Bab III Proses Produksi New
Bab III Proses Produksi New
Proses Produksi
BAB III
PROSES PRODUKSI
Pabrik Gula Gempol Krep menghasilkan produk utama gula SHS IA dan
hasil sampingnya adalah ampas, tetes, dan blotong. Proses pemurniannya
menggunakan belerang dan kapur untuk pemisahan dari nira jernihnya. Faktor
utama yang menentukan mutu hasil produksi adalah pada bahan dasar. Dalam hal
ini tergantung pada bahan baku dan bahan-bahan pembantu.
Proses produksi gula terbagi dalam beberapa proses, yaitu : penggilingan,
pemurnian,
penguapan,
pemasakan/pengkristalan,
putaran,
pengeringan,
Kerja Praktek PG
I II- 2
Proses Produksi
oleh pihak pabrik dilakukan di beberapa lokasi, antara lain dari daerah Mojokerto,
Jombang serta Lamongan.
Tebu yang digunakan diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi)
TRI adalah tebu yang pengolahannya dibiayai oleh BRI dan mendapatkan
perhatian khusus dari pabrik dalam hal pengelolaan tanaman.
2. TS (Tebu Sendiri)
TS adalah tebu milik pabrik dengan sistem menyewa tanah rakyat dan
penggarapannya dibiayai oleh pabrik.
Tebu yang digunakan diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
3. TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi)
TRI adalah tebu yang pengolahannya dibiayai oleh BRI dan mendapatkan
perhatian khusus dari pabrik dalam hal pengelolaan tanaman.
4. TS (Tebu Sendiri)
TS adalah tebu milik pabrik dengan sistem menyewa tanah rakyat dan
penggarapannya dibiayai oleh pabrik.
Kriteria tebu yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. MUTU A = prima
Tebangan once/dongkel pada puncak masak
Bersih mutlak(bebas daduk, pucuk, tanah, akar, sogolan, tebu mati)
Batang besar, lurus, tidak di cacah, sangat segar, ruas normal.
b. MUTU B = MBS
Masa optimal, tidak di cacah, bebas sogolan,
Bersih (sedikit daduk, pucuk, tanah, dan akar, tebu mati)
Batang agak besar, agak bengkok, ruas medium atau sedang.
c. MUTU C = kotor
Ada daduk, pucuk, tanah, akar, sogoln, tebu mati.
Batang kecil, bengkok, ruas pendek, di cacah, agak wayu. Tercampur tebu
mati
Kerja Praktek PG
I II- 3
Proses Produksi
d. MUTU D = sangat kotor
Banyak (daduk, pucuk, tanah, akar, sogolan)
Tebu mati, wayu, dan sangat muda.
Batang kecil, bengkok, sangat pendek, banyak cacahan.
e. MUTU E = terbakar
III.1.2 Bahan Baku Penunjang
Bahan baku penunjang merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk
meningkatkan mutu gula. Beberapa bahan penunjang yang digunakan adalah :
1. Bakterisida dan fungisida
Bakterisida dan fungisida ditambahkan dengan tujuan mengendalikan laju
pertumbuhan bakteri dan jamur dalam nira serta menurunkan kehilangan
sukrosa yang terjadi karena inversi pada stasiun gilingan.
2. Asam Phospat (H3PO4)
Digunakan sebagai bahan pengendap kotoran.
3. Kapur Tohor (CaO)
Penambahan kapur dalam nira dilakukan dalam bentuk susu kapur, dengan
tujuan :
~ menaikkan pH nira dari asam menjadi alkalis
~ mencegah terjadinya inversi
~ membantu menjernihkan nira
Kapur Tohor (CaO) digunakan untuk memproduksi Ca(OH) 2, yang akan
digunakan pada stasiun pemurnian.
