I. PENDAHULUAN
Mioma uteri ialah neoplasma jinak berasal dari otot uterus. Mioma uteri
mempunyai beberapa sinonim antara lain; fibromioma uteri, leiomioma uteri
ataupun uterine fibroid. Mioma uteri merupakan salah satu tumor yang sering
ditemukan pada wanita, terjadi pada 20% wanita usia reproduksi. Tumor ini sering
ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan rutin pelvis maupun
ultrasonografi pelvis.1,2,3
Pada wanita usia reproduksi angka kejadiannya berkisar antara 20-25%.
Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun kejadiannya lebih tinggi, yaitu mendekati
40%. Kejadian mioma uteri yang tinggi antara usia 35 tahun dan usia 50 tahun
menunjukkan adanya hubungan kejadian mioma uteri dengan estrogen. Mioma
uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause
angka kejadian sekitar 10 %. Di Indonesia, ditemukan 2,39 11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat. Di Amerika Serikat dari 650.000 histerektomi
yang dilakukan pertahun, sebanyak 27 % (175.000) disebabkan karena mioma
uteri.4-8
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri sampai saat ini belum diketahui.
Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri, hipotesis
ini didukung oleh
yang sama. Perbedaan ini berkaitan dengan jumlah reseptor estrogen dan reseptor
progesteron. Meyer dan De Snoo mengemukakan patogenesis mioma uteri dengan
teori cell nest atau genitoblast . Pendapat ini lebih lanjut diperkuat oleh hasil
penelitian Miller dan Lipschutz yang mengatakan bahwa terjadinya mioma uteri
tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya
dapat dirangsang terus-menerus oleh estrogen.9-11
Berdasarkan lokasinya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, mioma
uteri dibagi atas 4 jenis, yaitu mioma submukosum, mioma intramural, mioma
subserosum, dan mioma intraligamenter. Lokasi mioma yang paling sering adalah
jenis intramural (54%) diikuti oleh jenis subserosum (48,2%), jenis submukosum
(6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).1,5
Mioma uteri bisa simptomatik maupun asimptomatik. Gejala yang ditimbulkan
oleh mioma uteri tergantung dari lokasi tumor, ukuran massa tumor, perubahan
degenerasi dan komplikasi dari mioma uteri.8 Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh
mioma uteri dapat berupa sebagai berikut:
1. Perdarahan abnormal berupa hipermenore atau menometrorhagia.
2. Rasa nyeri.
3. Gejala dan tanda penekananan seperti polakisuria, hidroureter dan lain-lain
Sebagian besar penderita mioma uteri asimptomatik, hanya 20-50% saja mioma
uteri yang menimbulkan keluhan 1,12,13
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan berdasarkan:
1. Pemeriksaan klinis berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik/ginekologi
Pada palpasi abdomen terdapat massa di daerah simpisis atau abdomen bagian
bawah dengan konsistensi padat atau kenyal, berdungkul, tidak nyeri,
berbatas tegas dan mudah digerakkan jika tidak ada perlengketan. Pada
pemeriksaan bimanual didapatkan tumor yang menyatu atau berhubungan
dengan uterus dan sondage uterus lebih besar dari normal.
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu dilatasi dan kuretase,
pemeriksaan dari bahan operasi, pemeriksaan laboratorium, tes kehamilan,
pemeriksaan ultrasonografi/MRI dan pemeriksaan radiologi BNO/IVP bila
ukuran mioma besar.1,5,14
II. REKAM MEDIK
A. Anamnesis
1. Identifikasi
Nama
Umur
: 35 tahun
Suku bangsa
: Palembang
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
Alamat
MRS
: 20 September 2005
2. Riwayat perkawinan
Belum kawin.
3. Riwayat Reproduksi
Menars 13 tahun, lama haid 7 hari, siklus haid 28 hari teratur. HPHT: 10 9 -2005
4. Riwayat kehamilan/melahirkan : 5. Riwayat penyakit dahulu : 6. Riwayat gizi/sosioekonomi
sedang/sedang
7. Anamnesis Khusus
Keluhan utama: Benjolan di perut bawah sejak 4 bulan yang lalu
: komposmentis
Tipe badan
: piknikus
Berat badan
: 52 kg
Tinggi badan
: 150 cm
Tekanan darah/Nadi
: 110/70 mmHg
Nadi
: 78X/menit
Pernafasan
: 20 kali/menit
Suhu
: 36,8C
b. Keadaan khusus
Kepala
Leher
Toraks
Abdomen
2. Status Ginekologi
a. Periksa luar
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
b. Inspekulo
: Tidak dilakukan
Colok vagina
: Tidak dilakukan.
