Anda di halaman 1dari 24

BAB V

MATRIKS

A. Tujuan
Spesifikasi kinerja yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti seluruh
kegiatan belajar adalah siswa dapat:
1. membuat susunan bilangan dalam bentuk Matriks
2. menyebutkan ordo suatu Matriks
3. menuliskan bentuk umum suatu Matriks dalam ordo tertentu
4. mengidentifikasi jenis-jenis Matriks
5. menyelesaikan kesamaan Matriks
6. menjumlahkan atau mengurangkan dua Matriks atau lebih
7. mengalikan skolar dengan Matriks

B. Uraian Materi
I. Materi Matriks
1. Pengertian Matriks
Dalam kehidupan sehari-hari dan dalam matematika, berbagai keterangan
seringkali disajikan dalam bentuk matriks.
Contoh 1:

Kolom

Keadaan siswa Kelas I pada tanggal 1 Maret 2006


Kelas IA
Kelas IB
Kelas IC

S. Sakit
2
1
3

i. Ijin
1
3
2

T. Tanpa Keterangan
1
2
1

Lajur/baris

Contoh 2.
Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 84

Daftar campuran bahan untuk membuat kue


Gula
1
1
2
2

Roti I
Roti II
Roti III
Roti IV

Mentega
2
2
3
4

Tepung
3
5
7
6

Apabila dari daftar tabel contoh 1 dan 2 tersebut kepala kolom dan baris
dihilangkan, kemudian susunan lambang bilangan itu diberi tanda kurung atau
kurung siku, maka susunan itu disebut matriks.

Matriks Daftar tabel contoh 1, ialah:

Matriks tabel contoh 2, ialah:

baris

baris

baris

k
o
l
o
m

k
o
l
o
m

k
o
l
o
m

Jadi Matriks adalah suatu susunan bilangan-bilangan yang berbentuk persegi atau
persegi panjang yang diatur pada baris dan kolom dan diletakkan di dalam dua
kurung biasa atau kurung siku.
Bentuk umum matriks:
A =a21

a11

a12

a22

a2n

am1

am2

kolom ke-1

a1n
amn
kolom ke n

Catatan:

Setiap bilangan dalam matriks di atas disebut elemen matriks

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 85

a11, a12, , amn merupakan elemen-elemen matriks A

amn adalah elemen pada matriks A yang terletak pada baris ke-m dan kolom
ke-n

2. Notasi Matriks
Suatu matriks dinyatakan dengan sebuah huruf capital.
8

Misalnya A =

B=
2

3. Ordo Matriks
Ordo suatu matriks ditentukan oleh banyaknya baris diikuti banyaknya kolom.
Contoh:
3

A=

B=
1

-1 -2

matriks A mempunyai 2 baris dan 3 kolom, maka dikatakan ordonya 2 x 3 (dibaca


2 kali 3) dan ditulis A(2 x 3).
Matriks B mempunyai 2 baris dan 2 kolom, karena banyaknya baris sama dengan
banyaknya kolom, maka matriks B disebut matriks bujur sangkar. Karena istilah
bujur sangkar disesuaikan menjadi persegi, maka disebut juga sebagai matriks
persegi. Maka matriks B adalah matriks persegi dengan ordo 2.

4. Macam-macam Matriks
a. Matriks baris
Matriks yang hanya mempunyai elemen satu baris.
Contoh:
A=

B=

-1 0

b. Matriks kolom (lajur)


Matriks yang hanya mempunyai elemen satu kolom.
Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 86

Contoh:
4

A=

B=
2

4
1
3

c. Matriks Bujur Sangkar (Persegi)


Matriks yang banyaknya baris sama dengan banyaknya kolom.
Contoh:
4

A=

B=
2

a
d
g

b
e
h

c
f
i

d. Matriks Segitiga
Matriks persegi yang dipisahkan oleh diagonal, dengan elemen-elemen 0 pada
separuh bagiannya.
Contoh:
3

A=

B=
1

0
0
d

0
b
e

a
c
f

5. Kesamaan Matriks
Dua matriks A dan B dikatakan sama jika:

Ordonya sama dan

Elemen-elemen yang siletak (bersesuaian) sama.


Contoh:
4

12
3

4
2

1
A=

B=
1

C=
1

6
2

D=
1

Dari contoh di atas matriks A = B = C


Tetapi C D sebab walaupun elemen-elemen kedua matriks sama, tetapi letak
elemen-elemen itu berbeda, sehingga elemen-elemen yang bersesuaian tidak
sama.
6. Transpos Suatu Matriks

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 87

Dari matriks A dapat dibentuk matriks baru dengan cara elemen baris 1 matriks A
ditulis menjadi elemen kolom 1 matriks baru, elemen baris 2 matriks A dijadikan
kolom 2 matriks baru, dan seterusnya.
Matriks baru yang diperoleh disebut trans pos dari matriks A dan dinyatakan
dengan AT (dibaca trans pos A). baris-baris matriks A menjadi kolom-kolom
matriks AT, dan kolom-kolom matriks A menjadi baris-baris AT.
Contoh:
A=

1
2
3

4
5
6

AT =

Latihan
1. Sebutkanlah ordo matriks berikut ini!
a.

b.

A=
3

AT =

4
3
0

x
y
z

c.

d.
A=

A =

1
2
1

2. Berapakah banyaknya elemen setiap matriks pada soal nomor 1? Tahukah


kamu cara menghitung yang tepat?
3. Tuliskan sebuah contoh:
a. Matriks 2 x 4

c. Matriks 3 x 1

b. Matriks 3 x 3

d. Matriks 1 x 1

4. Tulislah trans pos dari setiap matriks pada soal nomor 1 dan sebutkan ordo
setiap matriks trans pos itu!
x

P=

dan
3

-2

Q=

Jika PT = Q, tentukan x dan y!


II.

Penjumlahan dan Pengurangan Matriks

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 88

1. Penjumlahan Matriks
Dua matriks A dan matriks B dapat dijumlahkan, jika ordo matriks A sama
dengan ordo matriks B. Adapun caranya kita jumlahkan elemen matriks A
dengan elemen matriks B yang bersesuaian letaknya (seletak).
Misal:
a

A=

dan
c

B=

Maka A + B =
a

+ e

+ f

= c

+ g

+ h

Selanjutnya perhatikan contoh di bawah ini!


Contoh 1:
Jika P =

3
2
3

P+Q=

3
2
3

P+Q=

dan Q =

0
-2
4

0
-2
4

0
-2
4

3
2
3

maka

3
0
7

3
0
7

Karena P + Q = Q + P, maka penjumlahan matriks bersifat komotatif.


Contoh 2.
Jika A =

2 maka

,B=

a. (A + B) + C =

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

dan, C =

14 14

halaman 89

b. A + (B + C) =

10 12

14 14

Dari contoh 2a dan 2b ternyata (A + B) + C = A + (B + C), maka pada


penjumlahan matriks berlaku hukum assosiatif.
Contoh 3.

Jika A =

1
2
a. A + B

-2 -3

dan, B =

5
-2 -3

+
1

-2 -3
b. B + A

-1 -5

maka
-1 -5

-1 -5
2

karena A + B = B + A = 0, maka setiap elemen B merupakan lawan atau


negatif dari elemen A yang bersesuaian, sehingga matriks B disebut matriks
negatife (lawan) A dan dinyatakan A
Matriks nol adalah matriks yang semua elemennya nol dinyatakan dengan
0 misal 0 = 0
0

0
0

2. Pengurangan Matriks
Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 90

Jika A dan B dua matriks yang ordonya sama maka matriks hasil pengurangan
A dan B sama artinya dengan menjumlahkan matriks A dengan matriks lawan
B.
Jadi A B = A + (- B)
Contoh:
Jika A =

4
3

a. A B

= A + (-B)

b. B A

7
2

4
3

7
2

2
0

6
4

dan B =

2
3

-2 -1
-3 2

-4 -7
-3 -2

1
-2

maka

= B + (-A)
2
= 3

1
-2

-2 -6
0 -4

Karena A B tidak sama dengan B A maka pada pengurangan matriks tidak


berlaku hukum homotatif.
Latihan 2:
1. Tentukanlah jumlah matriks-matriks berikut:
a.

3
0

1
4

3 4
-3 2
0 1

c.

b.

4 3
-2 1

-3 4
0 3

d. (2

2. Jika A = 4
3

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

2
2

B=

3
1

5
2

2
1

+
1

0
1

0) + (0

dan C =

2
1

3)

0
0

halaman 91

Tentukan:
a. A + B
b. B + C
c. Tunjukkan bahwa (A + B) + C = 4 + (B + C)
3. Tentukan x, y dan z dari oersamaan berikut:
3
x
a. 2
+
=
b. (x y z) (-5 2
0
1
1
1
(-4 0 3)
3
y

0)=

4. Tentukan p, q, r dan s sedemikian sehingga:


p
r
III.

q
s

3
1

4
0

2
0

4
1

Perkalian Matriks
1. Perkalian skalar (bilangan real) dengan matriks
Ide penjumlahan yang berlaku pada bilangan real dapat kita terapkan pada
penjumlahan matriks, yaitu a + a = 2a, penjumlahan dua buah bilangan yang
sama a + a + + a = na, penjumlahan n buah bilangan yang sama.
1 3
Pada matriks, pandanglah matriks A =
2 4
Berdasarkan aturan penjumlahan matriks, diperoleh:
A +A=

1
2

3
4

Sedang matriks

+
2x1
2x2

1
2

3
4

2 x 3
2 x 4

2
4

6
8

2x1
2x2

dapat dituliskan sebagai 2

2 x 3
2 x 4
1
2

3
4

2A
Jadi A + A = 2A
Dengan demikian A + A + A = 3A
Dari uraian di atas dapat disimpulkan jika A adalah sebuah matriks dan k
adalah skalar (bilangan real) maka k A adalah sebuah matriks baru yang
didapat dari hasil perkalian k dengan elemen-elemen matriks A.

2. Perkalian Matriks dengan Matriks

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 92

Dua matriks dapat dikalikan, apabila banyaknya kolom matriks pertama sama
dengan banyaknya baris matriks kedua.

p
a b
dan
B
=
q
c d
Maka perkalian matriks A dan B dapat ditentukan dengan persamaan:
Atau secara umum, jika diketahui A =

AB =

a
c

b
d

p
q =

ap + bq
cp + dq

Catatan:
Pemangkatan matriks berarti perkalian antara matriks itu sendiri, yaitu A2 =
A.A;
A3 = A.A.A
= A2.A
Latihan 3.

6
1. Diketahui A = 1
a. 2A

2
4

dan B =

1
2
0

2
4
3

3
1
2

tentukan:

b. 3B
2. Jika X adalah matriks 3 x 3, tentukanlah penyelesaian setiap persamaan
berikut!

a. 3X =

6
9

3. Jika A =

1
2

3
6
9

-1
0

12
15

dan B =

b. 4X - 4
2

3
2

-1
1

1
7
3

3 =
4

3
13
7

7
8

carilah:

a. A.B
b. ABT
c. (AB)T
4. Jika A =

1
2

-1
0

dan B =

2
3

dan C =

1
1

2
4

tentukan:

a. AB
b. AC
c. Berapakah ordo matriks hasil kali AB dan AC? Buatlah kesimpulan!

IV.

Invers Matriks Bujur Sangkar

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 93

Jika A dan B adalah matriks bujur sangkar berordo sama sedemikian sehingga AB
= BA = I. Maka B adalah invers A (B = A-1) dan A adalah invers B (A = B-1)
Contoh: Jika A = 7 2
dan B = 1 -2
3 1
-3 7
Buktikan: A.B = B.A = I
Bukti:

7
3

2
1

1 -2
-3 7

1
0

0
1

=I

1 -2
-3 7

7
3

1
0

0
1

=I

A.B =
B.A =

2
1

Karena A.B = B.A = I maka A merupakan invers B dan sebaliknya B invers dari
A.

1
0

0
1

I=

adalah matriks identitas atau matriks satuan berordo 2.

Sifat matriks satuan (I) menyerupai sifat-sifat satuan dalam bilangan real (1.A =
A.I = A .A R). Jika A adalah matriks ordo 2 maka I.A = A.I.A
1. Rumus Invers Matriks Bujur Sangkar Berordo 2 x 2
Missal A =

a
c

b
d

maka A-1 =

1
ad bc

d -b
-c a

Di mana ad bc = determinan matriks A dan dinyatakan dengan determinan


(A) = c | A | = ad bc
Catatan:
Jika determinan (A) 0, maka A mempunyai invers dan disebut matriks
nonsingular
Jika determinan (A) = 0, maka A tidak mempunyai invers dan disebut
matriks singular.
Contoh:

3 2
Diketahui B = -1 -2
Jawab:
Determinan B =

tentukan B-1 jika ada!

3 2
= | B | = (3.-2) (2.-1)
-1 -2
= -6 + 2
= -4 karena -4 0

Maka B-1 ada


Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 94

Yaitu: B-1

1
| B|

-2 -2
1 3

B-1

1
-4

-2 -2
1 3

B-1

=
- -

2. Determinan Matriks Ordo 3 x 3


A=

a11
a21
a31

a12
a22
a32

a13
a23
a33

maka determinan dari matriks A adalah:

Determinan A = | A | =

a11
a12
a13
a21
a22
a23
a31
a32
a33
Ada banyak cara untuk menghitung harga determinan matriks persegi ordo
tiga. Antara lain dengan menggunakan aturan sarrus. Langkah-langkah
menggunakan aturan sarrus adalah sebagai berikut:
1. Letakkan kolom pertama dan kolom kedua di sebelah kanan garis vertikal
dari determinan
2. Jumlahkan hasil kali unsur-unsur yang terletak pada diagonal utama
dengan hasil kali unsur-unsur yang sejajar dengan diagonal utama pada
arah kanan, kemudian kurangi dengan hasil kali unsur-unsur yang terletak
sejajar dengan diagonal samping.
Perhatikan skema berikut:

|A| =

a11
a21
a31

a12
a22
a32

a11
a21
a31

a12
a22
a32

a13
a23
a33

| A | = a11.a22.a33 + a12.a23.a31 + a13 a21.a32 a31.a13 a32.a23.a11 a33.a21.a12


Contoh: Diketahui A =

1
2
1

3
1
4

-1
5
1

Tentukan determinan A dengan cara sarrus.


Jawab:

1
2
Matematika SMK/Kelas X/Matriks1

3
1
4

-1
5
1

halaman 95

A=

1
2
1

|A| =

3
1
4

-1
5
1

1
2
1

3
1
4

= (1.1.1) + (3.5.1) + (-1.2.4) (1.1.-1) (4.5.1) (1.2.3)


= 1 + 15 - 8 + 1 20 - 6
Jadi | A |

= - 17

3. Adjoin Suatu Matriks


Sebelum kita membahas adjoin suatu matriks kita harus mengetahui terlebih
dahulu minor dan kofaktor.
Missal A matriks bujur sangkar berordo 3 x 3, minor dari elemen aij matriks A
adalah (Mij) dan kofaktor dari elemen aij = Aij adalah (-1)I + j (Mij).
Jadi, minor suatu elemen matriks adalah harga determinan dari elemenelemen matriks dengan menghilangkan baris dan kolom yang memuat elemen
tersebut.
Contoh:
Diketahui A =

Jawab: A =

2
5
8

2
5
8

3
6
9

3
6
9

4
7
1

4
7
1

tentukan minor dari elemen a32 dan


Kofaktor dari elemen a32

Minor dari elemen a32 = 2

4
5

= 14 20
= -6
Kotak terdiri dari elemen a32

= (-1)3+2 (M32)
= (-1)5.(-6)
= -1.-6
=6

Jika matriks A = (aij), dan kofaktor dari elemen aij kita sebut Aij, maka trans
pos dari matriks (Aij) disebut adjoin dari matriks A.
Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 96

A=

a11
a21
a31

a12
a22
a32

Adj A =

a13
a23 maka adjoin A =
a33

a11
a21
a31

+ a22 a23
a32 a33

a12 a13
a32 a33

+ a12 a13
a22 a23

a11 a13
a21 a23

a21 a13
a31 a33

2
0
3

Contoh: Jika A =

1 -1
-3 2
2 1

a12
a22
a32

a13
a23
a33

- a21 a13
a31 a33

a11 a12
a31 a32

+ a11 a13
a31 a33

+ an a12
a21 a22

Carilah adjoin matriks A.

Jawab: Kita cari minor dari sembilan elemen matriks A.


-3 2
A11 = + 2 1
A12 = -

0
3

0
A13 = + 3

2
1

A21 = -

1
2

1
1

=6

A22 = +

2
3

1= -1
1

A32 = -

1
0

1 =-2
2

2
3

1= 1
2

A33 = -

2
0

1= 6
3

-2
1 = -6

Jadi Adj A =

A31 = + 1 1 = 5
-3 2

= -7

A23 = -

-7 1 5
6 -1 -2
-6 1 6

4. Invers Matriks Bujur Sangkar Berordo 3 x 3


Dengan menggunakan matriks adjoin, maka kita dapat mencari inverts dari suatu
matriks.
Jika A adalah matriks persegi, maka: A-1 =
Contoh:

AdjA
, dengan syarat det A 0
DetA

Carilah inverts dari matriks A,


Jika A

Jawab: A

Adj A

Det A

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

2
0
3

1 1
-3 -2
2 1

2
0
3

1 1
-3 -2
2 1

-7 1 5
6 -1 -4
= | A |9 = -12 6 1 1
0 -3 2
3 2 1

2
0
3

1
-3
2
halaman 97

= 2.(-3).1 + 1.2.3 + 1.0.2 3.(-3).1 2.2.2 1.0.1


= -6 + 6 + 0 + 9 8 0 = 1
Jadi A-1

AdjA
DetA

-7 1 5
6 -1 -4
9 -1 6
1

-7 1 5
6 -1 -4
9 -1 6

Latihan 4
4
3

1. Diketahui A =

1
2

dan B=

6
4

3
2

Tentukan :
a) A-1
b) B-1
c) (AT)-1
2. Carilah determinan matriks-matriks berikut dengan aturan sarrus:
a. A =

4 3 2
1 0 2
-1 -2 -4

b. B =

5
1
3

3. Jika A = 1
4
7

-2 -1
9 4
2 -2
2
5
8

3
6
9

tentukan:

a. Minor dsari elemen a13


b. Kofaktor dari elemen a13
c. Adjoin A
d. Invers A

RANGKUMAN

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 98

Matriks adalah susunan berbentuk persegi panjang dari bilangan-bilangan yang diatur
pada baris dan kolom (lajur), serta diletakkan di dalam dua kurung biasa atau kurung
siku.
Bentuk umum sebuah matriks
a11
a21

a12
a22

a1n
a2n

am1

am2

amn

amn adalah elemen atau unsur matriks yang terletak pada baris ke m kolom ke n.
Ordo suatu matriks ditentukan oleh banyaknya baris diikuti dengan banyaknya
kolom. Jika matriks A mempunyai 2 baris dan 3 kolom, maka ordonya 2 x 3 (dibaca 2
x 3) dan ditulis A2x3 atau A(2x3).
Jika banyaknya baris matriks sama dengan banyaknya kolom, maka matriks itu
disebut matriks bujur sangkar atau matriks persegi.
Matriks baris adalah matriks yang hanya mempunyai satu baris
Matriks kolom adalah matriks yang hanya mempunyai satu kolom
Matriks segitiga adalah matriks persegi yang dipisahkan oleh diagonal dengan
elemen bilangan-bilangan nol pada separuh bagiannya.
Dua matriks A dan B disebut sama, jika:
Ordonya sama
Elemen-elemen yang seletak (bersesuaian sama)
Trans pos suatu matriks adalah matriks baru yang baris-barisnya merupakan kolomkolom matriks semula.
Jika A dan B adalah 2 matriks yang ordonya sama, maka jumlah matriks A dan B
(ditulis A + B) adalah sebuah matriks baru yang didapat dengan cara menjumlahkan
elemen-elemen yang seletak dari matriks A dan matriks B
Setiap matriks mempunyai lawan atau negative, missal matriks A mempunyai lawan
A.
Pengurangan matriks A oleh matriks B dapat ditentukan dengan cara menjumlahkan
matriks A dengan lawan matriks B
Pengurangan matriks A oleh matriks B dapat juga dinyatakan sebagai berikut: yaitu
jika A dan B dua matriks yang ordonya sama, maka pengurangan matriks A oleh
matriks B (ditulis A B) adalah sebuah matriks baru yang diperoleh dengan

