Trauma Abdomen 2
Trauma Abdomen 2
II.1 DEFINISI
Trauma tumpul abdomen adalah cedera atau perlukaan pada abdomen tanpa penetrasi ke
dalam rongga peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselarasi
(perlambatan), atau kompresi. Trauma tumpul kadang tidak memberikan kelainan yang jelas
pada permukaan tubuh tetapi dapat mengakibatkan kontusi atau laserasi jaringan atau organ
di bawahnya. Benturan pada trauma tumpul abdomen dapat menimbulkan cedera pada organ
berongga berupa perforasi atau pada organ padat berupa perdarahan. Cedera deselerasi sering
terjadi pada kecelakaan lalu lintas karena setelah tabrakan badan masih melaju dan tertahan
suatu benda keras sedangkan bagian tubuh yang relatif tidak terpancang bergerak terus dan
mengakibatkan robekan pada organ tersebut. Pada intraperitoneal, trauma tumpul abdomen
paling sering menciderai organ limpa (40-55%), hati (35-45%), dan usus halus (5-10%).
Sedangkan pada retroperitoneal, organ yang paling sering cedera adalah ginjal, dan organ
yang paling jarang cedera adalah pankreas dan ureter. 11
II.2 ANATOMI
Abdomen dapat didefinisikan sebagai daerah tubuh yang terletak antara diaphragma di bagian
atas dan pintu masuk pelvis dibagian bawah. Untuk kepentingan klinik, biasanya abdomen
dibagi dalam sembilan regio oleh dua garis vertikal, dan dua garis horizontal. Masing-masing
garis vertikal melalui pertengahan antara spina iliaca anterior superior dan symphisis pubis.
Garis horizontal yang atas merupakan bidang subcostalis, yang mana menghubungkan titik
terbawah pinggir costa satu sama lain. Garis horizontal yang bawah merupakan bidang
intertubercularis, yang menghubungkan tuberculum pada crista iliaca. Bidang ini terletak
setinggi corpus vertebrae lumbalis V.
Pembagian regio pada abdomen yaitu : pada abdomen bagian atas : regio hypochondrium
kanan, regio epigastrium dan regio hypocondrium kiri. Pada abdomen bagian tengah : regio
lumbalis kanan, regio umbilicalis dan regio lumbalis kiri. Pada abdomen bagian bawah :
regio iliaca kanan, regio hypogastrium dan regio iliaca kiri. 9
Gambar 1. Pembagian regio abdomen
Sedangkan pembagian abdomen juga dipermudah menjadi empat kuadran dengan
menggunakan satu garis vertikal dan satu garis horisontal yang saling berpotongan pada
umbilicus. Kuadran tersebut adalah kuadran kanan atas, kuadran kiri atas, kuadran kanan
bawah dan kuadran kiri bawah. 9
Gambar 2 . Pembagian abdomen menjadi empat kuadran
Dinding perut mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks. Di bagian
belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas pada iga, dan di bagian
bawah pada tulang panggul. Dinding perut ini terdiri atas beberapa lapis, yaitu dari luar ke
dalam, lapis kulit yang terdiri dari kutis dan subkutis; lemak subkutan dan fasia superfisial
(fasia Scarpa); kemudian ketiga otot dinding perut, m. oblikus abdominis eksternus, m.
oblikus abdominis internus, dan m. tranversus abdominis; dan akhirnya lapisan preperitoneal,
dan peritoneum. Otot di bagian depan terdiri atas sepasang otot rektus abdominis dengan
fasianya yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba. 9
Gambar 3. Otot-otot abdomen
Tabel 1. Otot-otot dinding anterior dan lateral abdomen
Nama otot Origo Insertio Persarafan Kerja
M. obliqus externus abdominis 8 costa bagian bawah Processus Xiphoideus, linea alba, crista
pubica, tuberculum pubikum, dan crista iliaca.
6 N. Thoracalis bagian bawah, N. Iliohypogastricus dan N. Ilioinguinalis. Melindungi isi
abdomen, menekan isi abdomen, membantu fleksio dan rotasio tubuh. Membantu ekspirasi
kuat, miksi, defekasi, partus dan refleks muntah.
M. obliqus internus abdominis Fascia lumbalis, lateral ligamentum inguinale.
3costa bagian bawah, processus xiphoideus, linea alba dan symphisis pubis.
Persarafan sama dengan m. Obliqus externus abdominis.
Cara Kerja sama dengan m. Obliqus externus abdominis.
M. transversus abdominis 6 rawan costa bagian bawah, fascia lumbalis, crista iliaca, lateral
ligamentum inguinale.
processus xiphoideus, linea alba dan symphisis pubis. Persarafan sama dengan m. Obliqus
externus abdominis.
Menekan isi abdomen
M. rectus abdominis Symphisis pubis dan crista pubica Rawan costa 5, 6, 7 dan processus
xiphoideus
6 N thoracalis bagian bawah. Menekan isi abdomen dan fleksio columna vertebralis; otot
pembentuk ekspirasi.