Colok dubur
Gambar:
C. Pemeriksaan Lain
1. Laboratorium (17-09-2005)
Darah rutin
Hb
: 12,2 g%
Ht
: 36 vol%
Lekosit
: 7.700/mm3
LED
: 17 mm/jam
(<15 mm/jam)
Trombosit
Hitung jenis
: 0/5/4/56/31/4
Waktu pembekuan
: 8 menit
Waktu perdarahan
2 menit
(12 18 g%)
(0-1/1-3/2-6/50-70/2-8 %)
Urin rutin
Kejernihan
: Jernih
Sedimen
Kimia darah
Gula darah sewaktu
: 98 mg/dl
Ureum
: 16 mg/dl
(20 - 40 mg/dl)
Kreatinin
: 0,8 mg/dl
(0,5 - 0,9mg/dl)
Bilirubin total
: 0,18 mg/dl
Bilirubin direk
: 0,11 mg/dl
Bilirubin indirek
: 0,07 mg/dl
SGOT
: 13 /l
(< 40 /l)
SGPT
: 16 /l
(< 41 /l)
Natrium
: 150 mmol/l
(135-155 mmol/l)
Kalium
: 3,5 mmol/l
Albumin
: 5,4 g/dl
Globulin
: 2,7 g/dl
2. Ultrasonografi (19-09-2005)
Uterus lebih besar dari normal ukuran 25 x 20 cm berisi massa echoik
ukuran 18 x 16 cm yang berasal dari suatu mioma uteri
Tidak jelas adanya massa pada kedua adneksa
Kesan: mioma uteri
3. Radiologi
Foto toraks (17-09-2005):
Pulmo tak ada kelainan
Cor tak ada kelainan
Kesan: radiologi tak tampak kelainan thorak
D. Diagnosis Kerja
Suspek mioma uteri
E. Diagnosis Banding
suspek Adenomiosis
F. Prognosis
Dubia ad bonam
G. Terapi
Rencana: Miomektomi
H. Tindakan Sela
1.
2.
10
III. PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis pada kasus ini ?
2. Bagaimanakah penatalaksanaan pada kasus ini selanjutnya?
IV. DISKUSI
Diagnosis pada penderita ini adalah suspek mioma uteri endometrium, sedangkan
diagnosis bandingnya adenomiosis. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis,
pemeriksaan
fisik,
pemeriksaan
ginekologik,
ultrasonografi,
11
mengalami putaran tangkai (torsion) atau mioma uteri submukosal yang sedang
dilahirkan. 1,5,13
Gambaran klinis yang biasa dijumpai pada mioma uteri adalah massa yang
berhubungan dengan uterus, permukaan rata atau tidak rata, bentuknya asimetris
dengan konsistensi yang bervariasi (kistik-padat). Kadang-kadang hanya
ditemukan adanya pembesaran uterus saja.1,5
Pada penderita ini dari pemeriksaan ginekologi didapatkan hasil uterus
setinggi 1 jari bawah pusat sesuai kehamilan 22 minggu, konsistensi kenyal padat.
Dan permukaan uterus tidak simetris sehingga diduga pada kasus ini adalah
mioma uteri subserosa atau mioma uteri intramural yang pertumbuhannya kearah
kepermukaan uterus. Diagnosis klinis ini didukung dari hasil pemeriksaan USG
dengan hasil uterus lebih besar dari ukuran normal, tampak massa sesuai mioma
dengan ukuran 18 x 16 cm. Kedua adneksa dalam batas normal, sehingga
diperoleh kesan mioma uteri. Dari literatur dikatakan bahwa USG dapat
membantu menegakkan diagnosis mioma uteri dengan gambaran yang khas
berupa bentuk kumparan hiperekhoik, homogen yang disebabkan adanya massa
jaringan fibrous/muskuler pada mioma uteri tersebut. Jika mioma uteri mengalami
degenerasi akan memberikan gambaran yang bervariasi dari hipoekhoik sampai
hiperekhoik serta gambaran yang homogenitasnya tidak beraturan. Pemeriksaan
USG transvaginal dapat memberikan gambaran lebih akurat tentang lokasi,
jumlahnya lebih dan ukuran dari 0,5-1 cm.16-18
Usia penderita ini adalah 35 tahun, Ichimura mengatakan insiden mioma uteri
pada wanita diatas 30 tahun adalah berkisar 20-30%. Dalam kepustakaan lain
dikatakan bahwa pada usia diatas 35 tahun kejadiannya lebih tinggi yaitu
mendekati angka 40%.5,6
Mioma uteri juga dapat ditemukan bersamaan dengan hiperplasia endometrium
dan polip endometrium. Suatu keadaan dimana terjadi hiperstimulasi dari
estrogen akan menyebabkan terjadinya polip endometrium, disamping itu dapat
menyebabkan keadaan yang dinamakan hiperplasia endometrium. Umumnya
polip endometrium tidak menimbulkan gejala, tetapi dapat juga menyebabkan
12
perdarahan tidak teratur. Kemungkinan keganasan ada akan tetapi hanya 0,36%. 1217
endometrioum.
Dengan
demikian
berdasarkan
atas
anamnesis,
pemeriksaan
fisik,
bahkan
mioma
uteri
dapat
dijumpai
bersamaan
dengan
adenomiosis.1,5,11
Adenomiosis biasanya timbul pada usia antara 40-50 tahun. Adenomiosis juga
biasanya dijumpai pada multipara tetapi insidensinya tidak berhubungan dengan
besarnya paritas. Adenomiosis bahkan berhubungan dengan gangguan lain pada
uterus. Lebih dari 80% wanita dengan adenomiosis mempunyai proses patologis
pada uterus; 50% pasien dengan mioma uteri, diperkirakan 11% dengan
endometriosis dan 7% kasus dengan polip endometrium.
Keluhan utama pada adenomiosis adalah perdarahan uterus abnormal dan
nyeri panggul. Adanya keluhan pada penderita seperti gangguan haid dapat
berhubungan dengan mioma uteri ataupun adenomiosis. Sheth meneliti ternyata
pada 1000 wanita dengan diagnosis akhir menorhagia didapatkan 400 yang
menderita adenomiosis dan 251 menderita mioma uteri. Adenomiosis biasanya
berhubungan dengan multiparitas dan dalam masa pramenopause.6,17
Dari hasil pemeriksaan ginekologis didapatkan benjolan di perut bawah yang
berhubungan dengan uterus yang bisa dijumpai pada suatu mioma uteri dan
adenomiosis, tetapi pembesaran uterus pada adenomiosis biasanya simetrik dan
berkonsistensi padat. Diagnosis dapat ditegakkan saat pemeriksaan uterus pada
saat operasi dan diagnosis pasti adenomiosis baru dapat dibuat setelah
13
secara
ekonomis terapi dengan GnRH terlalu mahal dan setelah dilakukan inform
concent penderita lebih memilih dilakukan tindakan operatif.
3. Terapi operatif
Pendekatan operasi yang dilakukan dapat berupa pengangkatan massa tumor
saja (miomektomi) atau dengan pengangkatan uterus (histerektomi). Jenis terapi
ini telah banyak dibuktikan lebih efektif. Pada kasus-kasus dimana fungsi
reproduksi tidak dibutuhkan lagi, histerektomi adalah terapi yang terpilih.
Sedangkan pada kasus usia reproduktif, ingin mempertahankan genitalia
interna, dilakukan terapi miomektomi, Akhir-akhir ini telah dikembangkan
teknik dalam terapi mioma uteri yaitu laparascopic supracervical hysterectomy,
laparoscopic myomectomy, dan uterine artery embolization1,4,19,20
Moore menganjurkan dilakukannya intervensi bedah pada penderita mioma uteri
pada keadaan berikut :
1.
14
2.
3.
Gangguan berkemih
4.
5.
Infertilitas
6.
dipakai ketentuan:
1. Usia < 40 tahun dikerjakan histerektomi totalis tanpa pengangkatan ovarium,
atau miomektomi bila fungsi fertilitas masih diperlukan
2. Usia 40 - 45 tahun dilakukan histerektomi totalis dan salfingoooforektomi
unilateralis
3. Usia > 45 tahun dilakukan histerektomi totalis dan salpingoooforektomi
bilateralis.
Pada kasus ini terapi yang paling sesuai adalah tindakan operatif berupa
miomektomi dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Penderita masih usia reproduksi
b. Fungsi reproduksi masih diperlukan
c. Umur penderita 35 tahun
Pada pasien ini direncanakan akan dilakukan Miomektomi,namun bila itra
operatif ditemukan uterus miomatosus atau karena mioma uteri yang besar dan
sulit dilakukan miomektomi,atau terjadi perdarahan dan kesulitan dalam
tindakan operatif maka akan dilakukan tindakan Histerektomi dan untuk itu
diperlukan inform concent yang jelas kepada pasien. Tindakan miomektomi
dapat menyebabkan komplikasi
infeksi, trauma pada usus dan kandung kemih, bila ditemukan perlengketan.
15
V. KESIMPULAN
1. Diagnosis penyakit pada penderita ini adalah Susupek mioma uteri dan
diagnosis bandingnya adalah suspek adenomiois.
2.
Tindakan
yang
miomektomi,
bila
akan
dilakukan
intraoperatif
adalah
terdapat
intervensi
kesulitan
bedah
dapat
berupa
dilakukan
histerektomi.
RUJUKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Joedosepoetro Ms, Sutoto. Tumor jinak pada alat alat genital. Dalam: Wiknjosastro H. Ilmu
Kandungan. Edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1991; 281-192
Sjamsudin S, Nuranna L. Tumor ginekologi. Dalam: Marjono BA. Catatan Kuliah obgin plus
+ FKUI. Edisis pertama. Jakarta: FTMD, 1999: 159-162
Doyle K. Leiomyomatous uterine. In: FredericksonHL, Willein-Haug L. Obsgin secret.
Second edition. Boston-Massachusett: Bookpromotion % service, 1997; 30-31
Sakala EP. Boardreview series obstetrics and gynecology. Baltimore: Williams & Wilkin,
1997; 309-313
Baziad A. Endokrinologi ginekologi. Edisi Kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI, 2003:
82-102,151-157
IchimuraT, Kawamura N, Ito F, Shibata S, Minakuchi K, et al. Correlation between the
growth of uterine leiomyomata and estrogen and progesterone receptor content in needle biopsy
specimen. Fertil Steril 1998; 70: 967-971
Schwartz SM. Epidemiology of uterine leiomyomata. Clin Obstet Gynecol 1998; 44: 316-326
Whelan III JG, Vlahos NF, wallach EE. Contemporary management of leiomyomas. In:
Ransom SB, Dombrowsky MP, evans MI, ginsburg KA. Contemporary therapy in Obstetrics and
Gynecology. 2nd edition. Philadelphia, 2002; 367-370
Thomas EJ. The aetiology and pathogenesis of fibroid.In: Shaw RW. Uterine fibroid. New
Jersey: The Parthenon Publishing Group, 1992; 1-8
Stewart EA, Nowak RA. Leiomyoma-related bleeding: a classic hypothesis update for the
molecular era. Hum Repro 1996; 2: 295-306
Speroff L, Glass RH, Kase NG. Clinical Gynecologic endocrinology and infertility. Sixth
edition. Baltimore: Lippincort William & Wilkin, 1999: 149-153
Hillard PA. Benign disease of the female reproductive tract: symptom and signs. In: Berek JS,
Adashi EY, Hillard PA. Novaks Gynecologyc. Twelfth Edition. Baltimore: Williams & Wilkins,
1996; 359-361
Stovall DW. Clinical symptomatology of uterine leiomyomas. Clin Obstet Gynecol 1998; 44:
365-371
West CP. Uterine fibroids: Clinical presentation and diagnostic technique. In: Shaw RW.
Uterine fibroid. New Jersey: The Parthenon Publishing Group,1992; 35-45
Kurmans RJ. Blausteins pathology of the female genital track. 4 th edition. Baltimore:
Springer-Verlag, 1994: 411-426
Thompson JD, Rock JA. Leiomyomata uteri andmyomectomy. In: Rock JA, Thompson JD.
Te LindeS operative gynecology. Eight edition. Philadelphia: Lippincortt Raven, 1997; 731-770
Prabowo RP. Endometriosis. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhaddhi T. Ilmu
kandungan. Edisi pertama. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1991; 259-261
Suyono B. Pemeriksaan ultrasonografi pada uterus. Dalam POGI. Ultrasonografi dasar
obstetri ginekologi. Palembang: Kursus dasr USG dan KTG pra PIT XII, 2001; 9-10
16
19.
17
18
13. Gambaran MRI: myom tampak sebagai massa gelap berbatas tegas yang
dapat dibedakan dengan myometrium. Dapat menggambarkan jumlah, lokasi
dan ukuranDapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm.