Anda di halaman 1dari 12

INFORMASI

TAMAN NASIONAL WAKATOBI

Surga nyata bawah laut merupakan julukan yang diberikan kepada kawasan
Taman Nasional Wakatobi. Berada di pusat segitiga karang dunia (The heart of coral
triangle centre), Wakatobi memiliki kekayaan sumberdaya laut yang melimpah dan
eksotik. Air laut yang sangat jernih, terumbukarang yang mempesona dan dihuni oleh
beragam hewan laut seperti ikan paus, ikan duyung, ikan lumba-lumba, ikan napoleon
dan berbagai jenis ikan hias lainnya serta berbagai jenis tumbuhan lautnya layaknya
sebuah taman di lautan. Selain itu, pantainya yang elok dengan dihiasi pasir putih
membentang menyempurnakan keindahan kepulauan wakatobi. Kecantikan Wakatobi
inilah yang selalu memberi kesan tak terlupakan bagi siapa saja yang pernah
mengunjunginya. Dan sudah banyak yang mengakui bahwa Taman Nasional Wakatobi
merupakan taman laut terindah dan terumbu karang terbaik di dunia.
I. Sejarah Taman Nasional Wakatobi
Kepulauan Wakatobi terletak di
pertemuan Laut Banda dan Laut
Flores.
Wakatobi
merupakan
kependekan dari nama empat pulau
besar yang ada di kawasan tersebut,
yaitu Pulau Wangi-wangi, Pulau
Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau
Binongko. Luas masing-masing pulau
adalah Pulau Wangi-wangi (156,5
km2), Pulau Kaledupa (64,8 km2),
Pulau Tomia (52,4 km2), dan Pulau
Binongko (98,7 km2). Semula gugusan
pulau ini dikenal dengan nama
Gambar : Keindahan bawah laut Wakatobi
Kepulauan Tukang Besi, karena sejak
(sumber : Hermawan Wong, 2007)
dahulu penduduk di kepulauan ini
dikenal sebagai pengrajin atau pandai
besi yang memasok kebutuhan rumah tangga dan alat-alat perang bagi kerajaan Buton dan
sekitarnya.
Kekayaan sumberdaya alam laut yang bernilai tinggi baik jenis dan keunikannya
dengan panorama bawah laut yang menakjubkan menjadikan kepulauan Wakatobi dijuluki
surga bawah laut di antara pusat segitiga karang dunia (The heart of coral triangle centre) yaitu
wilayah yang memiliki keanekaragaman terumbu karang dan keanekaragaman hayati lainnya
(termasuk ikan) tertinggi di dunia, yang meliputi Philipina, Indonesia sampai kepulauan
Solomon. Kekayaan keanekaragaman hayati laut menjadikan Kepulauan Wakatobi ditunjuk
sebagai Taman Nasional Laut berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No 393/KptsVI/1996 tanggal 30 Juli 1996 dan ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No
7651/Kpts/II/2002 tanggal 19 Agustus 2002 dengan luasan 1.390.000 Ha.
Tujuan penetapan taman nasional ini adalah terjaminnya sistem penyangga kehidupan
untuk pelestarian keanekaragaman hayati (bidoversity conservation) sebagai perwakilan
ekosistem wilayah ekologi perairan laut Banda-Flores (Banda Flores Marine Eco-region),

menjamin terwujudnya pembangunan ekonomi daerah secara berkelanjutan (sustainable


development) terutama dari sektor perikanan dan pariwisata, serta menjamin tersedianya
sumber mata pencaharian yang berkelanjutan (sustainable livelihood) bagi masyarakat
setempat.

C o ra l tri-a n gle

W a k a to b i

Peta Pusat Segitiga Karang Dunia (Coral Tri-angle Center)

Pembentukan pulau-pulau di kepulauan Wakatobi akibat adanya proses geologi berupa


sesar geser, sesar naik maupun sesar turun dan lipatan yang tidak dapat dipisahkan dari
bekerjanya gaya tektonik yang berlangsung sejak jaman dulu hingga sekarang. Secara
keseluruhan kepulauan ini terdiri dari 39 pulau, 3 gosong dan 5 atol. Dari proses
pembentukannya, atol yang berada di sekitar kepulauan Wakatobi berbeda dengan atol
daerah lain. Atol yang berada di kepulauan ini terbentuk oleh adanya penenggelaman dari
lempeng dasar. Terbentuknya atol dimulai dari adanya kemunculan beberapa pulau yang
kemudian diikuti oleh pertumbuhan karang yang mengelilingi pulau. Terumbu karang yang
ada di sekeliling pulau terus tumbuh ke atas sehingga terbentuk atol seperti beberapa atol
yang terlihat sekarang, antara lain Atol Kaledupa, Atol Kapota, Atol Tomia.
Berdasarkan hasil citra satelit, diketahui bahwa luas terumbu
karang di kepulauan Wakatobi adalah 8.816,169 hektar. Di
kompleks P. Wangi-wangi dan sekitarnya (P. Kapota, P.
Suma, P. Kamponaone) lebar terumbu mencapai 120 meter
(jarak terpendek) dan 2,8 kilometer (jarak terjauh). Untuk P.
Kaledupa dan P. Hoga, lebar terpendek terumbu adalah 60
meter dan terjauh 5,2 kilometer. Pada P. Tomia, rataan
terumbunya mencapai 1,2 kilometer untuk jarak terjauh dan
130 meter untuk jarak terdekat. Kompleks atol Kaledupa
Gambar gugusan karang/atol
mempunyai lebar terumbu 4,5 kilometer pada daerah
di kepulauan Wakatobi
tersempit dan 14,6 kilometer pada daerah terlebar. Panjang
atol Kaledupa sekitar 48 kilometer. Atol Kaledupa merupakan
atol terbesar yang ada di kawasan Wakatobi.
Kepulauan Wakatobi secara administratif, awalnya termasuk dalam Kabupaten Buton,
Propinsi Sulawesi Tenggara, namun sejak tahun 2004 terbentuk Kabupaten Wakatobi yang
merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Buton dengan letak dan luas yang sama dengan
Taman Nasional Wakatobi (TNW). Wilayah Kabupaten Wakatobi didominasi oleh perairan yang
luasnya mencapai 55.113 km2 dan garis pantai 251,96 km atau mencapai 98,5% dari
keseluruhan total wilayah. Selain itu juga sumberdaya perairannya memiliki keanekaragaman
hayati yang tinggi sehingga pengelolaanKkepulauan Wakatobi perlu mempertimbangkan
kaidah-kaidah konservasi.

II. Kondisi Geografis dan Aksesbilitas.


Letak Administrasi :
- Propinsi
: Sulawesi Tenggara
- Kabupaten
: Wakatobi
Letak Astronomis

: 123 20' s/d 124 39' Bujur Timur


5 12' s/d 6 10' Lintang Selatan

Batas Kawasan

: Utara
Selatan
Barat
Timur

:
:
:
:

Laut Banda
Laut Flores
Pulau Buton
Laut Banda

Posisi yang berdekatan dengan garis khatulistiwa menjadikan kawasan TN Wakatobi


beriklim tropis. Menurut klasifikasi Schmidt-Fergusson iklim di Kepulauan Wakatobi termasuk
tipe C, dengan dua musim yaitu musim kemarau (musim timur: April Agustus) dan musim
hujan (musim barat: September April) dengan suhu harian berkisar antara 19 34oC. Musim
angin barat berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret yang ditandai
dengan sering terjadi hujan, gelombang laut cukup besar sehingga nelayan jarang yang melaut.
Sementara itu musim angin timur berlangsung bulan juni sampai dengan september yang
ditandai dengan kondisi laut yang teduh, gelombang tenang dan jarang terjadi hujan sehingga
nelayan sering melaut. Peralihan musim yang biasa disebut musim pancaroba (bulan oktoberNovember dan bulan April-Mei) kondisi gelombang laut tidak menentu sangat tergantung
dengan cuaca.Jumlah curah hujan di kepulauan Wakatobi juga tidak begitu tinggi, data 10
tahun terakhir menyebutkan jumlah curah hujan terendah terjadi pad abulan September hanya
mencapai 2,5 mm dan curah hujan tertinggi di bulan Januari mencapai 229,5 mm.

Gambar 1: Peta Kawasan Taman Nasional Wakatobi


Untuk menuju Kepulauan Wakatobi dapat ditempuh lewat beberapa alternatif perjalanan dari
kendari Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, yaitu:
a. Kendari ke kota Wanci, Ibukota Kabupaten Wakatobi dengan kapal kayu yang
berangkat 3 kali seminggu dari pelabuhan Kendari dengan waktu tempuh ( 10 jam)
b. Kendari ke Bau-Bau (Buton) via Raha (Muna) dengan kapal cepat regular setiap hari
dua kali pemberangkatan dengan waktu tempuh ( 5 jam) kemudian dilanjutkan
dengan naik kapal kayu ke Wanci dengan waktu tempuh ( 8 jam). Dapat juga dari
bau-Bau ke Lasalimu naik kendaraan roda empat selama dua jam, lalu naik kapal cepat
lasalimu-Wanci selama ( 2 jam).
c.

Wanci merupakan pintu gerbang pertama memasuki kawasan Taman Nasional


Wakatobi.

Perjalanan dari Jakarta atau Surabaya menuju Kepulauan Wakatobi juga bisa menggunakan
kapal laut PELNI yang singgah di Kota Bau-Bau dengan intensitas 3 atau 4 kali seminggu.
Saat ini sudah dikembangkan jalur penerbangan udara dengan menggunakan Merpati Airlines
dari Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan) ke Bau-Bau PP seminggu 3 kali (selasa,
jumat dan minggu). Dari kota Bau-Bau dapat dilanjutkan dengan kapal kayu ke Wanci.