M. pyramidalis Permukaan anterior pubis Linea alba N. thoracalis 12
Meregangkan linea alba
Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut. Perdarahan
dinding perut berasal dari beberapa arah. Dari kranikaudal diperoleh pendarahan dari cabang
aa.interkostales VI s/d XII dan a.epigastrika superior. Dari kaudal, a.iliaka sirkumfleksa
superfisialis, a.pudenda eksterna, dan a.epigastrica inferior. Kekayaan vaskularisasi ini
memungkinkan sayatan perut horizontal maupun vertikal tanpa menimbulkan gangguan
pendarahan. Persarafan dinding perut dilayani secara segmental oleh n.torakalis VI s/d XII
dan n.lumbalis I.9
Rongga perut (cavitas abdominalis) dibatasi oleh membran serosa yang tipis mengkilap yang
juga melipat untuk meliputi organ-organ di dalam rongga abdominal. Lapisan membran yang
membatasi dinding abdomen dinamakan peritoneum parietale, sedangkan bagian yang
meliputi organ dinamakan peritoneum viscerale. Di sekitar dan sekeliling organ ada lapisan
ganda peritoneum yang membatasi dan menyangga organ, menjaganya agar tetap berada di
tempatnya, serta membawa pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf. Bagian-bagian
peritoneum sekitar masing-masing organ diberi nama-nama khusus. 9
Mesenterium ialah bangunan peritoneal yang berlapis ganda, bentuknya seperti kipas,
pangkalnya melekat pada dinding belakang perut dan ujungnya yang mengembang melekat
pada usus halus. Di antara dua lapisan membran yang membentuk mesenterium terdapat
pembuluh darah, saraf dan bangunan lainnya yang memasok usus. Bagian mesenterium di
sekitar usus besar dinamakan mesokolon. Lapisan ganda peritoneum yang berisi lemak,
menggantung seperti celemek di sebelah atas depan usus bernama omentum majus. Bangunan
ini memanjang dari tepi lambung sebelah bawah ke dalam bagian pelvik abdomen dan
kemudian melipat kembali dan melekat pada colon tranversum. Ada juga membran yang
lebih kecil bernama omentum minus yang terentang antara lambung dan liver.2
Organ dalam rongga abdomen dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Organ Intraperitoneal
Gambar 4. Intraperitoneal stuctures
1. Hati
Merupakan kelenjar terbesar dan mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu : (1) pembentukan dan
sekresi empedu yang dimasukkan ke dalam usus halus; (2) berperan pada aktivitas
metabolisme yang berhubungan dengan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein; (3)
menyaring darah untuk membuang bakteri dan benda asing lain yang masuk dalam darah dari
lumen usus.
Hati bersifat lunak dan lentur dan menduduki regio hypochondrium kanan, meluas sampai
regio epigastrium. Permukaan atas hati cembung melengkung pada permukaan bawah
diaphragma. Permukaan postero-inferior atau permukaan viseral membentuk cetakan visera
yang berdekatan, permukaan ini berhubungan dengan pars abdominalis oesophagus,
lambung, duodenum, flexura coli dextra, ginjal kanan, kelenjar suprarenalis, dan kandung
empedu.
Dibagi dalam lobus kanan yang besar dan lobus kiri yang kecil, yang dipisahkan oleh
perlekatan peritonium ligamentum falciforme. Lobus kanan terbagi menjadi lobus quadratus
dan lobus caudatus oleh adanya kandung empedu, fissura untuk ligamentum teres hepatis,
vena cava inferior, dan fissura untuk ligamentum venosum. Porta hepatis atau hilus hati
ditemukan pada permukaan postero-inferior dengan bagian atas ujung bebas omentum majus
melekat pada pinggirnya. Hati dikelilingi oleh capsula fibrosa yang membentuk lobulus hati.
Pada ruang antara lobulus-lobulus terdapat saluran portal, yang mengandung cabang arteri
membentuk lapisan otot yang paling dalam, mengelilingi fundus berjalan sepanjang anterior
dan posterior. 9
4. Kandung empedu (Vesica Fellia)
Vesica Fellia adalah kantong seperti buah pear yang terletak pada permukaan viseral hati.
Secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu : fundus, corpus dan collum. Fundus
berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hati; dimana fundus
berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus
bersentuhan dengan permukaan viseral hati dana arahnya keatas, belakang dan kiri.
Sedangkan collum dilanjutkan sebagai ductus cysticus yang berjalan dalam omentum minus
untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus communis membentuk ductus choledochus.
Batas anterior vesica fellia pada dinding anterior abdomen dan bagian pertama dan kedua
duodenum. Batas posterior pada colon tranversum dan bagian pertama dan kedua duodenum.
