Chapter II PDF
Chapter II PDF
LANDASAN TEORI
2002 sebagai metode utama dalam perencanaan struktur beton bertulang, Sedangkan metode
beban kerja (working stress design) sebagai metode alternatif.
Struktur beton bersifat in-elastis saat beban maksimum, sehingga teori elastis tidak dapat
secara akurat menghitung kekuatan batasnya. Untuk struktur yang direncanakan dengan
metode beban kerja (working stress design) maka faktor beban (beban atas/beban kerja) tidak
diketahui dan dapat bervariasi dari struktur yang lainnya.
Faktor keamanan dalam bentuk faktor beban lebih rasional, yaitu faktor beban rendah untuk
struktur dengan pembebanan yang pasti, sedangkan faktor beba tinggi untuk pembebanan
yang fluaktif (berubah-berubah).
Kurva tegangan-regangan beton adalah non liner dan tergantung dari waktu, missal regangan
rangkak (creep) akibat tegangan yang konstan dapat beberapa kali lipat dari regangan elastis
Metode perencanaan kuat batas memanfaatkan kekuatan yang dihasilkan dari distribusi
tegangan yang lebih efisien yang memungkinkan oleh adanya regangan in-elastis. Sebagai
contoh, penggunanaan tulangan desak pada penampang dengan tulangan ganda dapat
menghasilkan momen kapasitas yang lebih besar karena pada tulangan desaknya dapat didaya
gunakan sampai mencapai tegangan leleh pada beban batasnya, sedangkan dengan teori
elastis tambahan tulangan desak tidak terlalu terpengaruh karena hanya dicapai tegangan yang
rendah pada baja.
Metode perencanaan kuat batas menghasilkan penampang struktur beton yang lebih efisien
jika digunakan tulangan baja mutu tinggi dan tinggi balok yang rendah dapat digunakan tanpa
perlu tulangan desak.
Metode perencanaan kuat batas dapat digunakan untuk mengakses daktilitas struktur di luar
batas elastisnya. Hal tersebut penting untuk memasukkan pengaruh redistribusi momen dalam
perencanaan terhadap beban gravitasi, perencanaan tahan gempa dan perencanaan terhadap
beban ledak (blasting).
momen batas (Ultimite) dapat dicari secara langsung berdasarkan percobaan uji beban tanpa
perlu mengetahui besaran atau distribusi tegangan internal pada penampang struktur yang
diuji.
Untuk menjelaskan definisi atau pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan kuat
batas atau kuat ultimate, maka akan ditinjau struktur balok beton bertulang yang diberi beban
terpusat secara bertahap sampai runtuh (tidak kuat menerima tambahan beban lagi).
Keruntuhan yang akan ditinjau adalah lentur. Agar dapat diperoleh suatu keruntuhan
lentur murni maka digunakan konfigurasi dua buah beban terpusat yang diletakkan simetri
sehingga ditengah bentang struktur tersebut hanya timbul momen lentur saja ( tidak ada gaya
geser).
Keruntuhan yang didahului oleh lendutan atau deformasi yang besar seperti yang
diperlihatkan pada balok diatas disebut keruntuhan yang bersifat daktail. Sifat seperti itu
dapat dijadikan peringatan dini mengenai kemungkinan akan adanya keruntuhan sehingga
pengguna struktur bangunan mempunyai waktu untuk menghindari struktur tersebut sebelum
benar-benar runtuh, dengan demikian jatuhnya korban jiwa dapat dihindari.
Keruntuhan akibat lentur yang terjadi pada balok ternyata tidak semua berperilaku
sama seperti yang diperlihatkan pada balok uji yang dibahas. Hal itu tergantung dari banyak
atau sedikitnya jumlah tulangan tarik yang ditempatkan pada penampang balok.
Keruntuhan lentur tersebut dapat terjadi dalam tiga cara yang berbeda:
Keruntuhan Tarik, terjadi bila jumlah tulangan baja relatif sedikit sehingga tulangan tersebut
akan leleh terlebih dahulu sebelum betonnya pecah, yaitu apabila regangan baja (s) lebih
besar dari regangan beton(y). Penampang seperti itu disebut penampang under-reinforced,
perilakunya sama seperti yang diperlihatkan pada balok uji yaitu daktail (terjadinya deformasi
yang besar sebelum runtuh ). Semua balok yang direncanakan sesuai peraturan diharapkan
berperilaku seperti itu.