Proses Pembuatan Ca(OH)2 :
Kapur tohor dicampur dengan air panas, kemudian dimasukkan ke dalam
kalk blus tromol sehingga terbentuk hidroksida kuat dengan reaksi sebagai
berikut :
CaO + H2O Ca(OH)2 + kalor
Kerja Praktek PG
I II- 4
Proses Produksi
Tromol akan terus berputar sehingga terbentuk larutan susu kapur yang
masih kotor dan kasar. Larutan ini kemudian disaring pada vibrating
screen, untuk memisahkan bagian yang kasar dan yang halus. Larutan
yang halus masuk ke bak pengendap pasir dan ditampung di bak pengaduk
I dan II agar larutan homogen dengan kekentalan 3Be. Dari sini, larutan
kemudian dipompa ke tangki buffer susu kapur, kemudian dialirkan
menuju splitter box sebagai kalkdozer apparat.
4. Sulfur
Sulfur (belerang) digunakan dalam pembuatan gas SO2, yang digunakan
pada proses pemurnian. Kebutuhan belerang rata-rata mencapai 2000
kg/hari. Syarat belerang yang digunakan adalah sebagai berikut :
~ kadar air maksimal 1%
~ kadar abu maksimal 0,1%
~ bituminous substance maksimal 0,1%
~ arsen maksimal 0,05%
~ rest after incinerator maksimal 1%
Belerang ditambahkan dalam bentuk gas SO2 yang diperoleh melalui
pembakaran belerang padat dengan udara kering sebagai sumber oksigen
dalam furnace. Kegunaan gas SO2 adalah sebagai pemucat warna karena
mereduksi senyawa-senyawa berwarna menjadi tak berwarna.
Proses pembuatan gas SO2 :
Belerang padat dimasukkan ke tobong belerang. Dalam tobong belerang
ini dilakukan pemanasan dengan menggunakan steam, hingga belerang
mencair pada suhu 160C, kemudian belerang cair ini dibakar hingga suhu
200C. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
S(s)
S(l) + kalor
S(l)
S(g)
S(g) + O2(g)
SO2(g) + kalor
Kerja Praktek PG
I II- 5
Proses Produksi
Reaksi diatas berlangsung secara eksotermis, sehingga suhu gas SO2
menjadi lebih tinggi. Gas SO2 ini kemudian didinginkan dengan
menggunakan air pendingin agar tetap berada pada suhu 200C. Hal ini
dilakukan untuk mencegah supaya tidak terbentuk gas SO 3 yang tidak
diinginkan. Selanjutnya gas SO2 dialirkan ke sublimator yang berisi
susunan batu tahan api dan ijuk untuk menyerap sisa-sisa air sekaligus
sebagai pendingin. Dari sublimator, gas SO2 dimasukkan ke tangki
sulfitasi.
5. Flokulan
Penambahan flokulan dilakukan pada door clarifier. Tujuan ditambahkan
flokulan yaitu untuk mengikat endapan agar ukuran menjadi lebih besar
sehingga dapat mempercepat proses pengendapan.
Jenis flokulan yang digunakan adalah amifloc sebanyak 6 kg/shift dengan
konsentrasi sekitar 3,75 ppm.
6. Soda caustic
Soda Fleaks digunakan pada saat pembersihan evaporator. Soda caustic ini
dapat melunakkan kerak yang ada. Setiap pembersihan evaporator
dibutuhkan 200 400 kg pada luas penampang 1200 1500 ft 2, namun
jumlah tersebut dapat berubah tergantung pada kondisi kerak yang
terbentuk dalam evaporator.
III.2 URAIAN PROSES PRODUKSI
Dalam proses pembuatan gula terdapat beberapa tahapan. Uraian masingmasing tahapan adalah sebagai berikut:
III.2.1 Stasiun Persiapan (Emplacement Tebu)
Tujuan :
Melakukan analisa awal (% Brix) sampel tebu yang masuk dengan
menggunakan Hand Refrakrtometer.
