Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ARTRITIS GOUT

A. Definisi
Artritis Pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi
kristal asam uratpada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi sebagai akibat dari
hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkan
karena penumpikkan purinatau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Gout
mungkin primer atau sekunder.
Gout Primer
Merupakan akibat langsung pembentukkan asam urat tubuhyang berlebih

atau akibat penurunan ekresi asam urat.


Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukkan asam urat yang berlebih atau ekresi
asam urat yang berkurangakibat proses penyakit lain atau pemakaian obat

tertentu.
Gout adalah gangguan yang menyebabkan kesalahan metabolisme purin yang
menimbulkan hipersemia (kadar asam urat serum > 7,0 mg /100ml). Ini dapa
tmempengaruhi sendi (kaki). Secara khas, sendi metatarsafalangeal pertama dari
ibu jari kaki besar adalah sisi primer yang terlibat. Sendi lain yang terlibat dapat
meliputi lutut dan pergelangan kaki. (Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah, volume 2)
Artritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus
yaitu arthritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria daripada wanita.
Pada pria sering mengenai usia pertengahan, Sedangkan pada wanita biasanya
mendekati masa menopause. (Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 jilid 1).
Artritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus,
yaitu arthritis akut. Merupakan jenis penyakit reumatik yang penatalaksanaannya
mudah dan efektif. Sebaliknya pada pengobatan yang tidak memadai, gout dapat
menyebabkan destruksi sendi. Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetic
asam urat yaitu hiperurisemia. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, edisi 3).
B. Anatomi Dan Fisiologi
Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilagi, ligament, tendon, fasia,
bursea, dan persendian.

a. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang
berasal dari embryonic hyaline cartilago yang mana melalui proses
Osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut
osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunnya garam kalsium.
Fungsi Tulang adalah sebagai berikut:
Mendukung jaringan tubuh dan membentuk tubuh
Melindungi organ tubuh (Jantung, otak, paru-paru) dan jaringan

lunak.
Memberikan

kontraksi dan pergerakkan)


Membuat sel-sel darah merah di dalam sum-sum tulang

(hematopoiesis).
Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.

pergerakan

(otot

yang

berhubungan

dengan

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan


bentuknya.
Tulang Panjang (Femur, Humerus) terdiri dari satu batang dan
dua epifisis. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.

Epifisis dibentuk oleh spongi bone (Cacellous atau Trabecular)


Tulang Pendek (Carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous

(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.


Tulang Pendek Datar (Tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang

padat dengan lapisan luar adalah tulang cancellous.


Tulang yang tidak beraturan (Vertebra) sama seperti tulang

pendek.
Tulang Sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak disekitar
tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh
tendon dan jaringan fasial.

b. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi
dan untuk menghasilkan pergerakkan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh.
Kelompok otot terdiri dari:
Otot Rangka (Otot Lurik) didapatkan pada sistem skeletal dan
berfungsi

untuk

memberikan

pengontrolan

mempertahankan sikap, dan menghasilkan panas.

pergerakkan,

Otot Visceral (Otot Polos) didapatkan pada saluran pencernaan,


saluran perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sistem

saraf otonomdan kontraksinya tidak dibawah kesadaran.


Otot Jantung didapatkan hanya di jantung dan kontraksinya tidak

dibawah kesadaran.
c. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-seratyang dilakukan pada gelatin yang kuat.
Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervaskular. Nutrisi mencapai
ke sel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler
yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah
serat-serat kolagen didapatkan dari kartilago.
d. Ligamen
Ligamen adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana
merupakan akhir dari suatu otot dan berfungsi mengikat suatu tulang.
e. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang
membungkus setiap otot dan berkaitan dengan poristeum jaringan
penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada pergelangan
tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial yang
memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakkan tendon.
f. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang
didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai
pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang
membungkus otot, saraf, dan pembuluh darah. Bagian akhir diketahui sebagai
fasia dalam.
g. Bursae
Burase adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu
tempat, dimana digunakan di atas bagian yang bergerak, misalnya terjadi
pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulan antara otot. Bursae bertindak
sebagai penampang antara bagian yang bergerak seperti pada olecranon
bursae, terletak antara prosesus dan kulit.
h. Persendian
Pergerakkan tidak mungkin akan terjadi bila kelenturan dalam rangka
tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian.

