Bakterial Vaginosis
Bakterial Vaginosis
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
Bakterial Vaginosis
2.2.1
Definisi
Bacterial vaginosis merupakan kondisi dimana lactobacillus-predominant
vaginal ora normal digantikan dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi
(contoh : Bakteroides Spp, Mobilincus Spp), Gardnerella vaginalis, and
Mycoplasma hominis. Jadi, bacterial vaginosis bukan suatu infeksi yang
disebabkan oleh suatu organisme, tetapi timbul akibat perubahan kimiawi dan
pertumbuhan berlebihan dari bakteri yang berkolonisasi di vagina.2,4
2.2.2
Epidemiologi
Bacterial vaginosis sangat sering terjadi, dengan jumlah prevalensi
Etiologi
Penyebab bacterial vaginosis bukan organisme tunggal. Organisme
dan
berbagai
bakteri
anaerob
lainnya
seperti
Prefotella,
dengan
G.
vaginalis
untuk
menimbulkan
vaginosis.
Mobilincus Spp hampir tidak pernah ditemukan pada wanita normal, 85%
wanita dengan bacterial vaginosis mengandung organisme ini.
3. Mycoplasma Hominis
2.2.4
Patofisiologi
Bacterial vaginosis disebabkan oleh faktor faktor yang mengubah
alkalinisasi antara lain adalah mucus serviks, semen, darah haid, mencuci vagina
(douching), pemakaian antibiotic dan perubahan hormone saat hamil dan
menopause. Faktor faktor ini memungkinkan meningkatnya pertumbuhan
Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, dan bakteri anaerob. , metabolisme
bakteri anaerob menyebabkan lingkungan menjadi basa yang menghambat
pertumbuhan bakteri lain.4,11
Mencuci vagina (douching) sering dikaitkan dengan keluhan disuria,
keputihan, dan gatal pada vagina. Pada wanita yang beberapa kali melakukan
dengan
aktivitas
seksual
atau
pernah
menderita
infeksi
trichomonas.11
Manifestasi Klinis
Pada 50% wanita tidak memiliki gejala. Jika ada gejala bisanya berupa
discharge dari vagina yang biasanya bewarna abu - abu atau kekuning kuningan,
bau yang tidak enak (bau amis), gatal disekitar dan diluar vagina, rasa terbakar
pada saat berkemih. Gejala yang paling sering adalah adanya cairan vagina yang
abnormal (terutama setelah melakukan hubungan seksual) dengan adanya bau
vagina yang khas yaitu bau amis (fishy odor) yang disebabkan oleh metabolit
amine yang dihasilkan oleh bakteri anaerob. Sepertiga penderita mengeluh gatal
dan rasa terbakar, dan seperlima timbul kemerahan dan edema pada vulva. Nyeri
abdomen, dispareunia, atau nyeri waktu kencing jarang terjadi, atau karena
penyakit lain. Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina (gatal dan rasa terbakar)
lebih ringan dari pada yang disebabkan oleh Tricomonas vaginalis atau C.
albicans. Bacterial vaginosis dapat timbul bersama infeksi traktus genital bawah
seperti trikomoniasis dan servisitis sehingga menimbulkan gejala genital yang
tidak spesifik.8,11
2.2.6
Diagnosis
Agen etiologi tunggal tidak dapat teridentifikasi pada bacterial vaginosis
A. Anamnesis
Gejala yang khas adalah cairan vagina yang abnormal (terutama setelah
berhubungan seksual) dengan adanya bau vagina yang khas yaitu bau amis (fishy
odor). Pasien sering mengeluh rasa gatal, iritasi, dan rasa terbakar. Biasanya
kemerahan dan edema pada vulva.8,11
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan biasanya menunjukkan secret vagina yang tipis dan
sering berwarna putih atau abu abu, viskositas rendah atau normal, homogen,
dan jarang berbusa. Secret tersebut melekat pada dinding vagina dan terlihat
sebagai lapisan tipis tau kelainan yang difus. Gejala peradangan umum tidak ada.
Sebaliknya secret vagina normal, lebih tebal dan terdiri atas kumpulan sel epitel
vagina yang memberikan gambaran bergerombol.8,11
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan pH vagina
Pada pemeriksaan pH, kertas lakmus ditempatkan pada dinding lateral
vagina. Warna kertas dibandngkan dengan warna standart. pH normal vagina 3,8
4,2 pada 80 90 % bacterial vaginosis ditemukan pH > 4,5.1, 11
2. Whiff test
Whiff test dikatakan positif bila muncul bau amine ketika cairan vaginal
dicampur dengan satu tetes 10 20 % potassium hydroxide (KOH). Bau muncul
sebagai pelepasan amine dan asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob.1, 11
3. Pemeriksaan Preparat basah
Dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes cairan NaCl 0,9 % pada
secret vagina diatas objek glass kemudian ditutup dengan coverslip. Dan
dilakukan pemeriksaan mikroskopik menggunakan kekuatan tinggi (400 kali)
untuk melihat clue cell, yang merupakan sel epitel vagina yang diselubungi
dengan bakteri (terutama Gardnerella vaginalis). Pemeriksaan preparat basah
memiliki sensitivitas 60 % dan spesifisitas 98% untuk mendeteksi bacterial
vaginosis.1, 11
5. Kultur Vagina
Kultur dari sampel vagina tidak terbukti berguna untuk mendiagnosa BV
karena BV berhubungan dengan beberapa organisme seperti Gardnerella
vaginalis, mycoplasma hominis, Bacteriodes species, normal flora vagina lain, dan
juga ada beberapa organisme yang tidak dapat dikultur2
6. Deteksi Hasil Metabolik
10
11
Trikomoniasis
Pada pemeriksaan hapusan vagina, trikomoniasis sering sangat menyerupai
penampakan pemeriksaan hapusan bacterial vaginosis. Tapi mobiluncus dan clue
cells tidak pernah ditemukan pada trikomoniasis. Pemeriksaan mikroskopik
tampak peningkatan sel polimorfonuklear dan dengan pemeriksaan preparat basah
ditemukan protozoa untuk diagnostic. Whiff test dapat positif dan pH vagina 5
pada trikomoniasis.3
Candidiasis
Pada pemeriksaan mikroskopik, secret vagina ditambah KOH 10 %
berguna untuk mendeteksi hifa dan spora candida. Keluhan yang paling sering
pada candidiasis adalah gatal dan iritasi vagina. Secret vagina biasanya putih dan
tebal, tanpa bau dan pH normal. 3
2.2.8
Penatalaksanaan
Pilihan untuk pengobatan oral dan topical metronidazole dan clindamycin.
Oral metronidazole harus diberikan dalam dosis 500 mg dua kali sehari selama
tujuh hari. Dosis tunggal 2 gram digunakan untuk trikomoniasis. Metronidazole
12
lebih
rentan
untuk
terinfeksi Trichomonas
vaginalis,
Neisseria
13
BAB III
PENUTUP
14
3.1
Kesimpulan
Bacterial vaginosis merupakan kondisi dimana lactobacillus-predominant
vaginal ora normal digantikan dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi
(contoh : Bakteroides Spp, Mobilincus Spp), Gardnerella vaginalis, and
Mycoplasma hominis. Jadi, bacterial vaginosis bukan suatu infeksi yang
disebabkan oleh suatu organisme, tetapi timbul akibat perubahan kimiawi dan
pertumbuhan berlebihan dari bakteri yang berkolonisasi di vagina.2,4
Ada beberapa faktor resiko terjadinya bacterial vaginosis yaitu
berhubungan dengan ras (lebih sering terjadi pada wanita kulit hitam), merokok,
aktivitas seksual, dan vaginal douching.7
Penyebab bacterial vaginosis bukan organisme tunggal. Organisme
penyebab bacterial vaginosis antara lain Gardnerella vaginalis, Mycoplasma
hominis,
dan
berbagai
bakteri
anaerob
lainnya
seperti
Prefotella,
15