Kerja Praktek PG
I II- 6
Proses Produksi
Mencatat keterangan truk tebu yang masuk (nomer polisi truk, SPTA, kode
register, varietas tebu, diameter tebu, dan hasil analisa awal % brix tebu).
Tebu yang berasal dari perkebunan, diangkut dengan menggunakan truk
dan lori menuju emplacement tebu. Sebelum tebu masuk emplacement, tebu
ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat tebu yang masuk PG Gempol
Krep dengan menggunakan timbangan DCS (Digital Crane System), terdapat 3
unit timbangan crane
terintegrasi dengan program computer SMAS, dan satu lagi dengan kapasitas 20
kwintal, kemudian menunggu giliran untuk digiling.
III.2.2 Stasiun Gilingan
Tujuan :
Stasiun gilingan berfungsi untuk memerah tebu sehingga diperoleh nira
sebanyak mungkin dan mengusahakan agar kandungan nira dalam ampas sangat
kecil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemerahan nira di stasiun
penggilingan antara lain sebagai berikut :
Air imbibisi
Kinerja gilingan
Jalannya proses pada stasiun ini adalah sebagai berikut :
1.
Kerja Praktek PG
I II- 7
Proses Produksi
(CC), yaitu CC1 dan CC2. Pada CC1 tebu dicacah sehingga ukurannya
lebih kecil, dan di CC2 tebu disayat sehingga tebu menjadi semakin
halus. Kemudian tebu tersebut ditumbuk menggunakan heavy duty
hammer shredder
memperlebar serat dan luas permukaan cacahan tebu yang akan digiling.
Cacahan tebu yang keluar diumpankan oleh feeding roll masuk ke
gilingan satu. Pemerahan pertama terjadi antara roll depan dengan roll
atas yang menghasilkan nira yang keluar melalui trash plate dan ampas.
Ampas ini selanjutnya mengalami pemerahan kedua yang terjadi antara
roll belakang dengan roll atas yang menghasilkan nira I dan ampas I.
Pada proses pemerahan gilingan I tersebut mendapat penambahan
imbibisi nira dari gilingan III.
2.
3.
Pemerahan pada gilingan II dan III sama dengan proses pemerahan pada
gilingan I yang mendapatkan imbibisi nira, tetapi pada pemerahan
gilingan III selain mendapatkan imbibisi nira, juga mendapatkan imbibisi
air. Air imbibisi yang ditambahkan bertujuan untuk menyempurnakan
proses pemerasan nira dan menekan kehilangan gula dalam ampas tebu.
Air imbibisi ini berasal dari air kondensat evaporator yang bersuhu
sekitar 70-80oC, bila suhunya terlalu tinggi dapat menyebabkan rusaknya
alat. Umpan gilingan III (ampas II) dibawa oleh intermediate cane carrier
II menuju gilingan III dengan disemprot imbibisi nira dan imbibisi air,
dimana imbibisi nira berasal dari nira gilingan V.
4.
Kerja Praktek PG
I II- 8
Proses Produksi
III menuju gilingan IV, yang kemudian ditambahkan imbibisi air.
Sedangkan umpan gilingan V (ampas IV) dibawa oleh intermediate cane
carrier IV menuju gilingan V, tanpa penambahan imbibisi apapun.
Sehingga diperoleh ampas kering yang kemudian diangkut dengan
bagasse carrier menuju ketel bertekanan, yang akan digunakan sebagai
bahan bakar ketel. Namun sebelum masuk ketel, ampas tersebut terlebih
dahulu disaring dalam rotary bagasse thumbler. Ampas halus yang tidak
tersaring dibawa ke vacuum filter.
5.
Kerja Praktek PG
I II- 9
Proses Produksi
Hasil pencampuran ini kemudian ditampung dalam bak penampung.
Tujuan penambahan asam phospat adalah :
a. Menyerap koloid dan zat warna
b. Menurunkan kadar susu kapur nira mentah
c. Melunakkan kerak evaporator
d. Mempermudah
proses
pengendapan
(pembentukan
floc),
3.
