunan Buku
Buku ini diawali dengan bagian Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara yang memuat maksud, tujuan, batasan, tingkat kedalaman, dan
output dari suatu proses prakiraan dampak kualitas udara. Diharapkan pembaca nantinya dapat memiliki kesamaan pemahaman tentang proses
prakiraan dampak tersebut sebelum melangkah ke bagian-bagian lainnya. Bagian ini ditutup dengan uraian mengenai langkah-langkah kerja dari
proses prakiraan dampak kualitas udara.
Bagian selanjutnya, Mempelajari Karakteristik Emisi, mengulas langkah pertama dalam proses prakiraan dampak. Di sini dijelaskan cara mengidentifikasi sumber-sumber emisi dan mengenali karakteristik polutan yang diemisikan. Bagian ini diakhiri dengan uraian mengenai penentuan
jenis polutan penting yang perlu diprakirakan sebarannya.
Bagian Melengkapi Lingkup Prakiraan Dampak menjelaskan bagaimana tatacara menyusun lingkup prakiraan dampak kualitas udara. Termasuk
dalam uraiannya adalah bagaimana membatasi wilayah studi, mengidentifkasi objek-objek penerima dampak, dan menentukan waktu kajian.
Sebagai penutup, bagian ini menguraikan beberapa hal yang dapat digunakan sebagai kriteria penilaian sifat penting dampak.
Jenis data dan informasi yang dibutuhkan untuk simulasi sebaran polutan akan diuraikan pada bagian Mencermati Wilayah Studi. Termasuk di
dalamnya adalah data dan informasi mengenai kualitas udara ambien, kondisi permukaan lahan, dan kondisi meteorologis wilayah studi.
Bagian selanjutnya, Simulasi Penyebaran Polutan, mengulas berbagai pilihan teknik yang dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi sebaran polutan yang diemisikan suatu sumber. Selain perhitungan secara manual, bagian ini juga akan memperkenalkan beberapa perangkat lunak
(software) dispersi polutan yang dapat digunakan.

Foto: Taufik Ismail

MEMAHAMI
PRAKIRAAN DAMPAK
KUALITAS UDARA

PERUBAHAN KUALITAS UDARA ........................................................... 2


Polutan Udara ........................................................................................ 2
Pencemaran Udara .............................................................................. 3

Boks: Baku Mutu Udara Ambien .................................................

Dampak Perubahan Kualitas Udara ............................................... 6

PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS UDARA .......................................... 7


Output Prakiraan Dampak ................................................................. 7
Boks: Kedalaman Prakiraan Dampak ......................................... 9

Kegiatan Wajib Prakiraan Dampak .................................................10


Dampak Penting Hipotetik................................................................ 10
Penilaian Dampak ................................................................................ 11

TAHAPAN PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS UDARA ..................... 13


Bagian ini akan mengajak kita untuk memahami makna dari prakiraan
dampak terhadap kualitas udara. Khususnya pemahaman dalam konteks
pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Berbagai jenis polutan udara dan dampak-dampaknya akan dibahas di
awal bagian ini. Selanjutnya, di akhir bagian ini, kita akan menguraikan
tahap-tahap yang harus dijalani dalam memprakirakan dampak tersebut. Termasuk juga tahap-tahap dalam proses pelingkupannya. Informasi
pada bagian ini sangat penting untuk dipahami sepenuhnya sebelum
kita melanjutkan ke uraian-uraian lain dalam buku ini.

PERUBAHAN KUALITAS UDARA


Udara di sekeliling kita, atau udara ambien, memiliki

tan sekunder (lihat gambar di bawah). Akibat dorongan

kualitas yang mudah berubah. Intensitas perubahannya

angin, polutan akan terdispersi (tersebar) mengikuti arah

dipengaruhi oleh interaksi antar berbagai polutan yang

angin tersebut. Sebagian polutan dalam perjalanannya

dilepas ke udara ambien dengan faktor-faktor meteo-

dapat terdeposisi (deposited) atau mengendap ke per-

rologis (angin, suhu, hujan, cahaya matahari). Berikut ini

mukaan tanah, air, bangunan, dan tanaman. Sebagian

akan dibahas beberapa hal mendasar tentang perubah-

lainnya akan tetap tersuspensi (suspended) di udara. Se-

an kualitas udara.

luruh kejadian tersebut akan mempengaruhi konsentrasi


polutan-polutan di udara ambien. Atau, dengan kata lain,

POLUTAN UDARA

mengubah kualitas udara ambien.

Polutan primer yang diemisikan oleh suatu sumber emisi


akan mengalami berbagai reaksi fisik dan kimia dengan

Sebenarnya terdapat banyak sekali jenis polutan yang

adanya faktor meteorologi seperti sinar matahari, kelem-

mungkin dapat mengotori udara ambien. Ada yang ber-

baban dan temperatur. Berbagai reaksi yang terjadi juga

wujud gas, padatan, maupun cairan. Sebagian merupa-

dapat menyebabkan terbentuknya beberapa jenis polu-

kan polutan primer, sebagian lagi merupakan polutan

Ilustrasi: Toppeaks

Polutan NOx dan SO2 bercampur dengan air di udara


untuk menjadi hujan asam

Polutan ringan terbawa ke


tempat-tempat yang sangat
jauh dan menyebabkan
pencemaran regional

Sebagian polutan terdeposisi jatuh di wilayah objek


penerima dampak

Emisi polutan akan terdispersi


mengikuti arah angin

Polutan dikeluarkan oleh


Sumber Emisi

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara

Polutan digolongkan sebagai polutan primer dan


polutan sekunder. Polutan primer adalah polutanpolutan yang diemisikan langsung dari sumbernya,
baik itu berasal dari a) sumber alamiah seperti badai, letusan gunung berapi, semburan gas alam dari
tanah, dan b) kegiatan-kegiatan manusia. Contoh
dari polutan primer adalah CO, SO2, Cl2, dan debu.
Di dalam udara ambien, sebagian polutan primer
akan mempertahankan bentuk senyawa aslinya.
Sementara itu sebagian lagi akan berubah bentuk
sebagai akibat adanya interaksi dengan sesama
polutan atau dengan unsur atmosfer. Polutanpolutan yang terjadi akibat interaksi dan reaksi itu
dinamakan polutan sekunder. Contohnya adalah
O3 (ozon) dan PAN (peroxyacetyl nitrate) yang terbentuk dari reaksi HC, NOx, dan oksigen.

Ilustrasi: Toppeaks

sekunder. Walau demikian, Baku Mutu Udara Ambien

pencemaran udara baru terjadi jika masukan polutan

(BMUA) nasional hanya menyebutkan 9 (sembilan) jenis

menyebabkan mutu udara turun sampai ke tingkatan

polutan umum, yaitu

sulfur-dioksida (SO2), karbon-

yang menyebabkan fungsinya terhambat. Misalnya, sam-

monoksida (CO), nitrogen-dioksida (NO2), ozon (O3),

pai ke tingkatan di mana kesehatan manusia terganggu,

hidrokarbon (HC), PM10, PM2,5, TSP (debu), Pb (timah hi-

atau lingkungan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

tam), dustfall (debu jatuh). Kesembilan polutan ini diang-

Untuk mempermudah penilaian atas tercemar-tidaknya

gap sebagai polutan-polutan yang memiliki pengaruh

udara, kita dapat membandingkan kualitas udara de-

langsung dan signifikan pada kesehatan manusia.

ngan BMUA. Jika konsentrasi suatu polutan dalam udara


ambien sudah melampaui nilai baku mutunya, kita dapat

PENCEMARAN UDARA

menyatakan bahwa udara sudah tercemar. Sebagai con-

Masuknya polutan ke dalam udara selalu menyebab-

toh, udara yang memiliki kandungan SO2 (1 jam) = 1.250

kan perubahan kualitas udara. Walau demikian, masuk-

g/Nm3 dapat dianggap sudah tercemar karena nilai itu

an polutan tersebut tidak selalu dapat menyebabkan

sudah melebihi nilai BMUA dari SO2 (1 jam) yang nilainya

pencemaran udara. Mengacu pada definisi resminya,

900 g/Nm3.
3

NITROGEN DIOKSIDA
SULFURDIOKSIDA

Boks

Baku Mutu
Udara Ambien

Gas tidak berwarna, berbau dalam konsentrasi pekat. Banyak dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur, misalnya solar dan batubara. Menyebabkan sesak nafas bahkan
kematian pada manusia dan juga pada
hewan. Pada tumbuhan, menghambat
fotosintesis, proses asimilasi dan respirasi.
Merusak cat pada bangunan akibat reaksinya dengan bahan dasar cat dan timbal
oksida (PbO). Gas SO2 adalah kontributor
utama hujan asam.

Gas ini berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Terutama dari proses pembakaran
bahan bakar fosil, seperti bensin,
batubara dan gas alam. NO2 bisa
berasal dari oksidasi dengan
kandungan N dalam bahan bakar dan juga oksidasi dengan N
udara karena panas. NO2 bersifat
racun terutama terhadap paru.
Paru-paru yang terkontaminasi
dengan gas NOx akan mengalami pembengkakan. Pada konsentrasi NO2 > 100 ppm kebanyakan hewan akan mati.

Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan


Baku Mutu Udara Ambien (BMUA) di dalam Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian Pencemaran Udara (PP Nomor 41 tahun 1999). Baku mutu ini
memiliki a) 9 parameter yang berlaku untuk menilai
kondisi udara ambien secara umum dan b) 4 parameter lain yang hanya berlaku untuk menilai kondisi udara ambien di kawasan industri kimia dasar.
Tiap parameter disertai nilai maksimalnya. Nilainilai tersebut umumnya dinyatakan dalam satuan

KARBON MONOKSIDA

konsentrasi, yaitu berat senyawa polutan dalam

Senyawa tidak berbau, tidak berasa


dan pada suhu udara normal berbentuk gas tidak berwarna. Dihasilkan dari
proses pembakaran bahan bakar fosil
yang tidak sempurna, seperti bensin,
minyak dan kayu bakar. Juga diproduksi dari pembakaran produk-produk
alam dan sintesis, termasuk rokok.
Konsentrasi rendah dapat menyebabkan pusing-pusing dan keletihan, konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
kematian.

mikrogram (g) per meter kubik udara dalam kondisi normal (umumnya pada suhu 250 Celsius dan
tekanan 1 atmosfer). Kualitas udara ambien dikatakan baik jika konsentrasi polutan-polutannya masih
di bawah nilai baku mutunya.
Nilai BMUA disediakan untuk beberapa waktu ukur
rata-rata (averaging time). Misalnya, untuk waktu
ukur rata-rata 1 jam, nilai baku mutu NO2 adalah
400 g/Nm3. Nilai itu nantinya harus dibandingkan
dengan nilai rata-rata pengukuran 1 jam NO2.
BMUA juga disertai informasi mengenai metode
analisis dan peralatan yang harus digunakan.

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

FLUORIDA
Golongan gas Halogen, berwarna
coklat, sangat reaktif, dan beracun.
Berasal dari pembakaran bahan bakar
fosil, reduksi fosfat dari tanaman, industri penghasil aluminium dan lainlain. Inhibitor yang dapat mencegah
kerja berbagai enzim manusia, merusak sel tanaman. Konsentrasi cukup
besar di atmosfir akan mencemari air
dan tanah.

HIDROKARBON
Jika berbentuk gas di udara umumnya tergolong sebagai Volatile Organic Compounds
(VOC). Bentuk cair menjadi semacam kabut
minyak. Jika padatan akan membentuk debu.
Berasal dari industri plastik, resin, pigmen, zat
warna, pestisida, karet, aktivitas geothermal,
pembuangan sampah, kebakaran hutan serta
transportasi. Di udara akan bereaksi dengan
bahan lain dan membentuk Polycyclic Aromatic Hidrocarbon (PAH), bila masuk dalam paruparu menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.

OZON

TOTAL SUSPENDED PARTICULATE

Pada lapisan troposfer terbentuknya


O3 akibat adanya reaksi fotokimia
pada senyawa oksida nitrogen (NOx)
dengan bantuan sinar matahari.
Konsentrasi ozon yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada
sistem pernafasan, serangan jantung
dan kematian. Sebaliknya, di lapisan
stratosfer keberadaan ozon sangat
dibutuhkan untuk menyelimuti
permukaan bumi dari radiasi sinar
ultraviolet.

Partikulat adalah padatan atau cairan di udara


dalam bentuk asap, debu dan uap. Komposisi
dan ukuran partikulat sangat berperan dalam
menentukan pajanan. Ukuran partikulat debu
yang membahayakan kesehatan umumnya
berkisar 0,1 mikron - 10 mikron. Partikulat juga
merupakan sumber utama haze (kabut asap)
yang menurunkan visibilitas.

TIMBAL
Logam lunak yang berwarna kebiru-biruan
atau abu-abu keperakan. Sangat beracun dan
menyebabkan berbagai dampak kesehatan
terutama pada anak-anak. Dapat menyebabkan kerusakan sistem syaraf dan pencernaan,
sedangkan berbagai bahan kimia yang mengandung timbal dapat menyebabkan kanker.

DEBU JATUH
Partikel berukuran diatas 500 mikron.
Secara alamiah dihasilkan dari debu
tanah kering yang terbawa oleh angin
atau berasal dari muntahan letusan
gunung berapi. Juga pembakaran yang
tidak sempurna dari bahan bakar yang
mengandung senyawa karbon murni
atau bercampur dengan gas-gas organik
seperti halnya penggunaan mesin disel
yang tidak terpelihara dengan baik.

PM10 berukuran 10 mikron. Mengganggu


saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi.
PM2,5 berukuran 2,5 mikron. Langsung
masuk ke dalam paru-paru dan mengendap
di alveoli.

KLORIDA
Gas berwarna hijau, bau sangat menyengat. Efek samping dari proses pemutihan (bleaching) dan produksi zat/
senyawa organik yang mengandung
klor. Menyebabkan iritasi mata. Jika
masuk dalam jaringan paru-paru dan
bereaksi dengan ion hidrogen akan
membentuk asam klorida yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan
iritasi dan peradangan saluran pernafasan.

DAMPAK PERUBAHAN
KUALITAS UDARA

organik volatil (VOC atau volatile organic compounds)

Berubahnya kualitas udara akan menyebabkan timbul-

Dampak Terhadap Bangunan

dengan NOx.

nya beberapa dampak lanjutan, baik terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya, aspek estetika
udara, keutuhan bangunan, dan lainnya. Berikut ini akan
diuraikan secara singkat berbagai dampak lanjutan tersebut.

pH antara 3 sampai 4. Selain menganggu tumbuhan dan


ekosistem air, hujan asam juga merusak material bangunan, seperti besi-besi baja, beton, dan batu-batuan.
Paparan air hujan asam akan menggerus permukaan

Dampak Terhadap Kesehatan Manusia


Yang banyak terjadi adalah iritasi mata dan gangguan
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), seperti hidung berair, radang batang tenggorokan, dan bronkitis. Partikel
berukuran kecil dapat masuk sampai ke paru-paru dan
kemudian menyebar melalui sistem peredaran darah ke
seluruh tubuh. Gas CO, jika bercampur dengan hemoglobin, akan mengganggu transportasi oksigen. Partikel timbal akan mengganggu pembentukan sel darah merah.

Dampak Terhadap Tumbuhan dan Hewan


Tumbuhan di daerah berkualitas udara buruk dapat mengalami berbagai jenis penyakit. Hujan asam menyebabkan daun memiliki bintik-bintik kuning.

Akibat fenomena hujan asam, air hujan dapat memiliki

Hujan asam

akan menurunkan pH air sehingga kemudian meningkatkan kelarutan logam berat misalnya merkuri (Hg) dan

batu secara perlahan-lahan. Hal ini mudah terlihat dari


patung-patung tua yang ada di sekeliling kita. Demikian
juga pada dinding-dinding gedung yang berubah menjadi kehitaman.

Dampak Terhadap Kondisi Iklim


Akumulasi CO2, metana, dan N2O dapat membentuk
lapisan tipis di troposfir. Pantulan panas matahari akan
terhambat sehingga suhu bumi pun meningkat (global
warming).

Senyawa chlorofluorocarbon (CFC) dapat

menjangkau lapisan stratosfer dan memecah molekulmolekul ozon di sana. Kerusakan lapisan ozon di stratosfer menyebabkan sinar UV-B matahari tidak terfilter dan
masuk ke permukaan bumi sehingga dapat mengakibatkan kanker kulit pada manusia yang terpapar
sinar itu.

seng (Zn). Akibatnya, tingkat bioakumulasi logam berat

Dampak terhadap kondisi iklim umum-

di hewan air bertambah. Penurunan pH juga akan me-

nya digolongkan sebagai dampak skala

nyebabkan hilangnya tumbuhan air dan mikroalga yang

makro.

sensitif terhadap asam.

ribuan kilometer lebih. Dampak skala

Jangkauannya

mencapai

makro umumnya disebabkan oleh

Dampak Terhadap Aspek Estetika

unsur-unsur polutan yang relatif

Bau tidak enak, debu beterbangan, udara berkabut me-

stabil, seperti CO2, metana, dan

rupakan beberapa contoh gangguan estetika udara ambien. Bau tidak enak dapat ditimbulkan oleh emisi gasgas sulfida, amoniak, dan lainnya. Udara berasap kabut
(asbut) atau smoke and fog (smog) akan mengurangi jarak
pandang (visibility) kita. Hal ini sangat membahayakan
keselamatan pengendara mobil dan motor, selain juga
keselamatan penerbangan. Smog atau asbut umumnya

CFC. Dampak terhadap kesehatan manusia, aspek estetika, dan


keutuhan bangunan umumnya
terjadi dalam skala mikro dan
skala meso yang jangkauan
dampaknya dapat mencapai
ratusan kilometer.

disebabkan oleh adanya reaksi fotokimia dari senyawa


Foto: Taufik Ismail

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara

PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS UDARA


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AM-

dipakai untuk dasar perencanaan dari langkah-langkah

DAL) merupakan bagian dari proses perencanaan suatu

yang perlu diambil untuk mencegah atau mengendali-

kegiatan. Salah satu fungsinya adalah untuk mempra-

kan potensi dampak tersebut.

kirakan jenis dan besarnya dampak lingkungan penting

Prakiraan dampak dalam ANDAL harus dilakukan ber-

yang dapat terjadi akibat dilaksanakannya suatu rencana

dasarkan dampak penting hipotetik yang sudah

kegiatan. Prakiraan dampak dilakukan pada salah satu

disepakati sebelumnya oleh Komisi Penilai AMDAL (lihat

tahapan studi AMDAL yang disebut ANDAL (Analisis

bahasan mengenai Dampak Penting Hipotetik). Arti-

Dampak Lingkungan Hidup).

nya, dugaan-dugaan dampak penting dari emisi polutan

Hasil prakiraan dampak digunakan sebagai salah satu

harus terlebih dahulu dimiliki sebelum dampak kualitas

bahan pertimbangan untuk memutuskan kelanjutan

udara dapat dilakukan, baik itu dugaan dampak di tahap

dari suatu rencana kegiatan. Hasil prakiraan dampak juga

prakonstruksi, konstruksi, operasi, maupun pasca-operasi. Tanpa adanya dugaan dampak penting itu, proses prakiraan dampak dikhawatirkan akan berlangsung tanpa
sasaran yang jelas.
Proses prakiraan dampak dilakukan dalam lingkup
wilayah studi dan lingkup waktu kajian tertentu.
Selain untuk memperjelas sasaran prakiraan dampak,
pembatasan ini dilakukan guna mengefisienkan proses
ANDAL. Penentuan dampak penting hipotetik serta lingkup wilayah dan waktu kajian merupakan output dari
salah satu langkah kerja AMDAL yang disebut pelingkupan (scoping).
Prakiraan dampak kualitas udara perlu dilakukan setidaknya untuk berbagai skenario prakiraan yang ditentukan. Tiap-tiap skenario diharapkan akan menghasilkan
output prakiraan yang berbeda. Salah satu skenario yang
perlu dilakukan adalah skenario kejadian terburuk
(worst-case scenario). Skenario prakiraan lainnya yang
patut dipertimbangkan adalah skenario berdasarkan

Dokumen Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) berisi arahan dari proses prakiraan yang akan dilakukan terhadap satu atau beberapa dugaan
dampak penting (dampak penting hipotetik). Uraian dari pelaksanaan prakiraan dampak berikut hasilnya dapat dijumpai dalam dokumen Analisis
Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL). Sedangkan langkah-langkah yang
harus dilakukan permrakarsa untuk mengelola dampaknya dapat dijumpai
dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL). Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) berisi rencana pemantauan dari komponen-komponen lingkungan yang diprakirakan akan
terkena dampak.

perbedaan kondisi operasi dari suatu rencana kegiatan,


skenario operasi musim hujan dan musim kemarau, dan
sebagainya.