Bentuk persendian akan ditetaokan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakkan


yang memugkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakkan yang
dilakukan.
Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian, yaitu:
Sendi Synarthroses (sendi yang tidak bergerak)
Sendi Amphiarthroses (sendi yang sedikit pergerakkannya)
Sendi Diarthroses (sendi yang banyak pergerakkannya)
Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua ada jangka periode waktu
tertentu

dimana

individu

paling

mudah

mengalami

perubahan

musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja


karena pertumbuhan atau perkembanganyang cepat atau timbulnya terjadi
pada masa tua. Perubahan struktur sistem muskuloskeletal dan fungsinya
sangat bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua. Perubahan
yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari
kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel
bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan penyambung, penurunan
pada jumlah dan elastisitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot,
tonus dan kekuatan. Perubahan fisiologi umum adalah:
Adanya penurunan ysng umum psds tinggi badan sekitar 6-10cm .

(pada maturasi usia tua)


Lebar bahu menurun
Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha

C. Etiologi
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukkan
purin atauekresi asam lambungyang kurangdari ginjal yang menyebabkan
hyperuricemia. Hyperuricemia pada penyakit ini disebabkan oleh:
Pembentukkan asam urat yang berlebih
Gout Primer Metabolik disebabkan sistensi langsung yang
bertambah.
Gout Sekunder Metabolik disebabkan pembentukkan asam urat

yang berlebih karena penyakit lain, seperti leukemia.


Kurang asam urat melalui ginjal
Gout primer renal terjadikarena ekresi asam urat di tubulus
distal ginjal yang sehat. Penyebab tidak diketahui.
Gout sekuder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal,
misalnyaglumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.

D. Patofisiologi
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah konsentrasi asam urat dalam
darah. Mekanismeserangan Gout akut berlangsung melalui beberapa fase
secara berurutan.
1. Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila konsentrasi
dalam plasma lebih dari 9mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium,
jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal
murat yang bermuatan negatif akan dibungkus

(coate) oleh berbagai

macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang Netrofil


untuk berespon terhadap pembentukkan kristal.
2. Respon leukosit polimorfornukuler (PMN)
Pembentukkan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan
respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadifagositosis kristal oleh
leukosit.
3. Fagositosis
Kristal difagositosis oleh leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya
membram vakuala disekeliling kristal bersatudan membram leukositik
lisosom.
4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan
hidrogen antara permukaankristal membran lisosom, peristiwa ini
menyebabkan

robekan

membran

dan

pelepasan

enzim-enzimdan

oksidaseradikal kedalam sitoplasma.


5. Kerusakan Sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam
cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan
kerusakan jaringan.
E. Klasifikasi
Klasifikasi Artritis Gout, yaitu :
1. Gout Primer
Yaitu hiperuricemia karena adanya gangguan metabolisme purin atau
gangguan ekresi asam urat karena sebab genetik. Salah satu penyebab
genetik yang dapat diidentifikasi yaitu kelainan genetik karena adanya
kekurangan

enzim

HGPRT

(Hypoxantin

Guanine

Phosporibosyle

Transferase)

atau

kenaikan

aktivitas

PRPP

(Phosporibosyle

Phyrophospate), kasus ini dapat diidentifikasi hanya 1 % saja.


2. Gout Sekunder
Yaitu merupakan hasil berbagai penyakit yang penyebabnya jelas diketahui
akan menyebabkan hiperuricemia karena produksi yang berlebihan atau
penurunan ekresi asam urat di urine, yaitu Artritis Gout Primer, Penyakit
Mieloroloperatif,

Limfoma,

Hemoglobinopati,

Anemia

Hemolitik,

Psoriasis, Kanker-kemoterapi. Ekresi asam urat yang rendah : Gagal ginjal


kronik, obat-obatan (diuretik, etambutol, aspirin dosis rendah, siklosporin),
Asidosis laktat, Hiperparatiroid, Penyakit Paget.
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala gout hampir selalu akut, terjadi tiba-tiba dan tanpa tandatanda sebelumnya. Antara lain :

Nyeri sendi yang parah pada sendi ibu jari. Rasa nyeri juga dapat
terjadi pada kaki, pergelangan kaki, lurut, tangan dan pergelangan

tangan.
Setelah gout yang menyerang telah hilang, maka rasa tidak nyaman

tidak akan hilang dalam beberapa waktu.


Sendi yang terkena encok akan terlihat kemerahan dan membengkak.

G. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain:
1. Deformitas pada persendian yang terserang
2. Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih
3. Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal
H. Pengobatan / Pencegahan
Gout tidak dapat disembuhkan, namun dapat diobati dan dikontrol. Gejalagejala dalam 24 jam biasanya akan hilang setelah mulai pengobatan. Gout
secara umum diobati dengan obat anti inflamasi. Yang termasuk didalamnya
adalah:
NSAIDs, seperti ibuprofen atau naproxen, secara umum diberikan
untuk mengobati serangan berat dan mendadak, obat ini biasanya
menurunkan peradangan dan nyeri dalam beberapa jam.

Kortikosteroid, dapat diberikan pada orang yang tidak dapat


menggunakan NSAIDs. Steroid bekerja menurunkan peradangan.
Steroid dapat di suntik (injeksi) langsung pada sendi yang terkena atau
diminum dalam bentuk pil.
Colchicine sering juga digunakan untuk mengobati peradangan pada
penyakit gout.
Allupurinol dapat menurunkan kadar asam urat dengan cara menekan
produksi asam urat. Obat ini bekerja pada metabolisme asam urat
denga
n mencegah perubahan zat purine dalam makanan menjadi asam urat.
Pengobatan ini tidak dianjurkan untuk orang dengan fungsi ginjal
yang kurang, selain itu dapat menimbulkan efek samping seperti
kemerahan dan kerusakan hati.
Pencegahan
1) Pembatasan purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita
gangguan asam urat harus melakukan diet bebas purin. Namun
karena

hampir

semua

bahan

makanan

sumber

protein

mengandung nukleoprotein maka hal ini hampir tidak mungkin


dilakukan. Maka yang harus dilakukan adalah membatasi
asupan purin menjadi 100-150 mg purin per hari (diet normal
biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari). Makanmakanan yang mengandung purin antara lain;Jeroan (jantung,
hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacangkacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.
2) Kalori sesuai kebutuhan
Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita
gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya
harus diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi
kalori.

Asupan

kalori

yang

terlalu

sedikit

juga

bisa

meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang


akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.
3) Tinggi karbohidrat

Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat


baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi
karbohidrat kompleks ini sebaiknya tidak kurang dari 100 gram
per hari. Karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula,
permen, arum manis, gulali, dan sirop sebaiknya dihindari
karena fruktosa akan meningkatkan kadar asam urat dalam
darah.
4) Rendah protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan
kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang
mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi,
misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa. Asupan protein yang
dianjurkan bagi penderita gangguan asam urat adalah sebesar
50-70 gram/hari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari. Sumber
protein yang disarankan adalah protein nabati yang berasal dari
susu, keju dan telur.
5) Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin.
Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan
mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya
sebanyak 15 persen dari total kalori.
6) Tinggi cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam
urat melalui urin. Karena itu, Anda disarankan untuk
menghabiskan minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas
sehari. Air minum ini bisa berupa air putih masak, teh, atau
kopi. Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buahbuahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang
disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing
manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan
yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat
sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya

dihindari

adalah

alpukat

dan

durian,

karena

keduanya

mempunyai kandungan lemak yang tinggi.


7) Tanpa alkohol
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka
yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka
yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol
akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan
menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.
I. Askep Teori
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama dari proses keperawatan dimana data
dikumpulkan. Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian
merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan perawat kumpulkan
dalam bentuk data. Adapun metode yang dilakukan dalam pengkajian :
Wawancara, Pemeriksaan (Fisik, Laboratorium. Rontgen), Observasi,
Konsultasi.
1. Identitas Klien, meliputi Nama Klien, Umur, Jenis Kelamin,
Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Suku Bangsa, Alamat, Tanggal
Masuk Rumah Sakit, Tanggal Pengkajian, Diagnosa Medis.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang, meliputi Keluhan Utama yang
merupakan keluhan klien, data yang dikaji yang dirasakan klien saat
ini.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu/ Riwayat Penyakit Dahulu ialah
mengenai keluhan klien mengenai penyakit yang sama seperti
sekarang yang diderita dahulu atau pernah menderita penyakit lain.
4. Genogram
Genogram merupakan salah satu dari teknik penyelenggaraan terapi
keluarga merupakaan diagram sistem hubungan3 generasi dimana
digunakan simbol untuk mengindiksasi sistem, subsistem, dan
karakteristik mereka, kemudian memberikan bentuk tentang
karakter keluarga. Kejadian penting seperti sakit, meninggal dan
pernikahan menjadi sesuatu yang harus dimunculkan.
11 Pola Pengkajian Gordon :
1. Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan

Menggambarkan informasi atau riwayat pasien mengenai status


kesehatan, status promosi dan praktek pencegahan kesehatan,
keamanan/ proteksi, tumbuk kembang, riwayat sakit yang lalu,
perubahan status kesehatan dalam kurun waktu tertentu.
2. Nutrisi Metabolik
Menggambarkan informasi atau riwayat pasien tentang
konsumsi makanan dan cairan, tipe intake makan dan minum
sehari, penggunaan suplemen vitamin, makanan energi, masalah
nafsu makan, mual, rasa panas di perut, lapar haus berlebihan.
3. Eliminasi
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai
pola BAB, BAK, frekuensi, karakter, frekuensi BAK.
4. Aktivitas Latihan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan,
keseimbangan energi, tipe dan keteraturan latihan, aktivitas yang
dilakukan di rumah atau di tempat kerja.
5. Istirahat Tidur
Meliputi informasi riwayat pasien tentang frekuensi dan durasi
periode istirahat tidur, kondisi lingkungan saat tidur, masalah
yang dirasakan saat tidur.
6. Kognitif Perseptual
Meliputi informasi riwayat pasien tentang fungsi sensori,
kenyamanan dan nyeri, fungsi kognitif, ststus pendengaran,
penglihatan, masalah dengan pengecap dan pembau, baal,
kesemutan.
7. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Meliputi informasi riwayat pasien tentang perasaan harga diri
sendiri, sikap tentang dirinya, identitas diri, pola emosional
umum.
8. Peran Hubungan
Meliputi informasi riwwayat pasien tentang perasaan harga diri
secara umum, sikap tentang dirinya, identitas diri, pola
emosional umum.
9. Seksual Reproduksi
Meliputi informasi tentang fokus pasangan suami istri terhadap
kepuasan atau koping terhadap stres.
10. Koping Stres/ Koping Toleransi Stres

Meliputi informasi riwayat pasien tentang metode untuk


mengatasi atau koping terhadap stres.
11. Nilai Kepercayaan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang nilai, tujuan, dan
kepercayaan berhubungan dengan pilihan membuat keputusan,
kepercayaan spiritual.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon
individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan/ proses
kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa Keperawatan memberi
dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang
merupakan tanggung jawab perawat.
Diagnosa Keperawatan yang didapat pada pasien dengan Verigo,
adalah:
1. Nyeri b/d Adanya Proses Inflamasi
2. Gangguan Mobilitas Fisik b/d Disfungsi Jaringan
3. Gangguan Citra Tubuh b/d Adanya Tofi
4. Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia, Kurangnya Intake
Makanan.
5. Ansietas b/d Respon Psikologis
6. Terisolasi dari dunia luar b/d Terisolasi dari dunia luar
7. Kurang Pengetahuan b/d Kurangnya Informasi, Ketidaktahuan
Prognosis Penyakit
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan /atau tindakan yang dilakukan oleh perawat.
Intervensi dilakukan untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang
diharapkan. Intervensi Keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan
jelas. Pengkualifikasian seperti bagaimana, kapan, dimana, frekuensi, dan
besarnya memberikan isi dari aktivitas yang direncanakan. Intervensi
Keperawatan dapat dibagi menjadi 2, yaitu mandiri yang dilakukan oleh
perawat dan kolaboratif yaitu yang dilakukan oleh pemberi perawatan
lainnya.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
dimanarencana keperawatan dilaksanakan, yaitu untuk melaksanakan

intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana


keperawatan klien. Agar Implementasi perencanaan ini dapat tepat waktu
damn efektif terhadap biaya, pertama harus mengidentifikasi prioritas
keperawatan klien kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, perawat
mencatat dan memeantau respon klien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses keperawatan dimana rencana keperawatan
memasuki tahap akhir yaitu proses yang continyu yang penting untuk
menjaminkualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan, yang dilakukan
dengan meninjau respon klien untukmenentukan keefektifan rencana
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Pengkajian Keperawatan Pada Pasien Tn M.T
Dengan penyakit Gout Artritis

Ruang/ Kamar
Tgl. Masuk RS

: AB/ Pria 4
: 15 Juni 2012

Tgl. Pengkajian : 18 Juni 2012


Waktu Pengkajian : 11.00 Wita
Auto Anamnese
V
Allo Anamnese
V

A. IDENTIFIKASI
I.
Klien
Nama Initial
Tempat/ Tgl. Lahir (Umur)
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Jumlah Anak
Agama
Warga Negara
Bahasa yang digunakan
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
II.
Penanggung Jawab
Nama
Alamat
Hubungan dengan klien
B. DIAGNOSA MEDIK
Dikirim oleh

:
:

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Tn. M.T
Pandu/ 08 April 1955 (57 thn)
Laki-laki
Menikah
Dua
Kristen Protestan
Indonesia
Indonesia
PGA
Tani
Griya Paniki Indah

:
:
:

Tn. E.T
Griya Paniki Indah
Anak
Artritis Gout
Dokter Praktek

Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang

:
:

Riwayat Penyakit Terdahulu

Riwayat Penyakit Keluarga

C. KEADAAN UMUM
1. Keadaan Sakit
Alasan
2. Tanda-tanda Vital
Kesadaran
Tekanan Darah
Suhu
Nadi
Pernapasan

Nyeri Lutut dan Pergelangan kaki


Nyeri lutut dan pergelangan kaki +/minggu (hilang timbul), lemah badan,
Mual, muntah (-), kencing berdarah,
kencing sering tapi sedikit.
Hipertensi, Asam urat sejak 10 tahun
yang lalu
Dalam keluarga klien, hanya klien yang
menderita keluhan/ penyakit seperti ini.
keluarga klien kebanyakan menderita
hipertensi.

: Klien tampak sakit sedang


: Klien terbaring lemah, Pucat.
:
:
:
:
:

Compos Mentis
140/90 mmHg
36,4 c
76 x/ Menit
Frekuensi 20 x/ menit
Irama Teratur
Jenis Hidung

3. Genogram
X

Ket:

= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= Anak laki-laki klien
= Tinggal serumah

X
X

= Laki-laki Meninggal
= Perempuan Meninggal
= Istri Klien
= Anak perempuan klien

D. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


I.
Kajian Persepsi Kesehatan Pemeliharaan Kesehatan
a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit : Klien merasa tubuh sehat dan mampu
melakukan aktivitas.
2. Keadaan sejak sakit : Klien mengatakan sejak sakit, klien merasa
tubuh lemah dan tidak mampu melakukan aktivitasnya.

b. Data Obyektif
Kebersihan Rambut
Kulit Kepala
Kebersihan Kulit
Higiene Rongga Mulut
Kebersihan Genitalia
Kebersihan Anus
II.

Kajian Nutrisi Metabolik


a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit

:
:
:
:
:
:

Bersih
Bersih
Bersih
Bersih
-

: Klien mengatakan makan teratur 3X

sehari, 3 porsi bahkan terkadang lebih dan minum 7-9 gelas sehari.
Menu : Nasi, Lauk-Pauk, dan kadang didampingi buah-buahan.
2. Keadaan sejak sakit
: Klien mengatakan makan 3X sehari
tapi sedikit (5 sendok) dan minum 6-8 gelas sehari. Menu: Bubur
dan Lauk Pauk.
b. Data Obyektif
1. Obervasi : Klien tampak memakan makanan yang diberikan dari
Rumah Sakit tapi tidak menghabiskannya.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Rambut : Baik
Hidrasi Kulit
: Elastis
Sclera
: Icteric
Conjungtiva : Anemis
Hidung
: Bersih
Rongga Mulut
: Bersih
Gusi
:
Tidak
ada

III.

peradangan
Gigi Palsu
: Kemampuan mengunyah keras : Baik
Lidah
: Bersih
Tonsil
:

pembengkakkan
Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar Parotis & Kelenjar Thypoid : Baik
Abdomen ; Inspeksi : Bentuk Simetris

Kajian Pola Eliminasi


a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit

Tidak

ada

: Klien mengatakan BAB & BAK lancar

setiap hari. BAB 1-2x seminggu, berwarna kuning, dan lembek.