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 99

mengurangkan elemen-elemen matriks A dengan elemen-elemen matriks B yang


seletak.
Untuk mengalikan matriks A dengan scalar k, ditulis k.A dengan cara mengalikan
setiap elemen dari matriks A dengan scalar k.
Matriks A dapat dikalikan dengan matriks B, apabila banyak kolom matriks A sama
dengan banyak baris matriks B
Untuk mencari hasil kali matriks A dengan matriks B caranya dengan mengalikan
baris-baris matriks A dengan kolom-kolom matriks matriks B, kemudian jumlahkan
hasil perkalian antara baris dan kolom tersebut.
a
d

A2x3 =
AxB=

a
d

(A x B)2x1 =

b
e
b
e

c
f

dan B3x1 =
k
l
m

c
f

k
l
m

ak + bl + cm
dk + el + fm
a

Jika A matriks persegi berordo 2 maka determinan A =


c

= (a.d bc dan

jika ad bc 0, matriks A disebut matriks non singular dan apabila ad bc = 0,


matriks A disebut matriks singular dan tidak mempunyai invers.
Jika determinan A 0 maka matriks A mempunyai invers dan rumus A-1 =

1
d -b
DetA -c a

Jika A dan B matriks persegi beordo sama sedemikian sehingga AB = BA = I, maka A


merupakan invers B dan sebaliknya
Menentukan determinan matriks bujur sangkar berordo 3 x 3 dengan aturan sarrus.
A=

a11
a21
a31

a11
| A | = a13
a21
a31

a12
a22
a32

a13
a23
a33

a12

a13

maka determinan A = | A | =

a11

a12
= a11. a22.a33 + a12. a23.a31 + a13.a21.a32

a22
a32

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

a23
a33

a21
a31

a22
a32

-a31.a22.a13 a32.a23.a11 a33.a21.a12

halaman 100

Jika A =

a11
a21
a31

a12
a22
a32

a13
a23
a33

minor dari elemen a22 =

Kofaktor a22

a11
a31

a13
a33

= (-1)2+2 .| M22 |
= (-1)4.| M22 |

Minor suatu elemen matriks adalah harga determinan dari elemen-elemen matriks
yang menghilangkan baris dan kolom yang memuat elemen tersebut.
a22
Adj A = + a32

a23
a33

a12
- a32

a13
a33

a12
+ a22

a13
a23

a21
- a31

a23
a33

+ a11
a31

a13
a33

- a11
a21

a13
a23

+ a21
a31

a22
a32

- a11
a31

a23
a32

+ a21
a31

Dengan pertolongan matriks adjoin, maka kita dapat mencari invers dari suatu
matriks
Jika A adalah matriks persegi, maka:
A-1 =

AdjA
dengan syarat determinan A 0
DetA

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 101

a22
a32

KUNCI LATIHAN 1
1. a. 2 x 3
b. 3 x 2
c. 1 x 3
d. 3 x 1
2. a. 6
b. 6
c. 3
d. 3
1
4

3. a.

b.

4. a.

b.

0 3
-1 3

3
0
1

4
1
1

1
2
4

3
5
1

4
1

3
2

0
1

5
y

x
PT = 5

3
y

4
5
1

c.

3
-2
1

x
3

5. P =

1
2

d. (1)

0
1
2

dan berordo 3 x 2

c.

dan berordo 2 x 3

d. (x

Q=

4
5

dan berordo 3 x 1

z) dan berordo 1 x 3

3
-2

karena PT = Q maka:

x
5

3
y

4
5

3
-2

sehingga x = 4
dan y = -2

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 102

KUNCI LATIHAN 2
1. a. Tidak dapat diselesaikan karena ordonya tidak sama.
b.

1 7
-2 4

c.

2
3

d. (2

3)

2. a. A + B =

4
3

2
2

3
1

5
2

7
4

7
4

b. B + C =

3
1

5
2

2
1

0
0

5
2

5
2

c. (A + B) + C

7
4

7
4

2
1

0
0

9
5

7
4

A + (B + C)

4
3

2
2

5
2

5
2

9
5

7
4

(A + B) + C = A + (B + C)
9
5
x
y
z

3. a.