OUTPUT PRAKIRAAN DAMPAK


Output prakiraan dampak kualitas udara merupakan
konfirmasi dan pendalaman informasi dari jenis serta
besaran (magnitude) dampak penting hipotetik yang su-

dah ditentukan sebelumnya. Output prakiraan dampak


kemudian perlu dinilai sifat penting-nya (significancy)
untuk menentukan apakah suatu dampak penting hipotetik memang benar-benar dapat digolongkan sebagai
dampak penting (lihat bahasan mengenai Penilaian Sifat Dampak).
Output prakiraan dampak ditampilkan sebagai:
1. Tabel Output Prakiraan Dampak Kualitas Udara;
Tabel ini berisi nilai konsentrasi sebaran polutan
maksimal (CMAX) dan nilai konsentrasi ambien polutan maksimal (CMAX) yang kemungkinan terjadi di
lokasi-lokasi objek penerima dampak. Perlu-tidaknya
tabel itu mencantumkan kedua jenis nilai konsentrasi
tersebut ditentukan oleh tingkat kedalaman prakiraan
dampak yang dipilih (lihat Boks mengenai Kedalaman
Prakiraan Dampak). Nilai-nilai konsentrasi dihitung
berdasarkan kondisi kejadian terburuk (lihat bahasan
mengenai Skenario Prakiraan Dampak di Bagian
3). Tiap jenis polutan penting yang diemisikan harus
memiliki tabelnya sendiri. Tabel juga dibuat untuk tiap
tahun prakiraan (lihat bahasan mengenai Waktu Kajian di Bagian 3).
2. Peta Isopleth Semburan; Peta ini dibuat untuk
menunjukkan peningkatan konsentrasi polutan (C)
di wilayah sekitar sumber emisi sebagai akibat adanya
emisi polutan yang bergerak mengikuti tiupan angin
dominan. Garis-garis isopleth nantinya akan memiliki
wujud seperti bola semburan (plume). Nilai-nilai peningkatan konsentrasi dihitung berdasarkan kondisi
kejadian rata-rata (lihat bahasan mengenai Skenario
Prakiraan Dampak di Bagian 3). Tiap jenis polutan
penting yang diemisikan harus memiliki peta isoplethFoto: Koleksi Qipra

nya sendiri. Cara pembuatan peta isopleth ini dapat


dilihat pada Bagian 5 buku ini.
3. Peta Isopleth Wilayah Sebaran; Peta ini dibuat untuk menunjukkan pola peningkatan sebaran polutan
dalam kondisi rata-rata di seluruh wilayah sebaran
dampak. Gradasi peningkatan konsentrasi rata-rata

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Peta isopleth berisi garis-garis yang menghubungkan titik-titik lokasi yang akan
memiliki kesamaan konsentrasi sebaran polutan. Output prakiraan dampak
setidaknya terdiri dari peta Isopleth Semburan (gambar atas) dan Peta Isopleth
Wilayah Sebaran (gambar bawah). Peta-peta ini harus dibuat untuk tiap jenis polutan penting.

Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara

Boks

Kedalaman Prakiraan Dampak


Ada 3 (tiga) tingkat kedalaman prakiraan dampak kualitas udara yang dapat diterapkan, yaitu:

Penentuan tingkat kedalaman yang dibutuhkan dapat dipengaruhi oleh tingkat prioritas dari suatu dampak penting hipotetik
(lihat bahasan terkait). Dalam beberapa kasus, kita mungkin cukup membutuhkan prakiraan Tingkat 1 (Prakiraan Penyebaran
Polutan). Misalnya saat kita ingn memprakirakan pengaruh dari sumber emisi yang bersifat sementara seperti kegiatan konstruksi. Sedangkan untuk kasus lainya, kita mungkin perlu melakukan prakiraan Tingkat 2 (Prakiraan Kualitas Udara Ambien).
Misalnya saat kita ingin memprakirakan pengaruh dari sumber emisi yang bersifat kontinyu dan terus menerus. Sementara itu,
dalam dokumen-dokumen ANDAL yang ada, prakiraan Tingkat 3 (Prakiraan Dampak Lanjutan) masih jarang sekali dilakukan
secara kuantitatif. Jenis dampak lanjutan yang diprakirakan akan terjadi berikut besarannya lebih banyak dinilai secara kualitatif
di bagian Evaluasi Dampak dokumen ANDAL. Perlu tidaknya kita melakukan prakiraan Tingkat 3 sebaiknya dikonfirmasikan ke
Komisi Penilai AMDAL yang berwenang.

yang mungkin terjadi akan tervisualisasikan di peta

atau lebih komponen kegiatan yang akan mengemisi-

isopleth ini. Nilai-nilai peningkatan konsentrasi dihi-

kan polutan dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk

tung berdasarkan kondisi kejadian rata-rata. Tiap jenis

mempengaruhi kualitas udara secara signifikan.

polutan penting yang diemisikan harus memiliki peta

rencana kegiatan kita tidak mengemisikan polutan yang

isopleth-nya sendiri. Tergantung kepada kedalaman

dapat menimbulkan dampak penting, berdasarkan ha-

prakiraan yang dipilih, peta Isopleth Wilayah Sebaran

sil evaluasi dampak pada proses pelingkupan, prakiraan

juga dapat dibuat untuk menunjukkan gradasi kon-

dampak kualitas udara tidak perlu kita lakukan.

sentrasi ambien polutan. Cara pembuatan peta isop-

Prakiraan dampak kualitas udara seringkali juga tetap

leth ini dapat dilihat pada Bagian 5 buku ini.

perlu dilakukan untuk suatu sumber komponen kegiatan

Jika

Perlu diingat bahwa nilai konsentrasi polutan perlu di-

walau emisinya diduga akan berada di bawah nilai BME-

sampaikan dalam suatu waktu rata-rata (averaging times).

nya. Walau konsentrasinya kecil, komponen kegiatan itu

Lebih baik lagi, kalau waktu rata-rata yang digunakan se-

mungkin saja akan mengemisikan polutan dalam jumlah

suai dengan waktu rata-rata dalam kriteria penilaian sifat

yang besar. Dengan laju emisi yang tinggi, emisi polutan

pentingnya.

tersebut tetap mungkin mempengaruhi kualitas udara

Output prakiraan dampak juga perlu disertai dengan in-

ambien secara signifikan.

formasi mengenai frekuensi, durasi, dan kontinuitas dari

DAMPAK PENTING HIPOTETIK

dampak yang akan terjadi. Informasi tersebut dibutuhkan agar pihak-pihak berkepentingan mengetahui bah-

Seperti disebutkan sebelumnya, prakiraan dampak dalam

wa suatu output prakiraan dampak hanya terjadi dalam

ANDAL harus dilakukan berdasarkan dugaan (hipotesa)

rentang waktu dan kondisi tertentu saja.

dampak penting yang sudah disepakati sebelumnya


oleh Komisi Penilai AMDAL. Suatu dampak penting hipo-

KEGIATAN WAJIB PRAKIRAAN DAMPAK

tetik setidaknya harus menyebutkan:

Prakiraan dampak kualitas udara perlu dilakukan jika

1) Komponen kegiatan penyebab dampak; Biasa dise-

suatu rencana kegiatan Wajib AMDAL memiliki satu

but juga sebagai sumber dampak. Untuk kepenting-

10

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Foto: Heri Wibowo

Tidak seluruh jenis kegiatan wajib-AMDAL (sebagaimana


ditetapkan dalam Peraturan Menteri KLH tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi
Dengan AMDAL atau Per-Men KLH No. 11 Tahun 2006) berpotensi untuk menimbulkan dampak tehadap kualitas udara,
khususnya saat kegiatan-kegiatan itu sudah berada dalam
tahap operasi. Beberapa jenis kegiatan wajib-AMDAL yang
operasinya dikhawatirkan berdampak penting tehadap kualitas udara antara lain adalah terminal terpadu, pelabuhan
atau pangkalan udara, bandar udara, industri semen, industri
pulp atau industri kertas, industri petrokimia hulu, jalan tol,
jalan raya, jalan layang, terowongan, tempat pembuangan
akhir (TPA) sampah, instalasi pengolahan air limbah domestik, pertambangan mineral, batubara & panas bumi, kilang
LPG, kilang LNG, kilang minyak, Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU), dan Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD).

Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara

an prakiraan dampak kualitas udara, sumber dampak

Dampak penting hipotetik, sesuai Pedoman Penyusun-

adalah emisi polutan yang dikeluarkan dari suatu

an Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

sumber emisi.

(Peraturan Menteri LH No. 08 Tahun 2006), perlu dikla-

2) Komponen lingkungan terkena dampak; Yaitu kuali-

sifikasikan dan diberikan tingkat prioritasnya. Tingkat

tas udara ambien dari suatu wilayah. Untuk prakiraan

prioritas tersebut akan mempengaruhi penentuan keda-

dampak Tingkat 3, kita perlu menyebutkan objek

laman prakiraan dampak dari suatu dampak penting

terkena dampak dari berubahnya kualitas udara se-

hipotetik. Dampak penting hipotetik dengan prioritas

bagai komponen lingkungan yang terkena dampak.

rendah dapat saja menggunakan prakiraan Tingkat 1.

Kedua komponen di atas perlu disampaikan sespesifik

Sebaliknya, dampak penting hipotetik dengan prioritas

mungkin agar proses prakiraan dampak dapat dilaku-

tinggi sebaiknya menggunakan prakiraan Tingkat 3.

kan dengan tepat-sasaran dan efisien. Misalnya dengan

PENILAIAN DAMPAK

membatasi komponen lingkungan terkena dampak


(kualitas udara ambien) hanya untuk beberapa jenis po-

Seperti disebutkan sebelumnya, output prakiraan dampak

lutan tertentu saja. Sumber dampak juga harus dilengkapi

perlu dipelajari untuk dinilai penting atau tidaknya

dengan informasi mengenai lokasi sumber emisi dan

dampak tersebut. Penilaian sifat penting dampak di-

waktu pemunculannya (lihat bahasan mengenai Pola Pe-

lakukan terhadap kriteria penilaian yang disepakati sebe-

munculan Emisi di Bagian 2).

lumnya. Beberapa kriteria penilaian yang dapat diguna-

Kedalaman prakiraan dampak yang akan digunakan juga


perlu tercermin dari pernyataan dampak penting hipotetik. Untuk prakiraan Tingkat 3, komponen lingkungan
terkena dampak harus menyebutkan jenis dampak lanjutan yang dapat terjadi pada objek penerima dampak. Mi-

kan antara lain adalah BMUA, nilai Tambahan Polutan


Maksimal (lihat bahasan terkait di Bagian 3), nilai Indeks
Standar Pencemaran Udara (ISPU), luas wilayah yang
kualitas udaranya akan berubah secara signifikan, jumlah
manusia terkena dampak, dan sebagainya.

salnya, kesehatan penduduk desa khususnya menyang-

Penyimpulan penting-tidaknya suatu dampak juga mem-

kut penyakit ISPA. Atau, produktivitas tanaman kentang

pertimbangkan besaran dampak yang dapat terjadi.

di daerah pertanian di suatu desa.

Besaran dampak tersebut dihitung dengan membandingkan hasil prakiraan kualitas udara (jika komponen

Sumber Dampak:
EMISI SO2 & HC

Contoh dari salah satu pernyataan dampak penting hipotetik adalah


sumber dampak: emisi SO2 dan HC dari alat berat yang digunakan di
lokasi pertambangan, komponen lingkungan terkena dampak: kualitas
udara ambien desa Sugiharjo (khususnya menyangkut SO2 dan HC), dengan obyek penerima dampaknya adalah penduduk desa tersebut..

ilustrasi: Topppeaks

Komponen Lingkungan Terkena Dampak:


KUALITAS UDARA AMBIEN

Obyek Penerima Dampak


Pemukiman Desa Sugiharjo

11

kegiatan jadi dilaksanakan) dengan rona dasar kualitas

nyebabkan kualitas udara menjadi lebih buruk. Seba-

udara (background concentration) di tahun prakiraan yang

liknya, komponen kegiatan itu dinilai dapat berdampak

sama. Untuk mendapatkan rona dasar kualitas udara di

positif, jika emisi polutannya diduga akan menyebabkan

suatu tahun prakiraan, perlu dilakukan prakiraan kualitas

kualitas udara menjadi lebih baik. Tentunya jika diban-

udara dengan asumsi bahwa komponen kegiatan terse-

dingkan dengan kualitas udara nir-kegiatan di waktu

but tidak dilaksanakan (prakiraan nir-kegiatan).

kajian (tahun prakiraan) yang sama. Banyak penyusun

Output prakiraan dampak juga perlu dinilai untuk sifat

AMDAL saat ini tidak melakukan prakiraan kualitas udara

pengaruh dampak-nya. Sederhananya adalah untuk

nir-kegiatan. Jadi, penilaian besar-kecilnya dampak dini-

penilaian positif atau negatifnya dampak penting terse-

lai dengan mengacu kepada kualitas udara saat ini (rona

but. Suatu komponen kegiatan dinilai dapat membawa

lingkungan awal). Hal ini dapat dibenarkan selama kita

dampak negatif, jika emisi polutannya diduga akan me-

yakin bahwa kualitas udara nir-kegiatan akan tetap sama


(statis) untuk tahun prakiraan yang kita pilih.

Info Grafis: Zarkoni

Suatu jalan pintas bawah-tanah (underpass) akan dibuat untuk memperlancar arus kendaraan bermotor di suatu kawasan yang kondisi lalulintasnya sudah sangat padat. Konsentrasi CO (rata-rata 24 jam) di kawasan itu saat ini sudah mencapai nilai 7.000 g/Nm3. Saat underpass
beroperasi di tahun 2010, jumlah kendaraan bermotor yang melintasi kawasan itu diprakirakan akan meningkat 50 persen dari jumlahnya saat ini.
Akibatnya, walau jalan underpass sudah beroperasi, konsentrasi CO di kawasan itu diprakirakan tetap akan meningkat menjadi 10.000 g/ Nm3.
Untuk menilai positif-negatifnya dampak penting dari pembangunan underpass tersebut, prakiraan dampak nir-kegiatan di tahun 2010 juga
dilakukan. Dengan asumsi underpass tidak jadi didirikan, maka diprakirakan kemacetan jalan akan sering terjadi. Laju kendaraan akan tersendat
sehingga emisi CO akan lebih besar untuk jumlah kendaraan di tahun 2010 yang sama. Oleh karena itu, hasilnya menunjukkan konsentrasi CO di
kawasan itu diprakirakan akan meningkat menjadi 13.000 g/Nm3. Perbandingan konsentrasi CO di tahun 2010 antara kedua kondisi itu (dengan
dan tanpa underpass) menunjukkan adanya jalan underpass justru akan membuat kualitas udara di kawasan tersebut menjadi lebih baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan underpass akan membawa dampak positif.

12

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara

TAHAPAN PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS UDARA


Berikut ini adalah tahapan lengkap dari proses prakiraan
dampak kualitas udara. Mengacu ke tatalaksana pengerjaan AMDAL, kedua tahap awal dalam diagram berikut
merupakan bagian dari proses pelingkupan. Hasilnya
dituangkan sebagai bagian dari dokumen KA-ANDAL.
Tahap-tahap selanjutnya merupakan bagian dari proses
prakiraan dampak yang baik proses maupun outputnya
dituangkan sebagai bagian dari dokumen ANDAL.

Mengukur Kualitas Udara Ambien


Mengenali Karakteristik Fisik Wilayah Studi
Mempelajari Kondisi Meteorologis

Identifikasi Sumber Emisi


Karakterisasi Emisi
Menyeleksi Polutan Penting

Membatasi Wilayah Studi


Identifikasi Obyek Penerima Dampak
Mengarahkan Prakiraan Dampak

Memilih Teknik Simulasi


Menghitung Konsentrasi Sebaran Polutan
Membuat Peta Isopleth
Menghitung Konsentrasi Ambien Polutan

13

Foto: Bayu Rizky

MEMPELAJARI
KARAKTERISTIK EMISI
IDENTIFIKASI SUMBER EMISI ................................................................ 16
Jenis Sumber Emisi .............................................................................. 17
Lokasi Sumber Emisi ........................................................................... 17
Dimensi Sumber Emisi ....................................................................... 19
Waktu Keberadaan Sumber Emisi .................................................. 19
KARAKTERISASI EMISI ............................................................................ 21
Jenis dan Jumlah Polutan ................................................................. 21
Boks: Faktor Emisi ................................................................... 22
Pola Pemunculan Emisi ..................................................................... 24
MENSELEKSI POLUTAN PENTING ........................................................ 26
Kriteria Batas Polutan Penting ........................................................ 26
Faktor Kekhawatiran Masyarakat ................................................... 27
Proses prakiraan dampak hanya dapat dilakukan setelah kita mengenali
karakteristik emisi polutan dari rencana kegiatan kita dengan baik. Cermati dokumen perencanaan yang ada berikut denahnya. Dari situ, kita
dapat mengidentifikasi berbagai sumber emisi yang akan ada. Dapatkan
seluruh jenis polutan yang akan diemisikan, sebelum kita mengestimasi
jumlah-jumlahnya. Langkah terakhir dari tahap ini adalah pemilihan polutan-polutan penting yang nantinya akan diprakirakan sebarannya.

15

IDENTIFIKASI SUMBER EMISI


Sumber emisi adalah komponen-komponen atau

pelajari dokumen rancangan teknis dan jadwal pelaksa-

bagian-bagian dari suatu rencana kegiatan yang nanti-

naannya. Adanya denah (layout) rencana kegiatan dapat

nya akan mengemisikan polutan ke udara ambien. Untuk

mempermudah

prakiraan dampak kualitas udara yang komprehensif, kita

ponen kegiatan sumber emisi. Selain itu, sumber emisi

perlu mengidentifikasi seluruh sumber emisi yang akan

dapat juga diidentifikasi dengan mempelajari kegiatan

ada di dalam rencana kegiatan. Tahapan identifikasi sum-

lain yang sejenis dengan rencana kegiatan kita.

ber emisi ini sebaiknya dilakukan pada tahap penentuan

Informasi dari suatu sumber emisi perlu juga dileng-

dampak potensial di awal proses pelingkupan.

kapi dengan keterangan mengenai lokasi, dimensi, dan

Identifikasi sumber emisi dapat dilakukan dengan mem-

waktu keberadaan dari sumber emisi tersebut. Informasi-

pengidentifikasian

komponen-kom-

Foto: Koleksi Qipra

Suatu rencana kegiatan dapat saja memiliki lebih dari satu sumber emisi (multiple sources). Operasi kegiatan pertambangan, misalnya, memiliki
beberapa aktivitas sumber emisi. Contohnya, komponen kegiatan peledakan guna menyingkirkan lapisan tanah permukaan, komponen kegiatan
pengangkutan batuan (ore) dengan menggunakan alat berat dan truk pengangkut, komponen kegiatan penggerusan batuan, dan komponen
kegiatan ekstraksi mineral dari batuan tersebut.

16

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Mempelajari Karakteristik Emisi

informasi tersebut nantinya sangat dibutuhkan dalam

polutan dari aktivitas konstruksi, tangki penyimpanan

pemodelan penyebaran polutan.

cairan (storage tanks) terbuka, timbunan bahan baku

JENIS SUMBER EMISI

(stockpile) terbuka, lokasi penurunan dan pemuatan barang (loading area), pelapisan aspal, instalasi pengolahan

Banyak jenis komponen kegiatan yang dapat menjadi

air limbah, menara pendingin (cooling towers), kebocoran

sumber emisi. Baik itu komponen-komponen kegiatan

alat, lahan terbuka yang tererosi oleh angin (open area

dalam tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, mau-

wind erosion), dan sebagainya.

pun pasca-operasi. Beberapa komponen kegiatan yang

Keberadaan perangkat pengendali polusi udara di

seringkali menjadi sumber emisi dari suatu rencana ke-

suatu sumber emisi juga sebaiknya diinformasikan ka-

giatan dapat dilihat pada tabel di halaman berikutnya.

rena nantinya sangat mempengaruhi perhitungan esti-

Suatu rencana kegiatan mungkin saja memiliki sumber

masi jumlah polutan. Saat ini umumnya cerobong sudah

emisi bergerak (mobile source) dan sumber emisi tidak-

direncanakan lengkap dengan perangkat pengendali

bergerak (stationary source). Dengan pola pengelom-

polusi udara. Perangkat tersebut bertugas untuk me-

pokan yang lain, sumber-sumber emisi dari suatu ren-

ngurangi jumlah emisi polutan sampai ke tingkat kualitas

cana kegiatan dapat saja terdiri dari sumber titik (point

yang diinginkan.

source), sumber ruang (volume source), sumber area


(area source), dan sumber garis (line source). Salah satu
contoh sumber titik yang banyak terdapat dalam suatu

LOKASI SUMBER EMISI


Lokasi sumber emisi, khususnya sumber titik, dapat di-

rencana kegiatan adalah cerobong (stack).

nyatakan dalam sistem koordinat Cartesian. Untuk

Banyak komponen kegiatan mengeluarkan emisi yang

sumber wilayah dan sumber garis, kita perlu menyebut-

tergolong sebagai emisi liar (fugitive emission). Disebut

kan koordinat dari bagian sumber emisi yang letaknya

demikian karena polutan-polutan akan langsung terlepas

paling dekat dengan suatu obyek penerima dampak.

ke udara tanpa melalui sistem penangkapan polutan dan

Koordinat titik terdekat itu nantinya digunakan dalam

pelepasan terkendali di suatu titik, seperti cerobong atau

perhitungan jarak dengan obyek penerima dampak.

ventilasi udara. Beberapa contoh emisi liar adalah emisi


Foto: Taufik Ismail

Dalam rencana pengembangan jalan raya, sumber emisi penting di tahap operasi adalah kendaraan-kendaraan bermotor yang melintasi
jalan tersebut. Sumber emisi ini dapat digolongkan sebagai sumber emisi bergerak, sekaligus juga sumber garis.

17

18

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Mempelajari Karakteristik Emisi

Posisi sumber emisi sebaiknya dinyatakan dalam koordinat 3 dimensi X, Y,


Z. Ada baiknya nilai X dan Y menggunakan acuan sistem koordinat universal, seperti UTM (Universal Transverse
Mercator). Untuk nilai sumbu Z, kita
bisa menggunakan elevasi muka-laut
sebagai acuan. Dalam banyak kasus,
posisi sumber emisi seringkali dianggap sebagai titik acuan dan diberikan
kordinat lokal 0,0. Demikian pula dalam sistem kordinat relatif yang diperhitungkan berdasarkan arah mata
angin.

Info Grafis: Koleksi Qipra

Elevasi sumber emisi menunjukkan jarak vertikal (atau

lubang atas (bagian lepasan).

beda tinggi) antara sumber emisi, khususnya titik lepasan-

Untuk sumber wilayah: luas wilayah tersebut.

nya, dengan suatu bidang acuan atau elevasi + 0,0 meter.

Untuk sumber garis: panjang dan lebar ruas jalan.

Sebagai bidang acuan dapat digunakan elevasi permu-

Ada baiknya informasi tentang dimensi sumber emisi di-

kaan tanah atau elevasi muka-laut. Informasi mengenai

sampaikan bersama diagram teknisnya.

elevasi sumber emisi sangat perlu diperhatikan terutama


jika beda tingginya dengan penerima dampak dianggap

WAKTU KEBERADAAN SUMBER EMISI

siginifikan. Misalnya, sumber emisi ada di puncak bukit

Informasi mengenai kapan suatu sumber emisi kira-kira

sementara penerima dampak ada di kaki bukit. Atau, mi-

akan dilaksanakan, dibangun, atau dioperasikan sangat

salnya sumber emisi merupakan cerobong yang tinggi-

berguna nantinya saat kita ingin menentukan batas wak-

nya mencapai puluhan meter.

tu kajian (lihat bahasan terkait di Bagian 4 dari buku ini).

DIMENSI SUMBER EMISI

Waktu keberadaan sumber emisi sebaiknya disampaikan


sespesifik mungkin, misalnya menyebutkan bulan dan ta-

Dimensi sumber emisi perlu diketahui untuk kepenti-

hun dari rencana keberadaannya. Jadi, tidak hanya seke-

ngan berbagai hal. Jika sumber emisi merupakan suatu

dar menyebutkan bahwa sumber emisi akan ada di tahap

cerobong, informasi dimensi sumber dibutuhkan antara

prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca-operasi.

lain untuk menghitung tinggi kepulan (plume rise). Jika

Waktu keberadaan dari tiap-tiap sumber emisi dapat di-

sumber emisi merupakan sumber wilayah atau sumber

peroleh dari jadwal pelaksanaan rencana kegiatan kita.

ruang, informasi tentang dimensi sumber emisi dibutuh-

Dari jadwal tersebut, kita juga dapat mengetahui durasi

kan untuk menghitung jumlah emisi.

dari kelangsungan komponen kegiatan sumber emisi.

Informasi dimensi yang dibutuhkan antara lain adalah:

Perlu diingat bahwa mungkin saja beberapa sumber emi-

Untuk cerobong: tinggi, diameter lubang dasar dan

si akan dilaksanakan dalam rentang waktu yang sama.

19

Foto: Sulaiman

Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah merupakan salah satu contoh dari
sumber ruang (volume source), khususnya jika TPA tersebut memiliki timbunan yang tinggi. Hasil dari identifikasi sumber emisi harus menyebutkan bentuk,
luas, tinggi, atau volume dari TPA tersebut. Emisi TPA merupakan salah satu
contoh emisi fugitive atau emisi polutan yang tidak terkendali melalui cerobong atau sistem ventilasi udara.

Jika waktu keberadaannya bersamaan, ada kemungkinan emisi dari sumber-sumber itu nantinya perlu diakumulasikan. Informasi waktu keberadaan sumber emisi
dan informasi waktu pemunculan emisi (lihat bahasan
mengenai Pola Pemunculan Emisi) diperlukan untuk
memastikan apakah sumber-sumber emisi yang ada di
suatu rencana kegiatan dapat dianggap sebagai sumber
majemuk (multiple sources).

Hasil identifikasi sumber emisi cerobong harus mencakup lokasi


dan elevasi dasar cerobong, tinggi cerobong, diameter cerobong,
dan keberadaan perangkat pengendali polusi udara. Kapan cerobong itu mulai dioperasikan juga merupakan salah satu informasi
yang perlu kita ketahui.

20

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Mempelajari Karakteristik Emisi

KARAKTERISASI EMISI
Karakteristik emisi ditunjukkan oleh jenis dan jumlah po-

rus memastikan dulu bahwa sumber emisi sejenis itu

lutan yang dikandungnya, selain juga pola pemunculan

memiliki rincian proses dan bahan baku yang serupa

emisinya. Berikut ini adalah uraian mengenai karakteristik

dengan sumber emisi kita. Beda skala kegiatan juga

emisi dan cara-cara untuk mengestimasinya.

harus diperhatikan guna menghindari perhitungan

JENIS DAN JUMLAH POLUTAN

tion).

Seluruh jenis polutan yang dikeluarkan dari tiap sumber

yang tidak tepat (underestimation atau overestima-

emisi harus diidentifikasi dan diestimasi jumlahnya. Infor-

Estimasi dengan Faktor Emisi

masi mengenai jenis dan jumlah polutan seringkali sudah

Cara ini tergolong praktis sehingga sering sekali di-

tersedia di dokumen rancangan teknis dari rencana ke-

gunakan. Nilai Faktor Emisi (lihat boks untuk uraian

giatan bersangkutan. Namun demikian, jika informasi itu

lebih lengkap mengenai Faktor Emisi) dari berbagai

belum tersedia, ada beberapa cara yang dapat kita gu-

sumber emisi saat ini mudah dijumpai di berbagai

nakan untuk memprakirakannya. Beberapa di antaranya

referensi. Salah satu referensi yang paling populer

diuraikan berikut ini.

adalah AP 42 Compilation of Air Pollutant Emission Factors (Fifth Edition) yang diterbitkan USEPA

Estimasi dari Informasi Sumber Sejenis

(the United States Environmental Protection Agency).

Data hasil pemantauan dari sumber emisi sejenis

Beberapa di antaranya adalah sumber-sumber emisi

dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam mempra-

dari kegiatan pembuangan sampah, kegiatan sektor

kirakan jenis dan jumlah polutan dari suatu sumber

perminyakan, kegiatan industri kimia, industri per-

emisi. Sebelum menggunakan cara ini, kita tentu ha-

kayuan, makanan dan minuman, industri perkayuan,


Foto: Heri Wibowo

Jumlah polutan umumnya dinyatakan sebagai laju emisi (emission rate) yang menunjukkan berat polutan yang diemisikan dalam satu unit
waktu. Misalnya, laju emisi SO2 dari suatu pembangkit listrik tenaga uap besarnya adalah 40 ton/tahun.

21

Boks

Faktor Emisi
Faktor Emisi (emission factor) menunjukkan perkiraan jumlah polutan yang akan diemisikan oleh tiap unit komponen
kegiatan dari suatu sumber emisi. Nilai Faktor Emisi ditampilkan dalam satuan berat polutan per unit berat, volume, jarak,
atau durasi dari komponen kegiatan yang mengemisikan polutan tersebut. Beberapa contoh nilai Faktor Emisi berikut
satuannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Nilai Faktor Emisi banyak digunakan sebagai dasar perhitungan laju emisi dengan menggunakan rumus berikut:
Q = EF x A x (1 ER/100)
Dimana, Q (emission rate atau laju emisi) adalah jumlah polutan yang diemisikan per satuan waktu; EF (emission factor) atau faktor emisi; A
(rate of activity) adalah intensitas kegiatan per satuan waktu; dan ER (emission reduction efficiency, dalam %) adalah efisiensi pengurangan
polutan dari sistem pengendali emisi yang digunakan.
Ilustrasi berikut menunjukkan penggunaan Faktor Emisi untuk menghitung besaran emisi.
Kegiatan konstruksi apartemen menggunakan genset 35 kW yang digunakan
10 jam per hari. Genset ini menggunakan bensin tanpa timbal. Dengan angka rata-rata konsumsi bensin 315 g/kWH, maka genset itu diperkirakan akan
membutuhkan 13,5 liter/jam. Jika genset dioperasikan selama 40 hari, maka
emisi genset itu diprakirakan akan memiliki karakteristik sebagai berikut.
- Intensitas kegiatan (A) = (35 kW) x (10 jam/hari) x (40 hari) = 14.000 kW-jam
atau 14.000 kWH
- Efisiensi pengurangan polutan (ER) = 0 %
- Untuk PM10, dengan faktor emisi (EF) = 4,38 x 10-4 kg PM10/kWH, maka
Q = (4,38 x 10-4 kg PM10/kWH) x 14.000 kWH = 6,132 kg PM10
Tabel di samping menunjukkan hasil lengkap prakiraan laju emisi Genset termasuk polutan-polutan lain.

22

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Mempelajari Karakteristik Emisi

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang


Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak (KEP13/MENLH/3/1995) menyediakan BME yang
dikhususkan untuk industri besi dan baja, industri pulp dan kertas, pembangkit listrik tenaga
uap berbahan bakar batubara, dan industri semen. Selain itu, Kepmen ini juga menyediakan
BME untuk jenis kegiatan lainnya. Untuk sumber
bergerak, KLH menyediakan BME-nya dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor (KEP-35/MENLH/10/1993).

industri logam, dan kendaraan bermotor. Kelemahan

Q = CBME x qvol

dari perhitungan cara ini adalah akurasi nilai Faktor

Kelemahannya, cara ini hanya dapat digunakan untuk

Emisi-nya sendiri. Tidak semua nilai sudah diuji den-

jenis-jenis polutan yang tercantum di BME, seperti

gan menggunakan metode uji yang sahih.

Amoniak (NH3), Sulfur-Dioksida (SO2), Nitrogen-Diok-

Beberapa referensi faktor emisi juga sudah tersedia

sida (NO2), dan Partikulat.

untuk emisi liar. Salah satunya adalah buku Fugitive


Emission di Area Kegiatan Industri (2005) yang dike-

Estimasi dengan Keseimbangan-Massa

luarkan oleh KLH.

Secara ilmiah, cara ini sangat dapat dipertanggung-

Estimasi dengan Baku Mutu Emisi

jawabkan. Walau demikian, cara ini membutuhkan


informasi yang sangat lengkap tentang bahan baku

Baku mutu emisi (BME) menunjukkan konsentrasi

dan produk yang terlibat dalam proses dari suatu

maksimal dari beberapa polutan penting yang boleh

rencana kegiatan. Pendekatan keseimbangan-masa

diemisikan oleh suatu kegiatan. Penggunaan BME

ini tepat untuk digunakan jika sebagian besar bahan

untuk mengestimasi jumlah polutan hanya dapat di-

baku akan terbuang nantinya sebagai polutan udara.

gunakan jika kita yakin bahwa emisi rencana kegiatan

Sebaliknya, pendekatan ini tidak tepat untuk diguna-

nantinya tidak akan melampaui nilai BME-nya. Jum-

kan jika kita tahu bahwa sebagian besar bahan baku

lah emisi polutan dihitung dengan mengalikan nilai

akan habis terkonsumsi atau bereaksi dengan senya-

BME dari suatu polutan (CBME) dengan debit emisi (qvol

wa kimia lain. Perlu juga diwaspadai bahwa cara ini

atau volumetric emission flowrate) sebagaimana terli-

bisa saja menghasilkan nilai estimasi emisi yang kon-

hat dari persamaan berikut :

sentrasinya ternyata melebihi BME.

23

Estimasi dengan Software Khusus


Banyak perangkat lunak (software) saat ini tersedia

tan dalam kondisi minimal dapat memberikan kita hasil


prakiraan yang mungkin menyesatkan.

untuk membantu kita dalam mengestimasi laju emisi

Juga perlu diingat bahwa prakiraan dampak akan dilaku-

dari berbagai jenis sumber. Beberapa di antaranya

kan guna mendapatkan nilai konsentrasi di waktu rata-

adalah 1) WATER9 untuk estimasi jumlah polutan

rata (averaging times) tertentu. Untuk itu, nilai jumlah po-

dari sistem jaringan, tangki penyimpanan, dan ins-

lutan yang digunakan juga harus merupakan nilai untuk

talasi pengolahan air limbah, 2) LandfillGEM (the

waktu rata-rata yang sama.

Landfill Gas Emissions Model), untuk estimasi jumlah


metana, karbondioksida, dan senyawa organik lain-

POLA PEMUNCULAN EMISI

nya yang diemisikan suatu TPA (landfill) sampah, 3)

Pola pemunculan emisi akan sangat berpengaruh ter-

TANKS untuk estimasi jumlah volatile organic com-

hadap pola penyebaran polutan dan dampak yang di-

pound (VOC) dan polutan udara bahan beracun dan

timbulkannya. Pola pemunculan emisi ditunjukkan oleh

berbahaya (B3) dari tangki penyimpanannya. Web-

waktu, durasi, dan kontinuitas pemunculan emisi. Untuk

site USEPA memberikan kesempatan bagi kita untuk

sumber cerobong, informasi tentang kecepatan, debit,

men-download beberapa software secara gratis.

dan temperatur emisi juga dapat dianggap sebagai

Perlu diingat bahwa tiap rencana kegiatan umumnya

bagian dari pola pemunculan emisi.

memiliki laju emisi yang berfluktuasi. Untuk kepentingan

Waktu pemunculan emisi sangat mempengaruhi pola

prakiraan dampak kajian ANDAL, ada baiknya kita meng-

penyebaran polutan. Polutan yang diemisikan di malam

gunakan jumlah polutan yang maksimal (QMAX). Khusus-

hari umumnya akan tersebar lebih jauh dibandingkan

nya jika kita ingin melakukan prakiraan dampak untuk

polutan yang diemisikan di siang hari. Munculnya emisi

skenario kejadian terburuk (lihat bahasan mengenai Ske-

hampir selalu mengikuti waktu keberadaan sumber

nario Prakiraan di Bagian 3). Penggunaan jumlah polu-

emisi. Emisi akan muncul umumnya tidak lama setelah

Foto: Taufik Ismail

Emisi kendaraan motor hanya akan keluar di saat mesin motor


hidup. Saat mesin motor mati, tidak lama kemudian biasanya
emisi knalpot juga terhenti. Polutan penting dalam emisi motor, sebagaimana emisi kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin lainnya, terdiri dari CO, HC, dan NOx.

24

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Mempelajari Karakteristik Emisi

dimulainya suatu kegiatan sumber emisi. Saat kegiatan

Emisi polutan yang tidak kontinyu seringkali dianggap

itu dihentikan, tidak lama kemudian biasanya emisi juga

memiliki potensi dampak yang lebih kecil dibandingkan

terhenti.

emisi polutan yang kontinu.

Informasi mengenai waktu pemunculan emisi juga sa-

Kecepatan lepasan emisi (stack exit velocity) menun-

ngat dibutuhkan dalam memastikan apakah sumber-

jukkan cepat atau lambatnya emisi polutan keluar dari

sumber emisi yang ada di suatu rencana kegiatan dapat

sumbernya. Informasi kecepatan lepasan emisi lebih ba-

dianggap sebagai sumber majemuk (multiple sources).

nyak dibutuhkan dalam prakiraan dampak dari sumber

Durasi pemunculan emisi akan mempengaruhi jumlah

cerobong. Khususnya untuk menghitung tinggi kepulan

polutan yang diemisikan. Semakin lama durasi emisi,

(plume rise) emisi yang dikeluarkan dari suatu cerobong.

semakin banyak juga polutan yang diemisikan. Durasi

Debit emisi (volumetric emission flowrate) menunjukkan

pemunculan emisi juga hampir selalu mengikuti durasi

volume emisi yang dikeluarkan per satuan waktu. Untuk

keberadaan sumber emisi. Informasi ini juga dibutuhkan

suatu cerobong, debit emisi merupakan hasil perkalian

sebagai salah satu bahan pertimbangan saat kita melaku-

antara kecepatan lepasan emisi dengan luas penampang

kan penilaian sifat penting dari suatu dugaan dampak.

cerobong.

