Abortus
Abortus
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kasus abortus dapat terjadi dimana saja dan kapan saja baik di negara yang
sudah maju maupun negara yang sedang berkembang. Abortus adalah keluarnya
janin sebelum mencapai viabilitas dimana masa gestasi belum mencapai usia 22
minggu dan beratnya kurang dari 500 gram. Secara hukum abortus berarti
tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran
tanpa melihat usia kandungannya. Abortus dapat terjadi secara alami (spontaneus),
dapat pula terjadi karena dibuat atau disengaja (abortus provokatus).
Abortus provokatus sendiri dibagi menjadi abortus provokatus medisinalis
(teraupetik) dan abortus provokatus kriminalis. Abortus kriminalis ini dilakukan
tanpa adanya indikasi medis. Secara statistik, 40% dari semua kasus abortus
merupakan abortus provokatus kriminalis.
Kasus abortus di indonesia jarang diajukan ke pengadilan, karena pihak si
ibu yang merupakan korban juga sebagai pelaku sehingga sukar diharapkan
adanya laporan abortus. Umumnya kasus abortus diajukan ke pengadilan hanya
bila terjadi komplikasi atau bila ada pengaduan dari si ibu atau suaminya.
Pemeriksaan forensik pada kasus abortus provokatus kriminalis bertujuan
mencari bukti dan tanda kehamilan, mencari bukti abortus dan kemungkinan
adanya tindakan kriminal dengan obat-obatan atau instrumen dan menentukan
kaitan antara sebab kematian dengan abortus.
Dokter dapat diminta bantuannya oleh penyidik untuk memeriksa kasus
abortus provokatus tersebut. Dengan demikian seorang dokter sangat perlu
membekali
dirinya
dengan
pengetahuan
yang
memadai
tentang
aspek
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Abortus
Definisi
Berdasarkan ilmu kedokteran, abortus adalah terputusnya suatu kehamilan
dimana fetus belum mampu hidup di luar uterus. Belum mampu diartikan apabila
fetus belum dapat hidup itu beratnya 400 1000 g, atau usia kehamilan kurang
dari 28 minggu.
2
Klasifikasi abortus
1. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului
faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan
faktor alamiah.
2. Abortus provokatus
Abotus provokatus merupakan abortus yang sengaja dilakukan, baik
dengan menggunakan alat-alat maupun obat-obatan. Abortus
provokatus ini terbagi lagi menjadi :
a. Abortus provokatus medisinalis
Abortus ini merupakan abortus yang dilakukan dengan alasan
bila kehamilan dilanjutkan , dapat membahayakan nyawa ibu.
Syarat dilakukan abortus provokatus medisinalis :
Dilakukan oleh tenaga kesehatan yeng memilii keahlian dan
kewenangan untuk melakukannya ( dokter ahli kebidanan dan
hukum, psikologi)
Harus ada persetujuan tertulis dari pendeerita atau suaminya
yang memadai.
Prosedur tidak dirahasiakan
Dokumen medik harus lengkap
untuk
walaupun
kepentingan
sipelaku,
terlaksana
dengan
baik
( crime
w i t h o u t v i c t i m , w a l a u p u n s e b e n a r n y a korbannya ada
yaitu bayi yang dikandung).
Abortus kriminal dapat dilakukan oleh wanita itu sendiri atau
dengan bantuan orang lain (dokter, bidan, perawat, dukun beranak
dan lain-lain). Tindakan ini biasanya dilakukan sejak yang
bersangkutan terlambat datang bulan dan curiga akibat hamil.
Biasanya kecurigaan ini datang pada minggu ke-5 sampai minggu
ke-10. Pada waktu ini mungkin disertai gejala mual di pagi hari.
Sekarang kecurigaan adanya kehamilan dapat diketahui lebih dini
karena sudah ada alat tes kehamilan yang dapat mendiagnosa
kehamilan secara pasti.
2.1.3
dalam
abortus
kriminalis yang perlu diketahui karena berkaitan dengan komplikasi yang terjadi
dan bermanfaat dalam melakukan penyidikan serta pemeriksaan mayat untuk
menjelaskan adanya hubungan antara tindakan abortus itu sendiri dengan
kematian yang terjadi dengan si-ibu.
1. Kekerasan mekanik
Dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan ini dapat
dilakukan oleh ibu sendiri atau dengan bantuan orang lain. Kekerasan
ini terdiri dari :
a. Umum
oil,
menyebabkan
ekstrak
inflamsi
chantaridium
ginjal
dan
(dalam
dosis
albuminuria),
besar
kalium
2.2
itu belum ada Undang-Undang yang mengatur mengenai hal ini. Peraturan
mengenai hal ini pertama kali dikeluarkan pada tahun 4M dimana telah ada
larangan untuk melakukan aborsi. Sejak itu, maka Undang-undang mengenai
abortus telah mengalami perbaikan, apalagi dalam tahun-tahun terakhir ini dimana
mulai timbul suatu revolusi dalam sikap masyarakat dan pemerintah di berbagai
negara di dunia terhadap tindakan tersebut.
Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara,
maupun etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan
tindakan pengguguran kandungan. Bahkan sejak seseorang yang akan menjalani
profesi dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia, dimana
menyatakan diri unutk menghormati setiap insan hidup mulai dari saat
pembuahan.