Kerja Praktek PG
I II10
Proses Produksi
~ Menaikkan pH nira sampai netral agar sukrosa tidak mengalami
kerusakan.
Reaksi :
I.
II.
III.
CaO + H2O
Ca(OH)2
Ca(OH)2
Ca2+ + 2 OH-
P2O5 + 3 H2O
2 H3PO4
2 H3PO4
6 H+ + 2 PO43-
3 Ca2+ + 2 PO43-
Ca3(PO4)2
5.
6.
Kerja Praktek PG
I II11
Proses Produksi
gas-gas yang terlarut dapat menguap agar tidak mengganggu proses
pengendapan di clarifier dan memudahkan proses pengendapan.
7.
Dari Juice Heater II, nira dibawa ke Flash Tank untuk menghilangkan
gas-gas dalam nira, supaya gas-gas tersebut tidak menghalangi pada
proses pengendapan. Kemudian nira dialirkan masuk ke snow balling
untuk ditambahkan flokulan, setelah di tambahkan dengan flokulan yang
berupa amifloc, kemudian nira dialirkan ke dalam multitray door
clarifier, suhu dalam multitray door clarifier mencapai 94 oC, pada door
clarifier ini juga ditambahkan flokulan jenis amifloc sebanyak 6 kg per 8
jam dengan konsentrasi 3,75 ppm untuk satu door clarifier. Penambahan
amiflok ini bertujuan agar molekul-molekul yang terbentuk pada proses
defekasi dan sulfitasi dapat saling melekat membentuk partikel yang
lebih besar sehingga lebih mudah terendapkan, dan diperoleh nira jernih
yang mengalir dari bagian atas secara overflow ke pipa penampung. Dan
dari bawah akan diperoleh nira kotor yang ditampung dalam bak
penampung.
8.
Nira jernih yang didapat dari multitray dorr clarifier disaring dengan
menggunakan DSM Screen untuk menyaring ampas atau kotoran-kotoran
yang tidak dapat di endapkan, DSM screen ini memiliki ukuran sebesar
200 mesh, yang kemudian ditampung ke Juice Tank nira jernih kemudian
dipompa masuk ke dalam FFPE (Falling Film Plate Evaporator). Adapun
untuk nira kotor yang mengendap pada door clarifier kemudian di alirkan
ke rotary vacuum filter. Hasil penyaringan vacuum filter adalah blotong
dan filtrat. Filtrat tersebut kemudian disebut nira tapis. Nira tapis ini akan
dialirkan kembali menuju Timbangan Boulogne. Sedangkan blotong
dapat
digunakan
sebagai
pupuk
dan
tempat
pertumbuhan
mikroorganisme.
III.2.4 Stasiun Penguapan
Kerja Praktek PG
I II12
Proses Produksi
Pada stasiun penguapan terdapat dua unit FFPE dan tujuh unit evaporator
Robert, sedangkan yang digunakan hanya satu unit FFPE dan tujuh unit
evaporator Robert, dan yang lainnya adalah cadangan apabila salah salah satu
unitnya terjadi kerusakan alat. Proses penguapan berlangsung secara kontinyu.
Penguapan ini dilakukan untuk memekatkan nira jernih atau nira encer dengan
mengurangi kandungan airnya. Diharapkan nira yang keluar dari penguapan
memiliki kekentalan sebesar 30Be. Apabila kurang dari 30Be, dapat menambah
beban pada stasiun masakan karena dapat memperlambat proses pemasakan.
Prinsip kerja preevaporator (FFPE) dan evaporator adalah sama yaitu untuk
menguapkan kandungan air yang ada dalam nira. Ruangan nira dan steam
berbeda, keduanya dipisahkan oleh rangkaian pipa yang tersusun, sehingga terjadi
proses perpindahan panas. pH nira yang masuk evaporator harus mendekati netral
antara 7-7,02, karena jika nira dalam keadaan basa, maka akan terbentuk karamel,
sedangkan jika suasana asam maka saccarosa akan rusak. Pemanasan
preevaporator menggunakan steam bekas yang berasal dari turbin dan gilingan.