Kontinuitas pemunculan emisi akan mempengaruhi

Suhu lepasan emisi (exit temperature) menunjukkan

pola penyebaran dari polutan yang diemisikan. Sebagai

suhu dari aliran emisi saat meninggalkan sumbernya.

contoh, emisi CO dari sumber lalu-lintas jalan raya akan

Tingginya suhu lepasan emisi, sama halnya dengan ke-

memiliki pola penyebaran yang berbeda dengan emisi

cepatan lepasan emisi, akan mempengaruhi tinggi kepu-

CO dari sumber pabrik yang beroperasi secara kontinu.

lan emisi dari suatu cerobong. Dalam penggunaannya,

Kontinuitas pemunculan emisi tentunya juga mempe-

suhu emisi lebih banyak dinyatakan dalam derajat Kel-

ngaruhi potensi dampak yang dapat ditimbulkannya.

vin (0K).

Ilustrasi: Zarchoney & Toppeaks

Emisi dari suatu TPA akan terus ada walau operasinya sudah dihentikan. Durasi pemunculan emisi gas metana dan karbondioksida
bisa mencapai waktu 30 tahun setelah TPA itu berhenti beroperasi.

25

MENSELEKSI POLUTAN PENTING


Pertama-tama, perlu disadari bahwa tidak semua polu-

lutan penting perlu disampaikan kepada Komisi Penilai

tan yang akan diemisikan dapat menimbulkan dampak

AMDAL untuk disepakati.

penting. Jika lajunya kecil atau durasi pemunculannya


singkat, suatu emisi polutan kemungkinan besar tidak

KRITERIA BATAS POLUTAN PENTING

akan terlalu mempengaruhi kualitas udara ambien sam-

Seleksi polutan penting akan lebih mudah jika kita me-

pai ke tingkatan yang signifikan. Atau, kecil kemungkin-

miliki Kriteria Batas Polutan Penting (KBPP) yang menye-

an emisi polutan tersebut akan menyebabkan kualitas

butkan jumlah minimal emisi polutan-polutan yang perlu

udara melampaui BMUA. Untuk alasan efisiensi, prakiraan

diprakirakan dampaknya dalam ANDAL. Jika kita menge-

dampak dari polutan yang jumlahnya sedikit tidak selalu

misikan suatu polutan dalam jumlah melebihi nilai KBPP,

perlu dilakukan. Lebih baik kita memusatkan perhatian

maka kita harus melakukan prakiraan dampak untuk po-

pada prakiraan dampak dari polutan-polutan yang jum-

lutan tersebut.

lahnya besar saja. Kita dapat menyebut polutan yang


perlu diprakirakan dampaknya sebagai polutan penting.

KLH atau intansi-instansi lingkungan di daerah belum


mengeluarkan kriteria batas polutan penting ini. Walau

Ada beberapa cara yang dapat dipertimbangkan sebagai

demikian ada beberapa contoh kriteria batas polutan

dasar penyeleksian polutan penting ini. Salah satunya

penting yang dapat digunakan sebagai pembanding.

adalah dengan membandingkan nilai konsentrasi maksi-

Salah satunya adalah Criteria of Significant Pollutant Emis-

mal (CMAX) dari sebaran polutan dengan nilai Tambahan

sion Increases Requiring Impact Assessment yang dikeluar-

Polutan Maksimal (TPM, lihat bahasan terkait di Bagian

kan oleh New Jersey Department of Environmental Protec-

3) untuk tiap-tiap polutan yang diemisikan. Perangkat lu-

tion (lihat tabel di halaman berikut).

nak SCREEN3 (lihat bahasan mengenai Pilihan Software


Dispersi Polutan di Bagian 5). dapat digunakan untuk
mempermudah perolehan nilai CMAX tersebut. Cara lainnya adalah dengan menggunakan Kriteria Batas Polutan Penting (KBPP) sebagaimana akan dibahas berikut

Kriteria Batas Polutan Penting sebaiknya didiskusikan


dengan pemerintah-pemerintah kota dan kabupaten di
Indonesia. Besarnya nilai kriteria untuk tiap daerah seharusnya berbeda-beda tergantung status mutu udara ambien dari tiap daerah.

ini. Dasar-dasar pertimbangan dalam penyeleksian poTidak semua polutan yang akan diemisikan perlu diprakirakan
dampaknya, khususnya, polutan yang laju emisinya sangat sedikit.
Dalam panduan prosedur prakiraan dampak kualitas udara di beberapa negara lain, tahap ini disebut sebagai screening. Dalam
tatalaksana pengerjaan AMDAL, tahapan seleksi polutan penting
ini dapat diberlakukan sebagai bagian dari penentuan dampak
penting hipotetik dalam proses pelingkupan.

26

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Mempelajari Karakteristik Emisi

FAKTOR KEKHAWATIRAN MASYARAKAT


Ada beberapa faktor lain yang perlu kita pertimbangkan sebelum kita benar-benar mengabaikan prakiraan
dampak dari polutan-polutan yang jumlahnya sedikit.
Salah satunya adalah faktor persepsi atau kekhawatiran
masyarakat sekitar. Sesuai aturan mengenai Keterlibatan
Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses
AMDAL (Kepka Bapedal No. 08 Tahun 2000), tatalaksana
AMDAL memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk
menyampaikan masukan kepada pemrakarsa. Mungkin
saja salah satu masukannya menyangkut kekhawatiran
terhadap keberadaan dan sebaran dari suatu jenis polutan. Walaupun jumlahnya sedikit, ada baiknya kita meKeterangan:
a. Bila tinggi cerobong/keluaran kurang dari 20 meter.
b. Bila tinggi cerobong/keluaran lebih besar atau sama dengan
20 meter.

nanggapi kekhawatiran itu dan kemudian melakukan


prakiraan dampak dari polutan itu. Hasilnya mungkin saja
dapat digunakan untuk meyakinkan masyarakat sekitar
bahwa dampak yang mereka khawatirkan tidak akan pernah ada.
Foto: Koleksi Qipra

Kekhawatiran masyarakat terhadap emisi dioksin dari suatu insinerator selalu saja ada. Walau jumlahnya kecil, kita tetap perlu melakukan
prakiraan penyebaran polutan itu. Hasilnya diharapkan dapat lebih meyakinkan masyarakat tentang besar-kecilnya dampak emisi dioksin
di tempat mereka bermukim.

27

Foto: Winarko Hadi

MELENGKAPI LINGKUP
PRAKIRAAN DAMPAK
MEMBATASI WILAYAH STUDI ................................................................ 30
Tinjauan Kondisi Geografis ............................................................... 30
Acuan Nilai Tambahan Polutan Maksimal ................................... 30
IDENTIFIKASI OBJEK PENERIMA DAMPAK ........................................32
Sumber Informasi .................................................................................32
Lokasi Objek Penerima Dampak .....................................................33
Informasi Pelengkap ............................................................................36
MENGARAHKAN PRAKIRAAN DAMPAK ............................................ 37
Waktu Kajian ...........................................................................................37
Skenario Prakiraan Dampak ..............................................................37
Kriteria Penilaian Sifat Penting .........................................................38
Dari tahap sebelumnya, kita sudah mendapatkan informasi mengenai
karakteristik emisi yang ada dalam suatu rencana kegiatan. Di tahap ini,
proses pelingkupan prakiraan dampak kualitas udara akan dilengkapi.
Langkahnya, pertama, wilayah studi perlu ditentukan. Kedua, objek-objek penerima dampak di dalamnya diidentifikasi. Dengan ditentukannya
waktu kajian, skenario prakiraan, dan juga kriteria penilaian sifat penting
dampak, proses pelingkupan dapat dianggap selesai.

29

MEMBATASI WILAYAH STUDI


Prakiraan dampak kualitas udara dilakukan untuk meng-

dapat mempengaruhi arah dan laju sebaran polutan.

konfirmasi berbagai dampak penting hipotetik yang

Dalam kondisi meteorologis tertentu keberadaan objek-

mungkin terjadi di dalam wilayah studi. Khusus untuk

objek geografis tersebut dapat memerangkap polutan

permasalahan dampak kualitas udara, batas wilayah stu-

sehingga tidak tersebar lebih jauh lagi.

di merupakan batas terjauh dari suatu area yang kualitas

Pembatasan wilayah studi berdasarkan keberadaan

udara ambiennya masih mungkin terpengaruh secara

objek-objek geografis ini layak digunakan jika memang

signifikan oleh sebaran polutan.

objek-objek geografis pembatas berada tidak jauh dari

Perlu diingat bahwa di tahap pelingkupan, wilayah studi

sumber emisi. Misalnya, dalam jarak kurang dari 10 km.

didefinisikan dengan menggunakan data yang terbatas.


guna memaksimalkan luas wilayah studi. Dengan demiki-

ACUAN NILAI TAMBAHAN POLUTAN


MAKSIMAL

an, wilayah studi tidak dapat langsung diartikan sebagai

Adanya tambahan polutan (pollutant increase) di suatu

wilayah sebaran dampak. Baru dalam kajian ANDAL, di-

lokasi dapat menyebabkan konsentrasi ambien polu-

mana data aktual sudah tersedia, kita dapat mendefinisi-

tan itu melebihi nilai baku mutu udara ambien (BMUA).

kan wilayah sebaran dampak yang lebih akurat.

Jumlah tambahan maksimal bagi suatu polutan agar nilai

Batas wilayah studi prakiraan dampak kualitas udara da-

BMUA tidak terlampaui disebut nilai Tambahan Polutan

pat ditentukan dengan beberapa cara. Dua di antaranya

Maksimal (TPM atau maximum pollutant increase). Ba-

adalah dengan 1) meninjau kondisi geografis dari wilayah

tas wilayah studi yang ditentukan berdasarkan nilai TPM

di sekitar sumber emisi dan 2) menggunakan acuan nilai

merupakan suatu lingkaran yang 1) titik pusatnya adalah

Tambahan Polutan Maksimal (TPM). Berikut ini adalah

sumber emisi dan 2) radiusnya merupakan jarak sebaran

uraian dari kedua cara tersebut.

polutan terjauh yang konsentrasinya menyamai nilai TPM.

Perhitungannya dilakukan dengan sangat konservatif

TINJAUAN KONDISI GEOGRAFIS


Keberadaan perbukitan, pegunungan, hutan, dan laut

Besar-kecilnya nilai TPM di suatu wilayah seharusnya ditentukan oleh pemerintah daerah setelah mempertimbangkan kualitas udara ambien di wilayah itu. Jika kon-

Nilai Tambahan Polutan Maksimal (TPM) untuk suatu


polutan di suatu wilayah ditentukan dengan mempertimbangkan selisih antara konsentrasi ambien polutan saat ini (CO) di wilayah tersebut dengan nilai batas konsentrasi maksimalnya, misalnya sebagaimana
diatur di Baku Mutu Udara Ambien (CBMUA).

30

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Melengkapi Lingkup Prakiraan Dampak

sentrasi ambien polutan di suatu wilayah sudah tinggi

lain, khususnya untuk daerah yang kualitas udaranya sa-

(mendekati nilai BMUA) maka nilai TPM untuk polutan itu

ngat dilindungi, nilai TPM dapat mencapai seperduapu-

seharusnya rendah. Sebaliknya, jika konsentrasi ambien

luh (5%) dari nilai BMUA.

polutan di suatu wilayah masih rendah (jauh di bawah

Simulasi untuk menentukan jarak, setelah nilai TPM di-

nilai BMUA) maka nilai TPM-nya dapat saja lebih besar.

sepakati, dapat dilakukan secara manual maupun de-

Oleh karena pemerintah daerah umumnya belum memi-

ngan berbagi permodelan seperti model dispersi Gauss

liki nilai TPM untuk daerahnya, maka Pemrakarsa bisa

dan model kotak (box model) tergantung pada jenis

saja mengusulkan besaran nilai TPM tersebut. Tentunya

sumber emisi (titik, garis atau area), ketersediaan data

setelah mempertimbangkan data dari konsentrasi am-

meteorologi dan sumber emisi. Program ini dapat digu-

bien polutan penting di sekitar tapak rencana kegiatan-

nakan apabila data yang digunakan sebagai input (teru-

nya. Usulan nilai TPM perlu disetujui terlebih dahulu oleh

tama data karakteristik emisi dan sumber serta data me-

Komisi Penilai AMDAL sebelum digunakan dalam penen-

teorologi) tersedia dengan lengkap. Program komputer

tuan batas wilayah studi.

SCREEN3 banyak digunakan untuk kepentingan ini (lihat

Jika data konsentrasi ambien polutan belum ada maka

bahasan terkait di Bagian 5). Sebagaimana nanti akan

Pemrakarsa dapat saja mengusulkan nilai TPM yang be-

dibahas lebih lanjut, program SCREEN3 merupakan salah

sarnya proporsional terhadap nilai BMUA untuk suatu po-

satu program yang sangat praktis. Dengan mengasumsi-

lutan. Sebagai contoh, nilai TPM sama dengan 20% dari

kan kondisi udara sangat stabil (kelas stabilitas atmosfer

nilai BMUA. Jadi, jika nilai BMUA CO (1 jam) 6000 g/Nm3

F), kita dapat memperoleh jarak terjauh yang cenderung

maka nilai TPM CO adalah 1200 g/Nm (1 jam). Di negara

konservatif sehingga aman untuk digunakan sebagai ja-

rak batas TPM .

Titik TPM terjauh didapat setelah kita melakukan simulasi sebaran dari polutan penting yang memiliki laju
emisi terbesar. Simulasi dilakukan berdasarkan asumsi
kondisi terburuk (worst case). Artinya, simulasi dilakukan untuk kondisi atmosfer stabil (kelas stabilitas F)
dengan menggunakan kecepatan angin tertinggi yang
dijumpai. Wilayah studi kemudian dibuat dengan membuat lingkaran dimana lokasi sumber emisi merupakan
titik pusatnya dan jarak titik TPM terjauh merupakan
radiusnya.

31

IDENTIFIKASI OBJEK PENERIMA DAMPAK


Setelah batasan wilayah studi diperoleh, kita dapat me-

tuhkan nantinya hanya data yang terkait dengan rincian

mulai identifikasi objek-objek di dalam wilayah tersebut

objek itu saja.

yang kemungkinan dapat menerima dampak lanjut-

Satu sumber emisi sangat mungkin akan berpengaruh

an dari berubahnya kualitas udara. Objek penerima

terhadap beberapa objek penerima dampak sekaligus.

dampak tersebut dapat merupakan objek biotik mau-

Tidak hanya mempengaruhi objek sejenis tetapi juga ob-

pun objek abiotik. Dalam literatur asing, objek penerima

jek yang berbeda. Misalnya, emisi pabrik semen kemung-

dampak perubahan kualitas udara sering disebut sebagai

kinan besar dapat mempengaruhi manusia, tanaman,

Air Sensitive Receptor (ASR).

dan bangunan yang berada di sekitarnya.

Guna mengarahkan proses identifikasinya, kita perlu

Prakiraan dampak kualitas udara juga seringkali dilaku-

mengetahui berbagai jenis dampak lanjutan yang dapat

kan untuk waktu prakiraan yang jauh ke depan. Misalnya,

ditimbulkan oleh polutan-polutan udara. Banyak refe-

untuk waktu 5 tahun dari sekarang di saat suatu pabrik

rensi tersedia mengenai dampak lanjutan yang mungkin

kertas baru mulai dapat dioperasikan. Objek-objek yang

ditimbulkan oleh tiap jenis polutan.

ada 5 tahun mendatang mungkin sekali berbeda dengan

Penyebutan objek-objek penerima dampak dengan rinci,

objek-objek yang ada saat ini. Mungkin saja nantinya

terutama untuk prakiraan dampak Tingkat 3,

akan ada kawasan permukiman baru atau rumah sakit

akan sangat membantu.

Contoh, pe-

nyebutan nama bangunan atau jenis


tanaman yang berpotensi terkena dampak. Dengan adanya

baru di dekat rencana kegiatan kita.

SUMBER INFORMASI
Objek-objek penerima dampak dapat

teridentifikasi

rincian informasi tersebut,

dengan mengamati peta-peta wilayah yang mencakup

data rona lingkungan

wilayah studi kita. Salah satunya adalah peta tataguna

awal yang kita bu-

lahan yang menunjukkan keberadaan kawasan pemuki-

Candi dan bangunan kuno lainnya merupakan salah satu jenis objek
penerima dampak yang perlu dicermati. Contoh objek-objek penerima dampak lainnya kawasan pemukiman, lahan budidaya (pertanian, perkebunan, peternakan), industri, hotel atau tempat penginapan lainnya, obyek wisata, sarana pendidikan, perpustakaan,
perkantoran, pertokoan, sarana olahraga, sarana budaya, rumah
sakit, bandar udara, sarana ibadah, tumbuhan dan hewan langka.

Foto: Winarko Hadi

32

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Melengkapi Lingkup Prakiraan Dampak

man, perkebunan, persawahan, kawasan industri, bandara, pelabuhan laut, tempat wisata, dan lain-lainnya.
Biasanya peta berskala 1:10.000 sudah cukup dapat diandalkan.

LOKASI OBJEK PENERIMA DAMPAK


Objek-objek penerima dampak yang teridentifikasi perlu
dilengkapi dengan informasi mengenai lokasi dan elevasinya. Sama halnya dengan lokasi sumber emisi, lokasi

Sumber informasi lain yang cukup baik adalah laporan

objek penerima dampak dapat dinyatakan dalam sistem

status kondisi wilayah yang dibuat oleh kantor kelurahan

koordinat Cartesian. Kesamaan sistem koordinat antara

atau kecamatan setempat. Laporan-laporan demikian bi-

lokasi sumber emisi dan objek penerima dampak akan

asanya bersifat tahunan. Informasi yang ada di dalamnya

mempermudah kita saat ingin menghitung jarak antara

cukup lengkap. Selain data demografi, informasi geogra-

objek tersebut dengan sumber emisinya. Lokasi objek

fis dan lingkungan biasanya juga tersedia.

juga dapat dinyatakan dalam sistem grid jika objek

Ada baiknya, dalam proses konsultasi masyarakat di ta-

tersebut merupakan objek wilayah seperti lahan perta-

hap pelingkupan ini, kita juga menanyakan ke masyarakat

nian, danau, atau kawasan permukiman.

sekitar tentang keberadaan suatu jenis objek yang dikha-

Penting juga disebutkan sudut arah dari lokasi objek

watirkan dapat terpengaruh oleh sebaran emisi nantinya.

penerima dampak relatif terhadap sumber emisi (lihat

Masyarakat setempat merupakan sumber informasi yang

ilustrasi di halaman berikut). Arah dari objek penerima

dapat diandalkan. Mereka biasanya memiliki pengeta-

dampak ini dibutuhkan saat kita ingin memilih data angin

huan lebih akurat tentang keberadaan objek-objek di

yang akan digunakan dalam perhitungan konsentrasi

sekitar tempat tinggalnya.

sebaran polutan rata-rata di lokasi objek tersebut. Con-

Keberadaan rencana objek-objek baru di masa datang

toh, jika suatu perkampungan terletak di sebelah timur

dapat diperoleh dari instansi perencanaan pembangun-

sumber emisi maka kita harus menggunakan data arah

an atau penanaman modal di suatu daerah. Dokumen

angin barat untuk menghitung konsentrasi rata-rata dari

rencana perkembangan wilayah dan peta rencana umum

sebaran polutan di perkampungan tersebut.

tataruang juga dapat membantu.

Proses konsultasi masyarakat di tahap pelingkupan, sebagaimana diatur dalam aturan Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi
dalam Proses AMDAL, dapat kita manfaatkan untuk mendapatkan informasi dari masyarakat setempat tentang keberadaan objek-objek di
wilayah mereka.

Foto: Koleksi Qipra

33

Info Grafis: Qipra

Lokasi objek penerima dampak sebaiknya dinyatakan dalam sistem


koordinat yang sama dengan sumber
emisi. Jarak objek antara keduanya
kemudian dapat dihitung dengan
menggunakan rumus matematis
sederhana. Ilustrasi di atas juga
menunjukkan arah mata angin dari
lokasi objek penerima dampak relatif
terhadap lokasi sumber emisi.