Dari aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia telah merumuskannya dalam
Kode Etik kedokteran Indonesia mengenai kewajiban umum.
Pasal 7d : setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban
melindungi makhluk hidup insani.
Pada pelaksanaannya apabila ada dokter yang melakukan pelanggaran, maka
penegakan implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang dimulai dari
panitia etik di masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika
Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran etik ini berupa
7
kejahatan
tersebut
dalam
fetus
yang
dikeluarkan.
Pada
ostium
juga
bisa
tampak
10
melakukan abortus serta interval waktu antara tindakan abortus dan waktu
kematian. Abortus yang dilakukan oleh ahli yang terampil mungkin tidak
meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka
komplikasi yang mungkin timbul atau penyakit yang menyertai mungkin
mengaburkan tanda-tanda abortus kriminal.
Pemeriksaaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan dalam.
Pemeriksaan ditujukan pada :
1. Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak.
Untuk itu diperiksa :
a. Payudara secara makroskopis maupun mikroskopis
b. Ovarium, mencari adanaya corpus luteum persisten secara
mikroskopis
c. Uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara
mikroskopis adanya sel-sel trofoblas dan sel-sel decidua
2. Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus dilakukan
a. Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar, luka,
perdarahan pada jalan lahir
b. Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril
c. Menganalisa cairanm yang ditemukan dalam vagina dan cavum
uteri
3. Menentukan Sebab kematian. Apakah karena syok, emboli udara,
emboli cairan atau emboli lemak.
Pada pemeriksaan dalam akan dijumpai :
1. Uterus : Ukuran uterus harus diamati, juga dilihat apakah membesar,
lembut dan kongesti. Dinding uterus dapat menunjukkan adanya
penebalan
pada
potongan
longitudinal.
Rongga
uterus
dapat
11
akhir bulan ketiga, 12,5 cm pada akhir bulan keempat, 16cm pada akhir
bulan keenam, 20cm pada akhir bulan kedelapan, dan 27 cm pada akhir
bulan kesembilan.
Uterus juga dapat menunjukkan adanya perforasi. Endometrium
menunjukkan tanda-tanda dilakukannnya kuretase. Plasenta masih
dapat tertinggal jika evakuasi dilakukan tidak bersih. Pada kasus
penggunaan bahan kimia, permukaan uterus bagian dalam dapat
mengalami perubahan warna akibat warna dari zat yang digunakan atau
telah terjadi kerusakan.
Jika air sabun yang digunakan, mungkin busa-busanya masih dapat
tersisa. Juga bisa didapatkan sisa instrumen yang digunakan seperti akar
tanaman. Swab uterus diambil untuk mikrobiologi, dan jaringan
dimasukkan dalam formalin untuk diperiksa ke patologi anatomi.
2. Ovarium : kedua ovarium harus diperiksa untuk melihat adanya corpus
luteum. Ovarium dapat terlihat kongesti. Pada beberapa kasus dapat
diambil juga sampel untuk pemeriksaan laboratorium.
3. Jantung : pada pembukaaan jantung dicari adanya emboli udara, serta
sampel darah dikirim untuk diperiksa baik yang berasal dari vena cava
inferior dan kedua ventrikel
2.3.3
anak sendiri), tidak akan didapati tanda-tanda telah bernafas. Sering didapati
sudah mengalami pembusukan. Ukuran tumit-pencak kepala dicatat. Paling
penting melihat adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh kayu, misalnya akibat
benda yang dimasukkan pervaginam (alat kuret, batang kayu kecil,dan lain-lain)
atau bagian
12
BAB III
KESIMPULAN
Abortus kriminalis merupakan suatu tindakan pengguguran kandungan
atau tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu
kelahiran yang tidak mempunyai alasan medis yang dapat dipertanggungjawabkan
atau tanpa mempunyai arti medis yang bermakna. Jelas tindakan abortus tersebut
semata-mata untuk tujuan yang tidak baik dan melawan hukum.
Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara,
maupun etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan
tindakan pengguguran kandungan. Bahkan sejak seseorang yang akan menjalani
profesi dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia, dimana
menyatakan diri unutk menghormati setiap insan hidup mulai dari saat
pembuahan. Dan bila ditinjau dari aspek hukum, abortus kriminalis juga diatur
dalam beberapa pasal yang dimuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
13
(KUHP) diantaranya adalah pasal 299, pasal 346, pasal 347, pasal 348, pasal 349,
dan pasal 80.
Pemeriksaan forensik pada kasus abortus kriminalis dapat dilakukan pada
korban hidup, post mortem, dan pada janin. Pemeriksaan forensik pada korban
hidup terutama pada ibu yang diduga melakukan aborsi adalah untuk
mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan usaha penghentian kehamilan,
pemeriksaan toksikologi, pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik terhadap
jaringan dan janin yang mati, menentukan cara pengguguran yang dilakukan, serta
sudah berapa lama melahirkan.
Pemeriksaaan forensik post mortem dilakukan menyeluruh melalui
pemeriksaan luar dan dalam. Pemeriksaan ditujukan untuk menentukan
perempuan tersebut hamil atau tidak, mencari tanda-tanda cara abortus dilakukan,
dan menentukan sebab kematian. Pada pemeriksaan dapat dilakukan pemeriksaan
khusus pada uterus, ovarium, dan jantung. Sedangkan pemeriksaan forensik pada
janin dilakukan untuk membedakan
14