Vesica Fellia berperan sebagai reservoir empedu dengan kapasitas 50 ml. Vesica Fellia
mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Untuk membantu proses ini, maka
mukosanya mempunyai lipatan-lipatan permanen yang satu sama lain saling berhubungan
seperti sarang tawon. Empedu dialirkan ke duodenum sebagai akibat kontraksi dan
pengosongan parsial kandung empedu. Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan
berlemak ke dalam duodenum . lemak menyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari
mukosa duodenum; hormon kemudian masuk ke dalam darah menyebabkan kandung empedu
berkontraksi. Pada saat yang sama otot polos yang terletak pada ujung distal ductus
choledochus dan ampula relaksasi sehingga memungkinkan masuknya empedu yang kental
ke dalam duodenum. Garam-garam empedu dalam cairan empedu penting untuk emulsifikasi
lemak dalam usus halus dan membantu pencernaan serta absorbsi lemak. 9
5. Usus halus
Usus halus merupakan bagian pencernaan yang paling panjang, dibagi menjadi 3 bagian :
duodenum, jejunum, dan ileum. Fungsi utama usus halus adalah pencernaan dan absorpsi
hasil-hasil pencernaan.
Duodenum berbentuk huruf C yang panjangnya sekitar 25 cm, melengkung sekitar caput
pankreas, dan menghubungkan lambung dengan jejunum. Di dalam duodenum terdapat
muara saluran empedu dan saluran pankreas. Sebagian duodenum diliputi peritonium, dan
sisanya terletak retroperitonial. Duodenum terletak pada regio epigastrium dan regio
umbilikalis. Dibagi menjadi 4 bagian :
yang panjang dan jarang, sedangkan ileum menerima banyak pembuluh darah pendek,
berasal dari tiga atau lebih arkade.
5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat pangkal, sedangkan pada
mesenterium ileum lemak disimpan di seluruh bagian.
6. Kelompokan jaringan limfoid ( agmen Peyer ) terdapat pada mukosa ileum bagian bawah
sepanjang pinggir antimesentrik. 9
6. Usus besar
Usus besar dibagi dalam caecum, appendix vermiformis, colon ascenden, colon tranversum,
colon descenden, dan colon sigmoideum, rectum dan anus. Fungsi utama usus besar adalah
absorpsi air dan elektrolit dan menyimpan bahan yang tidak dicernakan sampai dapat
dikeluarkan dari tubuh sebagai feses.
Caecum terletak pada fossa iliaca, panjang 6 cm, dan diliputi oleh peritonium. Batas
anterior pada lekukan-lekukan usus halus, sebagian omentum majus, dan dinding anterior
abdomen regio iliaca kanan. Batas posterior pada m. psoas dan m. iliacus, n. femoralis, dan n.
cutaneus femoralis lateralis. Batas medial pada appendix vermiformis.
Appendix vermiformis panjangnya 8 13 cm, terletak pada regio iliaca kanan. Ujung
appendix dapat ditemukan pada tempat berikut : (1) tergantung dalam pelvis berhadapan
dengan dinding kanan pelvis; (2) melekuk di belakang caecum pada fossa retrocaecalis; (3)
menonjol ke atas sepanjang pinggir lateral caecum; (4) di depan atau di belakang bagian
terminal ileum.
Colon ascenden terletak pada regio iliaca kanan dengan panjang 13 cm. Berjalan ke atas
dari caecum sampai permukaan inferior lobus kanan hati, di mana colon ascenden secara
tajam ke kiri, membentuk flexura coli dextra, dan dilanjutkan sebagai colon tranversum.
Peritonium menutupi pinggir dan permukaan depan colon ascenden dan menghubungkannya
dengan dinding posterior abdomen. Batas anterior pada lekukan-lekukan usus halus,
omentum majus, dan dinding anterior abdomen. Batas posterior pada m. Iliacus, crista iliaca,
m. Quadratus lumborum, origo m. Tranversus abdominis, dan kutub bawah ginjal kanan.
Colon tranversum panjangnya 38 cm dan berjalan menyilang abdomen, menduduki regio
umbilikalis dan hipogastrikum. Batas anterior pada omentum majus dan dinding anterior
abdomen. Batas posterior pada bagian kedua duodenum, caput pankreas, dan lekukanlekukan jejunum dan ileum.
Colon descenden terletak pada regio iliaca kiri, dengan panjang 25 cm. Berjalan ke bawah
dari flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis. Batas anterior pada lekukan-lekukan usus
halus, omentum majus, dan dinding anterior abdomen. Batas posterior pada pinggir lateral
ginjal kiri, origo m. Tranversus abdominis, m. Quadratus lumborum, crista iliaca, m. Iliacus,
dan m. Psoas kiri. 9
b. Organ Retroperitoneal
1. Ginjal
Berperan penting dalam mengatur keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh dan
mempertahankan keseimbangan asam basa darah. Kedua ginjal berfungsi mengekskresi
sebagian besar zat sampah metabolisme dalam bentuk urin. Ginjal berwarna coklatkemerahan, terletak tinggi pada dinding posterior abdomen, sebagian besar ditutupi oleh
tulang iga. Ginjal kanan terletak lebih rendah dibanding ginjal kiri, dikarenakan adanya lobus
kanan hati yang besar.