Koordinat Relatif
Dalam perhitungan konsentrasi sebaran polutan, terutama untuk sumber tunggal, kita seringkali perlu meng-

nilai koordinat lokal ke nilai koordinat relatif dapat dilihat


pada ilustrasi berikut.

Koordinat Polar

gunakan sistem koordinat relatif. Dalam sistem koordinat relatif, garis sumbu absis-nya (sumbu x) harus selalu
paralel dengan garis arah mata angin. Cara mengkonversi

34

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Selain pola koordinat Cartesian, kita juga dapat menggunakan sistem koordinat polar. Sistem koordinat ini

Melengkapi Lingkup Prakiraan Dampak

Suatu objek penerima dampak yang dinyatakan


dalam sistem koordinat lokal dapat dikonversi ke
sistem kordinat relatif sebagai berikut.
- Pindahkan titik x = 0 dan y = 0 ke posisi sumber emisi. Dengan demikian, sekarang sumber
emisi memiliki kordinat x = 0 dan y = 0.
- Putar garis sumbu x searah jarum jam sampai
garis itu paralel garis arah angin.

memiliki serangkaian garis konsentris yang berjarak

antara keduanya sangat penting untuk diketahui. Walau

sama. Sumber emisi diletakkan di titik pusat lingkaran.

berjarak sama, objek-objek penerima dampak yang ber-

Beberapa perangkat lunak pemodelan dispersi polutan

beda elevasi akan memiliki nilai hasil prakiraan sebaran

mendukung penggunaan sistem koordinat polar ini.

polutan yang berbeda. Semakin besar beda elevasinya,


semakin berbeda nilai hasil prakiraannya.

Elevasi

Terkadang untuk suatu objek penerima dampak kita perlu

Suatu objek penerima dampak dapat saja memiliki eleva-

memprakirakan konsentrasi sebaran polutan di beberapa

si yang berbeda dengan sumber emisi. Perbedaan elevasi

titik yang berbeda elevasi. Tiap titik penerima dampak


35

Sistem koordinat polar dapat juga digunakan sebagai pengganti


sistem koordinat Cartesian. Walau demikian, sistem ini lebih baik digunakan jika sumber emisi hanya satu. Jika sumber emisinya lebih
dari satu, kita akan memiliki beberapa lingkaran dengan titik pusat
yang berbeda. Penggambarannya akan terlalu rumit.

yang memiliki ketinggian dari muka tanah ini (flagpole

dari suatu objek penerima dampak. Misalnya, nama kom-

receptors) harus diketahui elevasinya. Konsentrasi sebar-

plek pemukiman, nama bangunan, nama objek wisata.

an polutan kemudian akan dihitung untuk elevasi titik

Pencantuman identitas ini dibutuhkan guna mencegah

penerima dampak tersebut. Dan, bukan elevasi dasar dari

kesalahpahaman dalam proses prakiraan dampak.

INFORMASI PELENGKAP
Informasi lain mengenai objek penerima dampak yang
juga dibutuhkan adalah:
Besaran objek; Misalnya luas lahan untuk objek
wilayah, jumlah penduduk di suatu permukiman, atau
jumlah bangunan di suatu perkampungan. Informasi
besaran objek ini seringkali dibutuhkan sebagai salah
satu bahan pertimbangan saat kita melakukan penilaian sifat penting dampak.
Waktu keberadaan objek; Biasanya dinyatakan dalam
tahun di mana suatu objek ada. Hal ini sangat penting
khususnya jika objek kita merupakan objek masa datang. Dengan kata lain, objek itu belum ada saat kajian
AMDAL dilakukan.
Informasi pelengkap lainnya adalah nama atau identitas

36

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Objek yang sedang dalam tahap konstruksi perlu diwaspadai kemungkinannya nanti menjadi salah satu obyek terkena dampak.

Foto: Taufik

objek penerima dampak.

Melengkapi Lingkup Prakiraan Dampak

MENGARAHKAN PRAKIRAAN DAMPAK


Dengan teridentifikasinya berbagai objek penerima

pertimbangkan tahun-tahun dimana dampak yang me-

dampak, pendefinisian dampak-dampak penting hipote-

nonjol diduga akan terjadi. Dampak demikian dapat dia-

tik sudah dapat dianggap lengkap. Walau demikian, pro-

kibatkan antara lain oleh:

ses prakiraan dampak belum dapat dilakukan sebelum

dimulainya kelangsungan komponen kegiatan yang

waktu kajian, skenario prakiraan, dan kriteria penilaian

tergolong sebagai sumber emisi polutan penting (lihat

sifat penting ditentukan. Berikut ini akan dibahas ketiga

uraian Waktu Keberadaan Sumber Emisi di Bagian

hal tersebut.

2),
munculnya objek baru yang dapat terpengaruh oleh se-

WAKTU KAJIAN

baran polutan (lihat uraian Objek Penerima Dampak

Waktu kajian merupakan waktu yang dampak dan kon-

di bagian ini),

disi lingkungannya ingin diprakirakan. Waktu kajian se-

diberlakukannya kebijakan baru yang dapat mem-

ring juga disebut sebagai tahun prakiraan (assessment

pengaruhi penilaian kita terhadap dampak penting

year) karena selama ini kebanyakan pihak menggunakan

hipotetik, seperti adanya rencana pemberlakuan re-

tahun sebagai dasar satuan waktu dalam melakukan pra-

visi BMUA, BME, maupun pembaharuan rencana tata

kiraan dampak. Hasil prakiraan dampak nantinya hanya

ruang.

berlaku spesifik untuk waktu-waktu kajian yang sudah


ditentukan saja.

SKENARIO PRAKIRAAN DAMPAK

Pada prinsipnya, waktu kajian ditentukan dengan mem-

Skenario prakiraan dampak antara lain terdiri dari 2 (dua)


jenis, yaitu:

Prakiraan dampak dari perubahan kualitas udara perlu dilakukan di tahun dimana akan ada suatu kegiatan lain yang diduga akan terpengaruh
oleh emisi polutan. Sebagai contoh, keberadaan bangunan apartemen yang mungkin baru ada beberapa tahun setelah kegiatan kita beroperasi.
Foto: Bayu Rizky

37

Skenario kondisi terburuk (worst-case scenario); mem-

Simulasi sebaran dampak dilakukan dengan menggu-

berikan hasil prakiraan konsentrasi polutan maksimal

nakan (1) laju emisi polutan rata-rata (QAVE), (2) nilai

yang kemungkinan dapat terjadi di lokasi objek peneri-

kecepatan angin rata-rata (untuk masing-masing

ma dampak. Kalkulasi sebaran dampak untuk skenario

arah) dan kelas stabilitas atmosfernya. Simulasi dengan

kondisi terburuk ini dilakukan dengan menggunakan

menggunakan skenario ini dibutuhkan dalam pem-

(1) laju emisi polutan maksimal (QMAX) dan (2) kom-

buatan Peta Isopleth Sebaran Polutan yang merupa-

binasi pasangan nilai kecepatan angin rata-rata de-

kan salah satu output prakiraan dampak (lihat bahasan

ngan kelas stabilitas atmosfer. Perlu dipahami bah-

terkait di Bagian 1).

wa konsentrasi polutan maksimal di lokasi-lokasi yang

Pada prakiraan Tingkat 3, hasil prakiraan kualitas udara

berbeda akan diperoleh pada kombinasi kecepatan

untuk skenario kondisi umum dan skenario kondisi ter-

angin dan stabilitas yang berbeda-beda (lihat bahasan

buruk perlu diikuti dengan kalkulasi untuk mengkonfir-

mengenai Stabilitas Atmosfer di Bagian 4). Simulasi

masi berbagai dampak lanjutannya.

dengan menggunakan skenario ini dibutuhkan dalam


pembuatan Tabel Output Prakiraan Dampak Kuali-

KRITERIA PENILAIAN SIFAT PENTING

tas Udara (untuk Konsentrasi Maksimal) yang merupa-

Hasil prakiraan dampak nanti akan dinilai sifat penting-

kan salah satu output prakiraan dampak (lihat bahasan

nya terhadap kriteria penilaian tertentu (lihat bahasan

terkait di Bagian 1).

Penilaian Dampak di Bagian 1). Beberapa kriteria yang

Skenario kondisi rata-rata; memberikan hasil pra-

patut dipertimbangkan adalah sebagai berikut.

kiraan kualitas udara ambien yang menunjukkan nilai

Batas maksimal konsentrasi ambien polutan sesuai

konsentrasi rata-rata di lokasi-lokasi yang ditentukan.

BMUA nasional khususnya untuk prakiraan dampak

Objek penerima dampak 2


Perumahan Bunga Swarga
Sumber Emisi

Objek penerima dampak 1


Candi Tunggadewo

Ilustrasi: Toppeaks

Dengan adanya informasi mengenai waktu kajian, kita sudah memiliki lingkup prakiraan dampak yang lengkap. Contohnya adalah sumber dampak:
emisi partikulat dan SO2 dari pabrik kertas, komponen lingkungan terkena dampak: kualitas udara, khususnya menyangkut konsentrasi TSP dan SO2,
di wilayah 1) candi Tunggadewo, 2) perumahan Bunga Swarga; waktu kajian: 1) tahun 2015 saat pabrik mulai beroperasi, dan 2) tahun 2020 saat
kapasitas pabrik akan ditingkatkan.

38

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Tingkat 2,

tersebut, atau tingkat kerusakan yang dapat terjadi

Batas maksimal peningkatan konsentrasi polutan,

terhadap flora, fauna, dan bangunan, dan panjang-

atau nilai Tambahan Polutan Maksimal yang sebaiknya

pendeknya rentang waktu perubahan kualitas udara.

ditetapkan dalam

kebijakan pengendalian kualitas

Foto: BPLHD Jawa Barat

Luas dari suatu wilayah, atau jumlah rumah dan penduduk di dalamnya, merupakan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kriteria sifat penting.

Perlu diingatkan kembali bahwa nilai-nilai konsentrasi

udara di suatu daerah.

maksimal dalam BMUA selalu disertai dengan waktu ukur

Batas konsentrasi pemaparan Indeks Standar Pence-

rata-ratanya (lihat boks mengenai Baku Mutu Udara Am-

maran Udara atau ISPU (sebagaimana diatur dalam

bien di Bagian 1). Oleh karena itu, jika BMUA digunakan

Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

sebagai kriteria penilaian sifat penting dampak, kita ha-

Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997).

rus memastikan bahwa nilai hasil prakiraan dampak di-

Nilai batas konsentrasi ambien polutan sebagaimana

peroleh untuk waktu rata-rata yang sama. Misalnya, jika

tercantum dalam 1) referensi ilmiah tentang dampak-

nilai baku mutu NO2 (1 jam) digunakan sebagai kriteria

dampak lanjutan terhadap manusia, flora, fauna, ban-

penilaian sifat penting dampak, seluruh prakiraan dam-

gunan, iklim global dapat terjadi, 2) standar kualitas

pak harus dilakukan untuk waktu rata-rata 1 jam.

udara ambien dari negara-negara lain; khususnya untuk jenis-jenis polutan yang tidak tercantum dalam
BMUA Indonesia, dan 3) kajian-kajian ANDAL yang sudah dilakukan untuk daerah tersebut.
Luas wilayah yang kualitas udaranya akan berubah secara signifikan, jumlah manusia yang tinggal di wilayah

Juga perlu diingatkan bahwa kriteria penilaian yang akan


digunakan harus disepakati terlebih dahulu oleh Komisi
Penilai AMDAL yang berwenang. Dan, ada baiknya kriteria penilaian sifat penting ini perlu disebutkan dalam
dokumen KA-ANDAL.

39

Foto: Koleksi Qipra

MENCERMATI
WILAYAH STUDI
MENGUKUR KUALITAS UDARA AMBIEN ........................................... 42
Polutan Sasaran .................................................................................... 42
Pengambilan Sampel ......................................................................... 43
MENGENALI KARAKTERISTIK FISIK WILAYAH STUDI .................... 44
Kondisi Geografis ................................................................................. 44
Tataguna Lahan .................................................................................... 45
MEMPELAJARI KONDISI METEOROLOGIS ........................................ 47
Arah dan Kecepatan Angin .............................................................. 47
Boks: Membaca Windrose .................................................... 48
Suhu dan Tekanan Udara .................................................................. 48
Stabilitas Atmosfer .............................................................................. 49
Tinggi Campuran ................................................................................. 51
Mengatasi Keterbatasan Data ......................................................... 51
Wilayah studi dan seluruh objek penerima dampak di dalamnya sudah kita
ketahui. Artinya, sekarang data wilayah studi sudah dapat dikumpulkan
dengan lebih efisien. Selain untuk informasi rona lingkungan awal, data
wilayah studi nantinya dibutuhkan sebagai masukan dalam simulasi penyebaran polutan. Jenis data wilayah studi yang perlu dikumpulkan juga
ditentukan oleh jenis polutan, kedalaman prakiraan dampak, dan kriteria
sifat penting yang dipilih sebelumnya.

41

MENGUKUR KUALITAS UDARA AMBIEN


Kita perlu memiliki data kualitas udara ambien untuk

kiraan nantinya akan dijumlahkan dengan konsentrasi

kepentingan prakiraan dampak kualitas udara. Jika data

sebaran polutan dari sumber-sumber emisi yang mem-

tersebut belum tersedia maka kita perlu mengukurnya

pengaruhinya (lihat bahasan mengenai Menghitung

sendiri. Dalam hubungannya dengan dampak penting

Konsentrasi Ambien Polutan di Bagian 5).

hipotetik data kualitas udara ambien tersebut akan dibu-

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dipahami se-

tuhkan untuk hal-hal berikut.

belum kita melakukan pengukuran kualitas udara am-

Dasar proyeksi kualitas udara untuk suatu tahun

bien.

prakiraan. Seperti disebutkan sebelumnya, kita juga


perlu memprakirakan kualitas udara nir-kegiatan untuk suatu tahun prakiraan (lihat bahasan mengenai
Penilaian Dampak di Bagian 1). Jika diasumsikan peningkatan jumlah polutan di suatu wilayah adalah x %
per tahun, maka konsentrasi ambien polutan di suatu
tahun prakiraan (CO,Ti) dapat dihitung dengan persamaan berikut:

POLUTAN SASARAN
Pengukuran kualitas udara hanya perlu dilakukan untuk
jenis-jenis polutan penting saja. Itulah keuntungan dari
penyusunan dampak penting hipotetik yang rinci sehingga jenis-jenis polutan pentingnya sudah disebutkan
secara spesifik sejak awal. Polutan-polutan lain, walaupun
termasuk sebagai polutan yang ditentukan BMUA, tidak
selalu perlu diukur jika memang tidak termasuk sebagai

CO,Ti = CO,To x (1 + x/100)(To Ti)

polutan penting yang dihasilkan sumber emisinya. Penentuan jenis polutan yang akan diukur tentunya perlu

Dalam persamaan di atas, CO,To adalah konsentrasi ambien polutan di tahun awal (To). Perlu diperhatikan cara
ini memerlukan data historik pemantauan kualitas
udara lebih dari 5 tahun.
Penentuan batas maksimal konsentrasi sebaran polutan; Konsentrasi dasar
(background condition) polutan di suatu
tahun prakiraan, kita dapat menghitung
jumlah maksimal sebaran polutan yang
masih diterima oleh suatu wilayah agar
nilai BMUA-nya tidak terlampaui. Jumlah
maksimal ini dapat dijadikan nilai TPM
bagi suatu wilayah (lihat bahasan mengenai Acuan Nilai Tambahan Polutan Maksimal di Bagian 3).
Kalkulasi prakiraan konsentrasi ambien
polutan. Dibutuhkan khususnya untuk
prakiraan dampak tingkat 2. Nilai konsentrasi ambien polutan di suatu tahun pra-

42

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

disepakati dulu oleh Komisi Penilai AMDAL.


Tiap jenis polutan membutuhkan metode analisis yang
berbeda. Metode yang layak digunakan sudah tercantum

Mencermati Wilayah Studi

di BMUA (lihat tabel berikut). Misalnya SO2 (Sulfur-Dioksi-

permukaan tanah (groundlevel concentration), tidak ja-

da) menggunakan metode analisis pararosanilin dengan

rang kita juga membutuhkan data kualitas udara ambien

peralatan spektrofotometer. Hidrokarbon (HC) menggu-

di elevasi lainnya. Misalnya, saat ingin menilai pengaruh

nakan analisis dengan alat flame ionization detector de-

emisi terhadap kualitas udara dari bagian atas bangunan

ngan peralatan gas chromatograph. Analisis tentu harus

tinggi.

dilakukan di laboratorium yang sudah terakreditasi.

Waktu Sampling. Untuk kepentingan AMDAL, sampling

PENGAMBILAN SAMPEL

perlu dilakukan guna mendapatkan nilai konsentrasi

Hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan

lalu-lintas di suatu wilayah sedang ramai, atau di saat ke-

rencana pengambilan sampel (sampling) adalah lokasi,

cepatan angin sedang rendah. Dengan demikian, dapat

waktu, metode, dan alat sampling.

diketahui pengaruh paling ekstrim dari suatu sumber

Lokasi Sampling. Sampling perlu dilakukan di lokasi-

emisi terhadap objek penerima dampak. Waktu sampling

lokasi objek penerima dampak yang sudah disebutkan

harus dicatat berikut kondisi iklim saat sampling dilaku-

ambien polutan yang maksimal. Misalnya, saat kondisi

dalam dampak penting hipotetik. Lokasi sampling harus

kan. Perlu dipahami bahwa penentuan waktu rata-rata

dapat mewakili (representatif ) luas dan kondisi objek

(averaging times) akan mempengaruhi durasi pelaksa-

penerima dampak. Ketinggian lokasi sampling juga harus

naan sampling. Seperti disebutkan sebelumnya, pemi-

disesuaikan dengan elevasi dari titik amatan kita di suatu

lihan waktu rata-rata untuk tiap jenis polutan sebaiknya

objek penerima dampak. Selain konsentrasi ambien di

mengikuti waktu yang tercantum dalam BMUA.

Foto: Yuyun Mulyani

Perencanaan sampling harus dilakukan sebaik-baiknya agar kita dapat terhindar dari pengeluaran biaya yang tidak perlu.

43

MENGENALI KARAKTERISTIK FISIK WILAYAH STUDI


Kondisi permukaan lahan dari suatu wilayah studi dapat

suhu udara di atas permukaan tanah. Tekanan udara

mempengaruhi kondisi meteorologis di atasnya. Dan,

di atas daratan menjadi lebih rendah sehingga angin ber-

pada akhirnya kondisi meteorologis wilayah studi akan

gerak dari laut ke darat di siang hari. Di malam hari, hal

mempengaruhi pola sebaran polutan. Beberapa karak-

sebaliknya akan terjadi. Tekanan udara di atas daratan

teristik fisik wilayah studi yang perlu dikenali antara lain

menjadi lebih tinggi sehingga angin akan bertiup ke arah

adalah kondisi geografis, kontur lahan, tataguna lahan,

laut (lihat gambar di bawah) .

dan keberadaan bangunan tinggi. Informasi tentang

Tanah dengan kontur tinggi, seperti bukit, gunung,

karakterstik fisik wilayah studi ini nantinya akan dibu-

dan sejenisnya, juga akan menyebabkan perubahan arah

tuhkan sebagai masukan data (data-input) dalam peng-

angin di dalam wilayah studi. Di siang hari, pemanasan

gunaan perangkat lunak (software) pemodelan dispersi

lembah akan menyebabkan angin bertiup ke puncak gu-

penyebaran polutan (lihat Bagian 5). Berikut ini adalah

nung. Sebaliknya di malam hari, suhu dingin di puncak

penjelasan mengenai beberapa aspek karakteristik fisik

gunung akan menyebabkan angin bertiup ke dasar gu-

wilayah studi tersebut.

nung (lihat gambar di halaman berikutnya).

KONDISI GEOGRAFIS
Keberadaan laut atau badan air luas lainnya, dan tanah
dengan kontur berbeda akan menimbulkan variasi kondisi meteorologis di dalam wilayah studi.
Permukaan air yang luas, seperti laut dan danau, akan
menyebabkan suhu udara di atasnya berbeda dengan suhu
udara di permukaan tanah. Di siang hari, suhu udara di atas
permukaan air akan terlambat memanas dibandingkan

angin darat
(malam hari)

Pengaruh Laut Terhadap Mata Angin

44

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Ilustrasi: Toppeaks

angin laut
(siang hari)

Mencermati Wilayah Studi

Pengaruh Lahan Berkontur


Tinggi Terhadap Mata Angin

Ilustrasi: Toppeaks

angin lembah
(siang hari)

angin Gunung
(malam hari)

Perubahan arah angin ini tentu akan diikuti dengan perubahan arah sebaran polutan. Di siang hari, keberadaan
laut dan lereng gunung akan menghambat pergerakan
polutan ke arahnya. Sebaliknya di malam hari, pergerakan polutan ke arah laut dan lereng gunung akan semakin cepat.
terpengaruh. Hal demikian tentu juga diikuti dengan
Tanah dengan kontur tinggi biasa disebut sebagai wilayah
dengan elevated terrain. Jika konturnya melebihi titik
lepasan emisi, tanah tersebut dapat digolongkan sebagai
wilayah dengan complex terrain. Sebaliknya, wilayah
yang kontur tanahnya rata dapat disebut sebagai wilayah
dengan flat terrain.

penurunan laju perjalanan polutan. Beberapa kriteria


penentu apakah wilayah studi kita termasuk daerah rural
atau urban antara lain adalah:
Tutupan vegetasi: wilayah dianggap rural jika tutupan
vegetasinya lebih besar dari 35 %. Untuk kepentingan
pemodelan, wilayah seperti perumahan dengan lahan

TATAGUNA LAHAN

luas, lapangan golf, taman kota yang luas, daerah per-

Wilayah studi digolongkan sebagai wilayah perkotaan

dianggap memiliki karakteristik yang sama dengan ru-

(urban) dan wilayah pedesaan (rural). Wilayah urban

ral.

diasumsikan selalu memiliki lebih banyak bangunan. Aki-

Jumlah penduduk: wilayah dianggap rural jika popu-

tanian, lahan terbuka, dan permukaan air seringkali

batnya, laju angin akan terhambat dan arahnya juga akan

45

lasi penduduknya lebih kecil dari 750 orang per kilo-

ngunan yang berdiri di jalur perlintasannya, baik secara

meter persegi. Dan, dianggap urban jika populasinya

horizontal maupun vertikal. Setelah melewati gedung

lebih besar dari 750 orang per kilometer persegi.

tinggi, angin akan tertarik kembali ke jalur semulanya.

Untuk suatu wilayah studi yang setengah lebih wilayah-

Hal ini akan menimbulkan efek tarikan-gedung (build-

nya tergolong sebagai wilayah urban, maka keseluruhan

ing downwash) yang dapat meningkatkan konsentrasi se-

wilayah studi tersebut dapat dianggap sebagai wilayah

baran polutan di bagian hilir bawah gedung. Sementara

urban. Begitu juga sebaliknya untuk wilayah rural.

itu, gedung-gedung tinggi yang saling berdekatan dapat

Keberadaan gedung tinggi dapat mempengaruhi arah

menimbulkan efek lorong-angin (windtunelling) yang

dan kecepatan angin. Angin pasti akan mengitari ba-

akan meningkatkan kecepatan angin.

Foto: Sulaiman

Wilayah urban (foto kiri) memiliki jumlah bangunan yang lebih rapat, sedangkan wilayah rural (foto kanan) memiliki kerapatan vegetasi
yang lebih tinggi

Efek tarikan-gedung (building downwash) akan timbul jika aliran polutan bertemu dengan gedung tinggi.

ilustrasi: Toppeaks

46

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Mencermati Wilayah Studi

MEMPELAJARI KONDISI METEOROLOGIS


Pada prinsipnya, data meteorologis yang paling baik un-

tan (C) di suatu titik.

tuk digunakan adalah data yang 1) diambil dari stasium

Angin bertiup dari berbagai arah. Jarang ada daerah yang

terdekat dengan lokasi rencana kegiatan atau objek pe-

tidak pernah menerima angin dari suatu arah tertentu.

nerima dampak, 2) memiliki rentang waktu rekam (time-

Dengan demikian, tidak ada satupun lokasi di sekitar sum-

series) yang panjang, dan 3) waktu rata-rata (averaging

ber emisi yang sebenarnya terbebas dari sebaran polu-

times) yang pendek. Untuk penggunaan pemodelan rinci

tan. Sebagai contoh, walaupun data menunjukkan angin

(refined modeling), data meteorologis yang digunakan

dari utara sumber emisi merupakan angin dominan, kita

adalah data dengan waktu rata-rata 1 jam untuk waktu

tidak dapat beranggapan bahwa wilayah di bagian utara

rekam selama 5 tahun (jika diambil dari stasiun terdekat).

sumber emisi tersebut sebagai wilayah bebas dampak.

Pemodelan rinci juga membutuhkan data atmosfer yang

Ada saatnya nanti angin akan bertiup dari selatan. Hal ini

bersifat spasial, khususnya untuk wilayah studi yang

dengan mudah dapat terlihat dari gambar-gambar wind-

luas. Sayangnya, data meteorologis seperti itu hampir

rose yang ada (lihat boks berikut).

mustahil untuk didapat di Indonesia. Keterbatasan data


meteorologis memang akhirnya menyulitkan kita untuk
melakukan prakiraan sebaran polutan yang rinci.
Berikut ini akan dibahas beberapa jenis data meteorologis yang dibutuhkan dalam prakiraan sebaran polutan.

ARAH DAN KECEPATAN ANGIN


Angin merupakan penentu arah dan jauhnya polutan
akan tersebar. Tiupan angin barat akan mengakibatkan
polutan bergerak ke arah timur. Tiupan angin kencang
akan membuat polutan mampu menjangkau objek
penerima dampak yang lebih jauh. Walau demikian, sebagaimana ditunjukkan dalam formula dispersi Gaussian
(lihat boks terkait di Bagian 5), semakin kencang angin
bertiup maka semakin rendah konsentrasi sebaran polu-

Kecepatan angin biasanya diukur pada ketinggian


standar, yaitu 10 meter (U 10). Untuk kepentingan pemodelan, kita butuh kecepatan angin pada
ketinggian lepasan emisi (Zem). Misalnya, pemodelan
sumber cerobong membutuhkan kecepatan angin di
ujung cerobong. Untuk mendapatkan nilai kecepatan
angin pada ketinggian lepasan emisi (Uem), kita dapat
menggunakan rumus di ilustrasi ini. Konstanta p dalam rumus tersebut mencerminkan tingkat kekasaran
permukaan lahan sesuai kondisi tataguna lahan (lihat
tabel di halaman selanjutnya).
Info Grafis: Koleksi Qipra

47

Boks

Membaca Windrose
Windrose merupakan diagram yang mengilustrasikan fluktuasi arah dan kecepatan angin di suatu daerah. Masing-masing
cabang pada windrose melambangkan arah datangnya angin. Angin dari arah utara (angin utara) digambarkan sebagai
batang utara di bagian atas diagram. Suatu windrose dapat memiliki 8 cabang, 16 cabang, maupun 32 cabang arah angin.
Kebanyakan windrose di Indonesia dibuat untuk 16 cabang arah angin dimana tiap cabang arah angin memiliki perbedaan sudut 22,50. Kecepatan angin dalam suatu windrose dapat dinyatakan dalam m/detik, km/jam, atau knot.
Panjang tiap cabang menunjukkan persentase dari
frekuensi angin yang bertiup ke suatu arah. Cabang
terpanjang dianggap sebagai angin dominan di wilayah
tersebut. Tiap cabang dibagi menjadi beberapa segmen
dengan ketebalan atau warna berbeda. Panjang masingmasing segmen menunjukkan frekuensi pemunculan
suatu rentang kecepatan angin di arah tersebut.
Suatu diagram windrose memiliki lingkaran tengah yang
menggambarkan frekuensi pemunculan angin tenang
(kecepatan angin < 1 m/detik). Semakin besar ukuran
lingkaran tengahnya, semakin sering angin bertiup perlahan di wilayah tersebut. Diagram windrose juga ada
yang dilengkapi dengan diagram frekuensi kecepatan
angin keseluruhan di wilayah tersebut.
Pola arah angin sering ditentukan oleh musim karena itu
dianjurkan membagi data angin menjadi angin musim
kemarau dan angin musim hujan. Bila tersedia data resolusi jam, dapat juga dibuat windrose siang dan malam
hari.
Data lengkap mengenai arah dan kecepatan angin dibutuhkan untuk membuat Peta Isopleth Wilayah Sebaran.
Semua arah angin harus diperhitungkan dalam pembuatan peta tersebut, demikian juga dengan kecepatan
rata-rata di tiap arah angin. Sementara itu, Peta Isopleth
Semburan hanya membutuhkan data arah dan kecepatan angin dominan saja (lihat bahasan terkait di Bagian
5).

SUHU DAN TEKANAN UDARA


Perbedaan suhu di udara ambien akan menimbulkan per-

48

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Mencermati Wilayah Studi

bedaan tekanan udara. Dan, perbedaan tekanan udara

derajat Kelvin (OK). Sedangkan tekanan udara disampai-

akan mempengaruhi arah dan kecepatan angin di suatu

kan dalam satuan Bar.

wilayah. Pada prinsipnya, angin bertiup dari wilayah


bertekanan tinggi ke wilayah bertekanan rendah.

STABILITAS ATMOSFER

Semakin tinggi udara berada maka semakin rendah juga

Stabilitas atmosfer menunjukkan tingkat turbulensi udara

suhu ambiennya. Walau demikian, akibat adanya aliran

di arah vertikal. Atmosfer yang stabil memiliki tingkat tur-

udara yang lebih panas, suhu udara dapat memanas

bulensi vertikal yang rendah. Artinya, polutan tidak akan

kembali pada ketinggian tertentu. Lapisan dimana suhu

banyak terdispersi ke arah vertikal. Sebaliknya, atmos-

udara mulai memanas kembali disebut lapisan inversi.

fer yang tidak stabil akan mendispersikan lebih banyak

Lapisan inversi seringkali terbentuk pada malam hari di

polutan ke arah vertikal. Ilustrasi berikut menunjukkan

saat udara lebih dipengaruhi oleh radiasi panas dari per-

pengaruh kestabilan atmosfer terhadap penyebaran po-

mukaan bumi. Keberadaan lapisan inversi akan menen-

lutan.

tukan tinggi ruang pencampuran di suatu wilayah (lihat

Stabilitas atmosfer sangat dipengaruhi oleh kecepatan

bahasan selanjutnya).

angin dan tingkat radiasi sinar matahari (incoming so-

Dalam perhitungan konsentrasi sebaran polutan, data

lar radiation atau insolation). Kedua faktor itu menimbul-

mengenai suhu dan tekanan udara ambien umumnya

kan variasi tekanan udara antara lapisan udara di dekat

hanya dibutuhkan untuk menghitung tinggi kepulan

permukaan tanah dengan lapisan udara yang lebih ting-

emisi cerobong (lihat bahasan mengenai Menghitung

gi. Saat perbedaan tekanan udara di antara kedua lapisan

Konsentrasi Sebaran Polutan di Bagian 5). Dalam per-

itu besar, sebagaimana sering terjadi di siang hari maka

hitungannya, suhu udara biasanya disampaikan dalam

atmosfer menjadi tidak stabil. Oleh karena tidak ada ra-

Ilustrasi: Toppeaks

Kondisi udara yang stabil (kelas F) cenderung membuat polutan bergerak lebih jauh. Sebaliknya, kondisi udara yang sangat tidak stabil (kelas A)
cenderung membuat polutan akan teraduk dan tercampur sejak keluar dari titik lepasannya.

49

diasi matahari, variasi tekanan udara di malam hari

suatu wilayah umumnya berfluktuasi. Oleh karena itu,

umumnya tidak terlalu besar. Hal ini menyebabkan at-

suatu wilayah umumnya akan memiliki stabilitas atmos-

mosfer memiliki kondisi yang lebih stabil di malam hari.

fer yang juga berfluktuasi. Di suatu saat, wilayah tersebut

Kecepatan angin dan tingkat radiasi sinar matahari di

mungkin saja memiliki kondisi udara yang stabil, tapi di


lain waktu wilayah tersebut akan memiliki kondisi udara
yang tidak stabil. Dengan sendirinya konsentrasi sebaran
polutan di suatu titik juga akan berfluktuasi mengikuti
fluktuasi stabilitas atmosfer.
Untuk sederhananya, stabilitas atmosfer digolongkan ke
dalam 6 (enam) kelas, yaitu kelas A sampai kelas F. Ada
juga yang menyebutnya sebagai kelas 1 sampai kelas 6.
Kelas A ditujukan untuk kondisi udara yang paling tidak
stabil. Sebagaimana terlihat dalam tabel berikut, kelas
stabilitas atmosfer di siang hari lebih ditentukan oleh
kecepatan angin dan tingkat radiasi sinar matahari (insolation). Sedangkan kelas stabilitas atmosfer di malam
hari lebih ditentukan oleh kecepatan angin dan tutupan

Konsentrasi sebaran polutan ( C) di suatu wilayah sangat dipengaruhi


oleh tingkat stabilitas atmosfernya. Walau demikian, nilai konsentrasi
sebaran polutan maksimal (CMAX) di suatu wilayah akan didapat pada
kondisi stabilitas yang berbeda dengan nilai CMAX di wilayah lain.
Seperti terlihat di ilustrasi di atas, nilai CMAX di titik A diperoleh saat
kondisi atmosfer sedang tidak stabil. Sedangkan, nilai CMAX di titik B
diperoleh saat kondisi atmosfer sedang stabil.

50

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

awan (cloudiness).
Dalam formula dispersi Gaussian, kelas stabilitas atmosfer
nantinya akan digunakan dalam menghitung nilai standar dispersi (y dan z) dari kepulan emisi (plume). Untuk
jelasnya, lihat Boks: Memahami Persamaan Gaussian di
Bagian 5.

Mencermati Wilayah Studi

TINGGI CAMPURAN
Tinggi campuran (mixing height) menunjukkan ketinggian ruang pencampuran dari permukaan bumi dimana
dispersi polutan masih mungkin terjadi. Seperti disebutkan sebelumnya, ruang pencampuran terbentuk akibat
adanya lapisan inversi suhu di udara. Polutan akan lebih
terdispersi ke arah vertikal di suatu wilayah yang ruang
pencampurannya lebih tinggi.
Tinggi campuran suatu wilayah dipengaruhi antara lain
oleh suhu udara ambien, kecepatan angin, karakterstik
fisik wilayah studi (khususnya tataguna lahan). Sama
dengan suhu udara, tinggi campuran di suatu wilayah
juga bervariasi dari waktu ke waktu. Tinggi campuran
bukan sesuatu yang mudah kita ukur sendiri. Nilai tinggi
campuran untuk suatu wilayah bisa diperoleh dari kantor
BMG terdekat.

MENGATASI KETERBATASAN DATA

meteorologis untuk seluruh wilayah di Indonesia. Untuk


wilayah Indonesia, BMG baru memiliki 37 stasiun pemantauan kualitas udara yang tersebar di 31 kota. Enam
stasiun berada di ibukota Jakarta dan semakin ke timur
semakin jarang ada stasiun pemantau BMG. Belum lagi
masalah rentang waktu rekaman data yang tersedia. Sangat sulit untuk mendapatkan data meteorologis dalam
rentang waktu yang panjang dari BMG.
Untuk mengatasi masalah itu, kita terpaksa perlu mengandalkan sumber-sumber alternatif lain, seperti:
bandara, yang umumnya memiliki data mengenai arah
dan kecepatan angin, suhu, dan tekanan udara,
hasil pemantauan udara dari kegiatan lain yang
berdekatan dengan wilayah studi, misalnya dari industri-industri besar yang biasanya melakukan pemantauan emisi dan kualitas udara ambien di sekitarnya,
rekaman stasiun meteorologis dari daerah lain yang
karakteristik geografis dan topografisnya mirip.
Alternatif lainnya adalah dengan melakukan pengukur-

Untuk prakiraan dampak kualitas udara yang rinci, kita


membutuhkan rekaman data meteorologis setidaknya 1
(satu) tahun. Sayangnya, data meteorologis yang lengkap
jarang sekali tersedia di Indonesia. Badan Meteorologi

an sendiri. Stasiun cuaca kecil (portable weather station)


dapat saja didirikan di lokasi wilayah studi untuk melakukan pemantauan cuaca dalam jangka waktu tertentu,
misalnya 3 (tiga) bulan.

dan Geofisika (BMG) belum mampu menyediakan data

Udara Dingin

Ilustrasi: Toppeaks

Lapisan Inversi

Keberadaan lapisan inversi akan membatasi


dispersi polutan ke arah vertikal. Keberadaan
lapisan inversi menentukan tinggi dari ruang
campuran di suatu wilayah.

Udara Dingin

51

Info Grafis: Koleksi Qipra

SIMULASI
PENYEBARAN POLUTAN
MEMILIH TEKNIK SIMULASI ................................................................... 54
Boks: Memahami Persamaan Gaussian .......................... 54
Perhitungan Manual ........................................................................... 54
Boks: Perhitungan CAVE secara Manual ......................... 56
Pilihan Software Dispersi Polutan ...................................................57
MENGHITUNG KONSENTRASI SEBARAN POLUTAN ......................62
Perhitungan Konsentrasi Maksimal ...............................................62
Perhitungan Konsentrasi Rata-Rata .............................................. 63
Boks: Perhitungan CMAX dengan SCREEN3 .................. 64
MEMBUAT PETA ISOPLETH ................................................................... 65
Peta Isopleth Semburan ..................................................................... 65
Peta Isopleth Wilayah Sebaran ......................................................... 65
Boks: Pembuatan Isopleth Semburan .............................. 66
Boks: Pembuatan Isopleth Wilayah Sebaran ................. 68
MENGHITUNG KONSENTRASI AMBIEN POLUTAN ........................ 70
Boks: Kalkulasi Konsentrasi Ambien ................................ 71
Apapun tingkat kedalaman prakiraan dampak yang dipilih, kita tetap
memulainya dengan melakukan simulasi penyebaran polutan. Tentunya
sesuai dengan lingkup dan arah prakiraan yang ditentukan dalam proses
pelingkupan. Metoda simulasi kita pilih sesuai kebutuhannya. Tidak selalu harus menggunakan perangkat lunak pemodelan yang canggih. Perhitungan manual terkadang sudah mampu memberikan informasi yang kita
butuhkan. Setelah mendapatkan konsentrasi sebaran polutan, kita dapat
melanjutkannya ke prakiraan dampak tingkat-tingkat selanjutnya.

Konsentrasi Sebaran CO (8 jam), g/m3

53

MEMILIH TEKNIK SIMULASI


Prakiraan penyebaran polutan (Tingkat 1) dilakukan dengan mensimulasi sebaran polutan sesuai dengan ling-

Boks

kup dampak penting hipotetik, waktu kajian, dan arah

Memahami
Persamaan Gaussian

prakiraan yang sudah ditentukan sebelumnya. Seperti diuraikan sebelumnya (lihat Boks: Kedalaman Prakiraan
Dampak di Bagian 1), hasil simulasi ini nantinya akan
menjadi dasar bagi kita dalam mengkalkulasi konsen-

Sampai saat ini, model Gaussian tetap dianggap paling te-

trasi ambien polutan (prakiraan Tingkat 2) dan kemudian

pat untuk melukiskan secara matematis pola 3 dimensi

mengevaluasi dampak lanjutannya (prakiraan Tingkat 3).

dari perjalanan semburan (plume) emisi. Dari sumbernya,

Ada beberapa teknik yang dapat dipakai untuk mensimulasi sebaran polutan. Simulasi dapat dilakukan secara
manual maupun dengan menggunakan perangkat lunak
komputer yang khusus dibuat untuk pemodelan dispersi
polutan. Prinsip perhitungannya sama yaitu menggunakan formula yang dikembangkan berdasarkan model
Gaussian (lihat boks di samping). Selain model itu, ada
juga simulasi yang dilakukan berdasarkan model kotak
(box model), untuk perhitungan sebaran polutan dengan
jenis sumber pencemar campuran seperti TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) dan daerah galian tambang.

emisi polutan akan bergerak sebagai plume mengikuti


arah angin, dan menyebar ke arah samping dan vertikal.
Konsentrasi polutan akan lebih tinggi di garis tengah
plume dan rendah di wilayah-wilayah tepi plume. Semakin ke tepi, konsentrasi semakin rendah. Jika diamati,
distribusi konsentrasi plume memiliki bentuk yang sama
dengan kurva distribusi normal atau kurva Gauss. Formula perhitungan C yang mengikuti model Gaussian
ini dikembangkan pertama kali oleh Sir Graham Sutton di
tahun 1947. Ilustrasi berikut menunjukkan Formula Dispersi Gaussian.

PERHITUNGAN MANUAL
Walau formula dispersi Gaussian terkesan rumit, perhitungan secara manual sebenarnya masih dimungkinkan.
Artinya, nilai C masih bisa dihitung tanpa bantuan komputer dan perangkat lunak (software) pemodelan dispersi
polutan. Boks di halaman selanjutnya menunjukkan langkah kerja perhitungan manual saat kita ingin mendapatkan satu nilai konsentrasi polutan yang akan digunakan

Pengaruh dispersi crosswind

untuk pembuatan Peta Isopleth Semburan.


Kelemahan utama dari perhitungan manual ini adalah
lamanya waktu untuk menyelesaikan satu hitungan. Perhitungan manual sangat sulit diandalkan saat kita perlu
melakukan perhitungan berulang sebagaimana dibutuhkan dalam penentuan batas wilayah studi dan pembuatan peta-peta isopleth (lihat bahasan mengenai Output
Prakiraan Dampak di Bagian 1). Untuk mempercepat

54

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Pola penyebaran polutan di bidang datar melintang arah


angin (crosswind) dan vertikal akan mengikuti pola distribusi normal (Gauss).

Simulasi Penyebaran Polutan

Semakin jauh dari garis pusat semburan (plume axis), nilai

Semakin menjauh dari sumbernya, bentuk plume ke arah

C akan semakin mengecil.

crosswind dan vertikal akan semakin melebar. Dengan


kata lain, standar deviasinya akan semakin besar. Besarnya standar deviasi di arah crosswind dan vertikal sangat dipengaruhi oleh stabilitas atmosfer dan jarak objek
penerima dampak terhadap sumber emisi.

bu

sum

ind

ssw

ro
y (c

Info Grafis: Koleksi Qipra

55

Boks

Perhitungan CAVE secara Manual


Suatu cerobong mengeluarkan SO2 sebanyak 500 g/detik. Sebuah objek penerima dampak di koordinat lokal 500, 1000
dikhawatirkan akan terpengaruh oleh emisi tersebut. Arah angin diketahui bertiup dari Barat-Daya ke objek tersebut. Berdasarkan data lain yang sudah tersedia, kita dapat melakukan perhitungan manual sesuai langkah kerja di tabel berikut.

Berdasarkan perhitungan manual, di titik koordinat lokal (500, 1000) diperoleh konsentrasi sebaran
polutan rata-rata sebesar 0,06 g/m3.
56

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Simulasi Penyebaran Polutan

waktu perhitungan dan mengurangi volume pekerjaan,

dalam perhitungan dispersi Gaussian yang dilakukan se-

banyak pihak sekarang sudah memanfaatkan program

cara manual.

spreadsheet, seperti Microsoft Excel. Kelemahan lain dari

Berdasarkan kepentingan penggunaannya, software dis-

perhitungan manual adalah sulitnya untuk memperhi-

persi polutan dapat dikelompokkan sebagai berikut.

tungkan pengaruh dari kondisi wilayah studi yang relatif

1. Model penyaring (screening models); yang tepat di-

kompleks. Misalnya, wilayah studi yang permukaan la-

gunakan untuk mendapatkan nilai-nilai konsentrasi

hannya berbukit, kasar, dan memiliki banyak bangunan.

sebaran polutan maksimal (CMAX) sebagaimana dibu-

PILIHAN SOFTWARE DISPERSI POLUTAN

tuhkan untuk pengembangan Tabel Output Prakiraan

Selain menggunakan teknik perhitungan manual, simu-

1). Simulasi penyebaran polutan dilakukan dengan

lasi penyebaran polutan dapat juga dilakukan dengan

menggunakan data meteorologis yang konservatif. Di

menggunakan berbagai perangkat lunak (software) yang

negara-negara lain, model screening banyak digunakan

tersedia di pasaran. Bahkan beberapa software pemo-

untuk memilih polutan-polutan penting yang mem-

delan dispersi polutan dapat diunduh (download) dari

butuhkan pemodelan rinci (lihat bahasan mengenai

situs USEPA secara gratis.

Menseleksi Polutan Penting di Bagian 2). Jika hasil

Cara kerja software tersebut sebenarnya sama saja de-

pemodelan screening menyimpulkan bahwa sebaran

ngan apa yang kita lakukan dalam perhitungan manual.

dari suatu polutan tidak akan melampaui tolok ukur-

Bedanya hanya formula dispersi Gaussian dan nilai-nilai

nya, maka pemodelan rinci tidak perlu lagi dilakukan.

parameter acuan sudah terprogram di dalam software

Model screening umumnya memberikan hasil perhi-

tersebut sehingga ratusan perhitungan berulang dapat


dilakukan dengan sangat cepat dan otomatis.
Walau terkesan canggih dan akurat, semua software dispersi polutan dikembangkan dengan beberapa asumsi
penyederhanaan fenomena alam. Oleh karena itu, perlu
selalu diwaspadai bahwa hasil simulasi akan berbeda
dengan kondisi nyatanya nanti. Asumsi-asumsi penyederhaaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
Polutan bersifat konservatif, sehingga tidak akan
mengalami reaksi kimia, transformasi, dan peluruhan
(decay).
Kelas stabilitas atmosfer, arah berikut kecepatan angin-

Dampak Kualitas Udara (lihat bahasan terkait di Bagian

tungan CMAX dalam waktu rata-rata 1 jam.


2. Model rinci (refined models); yang lebih banyak digunakan untuk mendapatkan nilai C di lokasi objek
penerima dampak dengan lebih akurat. Model rinci
membutuhkan input data meteorologis yang ekstensif (setidaknya data satu tahun) dan lebih rinci dibandingkan model screening. Pengoperasiannya juga lebih
rumit daripada pemodelan screening. Oleh karena itu,
penggunaan seringkali dibatasi hanya untuk mengkonfirmasi nilai C di lokasi objek penerima dampak
yang menurut pemodelan screening akan melampaui
nilai tolok-ukurnya.

nya, dan parameter meteorologi lainnya selalu diang-

Perlu dipahami bahwa tiap software memiliki kelebihan

gap seragam dan konstan di seluruh wilayah sebaran

dan kelemahannya masing-masing. Dan, tidak semua

dampak.

software tepat dan layak digunakan untuk mengkonfir-

Seluruh polutan yang jatuh ke permukaan tanah akan

masi dampak penting hipotetik kita.

terpantul balik ke lapisan udara. Tidak ada perhitungan

Beberapa software (lihat tabel) yang dapat digunakan

akibat pengaruh dari deposisi polutan.

untuk kepentingan simulasi penyebaran polutan antara

Kelemahan akibat penyederhanaan di atas juga ada

lain adalah:

57

lalu dianggap bersifat konservatif. Artinya, penilaian


sifat penting akan dilakukan terhadap nilai konsentrasi
polutan yang lebih besar dari nilai sesungguhnya. Dengan demikian, kajian AMDAL akan memberikan hasil
yang lebih aman.
CAL3QHC; atau CALINE3 with Queing and Hotspot
Calculations merupakan model screening untuk emisi
polutan dari sumber lalu-lintas kendaraan bermotor (ranmor). Seperti terlihat dari namanya, model ini
merupakan penambahan kemampuan model CALINE
3, khususnya dalam menghitung CMAX di persimpangan
jalan dan sekitarnya. CAL3QHC biasanya digunakan
sebagai model pendahuluan bagi CAL3QHCR (lihat
bahasan selanjutnya). Sama dengan SCREEN3, model
ini akan mengkombinasikan data kecepatan angin
dan kelas stabilitas atmosfer untuk mendapatkan nilai
SCREEN3; merupakan model sumber emisi tunggal (single source) yang dikembangkan USEPA untuk
mendapatkan konsentrasi maksimal dari sebaran polutan. SCREEN3 biasanya digunakan sebagai model
pendahuluan bagi ISC3 (lihat bahasan selanjutnya).
Model ini tidak membutuhkan data meteorologis yang
ekstensif. Cukup hanya dengan satu set data masingmasing untuk kecepatan angin, stabilitas atmosfer,

58

CMAX. Model ini membutuhkan data rancangan jalan,


lokasi objek penerima dampak, laju emisi ranmor (termasuk saat idle), pengaturan waktu lampu lalu-lintas,
konfigurasi persimpangan jalan, jumlah jalur ranmor,
dan lainnya. Hasil hitungan CAL3QHC merupakan
angka untuk waktu rata-rata 1 jam. CAL3QHC dapat
di-download dari www.epa.gov/scram001/dispersion_
prefrec.htm.

dan suhu udara ambien di sekitar titik lepasan emisi.

CAL3QHCR; merupakan model versi rinci (refined mo-

Bahkan guna mendapatkan nilai konsentrasi maksimal

del) dari CAL3QHC. Penggunaannya dikhususkan un-

yang mungkin terjadi di jarak-jarak tertentu, model ini

tuk emisi polutan lalu-lintas ranmor, khususnya untuk

tidak membutuhkan data meteorologis apapun. Model

polutan CO dan partikulat. Hasilnya bisa memiliki re-

ini akan melakukan perhitungan sendiri dengan meng-

solusi yang lebih halus karena model ini menggunakan

kombinasikan berbagai kecepatan angin dan kelas sta-

data meteorologis 1 tahun (on-site) atau 5 tahun (sta-

bilitas atmosfer yang mungkin terjadi. Hasil hitungan

siun pengukuran terdekat). Data tinggi pencampuran

SCREEN3 umumnya merupakan angka untuk waktu

(2 data per hari) juga diperhitungkan dalam model ini.

rata-rata 1 jam. Model ini juga dilengkapi dengan ke-

Selain data meteorologis, model ini membutuhkan

mampuan untuk memperhitungkan pengaruh lapisan

data lebih rinci yang terkait dengan wilayah sebaran

inversi, fumigasi, tarikan bangunan (buliding down-

dampak. Model ini dapat mengerjakan perhitungan

wash). Model ini dapat di-download dari www.epa.gov/

untuk mendapatkan nilai C untuk waktu rata-rata

scram001/dispersion_screening.htm.

Penggunaan

1 jam sampai 24 jam. Software CAL3QHCR dapat di-

SCREEN3 di dalam kajian AMDAL dalam batasan ter-

download dari www.epa.gov/scram001/dispersion_

tentu dapat dibenarkan. Hasil simulasi model ini se-

prefrec.htm. Saat ini, software CALINE4 yang merupa-

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Simulasi Penyebaran Polutan

Software SCREEN3 sudah diperbaiki tampilan input


dan outputnya dalam SCREENVIEW.

Info Grafis: Koleksi Qipra

kan pengembangan CAL3QHCR sudah diterbitkan

suhu, dan kelas stabilitas atmosfer. Tinggi campuran

oleh USEPA.

(mixing heights) setidaknya harus tersedia 2 data untuk

ISC3; merupakan versi ketiga dari seri model Industrial

tiap hari prakiraan. Data meteorologis harus terlebih

Source Complex yang dikembangkan USEPA. Model

dahulu diolah oleh subprogram PCRAMMET sebelum

ini mampu mensimulasi sebaran polutan yang berasal

di-input ke dalam model ISC3. Model ISC3 terdiri dari 3

dari sumber majemuk (multiple source), baik itu sum-

jenis, yaitu ISC3-ST (short term) untuk simulasi jangka

ber titik, sumber area, dan sumber volume. Dengan

waktu pendek (skala prakiraan dampak dalam AMDAL),

beberapa kiat khusus, model ISC3 sebenarnya dapat

ISC3-LT (long term) untuk simulasi jangka waktu pan-

digunakan untuk mensimulasi sebaran polutan dari

jang (skala regional), dan ISC3-PRIME (Plume Rise Model

sumber garis. Model ISC3 membutuhkan data me-

Enhancements). Sampai November 2005, model ISC3

teorologis yang ekstensif berupa data tiap jam (hourly

merupakan model yang direkomendasikan USEPA un-

condition data) untuk jangka waktu setahun. Data yang

tuk digunakan dalam kajian prakiraan dampak kualitas

dibutuhkan termasuk arah angin, kecepatan angin,

udara. Setelah waktu itu, USEPA merekomendasikan

59

model AERMOD yang lebih akurat (lihat bahasan beri-

AERSCREEN yang dibutuhkan untuk menyeleksi po-

kut). Model ISC3 dan panduannya dapat di-download

lutan penting. AERMOD jarang sekali digunakan di In-

dari www.epa.gov/scram001/dispersion_alt.htm.

donesia karena keterbatasan data meteorologis. Model

AERMOD; atau AMS/EPA Regulatory Model merupakan

ini dapat di-download dari www.epa.gov/scram001/

salah satu model sumber majemuk tercanggih saat ini

dispersion_prefrec.htm.

yang dikembangkan USEPA bersama AMS (American

Software model dispersi polutan yang dikeluarkan USEPA

Meteorology Society).

Oleh karena akurasinya yang

biasanya memiliki interface yang kurang user-friendly. Un-

tinggi, USEPA sekarang lebih merekomendasikan

tuk memudahkannya, beberapa perusahaan kemudian

penggunaan model ini ketimbang model ISC3. Peng-

mengembangkan interface yang lebih menarik. Salah

gunaan AERMOD sangat rumit. Selain membutuhkan

satunya adalah ScreenVIEW dari Lakes Environment Soft-

data meteorologis yang sangat kompleks, AERMOD

ware (Canada) yang dibuat untuk mempermudah peng-

juga membutuhkan data rinci dari karakteristik per-

gunaan SCREEN3.

mukaan tanah dan tataguna lahan wilayah studi. Data


tersebut harus terlebih dahulu diolah oleh
beberapa subprogram yang dibuat untuk
menyertai AERMOD, seperti AERSURFACE untuk data karakteristik permukaan
tanah, AERMET untuk data meteorologis,
dan AERMAP untuk data tataguna lahan.
AERMOD juga dilengkapi subprogram

Info Grafis: Koleksi Qipra

Beberapa software yang dikeluarkan produsen-produsan komersial


dapat memberikan tampilan output yang lebih menarik dan mudah dicerna.

60

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Simulasi Penyebaran Polutan

Beberapa faktor yang perlu kita pertimbangkan dalam

Tanpa ketersediaan data tersebut, hasil dari software

memilih software dispersi polutan.

rinci akan menyesatkan. Masalah ketersediaan data

Kesesuaian dengan jenis sumber emisi dan karak-

meteorologis ini merupakan hambatan utama bagi

teristik emisinya. Sebagian sofware seperti SCREEN3,

kita di Indonesia untuk menggunakan software rinci.

ISC3, dan AERMOD dapat digunakan untuk berbagai

Tidak heran jika akhirnya simulasi-simulasi penyeba-

jenis sumber emisi (lihat bahasan mengenai Jenis Sum-

ran polutan yang dijumpai dalam dokumen-dokumen

ber Emisi di Bagian 2). Namun, software CAL3QHC,

ANDAL lebih banyak menggunakan software screening

CAL3QHCR, dan CALINE4 hanya dibuat untuk kepen-

khususnya SCREEN3.

tingan simulasi penyebaran polutan dari sumber lalu-

Kemudahan pengoperasiannya. Software screen-

lintas ranmor (sumber garis dan bergerak). Berbagai

ing, seperti SCREEN3 mudah dioperasikan, sedangkan

keterbatasan software perlu dipahami khususnya yang

pengoperasian software rinci sangat sulit. Jika kita

menyangkut keterbatasan dari aspek jenis sumber

tidak memahami teknik penggunaan suatu software,

emisi, jenis polutan penting, dan pola pemunculan

perhitungan C dapat memberikan hasil yang menye-

emisi.

satkan.

Kesesuaian dengan output prakiraan dampak.

Perlu diingatkan sekali lagi bahwa software komputer

Setidaknya ada 2 jenis konsentrasi sebaran polutan

merupakan perangkat yang menuntut input data yang

yang harus dihitung untuk memenuhi tuntutan output

benar dan lengkap. Tanpa adanya data yang menunjang

prakiraan dampak (lihat bahasan terkait di Bagian 1),

maka penggunaan software yang canggih tidak akan

yaitu CMAX dan CAVE. Penggunaan program screening

ada gunanya. Hasilnya dapat berbeda jauh dengan ke-

dirasakan cukup layak untuk menghitung nilai CMAX.

nyataannya nanti. Jika kita tidak bisa memperoleh data

Ketersediaan data meteorologis. Umumnya, semakin

yang dibutuhkan maka hindarilah penggunaan software

banyak data yang diminta oleh suatu software maka se-

tersebut. Jenis software dispersi polutan yang akan digu-

makin rincilah hasil perhitungannya. Misalnya, software

nakan sebaiknya disepakati dulu dengan para anggota

rinci seperti ISC3 dan CAL3QHCR membutuhkan data

Komisi Penilai AMDAL.

meteorologis tiap jam selama jangka waktu setahun.


Foto: Heri Wibowo

61

MENGHITUNG KONSENTRASI SEBARAN POLUTAN


Simulasi penyebaran polutan dilakukan untuk menda-

dengan excel bila konsentrasi tiap grid di wilayah studi di-

patkan nilai C di lokasi objek penerima dampak yang

hitung otomatis dengan pemrograman sederhana soft-

disebutkan dalam dampak penting hipotetik. Seperti di-

ware tersebut. Output dan koordinatnya dapat diekspor

uraikan sebelumnya, ada 2 (dua) jenis nilai C yang dibu-

ke perangkat lunak untuk visualisasi kontur, seperti Surf-

tuhkan untuk output prakiraan dampak (lihat bahasan

er atau GIS dengan MapInfo, Arc View dan ArcGIS. Untuk

terkait di Bagian 1), yaitu:

mempermudah, perhitungan dapat dilakukan dengan

(1) Nilai CMAX atau konsentrasi sebaran polutan maksimal

menggunakan software dispersi polutan. Tentunya soft-

(tertinggi) yang mungkin terjadi di suatu lokasi. Nilai

ware yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

ini dibutuhkan untuk pembuatan Tabel Output Pra-

kita. Penggunaan SCREEN3 dirasakan sesuai dengan ke-

kiraan Dampak Kualitas Udara.

terbatasan data meteorologis yang dapat kita gunakan.

(2) Nilai CAVE atau konsentrasi sebaran polutan rata-rata


yang mungkin terjadi di suatu lokasi. Nilai ini dibutuh-

PERHITUNGAN KONSENTRASI MAKSIMAL

kan untuk pembuatan kedua peta isopleth yang dibu-

Nilai CMAX diperoleh dengan menggunakan kombinasi

tuhkan sebagai output prakiaan dampak

kecepatan angin dan kelas stabilitas yang pada akhirnya

Perhitungan untuk mendapat CMAX dan CAVE dibedakan

akan memberikan nilai konsentrasi sebaran polutan ter-

dari penggunaan laju emisi dan kecepatan angin di sum-

tinggi di suatu titik. Tidak ada cara praktis dan langsung

ber emisi. Tabel berikut menunjukkan parameter yang

untuk mendapatkan nilai kecuali dengan mencoba satu

harus digunakan dalam menghitung konsentrasi sebaran

per satu kombinasi tersebut. Tabel berikut menunjukkan

polutan.

kombinasi kecepatan angin dan kelas stabilitas yang harus digunakan untuk mendapatkan nilai CMAX.
Penggunaan SCREEN3 dengan opsi Full Meteorology
dapat mempermudah kita dalam menghitung nilai CMAX
tersebut. Boks berikut diharapkan dapat memperjelas
penggunaan SCREEN3 untuk memperoleh CMAX.
Untuk sumber emisi lalu-lintas ranmor, penggunaan
CAL3QHC sangat dianjurkan dalam perolehan CMAX.
Dalam prakiraan dampak Tingkat 1, nilai CMAX dapat
langsung dibandingkan dengan nilai Tambahan Polutan Maksimal (lihat bahasan terkait di Bagian 3) yang
sudah ditetapkan sebelumnya. Jika nilai CMAX melebihi
nilai TPM, emisi polutan itu dapat dianggap berpotensi
menimbulkan dampak penting. Seperti dibahas sebelumnya, nilai TPM ditentukan setelah mempertimbangkan konsentrasi ambien polutan penting di sekitar lokasi
rencana kegiatan. Untuk mempermudah, nilai TPM dapat

Perhitungan nilai-nilai konsentrasi di atas dapat dilakukan

ditentukan secara proporsional terhadap nilai BMUA untuk suatu polutan. Misalnya, nilai TPM untuk suatu polu-

62

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Simulasi Penyebaran Polutan

tan besarnya sama dengan 10 % dari nilai BMUA.

PERHITUNGAN KONSENTRASI RATA-RATA

patan angin tersebut dan kondisi-kondisi meteorologis


lainnya. Boks berikut diharapkan dapat memperjelas
perolehan CAVE dengan perhitungan manual. Penggu-

Nilai CAVE diperoleh dengan menggunakan kecepatan

naan SCREEN3 dengan opsi Single Stability Class and Wind

angin rata-rata dari arah angin yang kita pilih. Kelas sta-

Speed dapat mempermudah kita dalam menghitung nilai

bilitas atmosfer ditentukan kemudian berdasarkan kece-

CAVE tersebut.

Ada banyak rumus perhitungan yang dapat kita gunakan untuk menghitung
tinggi kepulan dari emisi cerobong. Salah satunya adalah formula Holland.
Rumus perhitungan lain yang banyak digunakan adalah rumus Briggs.
Info Grafis: Koleksi Qipra

63

Boks

Perhitungan CMAX dengan SCREEN3


Hasil pelingkupan dampak penting hipotetik dari suatu rencana Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU, khususnya untuk isu
dampak penting hipotetik kualitas udara, menunjukkan hasil sebagai berikut.

Sebelumnya juga ditetapkan bahwa emisi PLTU tidak


boleh menyebabkan adanya peningkatan konsentrasi
melebihi 10% dari konsentrasi polutan di Baku Mutu
Udara Ambien. Untuk CO yang nilai BMUA-nya 30.000
g/Nm3

maka nilai Tambahan Polutan Maksimal

(TPM) adalah 3000 g/Nm3. Sesuai kebutuhan Output Prakiraan Dampak (Tingkat 1), kita diminta untuk
membuat perhitungan konsentrasi sebaran polutan
maksimal (CMAX).Menggunakan SCREEN 3 dengan
pilihan full meteorology, kita dapat menghitung nilai
CMAX untuk lokasi-lokasi yang disebutkan dalam
uraian dampak penting hipotetik di atas.

Keempat nilai CMAX masih lebih rendah dari nilai


TPM yang sudah disepakati sebelumnya, yaitu 3.000
g/Nm3. Dengan demikian, emisi CO (1 jam) PLTU disimpulkan BUKAN merupakan dampak penting untuk
keempat objek penerima dampak.

64

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Simulasi Penyebaran Polutan

MEMBUAT PETA ISOPLETH


Info Grafis: Koleksi Qipra

Ada 2 peta isopleth yang setidaknya harus


dibuat sebagai output prakiraan dampak
kualitas udara, yaitu Peta Isopleth Semburan dan Peta Isopleth Wilayah Sebaran.

Untuk membuat peta-peta tersebut,

kita perlu melakukan perhitungan nilai CAVE


sampai ratusan kali. Mengingat banyaknya
jumlah hitungan yang harus dilakukan, kita
perlu mengandalkan bantuan software dispersi polutan. Atau setidaknya menggunakan program spreadsheet Excel sebagaimana
ditunjukkan dalam beberapa contoh perhitungan berikut.
Penggambaran garis-garis isokonsentrasi
dapat dilakukan dengan bantuan software
pemetaan seperti Surfer. Program dalam
software ini dapat secara otomatis melaku-

Contoh peta isopleth wilayah sebaran dari hasil prakiraan dampak kualitas
udara di negara lain.

kan interpolasi terhadap nilai-nilai di jarakjarak yang berdekatan.

sebaran dampak. Nilai-nilai CAVE dihitung berdasarkan

PETA ISOPLETH SEMBURAN

kondisi kejadian tersering. Perlu dipahami bahwa peta

Peta ini menunjukkan nilai rata-rata peningkatan konsen-

penyebaran polutan yang akan terjadi di suatu saat se-

trasi polutan di sekitar sumber emisi akibat adanya plume

cara sekaligus.

polutan yang bergerak mengikuti tiupan angin dominan.


Tergantung kesepakatan dengan Komisi Penilai AMDAL,
peta isopleth ini dapat saja dibuat untuk beberapa arah
angin.

Isopleth Wilayah Sebaran bukan menggambarkan pola

Sebaiknya di dalam peta Isopleth Wilayah Sebaran,


kita juga membuat garis isokontur yang menunjukkan
konsentrasi TPM. Dengan adanya garis itu, kita dapat
menunjukkan wilayah yang kemungkinan akan terkena

Nilai CAVE dihitung dengan ketentuan seperti tercantum

dampak penting. Kita kemudian dapat memprakirakan

dalam tabel Parameter Perhitungan Konsentrasi Se-

jumlah orang atau komponen-komponen lingkungan

baran Polutan. Boks berikut diharapkan dapat memper-

yag berpotensi terkena dampak. Garis isokonsentrasi

jelas proses pembuatan peta isopleth semburan ini.

TPM itu sekaligus akan merevisi garis batas wilayah studi

PETA ISOPLETH WILAYAH SEBARAN

yang kita tentukan sebelumnya (lihat bahasan mengenai


Membatasi Wilayah Studi di Bagian 3).

Peta ini menunjukkan pola distribusi peningkatan konsentrasi polutan yang rata-rata terjadi di dalam wilayah

65

Boks

Pembuatan Isopleth Semburan


Hitung konsentrasi sebaran polutan penting
(C) sesuai arah angin dominan.
Pertama, tentukan jenis polutan penting yang
ingin dibuat isoplethnya. Kemudian pilih arah
angin dominan dan ambil nilai kecepatan angin
rata-ratanya. Lalu, hitung konsentrasi sebaran
polutan untuk beberapa nilai x di sumbu arah
angin sesuai sistem koordinat relatif (atau garis
y = 0) dan z = 0 (groundlevel concentration). Bisa
dilakukan dengan bantuan program spreadsheet Microsoft Excel (seperti contoh ini) atau
dengan software pemodelan dispersi polutan.

Plot-kan nilai C di titik-titik


koordinat yang dihitung.
Nilai-nilai C hasil perhitungan dicantumkan di titik-titik koordinat relatif pada
peta wilayah studi. Sebaiknya plotting dilakukan di peta yang berskala.

66

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Simulasi Penyebaran Polutan

Interpolasi-kan nilai C sesuai rentang nilai konsentrasi


yang diinginkan.
Tentukan nilai-nilai rentang interpolasi. Hitung dan dapatkan titik-titik yang menunjukkan
lokasi di mana nilai interpolasi berada. Tandai titik-titik interpolasi itu di peta.

Haluskan garis isopleth.


tersebut sehingga membentuk elips-elips konsentris ke arah angin dominan.

Info Grafis: Koleksi Qipra

Hubungkan titik-titik hasil interpolasi dengan garis lurus. Lalu, kurangi kekakuan garis lurus

67

Boks

Pembuatan Isopleth Wilayah Sebaran


Hitung konsentrasi
sebaran polutan
penting (C) sesuai
arah angin.
Pertama, tentukan jenis polutan penting
yang ingin dibuat isoplethnya. Ambil nilai
kecepatan angin untuk tiap arah angin.
Untuk tiap arah angin, hitung konsentrasi
sebaran polutan untuk beberapa nilai x
di sumbu arah angin (sistem koordinat
relatif ) dengan z = 0 (groundlevel concentration).

Lakukan dengan software pe-

modelan dispersi polutan. Ulangi untuk


arah-arah angin lainnya.

68

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Simulasi Penyebaran Polutan

Plot-kan nilai C di titik-titik kordinat yang dihitung.


Nilai-nilai C hasil perhitungan (dari seluruh arah angin) dicantumkan di titik-titik koordinat relatif pada
peta wilayah studi. Sebaiknya plotting dilakukan di peta yang berskala.

Interpolasi-kan nilai C sesuai rentang


nilai konsentrasi yang diinginkan.
Tentukan nilai-nilai rentang interpolasi. Hitung dan dapatkan titik-titik yang menunjukkan lokasi
dimana nilai interpolasi berada. Tandai titik-titik interpolasi itu di peta. Hubungkan titik-titik hasil
Info Grafis: Koleksi Qipra

interpolasi dengan garis lurus.

Haluskan garis
isopleth.
Lalu, kurangi kekakuan garis lurus
tersebut sehingga membentuk beberapa elips konsentris yang memiliki titik pusatnya adalah lokasi sumber emisi.

69

MENGHITUNG KONSENTRASI AMBIEN POLUTAN


Prakiraan kualitas udara tingkat 2 (lihat Boks: Kedalaman

polutan penting sejenis dengan waktu rata-rata (aver-

Prakiraan Dampak di Bagian 1) ditujukan untuk

aging times) yang sama.

mengetahui konsentrasi ambien dari suatu polutan akibat

Nilai CO yang digunakan harus merupakan nilai CO di

adanya suatu rencana kegiatan yang akan menyebarkan

tahun prakiraan yang sama. Untuk itu, kita juga perlu

polutan tersebut. Caranya tidak terlalu sulit. Kita hanya

melakukan prakiraan kualitas udara nir-kegiatan (lihat

perlu menambahkan nilai hasil prakiraan dampak sebaran

bahasan mengenai Penilaian Dampak di Bagian 1

polutan (prakiraan Tingkat 1) di suatu lokasi dengan

dan Waktu Kajian di Bagian 3). Kondisi kualitas udara

konsentrasi ambien dasar (background concentration) di

ambien awal saat ini hanya dapat digunakan jika kita

lokasi tersebut. Untuk kepentingan AMDAL, ada baiknya

yakin bahwa nilai CO akan tidak berubah sampai ke

kita selalu menambahkan nilai konsentrasi sebaran

suatu tahun prakiraan.

polutan maksimal (CMAX) ke konsentrasi ambien awal

Ada kemungkinan suatu objek penerima dampak akan

(CO) sebagaimana ditunjukkan dalam rumus berikut.

menerima kiriman polutan dari beberapa sumber emisi.

C= CO + CMAX

Untuk itu, seluruh nilai konsentrasi sebaran polutan di


titik tersebut harus dijumlahkan sebagaimana terlihat
pada rumus berikut.

Beberapa hal yang perlu diingat dalam kalkulasi kualitas


udara ambien.

C = CO + CMAX, 1 + CMAX, 2 +CMAX, 3 + .....

Penjumlahan harus dilakukan antara CMAX dan CO dari


Seperti disebutkan sebelumnya, hasil kalkulasi kualitas udara ambien ini dapat juga ditampilkan dalam
wujud peta isopleth yang menghubungkan titiktitik dengan konsentrasi ambien yang sama. Walau
demikian, pembuatannya akan memakan banyak
biaya karena kita harus memiliki data kualitas udara
ambien untuk seluruh wilayah sebaran dampak.
Output prakiraan kualitas udara ambien dalam
penilaiannya nanti akan dibandingkan dengan
satu atau beberapa kriteria penilaian yang sudah
disepakati sebelumnya. Kebanyakan pihak sampai
saat ini lebih senang menggunakan nilai-nilai
konsentrasi maksimal di BMUA sebagai kriteria
penilaian utamanya. Beberapa kriteria lainnya dapat
dilihat kembali pada bahasan mengenai Kriteria
Penilaian Sifat Penting di Bagian 3.

Ilustrasi: Toppeaks

70

Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara

Simulasi Penyebaran Polutan

Boks

Kalkulasi Konsentrasi Ambien


Tabel berikut menunjukkan hasil pengukuran konsentrasi ambien
CO (rona dasar) di tahun 2007 untuk lokasi-lokasi obyek penerima
dampak dari rencana pembangunan PLTU.

Tabel berikut menunjukkan prakiraan konsentrasi ambien CO (rona


dasar) di tahun 2015 jika diasumsikan tiap tahun konsentrasi ambien
akan meningkat 5%.

Nilai-nilai dalam tabel di atas juga dapat dianggap sebagai nilai prakiraan nir-kegiatan. Dengan menggunakan hasil
simulasi penyebaran polutan sebelumnya (lihat Boks: Perhitungan CMAX dengan SCREEN3), kita dapat memperoleh tabel Output Prakiraan Dampak yang lebih lengkap sebagai berikut.

Keseluruhan nilai konsentrasi


CO, baik CMAX maupun CMAX
masih lebih rendah dari pada
nilai dari kriteria penilaian sifat
pentingnya. Dengan demikian,
emisi CO (1 jam) PLTU disimpulkan BUKAN merupakan dampak
penting untuk ke-4 obyek penerima dampak.

71

LAMPIRAN

DAFTAR SINGKATAN
Amdal = Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
AMS = American Meteorology Society
Andal = Analisis Dampak Lingkungan Hidup
ASR = Air Sensitive Receptor
B3 = Bahan Beracun dan Berbahaya
BME = Baku Mutu Emisi
BMUA = Baku Mutu Udara Ambien
CAL3QHC = Caline 3 with Queing and Hotspot Calculations
CAL3QHCR = Caline 3 with Queing and Hotspot Calculations Refined
CFC = Chlorofluorocarbon
CO = Karbon Monoksida
EF = Emission Factor
ER = Emission Reduction
HC = Hidrokarbon
ISC3 = Industrial Source Complex 3
ISC3-LT = Industrial Source Complex 3 - Long Term
ISC3-PRIME = Industrial Source Complex 3 - Plume Rise Model Enhancements
ISC3-ST = Industrial Source Complex 3 - Short Term
ISPA = Infeksi Saluran Pernapasan Atas
ISPU = Indeks Standar Pencemaran Udara
KA = Kerangka Acuan
KBPP = Kriteria Batas Polutan Penting

KLH = Kementerian Lingkungan Hidup


LNG = Liquefied Natural Gas
LPG = Liquefied Petroleum Gas
NO2 = Nitrogen Dioksida
Pb = Plumbum
PLTD = Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
PLTU = Pembangkit Listrik Tenaga Uap
RKL = Rencana Pengelolaan Lingkungan
RPL = Rencana Pemantauan Lingkungan
SO2 = Sulfur Dioksida
TPA = Tempat Pembuangan Akhir
TPM = Tambahan Polutan Maksimal
TSP = Total Suspended Particulate
USEPA = United States Environmental Protection Agency
UTM = Universal Transverse Mercator
UV = Ultra Violet
VOC = Volatile Organic Compounds

DAFTAR PUSTAKA
Air Quality Forecasting: A Review of Federal Programs and Research Needs. NOAA Aeronomy
Laboratory. Colorado: USA. June 2001.
Air Quality Impact Analysis for the Proposed Second Street Crossing Project, City of Davis. Raney
Planning & Management. California: USA. January 2005.
Air Quality Impact Assessment: Vic Park Tunnel Project, Auckland. Beca Infrastructure Ltd. New
Zealand. 7 June 2006.
Aplication of Numerical Models to the Environtmental Impact Assessment (EIA) for Thermal Power
Plants. Japan: Central Research Institute of Electric Power Industry. Criepi News 362. July
2002.
Atlas Kualitas Udara Nasional. 22 November 2006. Proyek Kerjasama Teknis Pemerintah Indonesia
Asian Development Bank.
Budirahardjo, E. 2000. Prediksi Dampak Penurunan Kualitas Udara dengan Modeling Matematika.
Jakarta: t.p.
Cabral, Brenda. Review of Air Quality Impact Analysis Prevention of Significant Deterioration (PSD)
for ConocoPhillips Rodeo Refinery Clean Fuels Expansion and Hydrogen Plant Projects. Bay Area
Quality Management District. California: USA. March 2007.
Citizens Guide to Air Dispersion Modelling. Minnesota: Minnesota Pollution Control Agency. Air
Quality/#1.06/August 2002.
Cooper and F.C. Alley, David. 1994. Air Pollution Control: A Design Approach. USA: Waveland Press,
Inc.
Country Synthesis Report On Urban Air Quality of Management: Indonesia (Discussion Draft,
December 2006). Asian Development Bank the Clean Air Initiative for Asian Cities (CAI-Asia)
Center.
Curtis, Dean. Assessment of Air Quality M6 Toll Road - Nitrogen Dioxide and Particulate Matter
(PM10). Pollution Control Walsall Metropolitan Borough Council. Walsall: UK. May 2007.
De Nevers, Noel. 1995. Air Pollutan Control Engineering. Singapore: Mc Graw Hill, Inc.
Draft Environmental Impact Report for the Bay Area Air Quality Management Districts Air Toxics NSR

Rule. Bay Area Air Quality Management District 939 Ellis Street San Francisco, CA. California:
USA. April 20, 2005.
http://www.epa.qld.gov.au/environmental_management/air/air_quality_monitoring/air_
pollutants/airborne_particulates/#Environmental_effects_particulate#Environmental_
effects_particulate.
http://www.tva.com/environment/air/ontheair/index.htm.
Kiely, G. 1998. Environmental Engineering. McGraw-Hill International Editions. Singapore.
LaGrega, M., Buckingham, P., and Evans, J.C. 2001. Hazardous Waste Management. McGraw-Hill
International Edition. McGraw-Hill Co, Inc. Singapore.
Misra and S.D. Tiwari, S.G. 1992. Air and Atmosperic Pollutants. New Delhi: Venus Publishing
House.
Muhayatun (et al). Penentuan Sumber Cemaran Partikulat Udara Daerah Bandung dan Lembang
2004. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknik Nuklir Tema : Peran Sains dan Teknologi
dalam P3TkN BATAN Bandung, 14 15 Juni 2005.
National Pollutan Inventory. Chemical Transport Modelling for Air Quality Forecasting and Policy
Development: Linking to Access. Environtment Australia. December 1999.
Peavy, H.S., Rowe, D.R., dan Tchobanoglous, G. 1985. Environmental Engineering. McGraw - Hill
International Editions. Mc Graw Hill, Inc. Singapore.
Technical Manual 1002: Guidance On Preparing An Air Quality Modeling Protocol. Bureau of Air Quality
Evaluation Air Quality Permitting Program New Jersey Departement of Environtmental
Protection. August 1997.
Tjasyono HK, Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung: Penerbit ITB.

Anda mungkin juga menyukai