Anda di halaman 1dari 33

KEAMANAN

DAN
KESELAMATAN KERJA

1. PENGERTIAN/ DEFINISI
1.1. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Upaya atau pemikiran dan penerapannya
yang ditujukan untuk menjamin keutuhan
dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya,
hasil karya dan
budaya,untuk meningkatkan
kesejahteraan
tenaga kerja

Lanjutan 1.1.

1.1.

Keselamatan (Safety):
Suatu keadaan selamat, bebas
dari cedera atau bahaya atau
perasaan takut akan celaka,
cedera dan resiko bahaya.

1.2.

Kesehatan (Health):
Suatu keadaan kejiwaan, fisik ,
dan sosial yang sehat, serta bebas
dari ancaman penyakit akibat
kerja.

1.3.

Lingkungan(Environment):
Suatu keadaan disekeliling tempat
perusahaan beroperasi, termasuk
udara, air, tanah, sumber daya
alam, flora & fauna, manusia, dan
interaksinya.

2. DASAR HUKUM
2.1.

Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan


penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

2.2.

UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan ketentuan


Pokok Mengenai ketenagakerjaan.
a. Pasal 3
Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan
penghasilan yang layak bagi kemanusiaan.

Lanjutan 2.2.

a. Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan , kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan
moril kerja serta perlakuanyang sesuai dengan
martabat
manusia dan moral agama.

b. Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja
yang meliputi :
1. Norma keselamatan kerja.
2. Norma kesehatan kerja
3. Norma kerja
4. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan
rehabiltasi dalam hal kecelakaan kerja.

C. UU KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970-1


LATAR BELAKANG
3.1.

Yuridis VR 1910 Stbl No. 406

3.2. Industrialisasi, elektrifikasi, modernisasi


peningkatan intensitet kerja.
3.3.

Upaya preventif mulai dari perencanaan.

4. OBJECTIVE K3

4.1

Melindungi para pekerja dan orang lainnya


ditempat kerja (formal maupun informal).

4.2. Menjamin setiap sumber produksi dipakai


secara aman dan efisien.
4.3 Menjamin proses produksi berjalan
lancar.

5. SEJARAH KESELAMATAN KERJA


ABAD 18
TAHUN 1841 DI PERANCIS :
1. UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR PEKERJA ANAK-ANAK DALAM
PERUSAHAAN INDUSTRI, PABRIK , BENGKEL, YANG MENGGUNAKAN
TENAGA MEKANIK.
2. MELAKSANAKAN PROSES TERUS MENERUS.
3. MEMPERKERJAKAN LEBIH DARI 20 ORANG.
TAHUN 1893 MENJADI UU KESELAMATAN KERJA.
KASUS KECELAKAAN MENINGKAT, KESADARAN KESELAMATAN KERJA MENJADI
PERHATIAN SERIUS, ORANG MULAI BERUPAYA MEMPROTEKSI OPERASIONAL
KERJA SEBAIK-NAIKNYA.

DI INDONESIA

ABAD 19

TANGGAL 28 PEBRUARI 1852

MENUJU KE MASYARAKAT INDUSTRI.

1. BERUPA STAATBLAD NO. 20.

PENGGUNAAN MESIN-MESIN DIESEL


DAN MESIN LISTRIK MENINGKAT.

2. PENJAGAAN KESELAMATAN KERJA


PADA PEMAKAIAN PESAWAT UAP.
3. INSTANSI PENGAWASAN
DIENSVANHET STOOMWEZEN

SAAT INI DI INDONESIA

KASUS KECELAKAAN KERJA SEMAKIN


LUAS DAN BERAGAM.
UPAYA KESELAMATAN KERJA MULAI
DITERAPKAN DENGAN KONSEP YANG
LEBIH
JELAS MENYANGKUT
PENGAMANAN PEKERJA, PERALATAN
DAN MATERIAL

DIKELOLA / DITANGANI OLEH DEPNAKER.


ADA KETENTUAN STANDAR MENGENAI
KESELAMATAN KERJA.
MASING-MASING UNSUR MEMPUNYAI
PERATURAN KESELAMATAN KERJA SESUAI DENGAN
SPESIFIKASI PEKERJAAN MASINGMASING.

SPESIFIK

6. RUANG LINGKUP
6.1. Keselamatan , Kesehatan Kerja & Lingkungan (K3L) :
Suatu program untuk menciptakan lingkungan yang sehat, aman,
sejahtera dan produktif melalui upaya peningkatan kesehatan dan
kesematan tenaga kerja serta penyerasian lingkungan di dalam dan
di sekitar perusahaan.
6.2. Sistem Manajemen Keselamatan,
Kesehatan Kerja & Lingkungan (K3L) :
a. Bagian dari keseluruhan sistem manjemen yang mencakup :
b. Struktur Organisasi
c, Perencanaan kegiatan
d. Uraian tangunga jawab
e. Hasil pelaksanaan, prosedur dan proses kegiatan
f. Ketersediaan sumber daya (manusia, dana & sarana)
g. Untuk mengembangkan, mengimplementasikan, mencapai,
mengevaluasi dan memelihara Kebijakan Keselamatan,
Kesehatan Kerja & Lingkungan (K3L).

7. SASARAN KESELAMATAN KERJA


7.1.

UNSUR MANUSIA

a. Upaya preventif meniadakan / menekan terjadinya kecelakaan.


b. Mencegah/ mengurangi timbulnya cidera, cacat & kehilangan
jiwa.
c. Meningkatkan etos kerja, produktifitas dan efisiensi kerja
d. Meningkatkan kesejahteraan pekerja

7.2.

UNSUR PEKERJAAN

a. Mengamankan tempat kerja, peralatan dan material, konstruksi,


sumber daya lainnya.
b. Meningkatkan produktivitas pekerjaan dan menjami kelangsungannya.
c. Terwujudnya tempat kerja yang aman, nyaman dan terjamin
kelangsungannya.
d. Terwujudnya pekerjaan yang tepat waktu dan hasil yang memuaskan.

7.3.

instalasi dan

UNSUR PERUSAHAAN

a. Menekan biaya operasional, sehingga keuntungan meningkat


dan
berkembang.
b. Mewujudkan kepuasan pelanggan, sehingga kesempatan mendapatkan
pekerjaan lebih mudah.
c. Terwujudnya perusahaan yang sehat.

perusahaan

8. PENYEBAB TERJADINYA
KECELAKAAN
8.1. INTERNAL ( INDIVIDUAL)
a. Kecenderungan mendapatkan kecelakaan.
b. Kemampuan/ kecakapan terbatas (tidak berimbang
dengan pekerjaan yang ditangani).
c. Sikap dan perilaku yang tidak baik.

8.2. EKTERNAL (LINGKUNGAN)


a.
b.
c.
d.
e.

Job Discription tidak proporsional dan tidak jelas.


Pekerjaan mempunyai resiko tinggi kecelakaan.
Prasarana & sarana kerja tidak memadai.
Upah dan kesejahteraan karyawan yang rendah.
Keresahan pada pekerja.

9. PENYEBAB KECELAKAAN OLEH FAKTOR MANUSIA


PENELITIAN ARBOUS & KERRICH (1953), DI EVALUASI KEMBALI OLEH
SUCHMAN & SCHERZER, MENGURAIKAN TENTANG PENYEBAB
KECELAKAAN YANG DISEBABKAN OLEH FAKTOR INDIVIUDAL
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

JENIS PENYEBAB KECELAKAAN


Sikap Kerja yang tidak tepat
Kegagalan mengenal bahaya potensial
Kegagalan perkiraan jarak dan kecepatan
Sikap selalu menggampangkan
Sikap tidak bertanggung jawab
Kegagalan perhatian yang konstan
Rasa takut gagal
Penglihatan tidak sempurna
Gangguan gangguan organis
Reaksi lambat
Tekanan darah tinggi
Rasa rendah diri
Tekanan mental dan rasa selalu was-was
Kelelahan phisik
Tidak berpengalaman
Perhatian terhadap lingkungan yang tidak sempurna
Lain-lain

PROSENTASE
14%
12%
12%
10%
8%
8%
6%
4%
4%
4%
2%
2%
2%
2%
2%
2%
6%

10. KEADAAN DARURAT

SITUASI

YANG PERLU

DIPERTIMBANGKAN/

DIIDENTIFIKASI SEBAGAI KEADAAN DARURAT


ADALAH : KEBAKARAN, PENCEMARAN ATAU
TUMPAHAN BAHAN KIMIA, BANJIR, ANGIN
TOPAN/BADAI, HURUHARA, LEDAKAN DAN
LAINLAIN.

11. KEWAJIBAN PERUSAHAAN


Berkaitan dengan keadaan darurat tersebut, perusahaan memiliki kewajiban untuk
membuat rencana dalam mengantisipasi dan menghadapi keadaan darurat, yaitu
dengan :
11.1.
Mengidentifikasi secara jelas dan komprehensif jenis keadaan darurat yang
mungkin/ berpotensi terjadi didalam maupun diluar tempat kerja.
11.2.
Menyediakan peta evakuasi dan titik berkumpul yang telah ditentukan dan
dikomunikasikan ke seluruh karyawan (mengenai jalur evakuasi bagi
karyawan/
penghuni dan tamu ke tempat tertentu yang lebih aman).
11.3.
Menyediakan tim penanggulangan keadaan darurat terlatih beserta
tanggung
jawab dan struktur organisasinya.
11.4.
Menyediakan dan memelihara sarana penanggulangan/evakuasi keadaan
darurat.
11.5.
Menyediakan prosedur untuk mencegah dan mengantisipasi keadaan darurat
(kesiapsiagaan dan tanggap darurat).
11.6.
Melakukan uji coba secara periodik beberapa prosedur yang dapat dipraktekkan.
11.7.
Mereview dan merevisi (kalau perlu) prosedur kesiapsiagaan dan tanggap darurat
setelah terjadinya accident atau situasi darurat.
11.8.
Memeriksa, menguji dan memelihara sarana atau sistem proteksi keadaan darurat,
misalnya : APAR, hidran, detector, sprinkler, pompa hidran dan lainlain.

12. KOORDINASI PENGAWASAN FUNGSIONAL K3

Standar K3 :
a. Personil
b. Alat/ Mesin
c. Sistem
d. Kelembagaan K3

13. DATA KECELAKAAN LISTRIK (PLN) 1995-1999

13.1. Jumlah kasus 1.458 kasus kecelakaan


Korban tewas 835 orang
- Karyawan 183 orang
- Masyarakat 635 orang
- Luka serius 476 orang
Kasus kebakaran 741 kasus
Gangguan teknis 2720 kasus
Kerugian Rp. 25,5 milyar

14. DASAR HUKUM K3


14.1. UU 1/ 1970 tentang Keselamatan Kerja
- Pasal 2 ayat (1) huruf q (Ruang Lingkup)
Setiap tempat dimana listrik dibangkitkan, ditransmisikan, dibagibagikan, disalurkan dan digunakan.
- Pasal 3 ayat (1) huruf q (Objective)
- Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
q. Mencegah terkena aliran listrik berbahaya.
- Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI
No. Kep 75/ Men/ 2002
Pemberlakuan PUIL 2000
PUIL 2000 SNI 04-0225-2000

14.2. UU 20/ 2002 tentang Ketenagalistrikan

15. STANDAR K3 LISTRIK DI INDONESIA

16. PERSYARATAN K3 PADA PUIL 2000

17. BAHAYA LISTRIK

Lanjutan 17.

18. BAHAYA SAMBARAN PETIR

19. PROSES PENGESAHAN GAMBAR INSTALASI LISTRIK

20. PERIJINAN K3 LIFT (PERMENAKER : PER03/MEN/1999)

21. KLASIFIKASI & KOMPETENSI TEKNISI LIFT

22. PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA


22. 1.

Peraturan

22. 2.

Standardisasi

22. 3.

Pengawasan

22. 4.

Penelitian Teknik

22. 5.

Penelitian Medis

22. 6.

Penelitian Medis

22. 7.

Penelitian Statistik

22. 8.

Pendidikan

22. 9.

Pelatihan

22.10. Persuasi
22.11. Asuransi
22.12. Penerangan 22.1 s/d 22.
Ref. Accident Preventions, ILO

Lanjutan 22.12.

KONDISI
UNSAFE CONDITIONS

UNSAFE ACTION

PERALATAN KERJA TIDAK BAIK.

BEKERJA SEMBARANGAN (MENGABAIKAN PERATURAN


KESELAMATAN KERJA).

MESIN YANG TIDAK TERLINDUNGI.


TEMPAT KERJA MEMBAHAYAKAN (LICIN, BERDEBU,
PANAS, BECEK, BERMINYAK, BERBAU MENYENGAT,
DLL).
KONSTRUKSI/ INSTALASI PEKERJAAN
MEMBAHAYAKAN.

PENYEBAB

MEMAKAI BAJU YANG TIDAK LAYAK.


BEKERJA SAMBIL BERSENDA GURAU, MEROKOK DLL.
DENGAN SENGAJA MERUSAK/ MELEPAS
INSTALASI PEKERJAAN.

YANG

SEBAGIAN

PENCEGAHAN
MEMPERSIAPKAN PEKERJAAN UNTUK
BEKERJA DENGAN AMAN
PENJELASAN DAN CONTOH MELAKSANAKAN PEKERJAAN.
PENJELASAN DAN CONTOH MELAKSANAKAN PEKERJAAN
YANG AMAN.
PENJELASAN JENIS PERALATAN KERJA & CARA
PEMAKAIANNYA.
PENJELASAN TENTANG BAHAYA POTENSIAL SUATU
PEKERJAAN.
MEMBERIKAN BUKU PEDOMAN K-3.
MEMBERIKAN PEDIDIKAN DAN PELATIHAN K-3.
PENGAWASAN, KOREKSI DAN BIMBINGAN.

MENYIAPKAN PRASARANA & SARANA


KERJA YANG MEMADAI
MENYEDIAKAN TEMPAT KERJA YANG MEMENUHI
KETENTUAN KESELAMATAN.
PENEMPATAN PERLATAN KERJA DENGAN BAIK.
MENYIAPKAN ALAT KERJA YANG MEMADAI.
MESIN-MESIN DAN PERALATAN HARUS TERLINDUNGI
DENGAN BAIK.
RUANGAN TEMPAT BERJALAN YANG LONGGAR.

23. PERLENGKAPAN & PERALATAN KESELAMATAN


KERJA
23.1. PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA
a. PAKAIAN KERJA.
b. SABUK PENGAMAN (SAFETY BELT).
c. TOPI/HELM PENGAMAN (SAFETY HELMET)
d. SEPATU KERJA.
e. ALAT PENUTUP TELINGA.
f. SARUNG TANGAN.
g. KACA MATA.
h. MASKER HIDUNG.
i. ALAT BANTU PERNAFASAN (BREATHING APPARATUS).
j. PENUTUP DADA UNTUK LAS LISTRIK.
k. JAS HUJAN.
l. DAN LAIN SEBAGAINYA.

Lanjutan 23.1.l

23.2.

PERALATAN KESELAMATAN
KERJA UNTUK PEKERJAAN
LISTRIK :
a.
b.
c.
d.

Earth Resistance Tester.


Voltage Tester
Short Circuit Grounding.
Dan lain sebagainya.

24. KESELAMATAN KERJA

24.1. Tersedianya alat pertolongan.


24.2. Setiap kecelakaan yang membutuhkan
pengobatan, pertolongan, atau perawatan,
terlebih dulu harus dilaporkan secepat mungkin
kepada orang yang diberi wewenang mengepalai
pekerjaan yang bersangkutan, yang selanjutnya
akan melaporkan kejadian itu secara terinci
kepada ahli teknik atasannya.

25. PENCATATAN DATA KECELAKAAN

SETIAP KECELAKAAN HARUS DICATAT DALAM SEBUAH BUKU


YANG ANTARA LAIN HARUS BERISI DATA BERIKUT

nomor urut,
nama penderita,
jam, hari, tanggal, dan tahur terjadinya kecelakaan,
sebab kecelakaan,
macam dan akibat kecelakaan,
pertolongan pertarna yang diberikan dengan menyebutkan jam,
tanggal, dan macam pertolongan pertarna tersebut,
nama saksi yang melihat kecelakaan, dan
keterangan lain yang diperlukan.

26. RUANG KERJA LISTRIK YANG DENGAN TERATUR DAN TERUS


MENERUS DILAYANI DAN DIJAGA

26.1.

PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK, GARDU INDUK, GARDU HUBUNG, BENGKEL LISTRIK


DAN GUDANG, HARUS DILENGKAPI PERLENGKAPAN PENCEGAH BAHAYA
KEBAKARAN. DI TIAP RUANG HARUS TERSEDIA ALAT PEMADAM KEBAKARAN RACUN
API DENGAN ISI OBAT RACUN API YANG CUKUP, SESUAI DENGAN KETENUAN YANG
BERLAKU.

26.2.

RUANG KERJA LISTRIK YANG DENGAN TERATUR ATAU TERUS MENERUS DILAYANI
ATAU DIJAGA OLEH PETUGAS, SEPERTI PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK, GARDU INDUK,
GARDU HUBUNG, DAN BENGKEL LISTRIK, HARUS DILENGKAPI PERLENGKAPAN
KECELAKAAN SEPERTI OBAT-OBATAN (PPPK), TANDA, TANDU DAN LAIN
SEBAGAINYA.

26.3.

PADA RUANG KERJA LISTRIK BERBAHAYA SEPERTI PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK,


GARDU INDUK, GARDU HUBUNG, GARDU DISTRIBUSI, BENGKEL LISTRIK, GUDANG
LISTRIK, HARUS DIPASANGI PAPAN LARANGAN MASUK BAGI SETIAP ORANG YANG
BUKAN PETUGAS ( YANG TIDAK BERKEPENTINGAN).

26.4.

DALAM RUANG KERJA LISTRIK BERBAHAYA PARA PETUGAS HARUS MENGGUNAKAN


PAKAIAN KERJA YANG BAIK, KERING DAN COCOK MENURUT KEADAAN IKLIM DAN
AMAN SESUAI DENGAN SIFAT PEKERJAAN YANG DIHADAPI

Anda mungkin juga menyukai