Ginjal dikelilingi oleh capsula fibrosa yang melekat erat dengan cortex ginjal. Di luar capsula
fibrosa terdapat jaringan lemak yang disebut lemak perirenal. Fascia renalis mengelilingi
lemak perirenal dan meliputi ginjal dan kelenjar suprarenalis. Fascia renalis merupakan
kondensasi jaringan areolar, yang di lateral melanjutkan diri sebagai fascia tranversus. Di
belakang fascia renalis terdapat banyak lemak yang disebut lemak pararenal.
Batas anterior ginjal kanan pada kelenjar suprarenalis, hati, bagian kedua duodenum, flexura
coli dextra. Batas posterior pada diaphragma, recessus costodiaphragmatica pleura, costa XII,
m. Psoas, m. Quadratus lumborum, dan m. Tranversus abdominis.
Pada ginjal kiri, batas anterior pada kelenjar suprarenalis, limpa, lambung, pankreas, flexura
coli kiri, dan lekukan-lekukan jejunum. Batas posterior pada diaphragma, recessus
costodiaphragmatica pleura, costa XI, XII, m. Psoas, m. Quadratus lumborum, dan m.
Tranversus abdominis. 9
2. Ureter
Mengalirkan urin dari ginjal ke vesica urinaria, dengan didorong sepanjang ureter oleh
kontraksi peristaltik selubung otot, dibantu tekanan filtrasi glomerulus. Panjang ureter 25
cm dan memiliki tiga penyempitan : (1) di mana piala ginjal berhubungan dengan ureter;(2)
waktu ureter menjadi kaku ketika melewati pinggir pelvis;(3) waktu ureter menembus
dinding vesica urinaria. Ureter keluar dari hilus ginjal dan berjalan vertikal ke bawah di
belakang peritonium parietal pada m. Psoas, memisahkannya dari ujung processus tranversus
vertebra lumbalis. Ureter masuk ke pelvis dengan menyilang bifurcatio a. Iliaca comunis di
depan articulatio sacroiliaca, kemudian berjalan ke bawah pada dinding lateral pelvis menuju
pergerakan arkus aorta. Akibatnya, gaya potong pada aorta dapat menyebabkan ruptur. Situasi
yang sama dapat terjadi pada pembuluh darah ginjal dan pada cervicothoracic junction.
Kedua, isi intra-abdominal hancur di antara dinding abdomen anterior dan columna vertebra
atau tulang toraks posterior. Hal ini dapat menyebabkan remuk, biasanya organ padat (spleen,
hati, ginjal) terancam.
Ketiga, adalah gaya kompresi eksternal yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang tiba-tiba dan mencapai puncaknya pada ruptur organ berongga. 10
II.4 KLASIFIKASI
Berdasaran jenis organ yang cedera dapat dibagi dua :
1. Pada organ padat seperti hepar dan limpa dengan gejala utama perdarahan
2. Pada organ berongga seperti usus dan saluran empedu dengan gejala utama adalah
peritonitis
Berdasarkan daerah organ yang cedera dapat dibagi dua, yaitu :
a. Organ Intraperitoneal
Intraperitoneal abdomen terdiri dari organ-organ seperti hati, limpa, lambung, colon
transversum, usus halus, dan colon sigmoid.
Ruptur Hati
Hati dapat mengalami laserasi dikarenakan trauma tumpul ataupun trauma tembus. Hati
merupakan organ yang sering mengalami laserasi, sedangkan empedu jarang terjadi dan sulit
untuk didiagnosis. Pada trauma tumpul abdomen dengan ruptur hati sering ditemukan adanya
fraktur costa VII IX. Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan nyeri pada abdomen kuadran
kanan atas. Nyeri tekan dan Defans muskuler tidak akan tampak sampai perdarahan pada
abdomen dapat menyebabkan iritasi peritoneum ( 2 jam post trauma). Kecurigaan laserasi
hati pada trauma tumpul abdomen apabila terdapat nyeri pada abdomen kuadran kanan atas.
Jika keadaan umum pasien baik, dapat dilakukan CT Scan pada abdomen yang hasilnya
menunjukkan adanya laserasi. Jika kondisi pasien syok, atau pasien trauma dengan
kegawatan dapat dilakukan laparotomi untuk melihat perdarahan intraperitoneal.
Ditemukannya cairan empedu pada lavase peritoneal menandakan adanya trauma pada
saluran empedu. 3
Gambar 5. Ruptur hati
Ruptur Limpa
Limpa merupakan organ yang paling sering cedera pada saat terjadi trauma tumpul abdomen.
Ruptur limpa merupakan kondisi yang membahayakan jiwa karena adanya perdarahan yang
hebat. Limpa terletak tepat di bawah rangka thorak kiri, tempat yang rentan untuk mengalami
perlukaan. Limpa membantu tubuh kita untuk melawan infeksi yang ada di dalam tubuh dan
menyaring semua material yang tidak dibutuhkan lagi dalam tubuh seperti sel tubuh yang
sudah rusak. Limpa juga memproduksi sel darah merah dan berbagai jenis dari sel darah
putih. Robeknya limpa menyebabkan banyaknya darah yang ada di rongga abdomen. Ruptur
pada limpa biasanya disebabkan hantaman pada abdomen kiri atas atau abdomen kiri bawah.