Gambar . Peta Rute Perjalanan Menuju Taman Nasional Wakatobi

III. Potensi Kawasan Taman Nasional Wakatobi.


Secara umum perairan laut Taman Nasional Wakatobi mempunyai konfigurasi dari
mulai datar sampai melandai ke arah laut dan beberapa daerah terdapat yang bertubir curam.
Kedalaman airnya bervariasi, bagian terdalam mencapai 1.044 meter dengan dasar perairan
sebagian besar berpasir dan berkarang. Sementara itu kekayaan sumberdaya laut di Taman
Nasional Wakatobi di kelompokkan menjadi 8 sumberdaya penting, yaitu : terumbukarang,
mangrove, padang lamun, tempat pemijahan ikan, tempat bertelur burung pantai, dan pantai
peneluruan penyu, cetacean. Kedelapan sumberdaya penting tersebut merupakan bagian dari
ekosistem Taman Nasional.
Berikut ini beberapa tipe ekosistem penyusun Taman Nasional Wakatobi :
3.1 Ekosistem Mangrove.
Kondisi ekosistem Mangrove bisa dikatakan tidak tersebar secara merata di wilayah
pesisir, hanya beberapa wilayah saja dengan kondisi ketebalan mangrove yang tipis. Adapun
jenis pohon bakau yang ditemukan di TNW tercatat 10 jenis, yaitu : Rhizophora stylosa,
Sonneratia alba, Osbornia octodonta, Ceriops tagal, Xylocarpus moluccensis, Scyphiphora
hydrophyllacea, Bruguiera gymnorrhiza , Avicennia marina dan Pemphis acidula, Avicennia
officinalis , Rhizophora stylosa (Operation Wallacea, 2001). Beberapa jenis anggrek juga dapat
ditemukan di vegetasi hutan bakau. Jenis biota yang berasosiasi dengan mangrove yang umum
ditemukan adalah bivalvia (tiram), gastropoda dan crustacea. Kelimpahan organisme ini
tergolong rendah.

3.2 Ekosistem Non-Mangrove


Vegetasi ekosistem non-mangrove di daerah pantai didiominasi oleh beberapa jenis
seperti : Baringtonia asiatica, Hibiscus tilliaceus. Ipomoea pescaprae, Spinifax sp, Terminalia
cattapa, Pandanus sp, dan Casuarina equisetifolia. Sementara itu vegetasi yang ditemukan
yang ke arah darat disekitar perumahan/pekarangan antara lain: kelapa (Cocos nucifera),
jambu mete (Anacardium ocidentale), mangga (Mangifera indica), nangka (Arthocarpus
integra), ubi kayu (Manihot utilisima), uwi (Dioscorea spp.), jagung (Zea mays) dan waru serta
ekosistem semak belukar dan rumput.
3.3 Ekosistem terumbu karang.
Sampai saat ini di dalam ekosistem terumbukarang tercatat 396 jenis karang keras, 28
marga karang lunak dan 31 jenis karang jamur. Berikut ini identifikasi jenisnya:
a. Terumbu karang.. Jenis-jenis karang yang ditemukan antara lain Acrophora spp, Dendrophyllia
spp., Favia abdita, Echinopora horrida, Favites spp, Heliofungia actiniformis, Holothuria edulis,
Lobophylla spp., Montastrea spp., Mycedium spp., Millepora spp, Nepthea spp., Oulophylla
crispa, Oxypora spp., Pavona clavus, P decussata, Platygira lamellina, P. pini, Porites spp.,
Porithes spp., Spirobranchus giganteus, Symphyllia spp, Turbinaria frondens, Xenia spp, dan
lain-lain. Beberapa kawasan yang memiliki terumbu karang seperti disebut diatas yaitu Karang
Sempora, K. Kapota, K Watulopa, K. Sawa Olo-Olo, K. Tokobau, dan Karang Waelale.
b. Karang lunak. Jenis soft corals yang terlihat antara lain Sarcophyton throcheliophorum,
Sinularia spp.
c. Ikan. Kekayaan jenis ikan sebanyak 93 jenis ikan yang dimanfaatkan untuk konsumsi
perdagangan dan ikan hias diantaranya argus bintik (Cephalopholus argus), napolean
(Cheilinus undulatus), ikan merah (Lutjanus biguttatus) baronang (Siganus guttatus),
Abudefduf leucogaster, A. saxatilis, Acanthurus achilles, A. aliosa, A. mata, Amphiprion
tricinctus, Chaetodon specullum, Chelmon rostratus, Heniochus acuminatus, H. permutatus,
Macolor macularis (snapper), Napoleon wrasse, Paramia quinquelineata, Scarus qibbus, S.
taeniurus, dan masih banyak lagi.
d. Bivalvia yang terlihat adalah Tridacna spp seperti kima (Tridacna sp.), kima tapak kuda
(Hippopus hippopus), kima sisik (Tridacna squamosa), kima lubang (Tridacna crocea) dan
kima raksasa (Tridacna gigas)
e. Crinoidea yang terlihat adalah Comanthina schlegeli, Lily laut.
f. Ordo Echinodea yang terlihat adalah Acanthaser planci, Diadema setosum, Echinotrix spp.,
Holothuria edulis, Parathicopus californicus, Stichopus variegatus.
g. Spons yang terlihat adalah Tube sponges dan Cube sponges, Phyllospongia foliascens.
h. Rumput laut. Jenis seagrass yang terlihat antara lain Thallisia spp., T. crocea, dan
Thalasodendron spp
Jenis terumbu karang di kepulauan ini terdiri dari terumbukarang cincin (atol reef),
terumbukarang tepi (fringing reef), terumbukarang penghalang (barrier reef) dan karang gosong
( patch reef). Berdasarkan hasil citra satelit, diketahui bahwa luas terumbu karang di Kepulauan
Wakatobi adalah 88.161,69 hektar. Adapun komponen utama yang menyusun terumbu karang
di Kepulauan Wakatobi yaitu karang hidup (terdiri dari hard coral dan soft coral) dan karang
mati (dead coral), serta organisme lain yang bersimbiosis dengan karang. Pada kedalaman 1
meter dan 3 meter banyak ditemukan jenis karang bercabang dari marga Acropora selain itu
juga ditemukan jenis karang masif (Haryono, 2002).
Sementara di daerah tubir karang cukup bervariasi jenisnya seperti Acropora spp,
Montipora spp, Porites spp, dan Stylophora pistillata. Lereng terumbu karang di Kepulauan
Wakatobi mempunyai kemiringan antara 60-70o dengan pertumbuhan karang hidup yang tidak
begitu rapat (patches) sampai kedalaman 40 meter dan karang yang tumbuh hanya didominasi
oleh Acropora hyacinthus Echinopora mammiformis, Porites cylindrica dan beberapa Favia spp.
(CRITC COREMAP-LIPI, 2001).
Pertumbuhan biota lainnya yang cukup menonjol adalah sponge dan soft coral (karang
lunak) dari jenis Sinularia sp. dan Dendronephthya sp. Sponge mempunyai variasi ukuran,
bentuk dan warna yang tinggi, umumnya tumbuh bergelantung dan menempel dinding sehingga
memberi kesan yang sangat artistik. Dendronephthya sp. termasuk dalam golongan karang

lunak dengan pertumbuhan yang sangat khas serta kaya akan warna dari putih, ungu sampai
merah jingga dan menambah kesan yang sangat menarik. Gorgonian dan anemon menambah
kekayaan bentuk serta warna. Gorgonian banyak tumbuh dan mendominasi pada kedalaman
lebih dari 30 meter dan makin ke dalam densitas pertumbuhannya semakin tinggi, hal tersebut
sangat bagus sebagai lokasi wisata (diving).

Gambar : Ikan hias di perairan


dalam

Gambar : Terumbukarang di
sekitar Pulau Hoga

Gambar : terumbukarang di
perairan dangkal.
Sumber : Sofi Sugiarto (2007)

3.4 Ekosistem Padang Lamun.


Tercatat 9 jenis lamun di perairan Wakatobi dengan sebaran yang umumnya merata,
tersebar pada daerah intertidal setelah terumbu karang dan juga ditemukan di antara terumbu
karang. Jenis lamun yang telah diidentifikasi di perairan Kepulauan Wakatobi yaitu Enhalus
acororides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Halodule pinifolia, Cymodocea rotundata,
Syringodium isoetifolium, Thalassodenron ciliatum, Halodule uninervis, Cymodocea serullata.
Jenis E. acoroides dan C. Rotundata banyak ditemukan pada substrat pasir dan pecahan
karang, sedangkan jenis T. hemprichii, S. isoetiofolium dan H. ovalis banyak ditemukan pada
substrat pasir halus dan pasir kasar.
Padang lamun dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya hanya sebagai daerah
penangkapan beberapa jenis ikan, seperti ikan baronang (Siganus sp), lencam (Lethrinus sp),
teripang, rajungan dan jenis kerang-kerangan. Metode penangkapannya dengan alat tangkap
jaring insang, tombak/panah, bubu penangkap baronang (kulu-kulu) dan sebagian kecil
menggunakan pancing. Selain itu juga masyarakat memanfaatkan rumput laut untuk dijual
sebagai produk agar-agar.

4. KONDISI KEANEKARAGAMAN HAYATI


Beberapa spesies yang terdapat di Taman Nasional Wakatobi termasuk jenis langka
dan terancam punah dengan status dilindungi seperti penyu sisik (Eretmochelys imbricata),
penyu hijau (Chelonia mydas), ikan Napoleon (Cheilinus undulatus), kepiting kenari (Birgus
latro), kima (Tridacna sp.), lola (Trochus niloticus), duyung (Dungong dugong), lumba-lumba
(Delphinus delphis, Stenella longiotris, Tursiops truncatus) dan cumi-cumi berbintik hitam.
Sementara itu jenis burung laut yang terdapat di TN Wakatobi seperti angsa batu coklat (Sula
leucogaster plotus), cerek melayu (Charadrius peronii), raja udang erasia (Alcedo anthis).
Adapun dari family Cetaceans tercatat beberapa jenis yang tergolong terancam punah
(operation Wallacea, 2003) yaitu seperti paus sperma (physeter macrocephalus), Paus
pemandu sirip pendek (Globicephala macrorhyncus), paus pembunuh (Orcinus orca), Paus
pembunuh kerdil (Feresa attenuata), lumba-lumba totol (Stenella attenuata), lumba-lumba gigi
kasar (Steno bredenensis), lumba-lumba abu-abu (Grampus griseus), lumba-lumba hidung
botol (Tursiops truncatus), dan paus kepala semangka (Peponocephala electra)

Gambar Coral Tree Fern

Gambar Glass Coral Tree

Gambar Clown fish

Keanekaragaman jenis ikan di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi cukup tinggi, saat
ini lebih dari 500 jenis ikan yang telah teridentifikasi terdapat di Taman Nasional Wakatobi dan
masih banyak yang belum diidentifikasi. Umumnya berukuran kecil dengan karakteristik
pewarnaan yang beragam sehingga dikenal dengan ikan hias. Kelompok ini umumnya
ditemukan melimpah baik dalam jumlah individu maupun jenisnya serta cenderung bersifat
teritorial. Banyak jenis ikan indikator dan ikan target bernilai ekonomis penting juga beberapa
jenis ikan komersial yang selalu diburu seperti ikan napoleon (Cheillinus undulatus), ikan
kerapu (Serranedae), ikan kakap (Lutjanidae), ikan ekor kuning (Caesionidae), ikan baronang
(Siganidae), ikan bibir tebal (Haemulidae), dll (LIPI, 2006). Tingginya keanekaragaman ikan di
Kepulauan Wakatobi terutama ikan-ikan karang menunjukkan bahwa keadaan karang di
Wakatobi masih baik, beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak ditemukan tempattempat pemijahan ikan (breeding site) di daerah terumbu karang.

5. PENYELENGGARAAN KSDAH&E dan PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI


Balai Taman Nasional Wakatobi mengelola kawasan seluas 1.390.000 Ha dan secara
struktural BTNW memiliki tiga (3) Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (SPTNW) yaitu
SPTNW I berkedudukan di Kota Wanci Pulau Wangi-Wangi, SPTNW II berkedudukan di
Ambeua Pulau Kaledupa dan SPTNW III di Waha Pulau Tomia. Sementara itu kantor Balai
Taman Nasional berkedudukan di Kota Bau-Bau.
Saat ini pengelolaan Taman Nasional tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan parapihak
oleh sebab itu pengelolaannya Taman Nasional Wakatobi dikelola secara kolaboratif yang
sudah dimulai sejak tahun 2003. Salah satu kegiatannya adalah revisi zonasi Taman Nasional
Wakatobi. Revisi zonasi dilakukan secara partisipatif dengan melakukan kunjungan dan dialog
kepada nelayan, kelompok masyarakat dan pertemuan di tingkat kampung. Dan kemudian
pada tahun 2004 dilakukan rangkaian lokakarya di tingkat kecamatan dan kabupaten sampai
muncul satu kesepahaman bersama tentang tata ruang pengelolaan Taman Nasional
Wakatobi. Untuk lebih menyempurnakan rumusan revisi zonasi maka dilakukan pengkajian
efektifitas pengelolaan TN Wakatobi oleh tim independen.
Berdasarkan hasil Tim Kajian ini, Menteri Kehutanan telah mengeluarkan surat No.
S.723/Menhut-IV/2005 tanggal 30 November 2005. Dalam surat tersebut Menteri Kehutanan
menegaskan bahwa batas TN Wakatobi tidak mengalami perubahan, namun kawasan daratan
pada pulau-pulau yang berpenghuni dijadikan sebagai daerah penyangga TNW. Penetapan
sebagai daerah penyangga dimaksudkan agar pola mata pencaharian masyarakat dan
kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan daratan Wakatobi sejalan dengan pengembangan
wilayah.
Akhirnya Revisi zonasi Taman Nasional disyahkan berdasarkan keputusan Dirjend
PHKA NO. SK.149/IV-KK/2007 dan ditandatangani bersama oleh Dirjend PHKA, Bupati
Wakatobi dan Kepala Balai TN Wakatobi pada tanggal 23 Juli 2007. Sistem zonasi yang
dihasilkan ini merupakan bagian dari tata ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi (tata ruang
wilayah perairan). Berikut ini hasil revisi zonasi Taman Nasional Wakatobi :

Zona
Zona
Zona
Zona
Zona
Zona

Inti
Perlindungan Bahari
Pariwisata
Pemanfaatan Lokal
Pemanfaatan Umum
Khusus/Daratan

:
:
:
:
:
:

1.300
36.450
6.180
804.000
495.700
46.370

Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha

Gambar ; Peta Zonasi Taman Nasional Wakatobi


Selain itu sebagai bentuk perlindungan dan pengamanan kawasan, Balai TN Wakatobi
melakukan kegiatan patroli rutin, patroli gabungan dan monitoring spesies yaitu surveillance,
reef check, inventarisasi mangrove, monitoring ekosistem padang lamun, ekosistem burung
pantai, ekosistem penyu, dll. Selain itu, beberapa kegiatan riset juga pernah dilakukan seperti
kegiatan operation wallacea, Coremap, LIPI, dll. Sementara itu pendekatan ke masyarakat juga
dilakukan dengan melakukan penyuluhan, training, kampanye lingkungan, bantuan maupun
pembinaan kepada masyarakat nelayan dalam bentuk mata pencaharian alternatif. usaha
modal. Peningkatan kapasitas staf Balai dan masyarakat juga dilakukan seperti pelatihan kader
konservasi, pelatihan pemandu wisata, pelatihan menyelam, dll. Kemitraan pengelolaan Taman
Nasional juga diwujudkan dengan menjalin kerjasama intensif dengan Pemerintah Daerah
Kabupaten Wakatobi, Departemen Kelautan dan Perikanan, LIPI dan TNC-WWF.
6. KONDISI SOSIAL EKONOMI BUDAYA MASYARAKAT.
Penduduk di Kabupaten Wakatobi tercatat +100.000 jiwa, yang tersebar di 64 desa, 7
kecamatan. Sebagian besar penduduk wakatobi memanfaatkan sumberdaya laut yang ada di
perairan kawasan Taman Nasional Wakatobi sebagai sumber pendapatan/mata
pencahariannya yaitu sebagai nelayan tradisional, dan petani budidaya rumput laut. Sisanya
sebagai pedagang atau berlayar dengan jarak berlayar bisa sampai ke Singapura atau
Malaysia, selanjutnya adalah sebagai petani sederhana yang hanya berkebun singkong dan
jagung mengingat kondisi tanah di pulau-pulau Wakatobi adalah berupa karang/berbatu.
Penduduk Wakatobi terdiri dari berbagai macam etnis yaitu etnis wakatobi asli, bugis,
buton, jawa dan Bajau. Namun kebudayaan etnis asli masih kuat belum banyak mengalami
akulturasi dan masing-masing etnis hidup dengan teratur, rukun dan saling menghargai. Etnis
bajau merupakan etnis yang sangat unik, karena kehidupan mereka sangat tergantung pada
kehidupan laut, mulai dari mata pencaharian sampai membangun pemukiman yang berada di

atas pesisir laut dengan memanfaatkan batu karang. Masyarakat Wakatobi hampir 100 %
memeluk agama Islam.
Masyarakat asli Wakatobi terdiri dari 9 masyarakat adat/lokal, yaitu masyarakat
adat/lokal wanci, masyarakat adat/lokal mandati, masyarakat adat/lokal Liya, dan masyarakat
adat kapota yang terdapat di Pulau Wangi-wangi dan Kapota, seelanjunya masyarakat
adat/lokal kaledupa yang terldapat di P. Kaledupa, masyarakat adat/lokal Waha, masyarakat
adat/lokal Tongano dan masyarakat adat Timu yang terdapat di P. Tomia, selanjutnya
masyarakat adat/lokal mbeda-beda di P. Binongko, Selain itu terdapat dua masyarakat
adat/lokal yang merupakan pendatang yaitu maasyarakat bajau dan masyarakat adat cia-cia
yang berasal dari etnis Buton. Setiap masyarakat adat/lokal tersebut memiliki bahasa yang khas
untuk adat/lokalnya masing-masing, tetapi walaupn bahasa yang digunakan berbeda-beda
tetapi dianatara mereka tetap bisa saling memahami kalau terjadi komunikasi
Meskipun begitu secara keseluruhan kehidupan masyarakat Wakatobi tidak dapat
dipisahkan dari laut. Kedekatan dengan laut inilah yang membentuk tradisi kehidupan sebagai
masyarakat kepulauan dan pesisir sehingga budaya masyarakat yang dimiliki lebih bersifat
budaya pesisir (marine antropologis). Ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap
sumberdaya laut mendorong mereka untuk melakukan pengelolaan secara tradisional agar
terjaga keberlanjutannya salah satunya di sekitar Pulau Hoga yang mensepakati sebuah
daerah dilarang untuk areal penangkapan yaitu di sebelah barat Pulau Hoga (luas 500 x 300 m)
yang sering disebut dengan tubba dikatutuang (Tubba = habitat, tempat hidup, karang ;
dikatutuang = disayangi, dipelihara, dirawat; Bahasa Bajo) karena daerah tersebut menjadi
wilayah pemijahan ikan.
Masyarakat Kepulauan Wakatobi juga kaya dengan kesenian tradisionalnya yang
menunjukkan masih berlakunya tradisi lokal yang ada di masyarakat. Berbagai macam tarian
yang masih sering disaksikan seperti tarian lariangi, tarian balumpa, tarian kenta-kenta, dll.
Sementara itu aktifitas masyarakat sebagai tukang besi juga masih banyak yang melakukannya
sementara ibu-ibu membuat kain tenun khas Wakatobi.
Sementara itu aktifitas ekonominya juga menggeliat seiring dengan terbentuknya
Kabupaten Wakatobi dan semakin terkenalnya potensi keanekaragaman hayati TN Wakatobi di
tingkat nasional maupun internasional. Di kota Wanci, ibukota Kabupaten Wakatobi telah
beroperasi lembaga perbankan (BRI dan BPD Sulawesi Tenggara) dan rencananya akhir tahun
2008 akan dioperasikan lapangan terbang.

Gambar kegiatan menangkap


dengan cara tradisional/tombak

Gambar aktifitas masyarakat


budidaya rumput laut

Gambar perkampungan
nelayan wakatobi

7. OBYEK WISATA ALAM TN WAKATOBI


Di dalam Kawasan Taman Nasional Wakatobi (TNW) dan sekitarnya memiliki beberapa
potensi obyek wisata alam, mulai panorama bawah laut (ekosistem terumbu karang dan biota
laut), pantai pasir putih, gua dan peninggalan sejarah, secara umum kondisinya masih baik.
Keindahan terumbukarang yang diwarnai dengan beragam ikan hias merupakan atraksi yang
menarik untuk dinikmati. Pulau Hoga, Pulau Tomia dan Pulau Binongko merupakan lokasi yang
menarik dikunjungi terutama untuk kegiatan menyelam (diving), snorkeling, wisata bahari,
berenang, memancing, berkemah dan wisata budaya. Berikut ini beberapa obyek wisata alam
yang bisa dinikmati di Taman Nasional Wakatobi :

No
I

PULAU
Obyek Wisata Bahari
1. Pulau Wangi-Wangi

2. Pulau Kaledupa

WILAYAH

DESKRIPSI

1. Karang kapota

Merupakan ekosistem terumbukarang terletak


di sebelah barat P.Wangi-wangi. Untuk
menuju pulau tsb dibutuhkan waktu 30 menit
perjalanan laut. Aktivitas yang dapat dilakukan
adalah snorkeling, diving dan penelitian.

2. Pantai Sousu

Terletak di Desa Matahora Kec. Wangi-Wangi,


untuk menuju pantai ini memerlukan waktu
30 menit dengan berkendaraan roda dua/roda
empat dari ibukota kecamatan (Wanci).
Aktivitas yang dapat dilakukan di Pantai Sousu
ini, seperti snorkeling, diving, serta menikmati
pemandangan pantai.

3. Pantai Patuno
(Mata Air Seratus)

Lokasi ini terdapat di Desa Patuno Kec.


Wangi-Wangi, untuk menuju tempat ini dapat
menggunakan kendaraan roda dua memakan
waktu 60 menit dari ibukota kecamatan.
Aktivitas yang dapat dilakukan di tempat ini,
seperti menikmati pemandangan pantai, dan
juga terdapat keunikan dari pantai patuno ini
yaitu banyak terdapat mata air tawar yang
keluar dari celah-celah batu maupun pasir.

1. Pulau Hoga

Terletak di Kelurahan Ambeua, merupakan


pusat aktifitas Operation Wallacea sejak
tahun 1995 sampai sekarang. Memiliki
sarana-prasarana yang lengkap yang
menunjang kegiatan seperti menyelam,
snorkeling dan penelitian. Selain itu juga
terdapat 100 homestay yang dikelola
masyarakat setempat yang berlokasi tepat di
belakang pantai pasir putih sepanjang 1 km.
Kawasan wisata bahari di pulau Hoga dapat
ditempuh dengan menggunakan speed boat
dari Ibukota Kecamatan 10 menit. Aktivitas
yang dapat dilakukan adalah menyelam,
snorkeling, berjemur, dan penelitian.

2. Pulau Sombano

Terletak di Desa Sombano Kec. Kaledupa,


merupakan pantai berpasir putih. Fasilitas
yang tersedia ditempat ini antara lain adalah
Pos Jaga dan Shelter. Dapat dijangkau dari
Ambeua (Ibukota Kec. Kaledupa) dengan
kendaraan roda 2 / roda empat + 15 menit.
Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain :
panorama alam, berjemur dan olah raga
pantai

10

2. Pulau Tomia

1.

Pulau Tolandona
(Onemobaa)

2. Pantai Letimu

3. Pulau Binongko

Terletak di Desa Lamanggau dengan panjang


pantai 2 km. Kawasan tersebut dikelola
oleh PT. Wakatobi Divers pada tahun 1995
sampai sekarang, sehingga sarana prasarana
yang menunjang kegiatan seperti menyelam,
snorkeling dan penelitian telah tersedia
dengan lengkap. Kawasan wisata bahari di
Pulau Tolandona dapat ditempuh dengan
kendaraan laut dari Waha (Ibu kota Kec.
Tomia) + 30 menit. Aktivitas yang dapat
dilakukan adalah menyelam, snorkeling,
berjemur dan penelitian.
Terletak di Desa Kulati dengan panjang
pantai 400 m, di sekitar pantai Letimu
terdapat beberapa sumber air
untuk
memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat.
Pantai ini dapat ditempuh dengan kendaraan
roda 2, 4 dan kendaraan laut ke arah barat
Desa Kulati dengan jarak 2 km arah selatan
kulati. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah
menyelam, snorkeling, berjemur.

3. Pantai Huntete

Terletak di Desa Kulati dengan panjang


pantai 1 km. dapat ditempuh dengan
kendaraan roda 2, 4 dan kendaraan laut
kearah barat desa Kulati dengan jarak 2 km
arah selatan Kulati. Aktivitas yang dapat
dilakukan adalah menyelam, snorkeling,
berjemur.

1. Pantai
mbara

Terletak di Desa Wali 8 km arah timur Wali.


Pantai Mbara-Mbara merupakan habitat
tempat bertelurnya Penyu. Pantai MbaraMbara tersebut memiliki potensi bagi obyek
wisata alam dengan panorama lautnya yang
indah dengan panjang pantai 2,1 km, dan
kegiatan penelitian.

Mbara-

2. Pantai pasir putih

Terletak di Desa Sowa. Pantai Pasir Putih


memiliki potensi bagi obyek wisata alam
dengan panorama lautnya yang indah
dengan panjang pantai 950 m. Aktivitas
yang dapat dilakukan adalah menyelam,
snorkeling, berjemur.

3. Pantai Palahidu

Terletak di Desa Palahidu dengan panjang


pantai 1 km. Pantai Palahidu memiliki
panorama laut yang indah. Pantai Palahidu
merupakan tempat mandi bagi Raja pada
zaman dahulu ini dapat dibuktikan dengan
terdapatnya kuburan tiga susun (kuburan
raja) yang sampai saat sekarang masih di
keramatkan. Aktivitas yang dapat dilakukan
adalah menyelam, snorkeling, berjemur.

4. Pantai Haso

Terletak di Desa Palahidu dengan panjang


pantai 400 m, memiliki panorama laut yang
indah. Pantai Haso dapat ditempuh dengan
kendaraan roda 2, 4 dan kendaraan laut ke
arah timur kota Rukuwa. Aktivitas yang dapat
dilakukan adalah menyelam, snorkeling, dan
berjemur.

11

Sementara itu daratan kepulauan Wakatobi juga menyimpan berbagai potensi wisata
baik wisata sejarah maupun wisata alam. Adapun beberapa bentuk wisata alam yang dapat
ditemui seperti danau Ilarantauge, beberapa sumber mata air seperti lia labiru, topa lambuku,
topa raja dan beberapa goa yang menghasilkan sumber mata air. Sementara untuk wisata
sejarah terdapat benteng liya yang berumur 1080 tahun, masjid tua kaleda, dan benteng waitu
yang merupakan bekas benteng pertahanan.

Gambar pantai di pulau kaledupa

Gambar aktifitas wisata menyelam

Gambar Kesenian Tradisional


Wakatobi

7.1. KETENTUAN PENGUNJUNG.


Para pengunjung yang hendak memasuki kawasan Taman Nasional Wakatobi diharapkan
dapat mematuhi peraturan dan petunjuk berikut ini:
1. Sebelum memasuki kawasan terlebih dahulu melapor/menghubungi petugas Taman
Nasional setempat untuk memperoleh ijin masuk serta informasi lainnya yang diperlukan;
2. Untuk kegiatan penelitian / pendidikan / penjelajahan / cinta alam / kegiatan jurnalistik /
pembuatan film / video / pengambilan foto harus mendapatkan ijin dari Kepala Balai Taman
Nasional di Bau-Bau;
3. Dilarang membawa senjata tajam/senjata api dalam kawasan Taman Nasional;
4. Hindari berjalan/berdiri diatas karang dan mahluk hidup lain. Biarkan karang, kerang dan
mahluk hidup lain tetap di tempat anda temukan;
5. Dilarang membawa tumbuhan, satwa atau biota laut kedalam maupun keluar kawasan
Taman Nasional, kecuali dengan ijin khusus dari Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi;
6. Jagalah kebersihan kawasan dengan membawa semua jenis sampah (plastik, botol,
kaleng, dsb) keluar kawasan.

Informasi lebih lanjut hubungi :


Kantor Balai Taman Nasional Wakatobi
Jl. Dayanu Ikhsanudin 71 Bau-Bau Sulawesi Tenggara 93724
Telp/Fax : +62 (0402) 2825652
Email : tn_wakatobi@yahoo.com
Website : www.tamannasionalwakatobi.org

12

Anda mungkin juga menyukai