7
4

3
0
-3

9
5

7
4

(HK asosiatif)

2
3
4

b. (x

z)

= (-5 2

0) + (-4

= (-9 2

3)

3)

x = -9.y = 2 dan z = 3

1
-3
-7

x = 1, y = -3 dan z = -7
4. .

p
r

q
s

3
1

4
0

5
1

8
1

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

2
0

4
1
p = 5, q = 8, r = 1 dan s = 1

halaman 103

KUNCI LATIHAN 3
1. a. 12 4
2 8

2. a. X =

4.

3
6
0

6 9
12 3
9 6

6
3

3
3

0
3

9
3

6
3

12
3

3
3

9
3

15
3

3
b. 4X = 4
2

1
6

0
-2

X =

b.

-1 -3
1 1

a.

-1
4

b.

0
2

c.

1
7
3

8
= 4
4

2 -1 0
3 -2 4
-1 -3 5

3. a.

b.

1
0

0
3 +
4

5
0
2

3 -4
13 -7
-7 -8

-4 4
20 -4
-4 -4
8
4

4
4

4
4

4
4

20
4

4
4

4
4

4
4

4
4

2
1
1

1 -1
5 -1
-1 -1

6
-2

-2
4

c. * (AB)2x1 karena A2x2 dan B2x1 maka ordo (AB)2x1 di mana banyak baris sama dengan
matriks pertama dan banyak kolom sama dengan matriks yang kedua
*(AC)2x2, karena A2x2 dan C2x2 maka (AC)2x2

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 104

KUNCI LATIHAN 4
1. a. 1

b. Tidak mempunyai inverst karena determinan AB = 0


c. 2/5

1
5

2. a. | A | =

-3/5
4
5

-1 2

-4 -1 2

= 4.0(-4) + 2.1.2 (-1).0.2 2.2.4 (-4).1.3


= 0 6 + 4 + 0 16 + 12
= -6

b. | B | = -133
3. a. M13 =

b. Kofaktor a13

= 32 35 = -3
= (-1)1+3 | M13 |
= (-1)4.-3
= 1.-3

c. Adj A =

= -3
-3 6 -5
6 -4 6
-3 3 -3

d. A-1 tidak ada karena determinan A = 0

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 105

BAB VI
PENUTUP
A.

Kesimpulan
1. Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru harus menguasai materi yang akan
diajarkan agar pelaksanaan pembelajaran berjalan efektif dan efisien.
2. Mata pelajaran matematika

erat hubungannya dengan pemecahan masalah dari

persoalan-persoalan yang berhubungan dengan bidang keahlian teknik.


3. Bagi siswa bidang keahlian teknik perlu pemahaman tentang konsep

maupun

penerapannya sehingga dapat memecahkan berbagai masalah yang berhubungan


dengan bidang teknik dalam kehidupan sehari-hari.
B.

Saran
1. Berhubung diktat ini sangat terbatas terutama dalam latihan soal, maka guru dapat
mengembangkan contoh dan latihan soal yang bervariasi dan mengarah pada aplikasi
program keahlian sehingga siswa dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Apabila dalam penulisan diktat ini terdapat kekurangan, diharapkan adanya masukan
yang positif demi perbaikan, sehingga diktat ini dapat lebih sempurna.

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 106

DAFTAR PUSTAKA

Abdul kodir dkk, 1976, Matematika untuk SMA, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
E.T. Ruseffendi, 1989, Dasar dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru, Bandung,
Tarsito
Gerard Polla, Drs, 1982, Matematika II, Jakarta, PT Tema Baru.
Gerard Polla dkk, 1982, Matematika untuk SMTK, Jakarta, Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan.
http : // www.mc.edu / courses /csc / 110 / module 4-1.html
PAUL CALTER, 1979, Theory and Problems of Technical Mathematics, Schaums outline, McGRAW.HILL BOOK COMPANY
Sartono Wirodikromo, 1992, Matematika untuk SMA Semester 6, Jakarta, Erlangga.
Soedadi Atmodjo, Drs, 1983, Matematika I,Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

ST. NEGORO B. HARAHAP, 1985, Ensiklopedia Matematika, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Matematika SMK/Kelas X/Matriks

halaman 107

Anda mungkin juga menyukai