Kejadian yang paling sering meyebabkan ruptur limpa adalah kecelakaan olahraga,
perkelahian dan kecelakaan mobil. Perlukaan pada limpa akan menjadi robeknya limpa
segera setelah terjadi trauma pada abdomen.
Pada pemeriksaan fisik, gejala yang khas adanya hipotensi karena perdarahan. Kecurigaan
terjadinya ruptur limpa dengan ditemukan adanya fraktur costa IX dan X kiri, atau saat
abdomen kuadran kiri atas terasa sakit serta ditemui takikardi. Biasanya pasien juga
mengeluhkan sakit pada bahu kiri, yang tidak termanifestasi pada jam pertama atau jam
kedua setelah terjadi trauma. Tanda peritoneal seperti nyeri tekan dan defans muskuler akan
muncul setelah terjadi perdarahan yang mengiritasi peritoneum. Semua pasien dengan gejala
takikardi atau hipotensi dan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas harus dicurigai terdapat
ruptur limpa sampai dapat diperiksa lebih lanjut. Penegakan diagnosis dengan menggunakan
CT scan. Ruptur pada limpa dapat diatasi dengan splenectomy, yaitu pembedahan dengan
pengangkatan limpa. Walaupun manusia tetap bisa hidup tanpa limpa, tapi pengangkatan
limpa dapat berakibat mudahnya infeksi masuk dalam tubuh sehingga setelah pengangkatan
limpa dianjurkan melakukan vaksinasi terutama terhadap pneumonia dan flu diberikan
antibiotik sebagai usaha preventif terhadap terjadinya infeksi. 6
Ruptur Usus Halus
Sebagian besar, perlukaan yang merobek dinding usus halus karena trauma tumpul
menciderai usus dua belas jari. Dari pemeriksaan fisik didapatkan gejala burning epigastric
pain yang diikuti dengan nyeri tekan dan defans muskuler pada abdomen. Perdarahan pada
usus besar dan usus halus akan diikuti dengan gejala peritonitis secara umum pada jam
berikutnya. Sedangkan perdarahan pada usus dua belas jari biasanya bergejala adanya nyeri
pada bagian punggung. Diagnosis ruptur usus ditegakkan dengan ditemukannya udara bebas
dalam pemeriksaan Rontgen abdomen. Sedangkan pada pasien dengan perlukaan pada usus
dua belas jari dan colon sigmoid didapatkan hasil pemeriksaan pada Rontgen abdomen
dengan ditemukannya udara dalam retroperitoneal. 6
b. Organ Retroperitoneal
Retroperitoneal abdomen terdiri dari ginjal, ureter, pancreas, aorta, dan vena cava. Trauma
pada struktur ini sulit ditegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik. Evaluasi regio ini
memerlukan CT scan, angiografi, dan intravenous pyelogram.
sampai ke punggung. Beberapa jam setelah perlukaan, trauma pada pankreas dapat terlihat
dengan adanya gejala iritasi peritonial.
Diagnosis, penentuan amilase serum biasanya tidak terlalu membantu dalam proses akut.
Pemeriksaan CT scan dapat menetapkan diagnosis. Kasus yang meragukan dapat diperiksa
dengan menggunakan ERCP ( Endoscopic Retrogade Canulation of the Pancreas) ketika
perlukaan yang lain telah dalam keadaan stabil.
Terapi, penanganan dapat berupa tindakan operatif atau konservatif, tergantung dari tingkat
keparahan trauma, dan adanya gambaran dari trauma lain yang berhubungan. Konsultasi
pembedahan merupakan tindakan yang wajib dilakukan. 8
Ruptur Ureter
Trauma pada ureter jarang terjadi tetapi berpotensi menimbulkan luka yang mematikan.
Trauma sering kali tak dikenali pada saat pasien datang atau pada pasien dengan multipel
trauma. Kecurigaan adanya cedera ureter bisa ditemukan dengan adanya hematuria paska
trauma. 2
Mekanisme trauma tumpul pada ureter dapat terjadi karena keadaan tiba-tiba dari deselerasi/
akselerasi yang berkaitan dengan hiperekstensi, benturan langsung pada Lumbal 2 3,
gerakan tiba-tiba dari ginjal sehingga terjadi gerakan naik turun pada ureter yang
menyebabkan terjadinya tarikan pada ureteropelvic junction. Pada pasien dengan kecurigaan
trauma tumpul ureter biasanya didapatkan gambaran nyeri yang hebat dan adanya multipel
trauma. Gambaran syok timbul pada 53% kasus, yang menandakan terjadinya perdarahan
lebih dari 2000 cc. Diagnosis dari trauma tumpul ureter seringkali terlambat diketahui karena
seringnya ditemukan trauma lain, sehingga tingkat kecurigaan tertinggi ditetapkan pada
trauma dengan gejala yang jelas.