Dari preevaporator nira dialirkan ke rangkaian proses evaporator multi stage,
dimana pada badan evaporator I, II dan III menggunakan sistem umpan secara
paralel sedangkan untuk badan evaporator IV, V dan VI menggunakan sistem
umpan secara seri. Namun sistem tersebut tidak dipraktekkan secara paten, hanya
tergantung kebutuhan dan kondisi nira.
III.2.4.1 FFPE ( Falling Flim Evaporator Plate )
Uap panas yang digunakan pada FFPE berasal dari uap bekas yang
digunakan untuk menggerakkan turbin pada gilingan. Sebelum masuk FFPE, nira
mentah ditampung dalam juice tank nira bersih, kemudian nira kental dipompa
dan dialirkan ke evaporator I, II dan III secara paralel. Uap bekas yang digunakan
bertekanan 1,2 kg/cm2. Tekanan ruang pada FFPE adalah 1,2 kg/cm2, temperatur
ruang adalah 120C dan kapasitas 4000 m3. Hasil nira dari FFPE diharapkan
mendekati 27Be, uap bekas dari proses penguapan di FFPE ini digunakan untuk
Kerja Praktek PG
I II13
Proses Produksi
stasiun masakan, sedangkan FFPE adalah penghasil air kondensat terbanyak untuk
di supplay ke dalam boiler.
III.2.4.2 EVAPORATOR ROBERT 4000
Uap panas yang digunakan pada evaporator robert berasal dari uap bekas
yang digunakan untuk menggerakkan turbin pada gilingan. Sebelum masuk
evaporator robert, nira mentah ditampung dalam juice tank nira bersih, kemudian
nira kental dipompa dan dialirkan ke evaporator I, II dan III secara paralel. Uap
bekas yang digunakan bertekanan 1,2 kg/cm2. Tekanan ruang pada evaporator
robert adalah 0,5 kg/cm2, temperatur ruang adalah 121C dan kapasitas 4000 m3.
Hasil nira dari evaporator robert diharapkan mendekati 27Be, uap bekas dari
proses penguapan di evaporator robert ini digunakan untuk stasiun masakan,
sedangkan evaporator robert adalah penghasil air kondensat terbanyak untuk di
supplay ke dalam boiler.
III.2.4.3 EVAPORATOR I
Uap panas yang digunakan pada evaporator I berasal dari uap bekas
yang digunakan untuk memanaskan nira. Sebelum masuk evaporator I, umpan
ditampung dalam buffer tank nira encer preevaporator, kemudian dipompa dan
dialirkan ke evaporator I. Uap bekas yang digunakan bertekanan 1 1,2 kg/cm 2.
Tekanan ruang pada evaporator I adalah 0,7 kg/cm3 temperatur ruang adalah
100C.
III.2.4.4 EVAPORATOR II
Uap yang dihasilkan di evaporator I diinputkan ke evaporator II sebagai
steam pemanas. Temperatur evaporator 100C.Umpan pada evaporator II berasal
dari gabungan FFPE dan evaporator robert, aliran umpan dari gabungan FFPE dan
evaporator ke evaporator II menggunakan pompa.
III.2.4.5 EVAPORATOR III
Kerja Praktek PG
I II14
Proses Produksi
Umpan pada evaporator III berasal dari gabungan FFPE dan evaporator
robert, dialirkan dengan menggunakan pompa. Steam yang digunakan adalah
steam hasil pemanasan dari evaporator II. Temperatur evaporator 100C.
III.2.4.6 EVAPORATOR IV
Umpan pada evaporator IV berasal dari gabungan evaporator I,II dan III,
dialirkan dengan menggunakan prinsip beda tekanan. Steam yang digunakan
adalah steam hasil pemanasan dari evaporator III. Temperatur evaporator 85C
dan tekanan 30 cmHg.
III.2.4.7 EVAPORATOR V
Umpan pada evaporator V berasal dari evaporator IV, dialirkan dengan
menggunakan prinsip beda tekanan. Steam yang digunakan adalah steam hasil
pemanasan dari evaporator IV. Temperatur evaporator 70C dan tekanan 60-62
cmHg.
III.2.4.8 EVAPORATOR VI
Umpan pada evaporator VI berasal dari evaporator V, dialirkan dengan
menggunakan prinsip beda tekanan. Steam yang digunakan adalah steam hasil
pemanasan dari evaporator IV. Temperatur evaporator 60C dan tekanan 60662cmHg. Uap air dari evaporator V akan mengalir kekondensor, nira yang terikut
dalam uap nira yang keluar dari badan akhir. Prinsip kerja kondensor baromatik
adalah mengontakkan air dingin melalui pipa injeksi dengan uap air dari bawah
kolom, sehingga terjadi perubahan uap air menjadi embun bercampur dengan air
injeksi yang kemudian jatuh ke bawah sebagai air jatuhan. Selama proses
penguapan, masih terjadi reaksi dari bahan-bahan yang ada dalam nira dan juga
masih terdapatnya beberapa zat pengotor pada nira. Hal ini mengakibatkan
timbulnya warna gelap pada nira kental. Warna gelap ini tidak dikehendaki,
karena akan menurunkan kualitas produk.
Kerja Praktek PG
I II15
Proses Produksi
III.2.5 Stasiun Masakan
Tujuan : untuk mengkristalkan gula atau mengubah bentuk sukrosa dari zat
terlarut dalam nira menjadi zat padat berbentuk kristal gula gula dengan
ukuran SD (Sugar Diameter) 1 mm.
Pada PG. Gempol Krep menggunakan system masakan ACD. Di stasiun masakan
ini terdapat 10 unit vacuum pan yang digunakan untuk memasak nira kental hasil
penguapan dari evaporator, 2 unit untuk pan masakan D dengan kapasitas 400 HL,
1 unit untuk pan masakan C, dan 7unit untuk pan masakan A. selain itu terdapat
palung pendingin dan rapid crystallizer.
III.2.5.1 MASAKAN D
III.2.5.1.2 Masakan D2
Awal pembuatan masakan ini yaitu pembuatan bibitan D. Dengan
menarik stroop A sebanyak 200 HL lalu diproses sampai halus dan kental.
Kemudian ditambahkan fondan sampai volume 250 HL. Ketika HK 5158, maka ditambahkan lagi stroop A hingga volume 400 HL dan dituakan.
Selanjutnya 200 HL dari bibitan D tersebut dioper menuju SVD sedangkan
200 HL yang tersisa digunakan untuk membuat masakan D2.
Masakan D2 dibuat dengan memasak 200 HL bibitan D tersebut,
lalu menambahkan stroop A dan klare D dengan volume masing-masing
100 HL. Masakan divakumkan sampai tekanan 64 cmHg. Kemudian
dilakukan pemanasan hingga suhu 65C.
III.2.5.1.2 Masakan D1
Bahan baku yang digunakan adalah hasil masakan D2 dan stroop
C. Pertama, pan divakumkan sampai tekanan 64 cmHg, kemudian hasil
masakan D2 dimasukkan hingga volume 200 HL dan dijaga suhunya agar
tetap 65C. Setelah kristal terbentuk, masakan dituakan. Lalu ditambahkan
stoop C sampai volume 400 HL. Kemudian dituakan lagi sampai %
Kerja Praktek PG
I II16
Proses Produksi
Brixnya mencapai 97%. Setelah tua, dimasukkan ke palung pendingin D
dan dipompakan ke crystalizer untuk didinginkan secara cepat. Dan disini
dihasilkan massecuite dengan ukuran kristal 0,1-0,3 mm.