Keruntuhan Tekan, karena jumlah tulangan baja relatif banyak maka keruntuhan dimulai dari
beton sedangkan tulangan bajanya masih elastis, yaitu apabila regangan baja (s) lebih kecil
dari regangan beton(y). Penampang seperti itu disebut penampang over-reinforced, sifat
keruntuhannya adalah getas (non-daktail). Suatu kondisi yang berbahaya karena penggunaan
bangunan tidak melihat adanya deformasi yang besar yang dapat dijadikan pertanda bilamana
struktur tersebut mau runtuh sehingga tidak ada kesempatan untuk menghindarinya terlabih
dahulu.
Keruntuhan Balans, jika baja dan beton tepat mencapai kuat batasnya, yaitu apabila regangan
baja (s) sama besar dengan regangan beton(y). Jumlah penulangan yang menyebabkan
keruntuhan balans dapat dijadikan acuan untuk menentukan apakah tulangan relatif sedikit
atau tidak, sehingga sifat keruntuhan daktail atau sebaliknya.
Bagian yang menerima lentur dan geser, materialnya mengalami tergangan utama
biaksial dengan orientasi diagonal, sehingga retaknya pun terbentuk diagonal pada daerah
yang mengalami tegangan tarik. Perhatikan pada daerah lentur murni, retak yang terjadi
cenderung berorientasi vertikal. Keruntuhan balok akibat geser (akibat tegangan biaksial)
bersifat getas dan terjadinya tiba-tiba. Berbeda dengan kerumtuhan lentur yang bersifat
daktail, didahului dengan timbulnya lendutan besar yang dapat digunakan sebagai pertanda.
Oleh karena itu, dalam perencanaan struktur, semua elemen harus didesain sedemikian agar
kekuatan gesernya lebih besar dari yang diperlukan sehingga dapat dijamin bahwa
keruntuhan lentur akan terjadi lebih dahulu.
c (tekan)
c (tekan)
ND (tekan)
d
garis netral
NT (tarik)
c (tarik)
c (tarik)
Potongan A - A
Pada beban sedang, kuat tarik beton dilampaui dan beton mengalami retak rmbut
seperti pada Gambar 2.8. Karena beton tidak dapat meneruskan gaya tarik melintasi daerah
retak dan terputus-putus, baja tulangan akan mengambil alih memikul seluruh gaya tarik yang
timbul. Distribusi tegangan untuk penampang pada atau dekat bagian yang retak tampak
seperti Gambar 2.8 dan hal yang demikian diperkirakan akan terjadi pada nilai tegangan
beton sampai dengan
bernilai sebanding dengan nilai regangannya. Pada beban yang lebih besar lagi, nilai
regangan serta tegangan tekan akan meningkat dan cenderung untuk tidak lagi sebanding
antara keduanya, dimana tegangan beton tekan akan membentuk kurva nonlinier. Kurva
tegangan di atas garis netral (daerah tekan) berbentuk sama dengan tegangan rregangan
beton seperti pada gambar 2.8
A
A
b
c (tekan)
c (tekan)
ND (tekan)
garis netral
NT (tarik)
c (tarik)
Potongan A - A
Gambar 2.8 Perilaku lentur pada beban sedang
Pada Gambar 2.9 dapat dilihat distribusi tegangan dan regangan yang timbul pada
atau dekat keadaan pembebanan ultimit, dimana apabila kapasitas batas kekuatan beton
terlampaui dan tulangan baja mencapai luluh, maka balok mengalami hancur. Sampai dengan
tahap ini, tampak bahwa tercapainya kapasitas ultimit merupakan proses yang tidak dapat
berulang. Komponen struktur telah retak dan tulangan baja meluluh, terjadi lendutan yang
besar dan tidak akan dapat kembali ke panjanng semula. Bila komponen lain dari sistem
mengalami hal yang sama, mencapai kapasitas ultimitnya, struktur secara keseluruhan akan
remuk dalam strata runtuh atau setengah runtuh meskipun belum hancur secara keseluruhan.
Walaupun tidak dapat dijamin sepenuhnya untuk dapat terhindar dari keadaan tersebut,
namun dengan menggunakan beberapa faktor aman maka tercapainy keadaan ultimitnya dan
diperhitungkan serta dikendalikan.
A
c (tekan)
c (tekan)
1/
2a
garis netral
h
0,85c
ND (tekan)
d
NT (tarik)
NT (tarik)
c (tarik)
Potongan A - A
Gambar 2.9 Perilaku lentur pada beban ultimit
Tegangan tekan bervariasi mulai dari nol pada garis garis netral hingga mencapai nilai
maksimum pada suatu titik yang dekat dengan serta terluar sisi tekan. Walaupun distribusi
tegangan yang sebenarnya merupakan suatu hal yang penting, beberapa bentuk asumsi dapat
digunakan secara praktis jika hasil perbandingan hasil analisa sesuai dengan hasil pengujian.
Bentuk yang umum digunakan adalah bentuk persegi, parabola, dan trapesium.
Berdasarkan anggapan-anggapan tersebut, dapat dilakukan pengujian regangan,
tegangan, dan gaya-gaya yang timbul pada penampang balok yang berkerja menhan momen
batas, yaitu momen akibat beban luar yang timbul tepat pada saat terjadi hancur. Momen ini
mencerminkan kekuatan dan dimasa lalu disebut sebagai kuat lentur ultimit balok. Kuat
lentur suatu balok beton tersedia karena berlangsungnya suatu mekanisme tegangan-tegangan
dalam yang timbul didalam balok yang pada keadaan tertentu dapat diwakili oleh gaya-gaya
dalam
tariknya luluh. Apabila penampang balok tersebut dibebani momen yang lebih besar lagi,
yang berarti regangannya akan semakin besar sehingga kemampuan regangan beton
terlampaui, maka akan berlangsung keruntuhan dengan beton hancur secara mendadak tanpa
diawali dengan gejala-gejala peringatan terlebih dahulu.
beton pada penampang menyusut (berkurang) yang berarti posisi garis netral akan berubah
bergerak naik. Proses tersebut diatas terus berlanjut sampai suatu daerah beton berkurang
tidak mampu lagi menahan gaya tekan dan hancur sebagi efek sekunder. Cara hancur
demikian yang sangat dipengaruhi oleh peristiwa meluluhnya tulangan baja tarik berlangsung
meningkat secara bertahap. Segera setelah baja mencapai titik luluh, lendutan balok
meningkat tajam sehingga dapat merupakan tanda awal kehancuran. Meskipun tulangan baja
berperilaku daktail (liat), tidak akan tertarik lepas dari beton sekalipun pada waktu terjadi
kehancuran.
jumlah luas penampang tulangan baja As terhadap luas efektif penampang (lebar b x tinggi
efektif d).
memperbesar kuat lentur penampang umumnya jarang dilakukan kecuali apabila sangat
terpaksa.
Dalam analisis balok bertulangan rangkap akan dijumpai dua jenis kondisi yang
umum. Yang pertama yaitu bahwa tulangan tekan luluh bersamaan dengan luluhnya tulangan
tarik saat beton mencapai regangan maksimum 0,003. Sedangkan kondisi kedua yaitu dimana
tualngan tekan masih belum luluh saat tulangan tarik telah luluh bersama dengan tercapainya
regangan 0,003 oleh beton.Jika regangan tekan baja tekans)
( sama atau lebih besar dari
regangan luluhnya
( y), maka sebagai batas maksimum tegangan tekan baja tekan diambil
sama dengan tegangan luluhnya (fy). Sedangkan apabila regangan tekan baja yang terjadi
kurang dari regangan luluhnya, maka tegangan tekan baja adalah fs
= s.Es, dimana Es
adalah modulus elastisitas baja. Tercapainya masing-masing keadaan (kondisi) tersebut
tergantung dari posisi garis netral penampang.
2.3.1 Umum
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban
aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi
lateral terkecil. Sedangkan komponen struktur yang menahan beban aksial vertikal dengan
rasio bagian tinggi dengan dimensi lateral terkecil kurang dari tiga dinamakan pedestal.
Sebagai bagian dari suatu kerangka bangunan dengan fungsi dan peran seperti
tersebut, kolom menempati posisi penting di dalam system struktur bangunan. Kegagalan
kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan
dengannya, atau bahkan merupakan batas runtuh total keseluruhan struktur bangunan. Pada
umumnya kegagalan atau keruntuhan komponen tekan tidak diawali dengan tanda peringatan
yang jelas, bersifat mendadak.
Oleh karena itu, dalam merencanakan struktur kolom harus memperhitungkan secara
cermat dengan memberikan cadangan kekuatan lebih tinggi daripada untuk komponen
sturuktur lainnya. Selanjutnya, karena penggunaan di dalam praktek umumnya kolom tidak
selalu bertugas menahan beban aksial vertikal, defenisi kolom memperluas dengan mencakup
juga tugas menahan kombinasi beban aksial dan momen lentur. Atau dengan kata lain, kolom
harus diperhitungkan untuk menyangga beban aksial tekan dengan eksentrisitas tertentu.
Secara garis besar ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :
1.
Kolom menggunakan pengikat dengan sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton
yang ditulangi dengan batang tulangan memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat
dengan pengikat sengkang kearah lateral, sedemikian rupa hingga pengulangan keseluruhan
membentuk kerangka.
2.
Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja
sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling
membentuk heliks menerus di sepanjang kolom.
3.
Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah
memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan
pokok memanjang.
Apabila gaya dari beban Pu bekerja pada penampang kolom berjarak e terhadap
sumbu seperti terlihat pada gambar, akibat yang ditimbulkan akan sama dengan apabila suatu
pasangan yang terdiri dari gaya beban aksial Pu pada sumbu dan momen Mu =Pu e, bekerja
serentak bersama-sama seperti tampak pada gambar
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila suatu pasangan momen rencana
terfaktor Mu dan beban rencana terfaktor Pu bersama-sama pada suatu komponen struktur
tekan, hubungannya dapat dituliskan sebagai berikut:
e=
Mu
Pu
Untuk suatu penampang tententu, hubungan tersebut di atas bernilai konstan dan
memberikan variasi kombinasi beban lentur dan beban aksial dalam banyak cara. Apabila
dikehendaki eksentriliasitas yang semakin besar, beban aksial Pu harus berkurang sampai
suatu nilai sedemikian rupa sehingga kolom tetap mampu menopang kedua beban, beban
aksial Pu dan momen Pu e. Sudah barang tentu, besar atau jumlah pengurangan Pu yang
diperlukan sebanding dengan peningkatan besarnya eksentrisitas.
Tergantung kepada besarnya momen Mu relatif terhadap beban aksial Pu, terdapat
beberapa cara dimana suatu tampang akan hancur. Gambar 2.1 menunjukkan suatu kolom
yang memikul suatu beban aksial Pu, dengan letak eksentrisitas yang berbeda-beda hingga
dari tidak bereksentrisitas hingga memiliki eksentrisitas yang sangat besar hingga beban Pu
dapat diabaikan. Kehancuran pada kolom diasumsikan terjadi ketika regangan tekan
mencapai 0.003.
Beban aksial besar tanpa momen. Dalam situasi ini, kehancuran akan terjadi dengan
hancurnya beton dengan seluruh tulangan dalam kolom berada dalam kondisi luluh akibat
tekanan.
b)
Beban aksial besar dengan model kecil sedemikian sehingga seluruh tampang masih berada
dalam keadaan tertekan. Ketika suatu kolom diberikan momen lentur yang kecil (dimana
eksentrisitas kecil), seluruh kolom akan dalam keadaan tertekan tetapi tekanan akan lebih
besar pada salah satu sisi lainnya. Tegangan tekanan maksimum pada kolom akan mencapai
0.85f c dan kehancuran akan terjadi dengan kehancuran hacurnya beton dengan seluruh
tulangan dalam keadaan tertekan.
c)
Beban aksial dengan momen yang lebih besar daripada keadaan (b) sedemikian sehingga
tegangan tarik mulai muncul pada salah satu sisi kolom. Jika eksentrisitas mengikat terus,
tegangan tarik akan mulai terjadi pada salah satu sisi kolom dan tulangan baja pada sisi itu
akan tertarik tetapi masih belum meluluh. Sedangkan pada sisi lainnya, tulangan baja akan
berada dalam keadaan tertekan. Kehancuran akan terjadi dengan hancurnya beton pada sisi
yang tertekan.
d)
e)
Momen besar dengan beban aksial kecil.Jika eksentrisitas terus ditambah, kehancuran akan
ditentukan oleh luluhnya tulangan tarik pada kolom.
f)
Momen besar tanpa beban aksial. Untuk kondisi ini, kehancuran akan terjadi seperti yang
terjadi pada balok.
Penulangan
simetris juga diperlukan apabila ada kemungkinan terjadinya gaya bolak-balik pada struktur
misalnya karena arah gaya angin atau gempa seperti diketahui, kuat beban aksial sentris
nominal atau teoritis untuk suatu penampang kolom pada hakekatnya adalah merupakan
penjumlahan kontribusi kuat beton (Ag-Ast) 0.85 fc dan kuat tulangan baja Astfy.
Luas penampang tulangan baja Ast adalah jumlah seluruh tulangan pokok memanjang.
Karena yang bekerja adalah beban sentris, dianggap keseluruhan penampang termasuk
tulangan pokok memanjang menahan gaya desak secara merata. Dengan sendirinya pada
penampang seperti ini seperti ini tidak terdapat garis netral yang memisahkan daerah tarik
dan daerah tekan. Apabila beban aksial tekan bekerja eksentris pada sumbu kolom barulah
timbulah tegangan yang tidak merata pada penampang, bahkan pada nilai eksentritas tertentu
dapat mengakibatkan timbulkan tegangan tarik, Dengan demikian penampang kolom terbagi
menjadi daerah tekan dan tarik, demikian pula tugas penulangan baja dibedakan sebagai
tulangan baja tekan (As) yang dipasang di daerah tekan dan tulangan baja tarik (As) yang
dipasang di daerah tarik.
Berdasarkan regangan yang terjadi pada batang tulangan baja, awal kehancuran atau
keruntuhan penampang kolom dapat dibedakan menjadi dua kondisi, yaitu :
1.
2.
Jumlah tulangan baja tarik sedimikian sehingga letak garis netral tepat pada posisi
saat mana akan terjadi secara bersamaan regangan luluh pada tulangan baja tarik dan
regangan beton dekat maksimum 0,003. Kondisi keseimbangan regangan tersebut menempati
posisi penting karena merupakan pembatas karena merupakan pembatas antara kedua
keadaan penampang kolom beton bertulang yang berbeda dalam cara hancurnya. Setiap
penampang kolom akan seimbang pada suatu beban Pb tertentu dikombinasikan dengan suatu
eksentrisis eb tertentu. Maka pada penulangan baja berlainan akan diperoleh beban seimbang
berdasarkan
keseimbangan regangan yang berlainan pula, meskipun untuk penampang kolom beton yang
sama.
Namun seperti diketahui, kolom yang dibebani eksentris akan menahan beban aksial
meupun momen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk kasus dimana kolom menahan
beban aksial kecil tetapi pasangan momennya besar dapat diberlakukan seperti komponen
struktur lentur, atau balok pada umumnya.
2.4
Pondasi
Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, menara, dam/tanggul
dan sebagainya harus mempunyai pondasi yang dapat mendukungny. Istilah pondasi digunakan dalam
teknik sipil untuk mendefinisikan suatu konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penopang
bangunan dan meneruskan beban bangunan diatasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang cukup
kuat daya dukungnya. Untuk itu, pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat menjamin
kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban beban yang bekerja, gaya gaya luar seperti
tekanan angin, gempa bumi dan lain lain. Di samping itu, tidak boleh terjadi penurunan melebihi
batas yang diijinkan.
Berdasarkan struktur beton bertulang, pondasi berfungsi untuk:
1.
Mendistribusikan dan memindahkan beban beban yang bekerja pada struktur bangunan
diatasnya ke lapisan tanah dasar yang mendukung struktur tersebut;
2.
Mengatasi penurunan yang berlebihan dan penurunan tidak sama pada struktur;
3.
Memberi kestabilan pada struktur dalam memikul beban horizontal akibat angin, gempa dan
lain lain.
Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi dangkal (shallow
foundation) dan pondasi dalam (deep foundation), tergantung dari letak tanah kerasnya dan
perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi. Pondasi dangkal kedalamannya kurang atau sama
dengan lebar (D B) dan dapat digunakan jika lapisan tanah kerasnya terlekat dekat dengan
permukaan tanah. Sedangkan pondasi dalam digunakan jika lapisan tanah keras berada jauh dari
permukaan tanah.
Seperti telah dijelaskan diatas, bahwasanya pondasi dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi
dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu pondasi
telapak, pondasi cakar ayam, pondasi sarang laba laba, pondasi gasing, pondasi grid dan pondasi
hypaar (pondasi berbentuk parabola hyperbola). Sedangkan pondasi dalam terdiri dari pondasi
sumuran, pondasi tiang dan pondasi kaison. Pada laporan Tugas Akhir ini, Penulis memfokuskan
pembahasan terhadap pondasi sumuran.
Pondasi Sumuran (pier foundation) yang merupakan bentuk peralihan antara pondasi dangkal
dan pondasi tiang, digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang relatif dalam.
Peck, dkk. (1953) membedakan pondasi sumuran dengan pondasi dangkal dari nilai kedalaman (Df)
dibagi lebarnya (B). Untuk pondasi sumuran Df/B>4, sedang untuk pondasi dangkal Df/B>1.