Pilihan terapi yang tepat tergantung pada lokasi, jenis trauma, waktu kejadian, kondisi pasien,
dan prognosis penyelamatan. Hal terpenting dalam pemilihan tindakan operasi adalah
mengetahui dengan pasti fungsi ginjal yang kontralateral dengan lokasi trauma.
kemih), yang dapat disebabkan oleh trauma, darah yang menginfeksi peritoneal, benda asing,
obstruksi dari usus yang mengalami strangulasi, pankreatitis, PID (Pelvic Inflammatory
Disease) dan bencana vaskular (trombosis dari mesenterium/emboli). 4
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis), ruptur
saluran cerna, atau dari luka tembus abdomen. Organisme yang sering menginfeksi adalah
organisme yang hidup dalam kolon pada kasus ruptur apendiks, sedangkan stafilokokus dan
stretokokus sering masuk dari luar. Pada luka tembak atau luka tusuk tidak perlu lagi dicari
tanda-tanda peritonitis karena ini merupakan indikasi untuk segera dilakukan laparotomi
eksplorasi. Namun pada trauma tumpul seringkali diperlukan observasi dan pemeriksaan
berulang karena tanda rangsangan peritoneum bisa timbul perlahan-lahan. 4
Gejala dan tanda yang sering muncul pada penderita dengan peritonitis antara lain:5
1. Nyeri perut seperti ditusuk
2. Perut yang tegang (distended)
3. Demam (>380C)
4. Produksi urin berkurang
5. Mual dan muntah
6. Haus
7. Cairan di dalam rongga abdomen
8. Tidak bisa buang air besar atau kentut
9. Tanda-tanda syok
Menegakkan diagnosis peritonitis secara cepat adalah penting sekali. Diagnosis peritonitis
didapatkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis
peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis. Kebanyakan pasien datang dengan keluhan
nyeri abdomen. Nyeri ini bisa timbul tiba-tiba atau tersembunyi. Pada awalnya, nyeri
abdomen yang timbul sifatnya tumpul dan tidak spesifik (peritoneum viseral) dan kemudian
infeksi berlangsung secara progresif, menetap, nyeri hebat dan semakin terlokalisasi
(peritoneum parietale). Dalam beberapa kasus (misal: perforasi lambung, pankreatitis akut,
iskemia intestinal) nyeri abdomen akan timbul langsung secara umum/general sejak dari
awal. Mual dan muntah biasanya sering muncul pada pasien dengan peritonitis. Muntah dapat
terjadi karena gesekan organ patologi atau iritasi peritoneal sekunder.11
Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan peritonitis, keadaan umumnya tidak baik. Demam
dengan temperatur >380C biasanya terjadi. Pasien dengan sepsis hebat akan muncul gejala
dan pemeriksaan vaginal untuk membantu penegakan diagnosis. Nyeri pada semua arah
menunjukkan general peritonitis.11
II.6 PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis mengandung data kunci yang dapat mengarahkan diagnosis gawat abdomen.
Riwayat trauma sangat penting untuk menilai penderita yang cedera dalam tabrakan
kendaraan bermotor meliputi :kejadian apa, dimana, kapan terjadinya dan perkiraan arah dari
datangnya ruda paksa tersebut. Sifat, letak dan perpindahan nyeri merupakan gejala yang
penting. Demikian juga muntah, kelainan defekasi dan sembelit. Adanya syok, nyeri tekan,
defans muskular, dan perut kembung harus diperhatikan sebagai gejala dan tanda penting.
Sifat nyeri, cara timbulnya dan perjalanan selanjutnya sangat penting untuk menegakkan
diagnosis.11
Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan kondisi umum, wajah, denyut nadi, pernapasan,
suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan pemeriksaan abdomen. Gejala dan
tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.11
Pemeriksaan fisik pada pasien trauma tumpul abdomen harus dilakukan secara sistematik
meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Pada inspeksi, perlu diperhatikan :
Adanya luka lecet di dinding perut, hal ini dapat memberikan petunjuk adanya
kemungkinan kerusakan organ di bawahnya.
Adanya perdarahan di bawah kulit, dapat memberikan petunjuk perkiraan organ-organ apa
saja yang dapat mengalami trauma di bawahnya. Ekimosis pada flank (Grey Turner Sign)
atau umbilicus (Cullen Sign) merupakan indikasi perdarahan retroperitoneal, tetapi hal ini
biasanya lambat dalam beberapa jam sampai hari.
Adanya distensi pada dinding perut merupakan tanda penting karena kemungkinan adanya
pneumoperitonium, dilatasi gastric, atau ileus akibat iritasi peritoneal.
Pergerakan pernafasan perut, bila terjadi pergerakan pernafasan perut yang tertinggal maka
kemungkinan adanya peritonitis.
Pada auskultasi, perlu diperhatikan :
Ditentukan apakah bising usus ada atau tidak, pada robekan (perforasi) usus bising usus
selalu menurun, bahkan kebanyakan menghilang sama sekali.
Adanya bunyi usus pada auskultasi toraks kemungkinan menunjukkan adanya trauma
diafragma.
traumatic (alcohol, narkotik, obat-obat yang lain). Amylase atau lipase mungkin berkurang
karena iskemi pancreas akibat hipotensi sistemik yang disertai trauma. Akan tetapi,
hiperamilasemia atau hiperlipasemia meningkatkan sugesti trauma intra-abdominal dan
sebagai indikasi radiografi dan pembedahan.
Semua pasien harus menceritakan riwayat imunisasi tetanusnya. Jika belum dilakukan maka
diberikan profilaksis.
Pemeriksaan dengan foto:
Hal yang penting dalam evaluasi pasien trauma tumpul abdomen adalah menilai kestabilan
hemodinamik. Pada pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil, evaluasi yang cepat harus
ditegakkan untuk mengetahui adanya hemoperitonium. Hal ini dapat diketahui dengan DPL
atau FAST scan. Pemeriksaan radiografik abdomen diindikasikan pada pasien stabil saat
pemeriksaan fisik dilakukan.
Radiografi
Radiografi dada membantu dalam diagnosis trauma abdomen seperti ruptur hemidiafragma
atau pneumoperitonium.
Radiografi pelvis atau dada dapat menunjukkan fraktur dari tulang thoracolumbar.
Mengetahui fraktur costa dapat memperkirakan kemungkinan organ yang terkena trauma.
Tampak udara bebas intra intraperitoneal, atau udara retroperitoneal yang terjebak dari
perforasi duodenal.
Ultrasonografi
Pemeriksaan digunakan untuk mendeteksi hemoperitonium dan diinterpretasikan positif
jika cairan ditemukan dan negatif jika tidak tampak cairan.
Pemeriksaan FAST berdasar pada asumsi bahwa kerusakan abdomen berhubungan dengan
hemoperitonium. Meskipun, deteksi cairan bebas intraperitoneal berdasar pada faktor-faktor
seperti lokasi trauma, adanya perdarahan tertutup, posisi pasien, dan jumlah cairan bebas.
Protokol pemeriksaan sekarang ini terdiri dari 4 area dengan pasien terlentang. Lokasi
tersebut adalah perikardiak, perihepatik, perisplenik, dan pelvis. Penggambaran perikardial
digunakan lubang subcosta atau transtoraksis. Memberikan 4 bagian penggambaran jantung
dan dapat mendeteksi adanya hemoperikardium yang ditunjukkan dengan pemisahan selaput
viseral dan parietal perikardial. Perihepatik menunjukkan gambar bagian dari liver,
diafragma, dan ginjal kanan. Menampakkan cairan pada ruang subphrenik dan ruang pleura
kanan. Perisplenik menggambarkan splen dan ginjal kiri dan menampakkan cairan pada
ruang pleura kiri dan ruang subphrenik. Pelvis menggambarkan penggunaan vesika urinaria
sebagai lubang sonografi. Gambar ini dilakukan saat bladder penuh. Pada laki-laki, cairan
bebas tampak sebagai area tidak ekoik (warna hitam) pada celah rektovesikuler. Pada wanita,
akumulasi cairan pada cavum Douglas, posterior dari uterus.
Pasien dengan hemodinamik stabil dengan hasil FAST positif memerlukan CT scan untuk
menentukan sebab dan luasnya kerusakan.
Pasien dengan hemodinamik stabil dengan hasil FAST negative memerlukan observasi,
pemeriksaan abdomen serial, dan follow-up pemeriksaan FAST.
Pasien dengan hemodinamik tidak stabil dengan hasil FAST negative merupakan diagnosis
yang meragukan untuk penanganan dokter.
Computed Tomography (CT) Scan
CT scan tetap kriteria standar untuk mendeteksi kerusakan organ padat. CT scan abdomen
dapat menunjukkan kerusakan yang lain yang berhubungan, fraktur vertebra dan pelvis dan
kerusakan pada cavum toraks.
Memberikan gambaran yang jelas pancreas, duodenum, dan sistem genitourinarius. Gambar
dapat membantu banyak jumlah darah dalam abdomen dan dapat menunjukkan organ dengan
teliti.
Keterbatasan CT scan meliputi kepekaannya yang rendah untuk diagnostik trauma
diafragma, pancreas, dan organ berongga. CT scan juga mahal dan memakan dan
memerlukan kontras oral atau intravena, yang menyebabkan reaksi yang merugikan.
Prosedur Diagnostik :
Diagnostic peritoneal lavage
DPL diindikasikan untuk trauma tumpul pada (1) pasien dengan trauma tulang belakang,
(2) dengan trauma multiple dan syok yang tidak diketahui, (3) Pasien intoksikasi yang
mengarah pada trauma abdomen, (4) Pasien lemah dengan kemungkinan trauma abdomen,
(5) pasien dengan potensial trauma intra-abdominal yang akan menjalani anestesi dalam
waktu lama untuk prosedur yang lain
Kontraindikasi absolut untuk DPL yaitu pasien membutuhkan laparotomi. Kontraindikasi
relatif meliputi kegemukan, riwayat pembedahan abdomen yang multipel, dan kehamilan.