BAK 3-5x sehari berwarna kuning.

2. Keadaan sejak sakit

Klien mengatakan sejak sakit klien

BAB 1x sehari, berwarna kuning, dan lembek. BAK 3-5x sehari.


b. Data Obyektif
Observasi
: Klien BAB 1x sehari, berwarna kuning, lembek. BAK
4-5x sehari berwarna kuning.
IV.

Kajian Pola Aktivitas dan Latihan


a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan Sebelum sakit klien
merasa mampu melakukan aktivitas bekerja di sawah/ kebun.
2. Keadaan sejak sakit
: klien mengatakan Sejak sakit klien
merasa tidak mampu melakukan aktivitas sebagai Petani bekerja di
sawah/ kebun.

b. Data Obyektif
Observasi
: Klien hanya duduk dan tidur/ berbaring di tempat
tidur.
V.

Kajian Pola Tidur dan Istirahat


a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit

: Klien mengatakan sebelum sakit klien

tidur jam 22.00 05.00 dan jarang tidur siang.


2. Keadaan sejak sakit
: Klien mengatakan sejak sakit klien
tidur malam jam 21.00 05.00 tetapi sering terbangun.
b. Data Obyektif
Observasi
: Klien menunjukkan ekspresi wajah mengantuk
VI.

Kajian Pola Persepsi Kognitif dan Perseptual


a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit klien
tidak memiliki gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman dan
perabaan. Klien mampu mengingat peristiwa yang telah berlalu dan
peristiwa yang baru.
2. Keadaan sejak sakit

Klien mengatakan ssejak sakit klien

tidak memiliki gangguan pada inderanya dan mampu mengingat


peristiwa yang telah berlalu dan peristiwa yang baru terjadi.

b. Data Obyektif
1. Observasi :

Klien nampak tidak menggunakan alat bantu

penglihatan maupun pendengaran.


2. Pemeriksaan Fisik :
Cornea
: Baik, Pupil kedua mata simetris, lensa mata

simetris
NI

Klien mampu mencium bau, dan mampu

membedakannya
N II
: Klien mampu melihat dan membaca dengan

VII.

baik
N V Sensorik
: Klien mampu mengunyah makanan
N VII Sensorik : Klien mampu menjulurkan lidah
N VIII Pendengaran : Klien mampu mendengar bisikan

Kajian Pola Persepsi dan Konsep diri


a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit klien
menyadari keadaannya sebagai seorang suami dan ayah.
2. Keadaan sejak sakit
: Klien mengatakan masih menyadari
keadaannya/ posisinya sebagai seorang suami dan ayah.
b. Data Obyektif
Observasi
:

Klien nampak berinteraksi dengan keluarga dan

lingkungannya.
VIII.

Kajian Pola Peran dan Hubungan


a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit :

Klien menyadari perannya sebagai

seorang suami dan ayahserta menyadari kewajibannya untuk


mencari nafkah.
2. Keadaan sejak sakit

Klien masih menyadari perannya

sebagai seorang suami dan seorang ayah. Namun saat ini tidak
mampu menjalankan kewajibannya mencari nafkah.
b. Data Obyektif
Observasi
: Klien nampak menjalankan perannya sebagai seorang
kepala keluarga dalam mengambil keputusan mengenai keadaan yang
dialaminya saat ini. klien juga nampak bersosialisasi dengan keluarga,
teman-temannya, dan lingkungannya.

IX.

Kajian Pola Reproduksi/ Seksual


a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit :

klien mengatakan tidak ada masalah

dengan reproduksi/ seksualnya.


2. Keadaan sejak sakit
: Klien mengatakan tidak ada gangguan
dalam reproduksi/ seksualnya.
b. Data Obyektif
Observasi
: Tidak ada keluhan dari klien tentang organ reproduksi/
seksualnya.
X.

Kajian Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap stres


a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit : Klien mengatakan mampu mengontrol
dirinya jika mendapat masalah dan dapat bermusyawarah dan
menyelesaikannya.
2. Keadaan sejak sakit

Klien

mengatakan

sejak

sakit,

seringkali klien tidak bisa mengontrol dirinya dan seringkali emosi.


b. Data Obyektif
Observasi
: Klien terlihat tegang dan tidak nyaman
XI.