III.2.5.2 Masakan C
Bahan yang digunakan adalah stroop A, klare D, dan gula DII (babonan
D). Pan divacuumkan sampai tekanan 64 cmHg, kemudian klare D dan stroop A
dimasukkan secara bersamaan sampai volume 200 HL dan dipanaskan sampai
terbentuk benangan. Lalu ditambahkan gula DII sebanyak 50 HL, diamati jarak
kristalnya. Apabila jaraknya sudah cukup (rapat dan teratur), masakan dituakan.
Setelah itu diambil sampel untuk analisa HK, Brix dan Pol. HK masakan harus
berkisar 69-75%. Selanjutnya ditambahkan stroop A atau klare D, dimasukkan
sampai volume 400HL dan dituakan. Setelah ukuran kristal 0,4-0,6 mm,
massacuite diturunkan dalam palung pendingin dan diproses diputeran C.
III.2.5.3 MASAKAN A
III.2.5.3 Masakan A2
Awal pembuatan masakan ini yaitu pembuatan bibitan A. Bibitan A
dibuat dengan bahan nira kental, klare SHS dan leburan (sisa babonan C).
Ketiga bahan tersebut ditarik sampai volume 200 HL untuk dimasak dan
dituakan sampai terbentuk benangan.
Selanjutnya masak A2 yaitu dengan bibitan A ditambahkan dengan
gula C sebanyak 200 HL dan dituakan. Untuk menghilangkan kristal
palsu, ditambahkan air secukupnya, kemudian dituakan lagi. Secara
bertahap ditambahkan nira kental atau klare SHS sampai volumenya
mencapai 400 HL. Setelah ukuran kristal mencapai 0,6-0,8 mm.
III.2.5.3.2 Masakan A1
Kerja Praktek PG
I II17
Proses Produksi
Bahan yang digunakan adalah hasil masakan A2 dan stroop A.
Setelah pan divacuumkan, masakan A2 dimasukkan sebanyak 200 HL.
Masakan dituakan sambil diamati ukuran kristalnya. Apabila masih
lembut, maka dapat ditambahkan nira kental atau klare SHS secukupnya.
Namun, apabila ukurannya cukup besar, maka penambahannya secara
perlahan. Lalu ditambahkan stroop A hingga volume 400 HL. Sesekali
masakan disiram dengan air untuk menghindari kristal palsu. Jika ukuran
kristal antara 0,8-1,2 mm, maka masakan diturunkan ke palung pendingin
A dan selanjutnya dipompa ke putaran A.
Pada stasiun masakan, apabila masih pada kondisi awal giling maka nira
kental dapat menggantikan bahan stroop, klare D, gula C dan D. Dalam kondisi
umum, nira kental pun dapat ditambahkan dalam setiap proses pada vacuum pan
bila HK masakan rendah.
III.2.6. Stasiun Putaran (centrifugal)
Di PG. Gempolkrep memiliki dua sistem pemutaran yakni LGF (Low
Grade Fugalling) dan HGF (High Grade Fugalling). LGF digunakan untuk
memutar masakan C dan D, sedangkan untuk masakan A diputar pada alat putar
HGF.
1. Putaran LGF (Low Grade Fugalling)
Putaran C
Pada LGF puteran C digunakan untuk memutar masakan C, proses
pemutaran masakan C akan diperoleh stroop C dan gula C. Stroop C
dikirim ke peti stroop C yang nantinya akan digunakan sebagai bahan
pembesaran kristal pada masakan D, sedangkan gula C tidak lagi
digunakan sebagai babonan C, karena Hknya rendah sehingga gula C akan
dikirim kepeti leburan. babonan (gula) C ditampung dalam tangki yang
selanjutnya akan digunakan untuk bahan masakan A2. Terdapat 3 putaran
Kerja Praktek PG
I II18
Proses Produksi
C dengan kecepatan putar 2000 rpm.
Putaran D
Pada LGF puteran D digunakan untuk memutar masakan D. Hasil
pan masakan D (massecuite D) dimasukkan ke dalam crystalizer, yang
memiliki element yang berisi air dingin dengan tujuan untuk mempercepat
proses pendinginan, sehingga bentuk kristalnya tetap terjaga dan tidak
meleleh (ukuran kristal yang terlalu kecil).
Dari crystalizer dimasukkan ke distributor D yang berfungsi untuk
menjaga kontinuitas proses putaran D1. Pada putaran D1 massecuite
disiram dengan air panas secara kontinyu. Hasil siraman tersebut adalah
tetes dan magma D1. Tetes merupakan hasil samping yang dapat
dimanfaatkan melalui proses tersendiri. Sedangkan magma dimasukkan ke
putaran D2 yang prinsip kerjanya sama dengan D1. Hasil putaran D2 adalah
gula DII (babonan D) dan klare D. Gula DII digunakan untuk masakan C
sedangkan Klare D ditampung ke peti penampungan. Jumlah putaran D1
adalah 4 buah dan D2 6 buah, dengan kecepatan masing-masing 3 buah
2200 rpm dan 3 buah lainnya 2000 rpm. Sedangkan untuk putaran D 2
ada 3 buah dengan kecepatan putarnya 2000 rpm.
Dalam proses pemutaran dan pencucian kristal digunakan air
dingin sebagai siraman agar diperoleh kristal gula yang bersih. Puteran
LGF bekerja secara continue dan dijalankan secara manual.
2. Putaran HGF (High Grade Fugalling)
Putaran A.
Terdiri dari putaran A dan putaran SHS, putaran A digunakan untuk
memutar masakan A yang keluar dari pan A dan menghasilkan gula A dan
stroop A. Stroop A ditampung dalam peti penampung sedangkan gula A
diputar diputaran SHS yang kemudian menghasilkan gula SHS dan klare
Kerja Praktek PG
I II19
Proses Produksi
SHS. Klare SHS ditampung pada peti yang selanjutnya digunakan untuk
bahan masakan A.
Putaran HGF bekerja secara manual dan otomatis. Pengoperasian
secara manual hanya dilakukan apabila putaran mengalami masalah. Gula
SHS yang keluar dari putaran dibawa menuju pengering dan pendingin.
III.2.7. Stasiun Pengeringan dan Penyelesaian
Produk kristal gula yang diambil hanya berasal dari putaran A atau yang
lebih dikenal dengan gula SHS. Gula ini kemudian dilewatkan melalui Grasshoper
(talang goyang) menuju alat sugar dryer. Alat tersebut merupakan pengering
dengan menghembuskan udara bersuhu 500C yang dilanjutkan menuju alat
pendinginnya (cooler) yang mempunyai suhu 300C, sehingga diperoleh gula yang
kering. Pada proses tersebut, gula debu yang terbang akibat adanya hembusan dari
bawah akan dihisap oleh dust collector dan dibawa menuju cyclone untuk
dipisahkan antara gula debu dan udara.
Setelah mengalami pengeringan pada sugar dryer, gula dimasukkan ke
super ban melalui bucket elevator menuju Vibrating screen. Sehingga diperoleh
gula hasil produksi dengan ukuran Kristal yang sama yaitu anatar 0,9-1,1 mm.
Sedangkan untuk gula yang lebih halus dan gula kasar akan dilebur kembali dan
dicampur dengan air panas dalam bak leburan. Untuk mempercepat proses
peleburan, bak dilengkapi dengan pengaduk dan kedalam larutan dialirkan uap
panas. Gula leburan dialirkan menuju tangki fine syrup untuk bahan masakan A.
Sedangkan gula normal masuk ke super ban, dan melalui superseale, gula
dimasukkan ke dalam pembungkus dengan masing-masing beratnya 50 kg.
Kerja Praktek PG