Metode bervariasi dalam memasukkan kateter ke ruang peritoneal. Meliputi metode open,
semiopen dan closed. Metode open memerlukan insisi kulit infraumbilikal sampai dan
melewati linea alba. Peritoneum dibuka dan kateter diletakkan langsung. Metode semiopen
hampir sama hanya peritoneum tidak dibuka dan kateter melalui perkutaneus melalui
peritoneum ke dalam ruang peritoneal. Metode closed memerlukan kateter untuk dipasang di
dalam kulit, subkutan, linea alba dan peritoneum.
Hasil DPL dinyatakan positif pada trauma tumpul abdomen jika menghasilkan aspirasi 10
mL darah sebelum pemasukan cairan lavase, mempunyai RBC lebih dari 100.000 RBC/mL,
lebih dari 500 WBC/mL, peningkatan amylase, empedu, bakteri, atau urin. Hanya sekitar 30
mL darah dibutuhkan dalam peritoneum untuk menghasilkan DPL positif secara
mikroskopik.
DPL di tunjukkan pada beberapa studi mempunyai akurasi diagnostik 98-100%, sensivitas
98-100% dan spesifikasi 90-96%. DPL mempunyai keuntungan termasuk sensitivitas tinggi,
interpretasi cepat, dan segera. Positif palsu dapat terjadi jika jalan infraumbilikal digunakan
pada pasien fraktur pelvis. Sebelum dilakukan DPL, vesica urinaria dan lambung harus di
dekompresi.
Dengan kemampuan yang cepat, noninvasive, dan lebih menggambarkan (pemeriksaan
FAST, CT scan), peranan DPL kini terbatas untuk evaluasi pasien trauma yang tidak stabil
yang hasil FAST negative atau tidak jelas. 10
II.8 PENATALAKSANAAN
Terapi Medis
Keberhasilan utama paramedis dengan latihan Advanced Trauma Life Support merupakan
latihan menilai dengan cepat jalan napas pasien dengan melindungi tulang belakang,
pernapasan dan sirkulasi. Kemudian diikuti dengan memfiksasi fraktur dan mengontrol
perdarahan yang keluar. Pasien trauma merupakan risiko mengalami kemunduran yang
progresif dari perdarahan berulang dan membutuhkan transport untuk pusat trauma atau
fasilitas yang lebih teliti dan layak. Sebab itu, melindungi jalan napas, menempatkan jalur
intravena, dan memberi cairan intravena, kecuali keterlambatan transport. Prioritas
selanjutnya pada primary survey adalah penilaian status sirkulasi pasien. Kolaps dari sirkulasi
pasien dengan trauma tumpul abdomen biasanya disebabkan oleh hipovolemia karena
perdarahan. Volume resusitasi yang efektif dengan mengontrol darah yang keluar infuse
larutan kristaloid melalui 2 jalur. 10
Primary survey dilengkapi dengan menilai tingkat kesadaran pasien menggunakan Glasgow
Coma Scale. Pasien tidak menggunakan pakaian dan dijaga tetap bersih, kering, hangat.
Secondary survey terdiri dari pemeriksaan lengkap dan teliti sebagai indikasi dalam
pemeriksaan fisik.
BAB III
KESIMPULAN
Trauma tumpul abdomen adalah cedera pada abdomen tanpa penetrasi ke rongga peritoneum
yang dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselarasi, atau kompresi. Lebih dari
50% kejadian trauma tumpul abdomen disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, dimana akibat
dari trauma tumpul abdomen dapat berupa perforasi, perdarahan, dan ruptur organ. Pada
intraperitoneal, trauma tumpul abdomen paling sering menciderai organ limpa (40-55%), hati
(35-45%), dan usus halus (5-10%). Sedangkan pada retroperitoneal, organ yang paling sering
cedera adalah ginjal, dan organ yang paling jarang cedera adalah pankreas dan ureter.
Pada kecurigaan terjadinya trauma tumpul abdomen harus dilakukan pemeriksaan yang
menyeluruh dan observasi yang berulang-ulang. Merupakan hal yang sulit untuk menduga
apa yang terjadi pada organ-organ intra abdominal karena tidak bisa terlihat dari luar, dengan
gejala yang bisa timbul dalam waktu yang cukup lama dan gejala yang timbul bisa minimal
sedangkan kerusakan organ-organnya cukup parah.
Tindakan penyelamatan life support harus segera diberikan, meskipun terjadinya trauma
tumpul abdomen masih menjadi kecurigaan. Penatalaksanaan harus secepatnya dilakukan jika
telah terbukti adanya trauma tumpul abdomen dengan kegawatan, mengingat banyaknya
organ-organ penting yang terdapat di intra abdominal. Komplikasi yang sering terjadi pada
trauma tumpul abdomen adalah peritonitis. Kematian pada trauma tumpul abdomen
disebabkan karena sepsis dan perdarahan.
sorces : http://sanirachman.blogspot.com/2009/10/traumaabdomen_29.html#ixzz3DOHPpT00
nder Creative Commons License: Attribution Non-Commercial