Kajian Sistem Nilai Kepercayaan


a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit :

Klien mengatakan kepercayaan yang

dianut adalah kristen protestan.


2. Keadaan sejak sakit
: Klien mengatakan tetap berdoa sendiri
dan didoakan oleh keluarga serta teman-teman yang berkunjung.
b. Data Obyektif
Observasi
: Selama sakit klien tidak pergi ke gereja. Klien tampak
di kunjungi dan didoakan oleh keluarga/ teman-temannya.
TERAPI OBAT

IV FD NaCl 0,9 1 = Renxamin


20 gtt
Bifotik 1gr 2x1
Ranitidine 2x1 amp IV
Methyl Predrisolon 125 mg IV 1x1
Valsartan N 1 80mg 1x1 tab
Transfusi PRC sampai Hb >/ 10 g/dl (Furosemide Pro Transfusi)
Tonar 3x1 tab

Analisis Data
Nama Klien/ Umur
Ruang/ Unit
No
1.

Data
DS:
Klien mengeluh merasa
nyeri pada lutut, pinggang,
pergelangan tangan & kaki.
Klien mengatakan merasa
lemah badan.
DO:
Klien tampak meringis
kesakitan.
Kien tampak pucat, gelisah
dan tidak nyaman.
TD: 130/80mmHg
N : 70 x/m
R : 20 x/m
SB : 36,4 C

: Tn. M.T/ 57 Tahun


: AB/ 4
Etiologi
Hiperuricemia
Presipitasi pembentukan kristal dan
deposit jaringan
Pembentukan kristal asam urat
Respon Leukosit Polimorfonuklear
(PMN)
Fagolisosom
Membran vakuala disekeliling kristal
bersatu dengan membran leukosit
lisosom
Kerusakan Lisosom

Masalah
Nyeri
(Ketidaknyamanan)

Skala Nyeri = 4 (Nyeri


Hebat) dirasakan pada lutut,

Protein rusak

pinggang, pergelangan

Terjadi ikatan hidrogen antara permukaan

tangan & kaki sejak 1

kristal membran lisosom

minggu yang lalu.

Robekan membran
Enzim-enzim dan oksidase radikal lepas
kedalam sitoplasma
Enzim-enzim lisosom dilepaskan
kedalam cairan synovial
Intensitas inflamasi naik

2.

DS :
Klien mengeluh merasa
sakit pada sendi
Klien mengatakan merasa

Ndx : Nyeri
Enzim-enzim oksidase radikal lepas
kedalam sitoplasma

Mobilitas fisik

Kerusakan sel-sel

kesulitan jika sering

Disfungsi jaringan

mengubah posisi dan

Kekuatan otot

berkoordinasi.
DO :
Klien tampak tidak nyaman
Klien menunjukkan

Gangguan

Ndx : Gangguan Mobilitas fisik

ketidakseimbangan dalam
3.

koordinasi.
DS :
Klien mengatakan merasa
malu dengan kondisinya
saat ini.
DO :
Klien menunjukkan
perilaku menarik diri.

Hiperuricemia
Konsentrasi asam urat dalam darah
Presipitasi pembentukan kristal dan
deposit di jaringan
Pembungkusan Ig G
Netrofil berespon
Pembentukan kristal asam urat/
monosodium monohidrat

Gangguan Citra
Tubuh

Penimbunan kristal asam urat


Agregat kristal besar (Tofi)
deformitas
Ndx : Gangguan Citra Tubuh

RS. Wolter Monginsidi


Jl Rumkit 14 Februari Manado
Tlp/Fax 0431-852250/0431-853035
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal
: 09-06-2012
No medrec : 0001120600482
Nama Pasien : Tn. M.T
Jenis Kelamin : Laki
Umur
:57 Tahun

No Reg
Pengirim
Dokter
Alamat
Tgl Lahir

: 1206090022
:Umum
:Dr. J. H. Awaloei. SPP. KKV
: Lirung Talaud
: 08-04-1955

Jenis Pemeriksaaan
Hematologi
Hemoglobin (HGB)
Hematokrit (PCV)
Eritrosit (RBC)
MCV
MCH
MCHC
Leukosit (WBC)
Trombosit (PLT)
Hitung Jenis
-Easinofil
-Basofil
-Neutrofil
-Limfosit
-Monosit
LED/BBS
KIMIA KLINIK
Diabetes
Glukosa sewaktu
Ginjal
Kreatinin
Asam urat
Urinalisis
Urine lengkap
Kejernihan
Kimia urine :
-Berat Jenis
-PH
-Leukosit

Hasil

Satuan

Nilai Acuan

8.4
24.4
2.67
91.0
31.4
34.4
25.4
43.5

g/dl
%
106/ml
Fl
g/dl
g/dl
103/dl
103/dl

13.2-17.3
40-52
4.4-5.9
80-100
32-34
32-36
3.8-10.6
150-440

0.9
0.5
88.3
5.7
4.7
100

%
%
%
%
%
Mm/ja

2-4
0-1
50-70
25-40
2-8
0-10

m
89
6.88
11.50
Kuning mudah
Sangat keruh
1.020
5.0
500

74-106
Mg/dl
Mg/dl
Md/dl

g/ml
g/ml

0.70-1.20
3.4-7.0
Kuning
Jernih
1.0150-1.025
4.8-7.4
<10

Keterangan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. M.T


DENGAN PENYAKIT ARTRITIS GOUT
DI RUANGAN AB RSU R. W MONGINSIDI TELING

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Diana Beteng
Novenski Sambu
Mikhael Mahebung
Modesta Sereniti
Elisabeth Kerangan
Yolanda Yukulan

(10061010)
(10061117)
(10061106)
(10061002)
(10061113)
(11006115)

Charly G. Londa
Dei S. Lalombombuida
Julita R. Legi
Natalia Sumihe
Naviri R. Kaunang
Aratwen Alwer
Lona Luarwan

(10061088)
(10061098)
(10061125)
(10061107)
(10061094)
(10061101)
(100610 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2012
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. M.T
DENGAN PENYAKIT ARTRITIS GOUT
RSU R. W MONGINSIDI TELING

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Diana Beteng
(10061010)
Modesta Sereniti
(10061002)
Charly G. Londa
(10061088)
Naviri R. Kaunang
(10061094)
Dei S. Lalombombuida (10061098)
Aratwen Alwer
(10061101)
Mikhael Mahebung
(10061106)
Natalia Sumihe
(10061107)

Elisabeth Kerangan
Yolanda Yukulan
Novenski Sambu
Julita R. Legi
Lona Luarwan

(10061113)
(11006115)
(10061117)
(10061125)
(100610 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2012
Patoflow Artritis Gout
Etiologi :
Kelaian metabolic dalam
pembentukan purin

Ekresi asam urat yang kurang


dari ginjal

Pembentukan asam urat yang berlebihan

Konsentrasi asam urat dalam darah meningkat


Presipitasi pembentukan Kristal dan deposit dijaringan

PH cairan
ekstraselu
ler
menurn

Protein
plasma
pengikat
asam urat

Kadar asam
urat lien
meningkat

Pembungkusan Ig

Netrofil berespon

Pembentukan kristal
asam urat

Membran
vakualu
disekeliling
Kristal bersatu
Respon
leukosit
polimorfonuklear
fagolisosom
dengan
membrane
leukosit
lisosom
Fagositosis
kristal
oleh leukosit

Penimbunan kristal
urat besar
Ndx deformitas
:asam
gangguan
citra
Agregat
Kristal
tubuh b.d adanya tofi

Protein rusak
Kerusakan
lisosom
Robekan membran
Enzim-enzim dan oksidase radikal
lepas kedalam sitoplasma
Kerusakan sel
Enzim-enzim lisosom
dilepaskan kedalam
cairan sinovial
Intensitas inflamasi
meningkat
Sendi bengkak

Disfungsi jaringan
Ndx : gangguan
mobilitas fisik b.d
disfungsi jaringan

Kekuatan otot menurun


Atropi otot-otot

Ndx : terisolasi
dari dunia luar

hospitalisasi
Ndx : ansietas

Panas

Ndx : nyeri b.d


adanya proses
inflamasi

kecemasan
Ketidaktahuan prognosis
penyakit
Kurang informasi

kemerahan
nyeri

Respon psikologis

Nafsu makan
menurun
anoreksia

Ndx : kurang
pengetahuan atau
informasi

Berat badan menurun


Nutrisi/ intake
makanan menurun

Ndx : nutrisi kurang


dari kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai