Anda di halaman 1dari 15

BAB I

BAB II
II.A. Pengertian Fiqh
Pengertian fiqh secara etimologis berati paham yang mendalam. Bila
paham dapat digunakan untuk hal hal yang bersifat lahiriah, maka fiqh berarti
paham yang menyampaikan ilmu lahir kepada ilmu batin. Karena itulah AtTirmidzi menyebutkan, Fiqh tentang sesuatu, berarti mengetahui batinnya
sampai kepada kedalamannya.
Kata faqaha atu yang berakar kepada kata itu dalam Al-Quran disebut
dalam 20 ayat : 19 diantaranya berarti bentuk tertentu dalam kedalaman paham
dan kedalaman ilmu yang menyebutkan dapat diambil manfaat darinya.
Ada pendapat yang megatakan bahwa fiqhu atau paham tidak sama
dengan ilmu walaupun wazan (timbangan) lafaznya sama. meskipun belum
menajdi ilmu, paham adalah pikiran yang baik dari segi kesiapannya menangkap
apa yang dituntut. Ilmu bukanlah dalam bentuk zhanni seperti paham atau fiqh
yang merupakan ilmu tentang zheanni dalam dirinya.
Secar definitif, fiqh berarti ilmu tentang hukum-hukum syari yang bersifat
amaliyah yang digali dan ditemukan dan dalil-dalil yang tafsili.
Dalam definisi ini, fiqh diibaratkan dengan ilmu karena fiqh itu semacam
ilmu pengetahuan. Memang fiqh itu tdak sama dengan ilmu seperti disebutkan
diatas, fiqh itu bersifat zhanni. Fiqh adalah apa yang dapat dicapai oleh mujtahid
dengan zhan nya, sedangkn ilmu tidak bersifat zhanni seperti fiqh. Namun,
karena zhan dalam fiqh ini kuat, maka ia mendekati kepada ilmu; karena dalam
definisi ini ilmu digunakan juga untuk fiqh. Dalam definisi diatas terdapat batasan
atau pasal yang disamping menjelaskan hakikat dari fiqh itu, sekaligus juga
memisahkan arti kata fiqh itu dari yang bukan fiqh.
Kata hukum dalam definisi tersebut menjelaskan bahwa hal-hal yang
berada diluar apa yang dimaksud dengan kata hukum, seperti zat, tidaklah
termasuk kedalam pengertian fiqh. Bentuk jamak dari hukum adalah ahkam.
Disebut dalam bentuk jamak adalah untuk menjelaskan bahwa fiqh itu ilmu
tentang seperangkat aturan yang disebut hukum.
Penggunaan kata syariyyah atau syariah dalam definisi tersebut
menjelaskan bahwa fiqh itu menyangkut ketentuan yang bersifat syari, yaitu
sesuatu yang berasal dari kehendak Allah. Kata ini sekaligus menjelaskan bahwa
sesuatu yang bersifat Aqli seperti ketentuan bahwa dua kali dua adalah empat
atau bersifat hissi seperti ketentuan bahwa api itu panas bukanlah lapangan ilmu
fiqh.
2

Kata amaliah yang terdapat dalam definisi diatas menjelaskan bahwa fiqh
itu hanya menyangkut tindak tanduk manusia yang bersifat lahiriah. Dengan
demikian, hal-hal yang bersifat tidak amaliah seperti masalah keimanan atau
akidah tidak termasuk dalam lingkungan fiqh dalam artian ini.
Penggunaan kata digali dan ditemuikan mengandung arti bahwa fiqh itu
adalah hasil penggalian, penemuan, penganalisisian, dan penentuan ketetapan
tentang hukum. Karenanya bila bukan dalam bentuk hasil penggalian seperti
mengetahui apa-apa yang secara lahir dan jelas dikatakan Allah tidak disebut
fiqh. Fiqh itu adalah hasil penemuan mujtahid dalam hal-hal yang tidak dijelaskan
oleh nash.
Kata tafsili dalam definisi itu menjelaskan tentang dalil-dalil yang digunan
seorang faqih atau mujtahid dalam penggalian dan peemuannya. Karena itu, ilmu
yang diperoleh orang awam dari seorang mujtahid yang terlepas dari dalil tidak
termasuk kedalam pengertian fiqh.
Al-amidi memberikan definisi fiqh yang berbeda dengan definisi yang
berbeda dengan yang diatas, yaitu : ilmu tentang seperangkat hukum-hukum
syara yang bersifat furuiyah yang berhasil didapatkan melalui penalaran atau
istidlal.
Kata furuiyah daam definisi Al-Amidi ini menjelaskan bahwa ilmu tentang
dalil dan macam-macamnya sebagai hujjah, bukanlah fiqh menurut artian ahli
ushul, sekalipun yang diketahui itu adalah hukujm yang bersifat mazhari.
Penggunaan kata penaaran dan istidlal (yang sama maksudnya dengan
digali) menurut istilah ibnu subki diatas memberikan penjelasan bahwa fiqh itu
adalah hasil penalaran dan istidlal. Ilmu yang diperoleh bukan dengan cara itu
seperti ilmu nabi tentang apa yang diketahuinya dengan perantaraan wahyu
tidak disebut fiqh.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, fiqh itu adalah dugaan kuat
yang dicapai seorang mujtahid dalam usahanya menemukan hukum Allah.
(BUKU)
Kemudian dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Fiqih
ialah, Pengetahuan tentang hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan
perbuatan dan perkataan mukallaf, yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat
terperinci, berupa nash-nash al Quran dan As sunnah serta yang bercabang
darinya yang berupa ijma dan ijtihad.
II.B. RUANG LINGKUP FIQIH
3

Ruang Lingkup fiqh islami meliputi tiga prinsip hubungan manusia yaitu
a. Hubungan manusia dengan Tuhannya;
b. Hubungannya dengan dirinya sendiri; dan
c. Hubungannya dengan mastarakatnya.
Ilmu fiqh Islami, bukan hanya duniawi semata, tetapi untuk dunia dan akhirat; dia
adalah agama dan kekuasaan, serta berlaku umum bagi umat manusia hingga
hari kiamat. Isi ilmu fiqh seluruhnya terjalin dengan baik antara akidah denagn
ibadah, akhlak dan muamalah, untuk menciptakan kesadaran hati nurani, dan
rasa tanggung jawab, karena selalu merasakan pengawasan Allah kepadanya,
baik dalam keadaan terang-terangan, maupun tersembunyi. Orang yang selalu
merasakan demikian, tetap tenang hatinya, tentram jiwanya dan merasa aman
dalam hidupnya.
Ruang lingkup ilmu fiqh yang berkaitan dengan segala kegiatan orang-orang
mukallaf

yang

meliputi: perkataannya,

perbuatannya,

dan

seluruh

daya-

upayanya, dapat di bagi atas dua bagian (kelompok) yaitu:


a. Hukum-hukum yang berkaitan dengan segala macam ibadah yang
meliputi: taharah, shalat, puasa, zakat, haji, nazar, sumpah, dan
sebagainya, yang bertujuan untuk mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya.
b. Hukum-hukum selain ibadah, yang dalam istilah syari disebut dengan
hukum muamallah, yang meliputi berbagai macam transaksi, dayaupaya,

hukuman,

pelanggaran,

jaminan

dan

sebagainya

yang

dimaksudkan untuk mengatur hubungan orang-orang mukallaf dengan


sesama mereka, baik secara pribadi, maupun jamaah (masyarakat).
Dizaman modern, hukum muamalah, dirinci atas beberapa macam bidang yang
sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang berkaitan dengannya, yaitu :
a. Hukum-hukum yang berhubungan dengan urusan keluarga, semenjak
terbentuknya keluarga itu, hingga berakhirnya.
b. Hukum Perdata (Hukum sipil)
c. Hukum Jinayah (Pidana) Yaitu hukum-hukum yang berkenaan dengan
tindakan pidana (kejahatan) dari orang mukallaf dan hukumannya.
d. Hukum Acara Yaitu hukum-hukum yang berkenaan dengan: penuntutan,
pemeriksaan, saksi, sumpah, dan pemutusan perkara ini dimaksudkan
untuk mengatur cara-cara mengajukan perkara, untuk menciptakan
keadilan diantara manusia.
e. Hukum Dusturiah (perundang-undangan)

Yaitu

hukum-hukum

yang

mengatur tentang dasar-dasar pemerintahan (Negara) dan sistemnya.

f.

Hukum Internasional Yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan


Negara-negara Islam denagn Negara-negara lain, baik dalam keadaan

g.

perang maupun dalam keadaan damai.


Hukum Ekonomi dan Keuangan Yaitu hukum-hukum yang mengatur
sumber-sumber pemasukan keuangan Negara dan menetapkan anggaran
belanja Negara; mengatur hak dan kewajiban setiap Negara dibidang
keuangan dan mengatur hubungan social-ekonomi antara orang kaya dan
orang fakir-miskin, serta antara pemerintah denagn rakyat.

Objek ilmu Fiqh pada pokoknya, yang menjadi objek pembahasan dalam ilmu
fiqih adalah perbuatan mukallaf dilihat dari sudut hukum syara.
Perbuatan tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar: ibadah,
muamalah, dan uqubah.
Pada bagian ibadah tercakup segala persoalan yang pada pokoknya berkaitan
dengan urusan akhirat. Artinya, segala perbuatan yang dikerjakan dengan
maksud mendekatkan diri kepada allah, seperti sholat, puasa, haji, dan lain
sebagainya. Bagian muamalah mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
harta, seperti jual-beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, amanah, dan harta
peninggalan. Pada bagian ini juga dimasukkan persoalan munakahat dan siyasah.
Bagian uqubah mencakup segala persoalan yang menyangkut tindak pidana,
seperti pembunuhan, pencurian, perampokan, pemberontakan dan lain-lain.
Bagian ini juga membicarakan hukuman-hukuman, seperti qisas, had, diyat, dan
tazir.
Sesuai dengan definisi fiqh diatas maka seluruh perbuatan dan perilaku manusia
merupakan medan bahasan ilmu fiqh.
Ruang lingkup yang demikian luas ini biasanya dibagi dalam beberapa kelompok,
yaitu:
a.

Ibadah, yang berisi tentang tata cara beribadah seperti sholat, puasa,

b.
c.

zakat dan haji.


Thaharah, yaitu hal ihwal bersuci, baik dari najis maupun dari hadats.
Muamalat, yang membahas tentang bentuk-bentuk transaksi dan

a.

kegiatan-kegiatan ekonomi
Munakahat, yaitu tenatang pernikahan, perceraian dan soal-soal hidup

b.

berumah tangga.
Jinayat, yang mengulas tentang perilaku-perilaku menyimpang (mencuri,

c.

merampok, zina dan lain-lain) dan sangsinya


Faraidh, yang membahas tentang harta

d.

pembagiannya kepada yang berhak.


Siyasat, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan aktifitas politik, peradilan,

warisan

dan

tata

cara

kepemimpinan
5

II.C. Pengertian Fiqih Ibadah


Secara bahasa kata fiqih dapat diartikan al-Ilm, artinya ilmu, dan al-fahm,
artinya pemahaman. Jadi fiqih dapat diartikan ilmu yang mendalam.
Secara istilah fiqih adalah ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum
syari

yang

berkaitan

dengan

perbuatan-perbuatan

para

mukalaf

yang

dikeluarkan dari dalil-dalilnya yang terperinci. Mukalaf adalah orang yang layak
dibebani dengan kewajiban.
Sementara itu ibadah secara bahasa ada tiga makna; (1) taat ( ( ;)2)
tunduk (( ;)3) hina ( ;)dan ( )(pengabdian. Jadi ibadah itu merupakan
bentuk ketaatan, ketundukan, dan pengabdian kepada Allah.
Adapun pendapat lain mengenai ibadah adalah:

Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Juga yang
dikatakan ibadah adalah beramal dengan yang diizinkan oleh Syari Allah
Swt.; karena itu ibadah itu mengandung arti umum dan arti khusus.
Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal
yang dilaksanakan dengan niat ibadah. Sedangkan ibadah dalam arti yang
khusus adalah perbuatan ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang telah
ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah dalam arti yang khusus ini meliputi
Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Hajji, Kurban, Aqiqah Nadzar dan Kifarat.
Dari dua pengertian tersebut jika digabungkan, maka Fiqih Ibadah adalah ilmu
yang menerangkan tentang dasar-dasar hukum-hukum syari khususnya dalam
ibadah khas seperti meliputi thaharah, shalat, zakat, shaum, hajji, kurban, aqiqah
dan sebagainya.( Oleh Hatib Rachmawan, S.Pd., S.Th.I.)
Fiqh Secara istilah mengandung dua arti:
Pengetahuan
perbuatan

tentang

dan

hukum-hukum

perkataan

mukallaf

syariat
(mereka

yang
yang

berkaitan
sudah

dengan
terbebani

menjalankan syariat agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat


terperinci, berupa nash-nash al Quran dan As sunnah serta yang bercabang
darinya yang berupa ijma dan ijtihad.
Hukum-hukum syariat itu sendiri
Jadi perbedaan antara kedua definisi tersebut bahwa yang pertama di
gunakan untuk mengetahui hukum-hukum (Seperti seseorang ingin
mengetahui apakah suatu perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau
6

makruh, ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil yang ada), sedangkan yang
kedua adalah untuk hukum-hukum syariat itu sendiri (Yaitu hukum apa saja
yang terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syaratsyarat, rukun rukun, kewajiban-kewajiban, atau sunnah-sunnahnya).
Jadi fiqh ibadah adalah ilmu yang mencakup segala persoalan yang pada
dasarnya berkaitan dengan akhirat dan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
II.D. Ruang Lingkup Fiqh Ibadah
1.

Thaharah, wudhu, mandi, dan tayammum.


Dasarnya, adalah :

(QS. Al Maidah : 6)(QS. Albaqoroh :222)(QS.Annisa:43)


Hadits dari abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW. Bersabda : Alloh tidak
menerima sholat salah seprang diantaramu bila ia berhadats, sampai

ia berwudhu lebih dahulu. (H.R. Bukhori & Muslim).


2. Shalat.
Secara etimologi berarti doa.
Menurut syara artinya bentuk ibadah yang terdiri atas perkataan dan
perbuatan

yang

salam.Dasarnya

dimulai
adalah

dengan

takbir

(QS.Al-Ankabut:45)

dan
(Al

diakhiri
Baqarah:

dengan
43)

(Al

Bayyinah: 5). Hadits Nabi SAW,Salat itu tiang agama, maka barang
siapa yang mendirikan shalat berarti ia menegakkan agama. Dan
barang siapayang meninggalkannya, sungguh ia telah merobohkan
agama.(HR.Albaihaqqi)
3. Puasa.
Menurut bahasa berarti menahan atau mencegah.
Menurut istilah adalah menahan diri dari makan,minum, hubungan
suami istri dan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit matahari
sejak

terbit

fajar

sampai

tenggelam

matahari.

Dasar

hukumnya

(QS.Albaqoroh:183) dan alhadits.


4. Zakat
Zakat dalam ajaran Islam yaitu harta tertentu yang wajib dikeluarkan
seseorang untuk fakir miskin dan sesuai dengan perintah syara. Dasar
hukumnya,(QS.Almuzammil:20)(QS.Luqman:2-4)

(QS.Attaubat:11)

(QS.Annur:56) (QS.Adzdzariyat:19). Hadits Nabi SAW.


5. Haji
a) Secara etimologis, haji berarti pergi menuju tempat yang diagungkan
atau menyengaja.
b) Secara terminologis

berarti

beribadah

kepada

Allah

dengan

melaksanakan manasik haji, yaitu perbuatan tertentu yang dilakukan


7

pada

waktu

dan

tempat

tertentu

dengan

cara

yang

tertentu

pula.Definisi ini disepakati oleh seluruh mazhab.Dasar Hukum :


QS.Albaqoroh:27, QS Alhaj: 26-27, Hadits Dari Ibnu abbas, telah
bersabda Nabi SAW,Hendaklahh kamu bersegera mengerjakan haji,
maka

sesungguhnya

seseorang

tidak

akan

menyadari

sesuatu

halangan yang akan merintangi.(HR.Ahmad)


6. Pemeliharaan Jenazah
Hukum pemeliharaan jenazah adalah fardu kifayah. Kewajiban muslim
terhadap jenazah yaitu, memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan
menguburkan
II.E. Sistematika Pembahasan Fiqh Ibadah
Sistematika pembahasan fiqh ibadah dapat di klasifikasikan / di kelompokkan
menjadi ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai ruang
lingkup yang sangat luas yaitu mencakup segala amal kebajikan yang dilakukan
dengan niat ikhlas dan sulit untuk mengemukakan sistematikanya. Tetapi ibadah
khusus di tentukan oleh syara (nash) bentuk dan caranya, oleh karena itu dapat
di kemukakan sistematikanya secara garis besar sebagai berikut :
1. Thaharah
a. Macam-macam thaharah :
Thaharah batin / spiritual, yaitu dari kemusyrikan dan kemaksiatan.
Dilakukan dengan cara bertauhid dan beramal soleh.
Thaharah fisik, yaitu bersuci dari berbagai hadast dan najis. Dan yang
merupakan bagian kedua dari iman.
b. Cara melakukan thaharah, Dapat dilakukan menjadi 2 cara, yaitu :
Thaharah dengan menggunakan air
Thaharah dengan menggunakan debu yang suci
2. Shalat
Di bagi menjadi 2 yaitu :
a. Shalat fardu
(a)
Dzuhur, waktunya dari tergelincirnya matahari ke arah barat sampai
panjang bayangan dua kali lipat dari panjang benda aslinya
(b)
Ashar, dari panjang bayangan dua kali lipat dari panjang benda
aslinya sampai tenggelamnya matahri
(c)
Maghrib, waktunya dari tenggelamnya matahari sampai hilangnya
mendung merah di langit
(d)
Isya, waktunya dari hilangya mendung merah di langit sampai
munculnya fajar shodiq sampai terbitnya matahari
b. Sholat tathowwu
8

Di bagi menjadi 2 :
Sholat tahtowwu muthlaq, solat sunah yang batas dan ketentuannya
tidak di tentukan oleh syara.
Sholat tathowu muqoyyad, yaitu sholat yang batas dan ketentuannya
telah di tentukanm oleh syara.
Dalam hal ini antara lain sholat-sholat sunnah rowatib, yaitu :
(a) Sholat rotibah fajar, yaitu sholat 2 rakaat sebelum sholat fajar
(b) Sholat rotibah dzuhur, yaitu sholat 2 atau 4 rakaat sebelum ataupun
sesudah dzuhur
(c) Sholat rotibah ashar, yaitu sholat 4 rakaat sebelum sholat ashar
(d) Shalat rotibah maghrib, yaitu shalat 2 rakaat sesudah sholat maghrib
(e) Sholat rotibah isya, yaitu sholat 2 rakaat sesudah solat isya
c. Sholat-sholat lain yang di syariatkan dalam bagian ini, antara lain :
(a) Sholat malam / tahajjud / tarawih di bulan ramadhan dan witir
(b) Shalat dhuha 2 rakaat sampai dengan 12 rakaat
(c) Shalat tahiyyatul masjid
(d) Shalat taubat
(e) Shalat tasbih 4 rakaat
(f) Shalat istihoroh
3. Puasa
a. Puasa wajib :
(a) Puasa bulan ramadhan
(b) Puasa qadha
(c) Puasa karafat
(d) Puasa seseorang yang tidak mampu membeli hewan kurban pada haji
tamat
(e) Puasa hari ketiga Itikaf
(f) Puasa nazar
b. Puasa mustahab (sunah) :
(a)
Puasa 3 hari setiap bulan hijriyah
(b)
Puasa pada hari-hari putih (setiap tanggal 13, 14, dan 15 hijriyah)
(c)
Puasa pada hari al-ghadir (18 dzulhijjah)
(d)
Puasa pada hari lahir rasulullah saw (27 rajab)
(e)
Puasa pada hari Arafah (9 dzulhijjah)
(f)
Puasa pada hari Mubahalah (24 dzulhijjah)
(g)
Puasa pada hari kamis dan jumat
(h)
Puasa pada tanggal 1-9 dzulhijjah
(i)
Puasa pada hari pertama dan ketiga pada bulan Muharram
(j)
Puasa pada seluruh hari dalam setahun, kecuali hari-hari yang di
c.

haramkan dan di makruhkan berpuasa di dalamnya


Puasa makruh :
(a) Puasa sunah yang dilakukan seorang tamu tanpa seizin tuan rumah, atau
tuan rumah melarangnya berpuasa
(b) Puasa seorang anak (yang belum akil baligh) tanpa seizin ayahnya dan
puasa itu akan membahayakan dirinya
(c) Puasa seorang anak yang di larang ayahnya berpuasa, walaupun puasa itu
tidak akan membahayakan dirinya
9

(d) Puasa seorang anak yang di larang ibunya berpuasa, walaupun jika puasa
itu di lakukan, tidak akan membahayakan dirinya
(e) Puasa hari arafah bagi orang yang bila ia berpuasa akan menyebabkan
badannya lemah, sehingga tidak mapu membaca doa
4. Zakat
Hukum zakat, hukum zakat adalah wajib / fardhu, macam-macam zakat :
(a) Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan orang muslim menjelang
Idul Fitri pada bulan ramadhan. Besar zakat ini setar dengan 3,5 liter (2,5
kg) makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan
(b) Zakat maal (harta) adalah zakat hasil perniagaan,

pertanian,

pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas, dan perak.
Orang-orang yang berhak menerima zakat :
(a) Fakir, orang yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup
(b) Miskin, orang yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup
(c) Amil, orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat
(d) Muallaf, orang yang baru masuk islam dan membutuhkan bantuan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan barunya
(e) Hamba sahaya, orang yang ingin memerdekakan dirinya
(f) Gharimin, orang yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak
sanggup untuk memenuhinya
(g) Fisabilillah, orang yang berjuang di jalan Allah
(h) Ibnus sabil, orang yang kehabisan biaya di perjalanan
Manfaat zakat :
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)

Bisa mempererat tali persaudaraan antara yang miskin dan yang kaya
Membuang perilaku buruk dari seseorang
Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan seseorang
Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
Untuk pengembangan potensi umat
Memberi dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi
umat

5. Haji dan umroh


Jenis-jenis haji :
(a) Haji ifrad, artinya menyendiri
(b) Haji tamattu, artinya bersenang-senang
Rukun haji :
(a) Ihram
(b)
Tawaf ziyarah / tawaf ifadhah
(c) Sai
(d) Wukuf di Padang Arafah
10

Wajib haji:
(a) Ihram dimulai dari miqat yang telah di tentukan
(b) Wukuf di Arafah sampai matahari tenggelam
(c) Mabit di Mina
(d) Mabit di Muzdalifah hingga lewat setengah malam
(e) Melempar jumrah
(f) Mencukur rambut
(g) Tawaf wada
Syarat-syarat wajib haji :
(a) Islam
(b) Berakal
(c) Baligh
(d) Mampu
Lokasi ibadah haji dan umroh :
(a) Makkah Al Mukaromah
(b) Padang Arafah
(c) Kota Muzdalifah
(d) Kota Mina

Hukum menjalankan ibadah umroh yaitu sunnah muakat, dilaksanakan bagi


orang yang mampu. Meliputi :
1.

Ihram

Ihram adalah niat memasuki manasik (upacara ibadah haji) haji dan umroh
atau mengerjakan keduanyadengan menggunakan pakaian ihram, serta
meninggalkan beberapa larangan yang biasanya di halalkan. Pakaian ihram :
a. Untuk pria
Bagi laki-laki terdiri atas 2 lembar kain yang tidak di jahit, yang 1 lembar
di sarungkan untuk menutupi aurat antara pusar hingga lutut. Yang 1
lembar lagi di selendangkan untuk menutupi tubuh bagian atas. Kedua
lembar kain di sunahkan berwarna putih dan tidak boleh berwarna merah
atau kuning.
b. Untuk wanita
Mengenakan pakaian yang biasa, yakni pakaian yang menutupi aurat.
Tempat-tempat ihram :
(a) Zul Hulaifah
(b) Juhfah
(c) Yalamlam
(d) Qarnul Manjil
11

(e) Zatu Irqin


(f) Makkah
(g) Tawaf
2. Tawaf berasal dari kata tafa, artinya mengelilingi atau mengitari.Tawaf
menurut istilah yaitu mengelilingi Kabah sebanyak 7 keliling.Sebelum
melaksanakan tawaf, jamaah harus mandi dan berwudhu dahulu.
Macam-macam tawaf :
(a) Tawaf
(b) Tawaf
(c) Tawaf
(d) Tawaf

qudum, yaitu tawaf yang di lakukan ketika sampai di Makkah


ifadah, tawaf yang di lakukan pada hari penyembelihan kurban
wada, yaitu tawaf yang menjadi rukun haji
sunnah, yaitu tawaf yang dilakukan setiap saat

3. Sai artinya berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah di dekat kota
Makkah.
Cara melalukan sai :
(a) Dilakukan sesudah tawaf
(b) Berlari-lari kecil atau berjalan cepat dari bukit Safa menuju bukit Marwah
(c) Di kerjakan sebanyak 7 kali putaran, dari Safa ke Marwah satu
putaran,dan dari Marwah ke Safa satu putaran, lalu berakhir di puncak
bukti Marwah
(d) Sai hanya boleh di lakukan oleh orang-orang yang mengerjakan haji atau
umroh saja.
4. Tahallul
Setelah melontar Jumrah Aqabah, jamaah kemudian bertahallul (keluar dari
keadaan ihram), yakni dengan cara mencukur atau memotong rambut kepala
paling sedikit tiga helai rambut. Laki-laki di sunahkan mencukur habis
rambutnya, dan wanita mencukur rambut sepanjang jari, dan untuk orangorang yang berkepala botak dapat bertahallul secara simbolis saja.
Setelah melaksanakan tahallul, perkara yang sebelumnya di larang sekarang
di halalkan kembali, kecuali menggauli istri sebelum melakukan tawaf ifadah.
5.

Pemeliharaan jenazah
(a) Sikap Rasul bila ada orang yang meninggal :
Berlaku ihsan
Berdoa untuk jenazah, di rumah maupun di makam (termasuk
berdoa meminta izin dengan para ahli kubur)
Menentukan kuburan
Membayar hutang orang tersebut
(b) Hukum shalat jenazah :
Para fuqaha menyatakan bahwa shalat jenazah itu hukumnya fardhu
kifayah
Menurut para ulama hukumnya hanajiyah dan assyafiiyah
(c) Syarat memandikan jenazah :
12

Orang islam
Tubuhnya masih ada walaupun hanya sebagian yang di temukan,

misalnya karena peristiwa kecelakaan


Tidak mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah
(d) Tahap-tahap memandikan jenazah :
Letakkan mayat di tempat yang tinggi seperti bangku panjang
Gunakan tabir untuk melindungi tempat memandikan dari pandangan

umum
Ganti pakaian jenazah dengan pakaian basahan, seperti sarung agar

lebih mudah memandikannya, tetapi auratnya tetap tertutup


Sandarkan punggung jenazah dan urutlah perutnya agar kotoran di

dalamnya keluar
Basuhlah mulut, gigi, jari, kepala, dan janggutnya
Sisirlah rambutnya agar rapi
Siramlah seluruh badah lalu bilas dengan sabun
Wudhukanlah jenazah
Siram dengan air yang di campurkan kapur barus, daun bidara, atau

daun lain yang berbau harum


(e) Yang berhak memandikan jenazah
a) Apabila jenazahnya laki-laki :
Kaum laki-laki
Boleh wanita asalkan istri atau mahramnya
Jika sama-sama ada istri, mahram, dan orang lain yang sejenis,

b)

yang lebih berhak memandikannya adalah istri


Jika tidak ada kaum laki-laki dan mahramnya juga tidak ada,

jenazah cukup di tayamumkan saja


Apabila jenazahnya perempuan :
Kaum perempuan
Boleh laki-laki asalkan suami atau mahramnya
Jika sama-sama ada suami, mahram, dan orang lain yang sejenis,

yang lebih berhak memandikannya adalah suami


Jika tidak ada kaum perempuan dan mahramnya juga tidak ada,

jenazah cukup di tayamumkan saja


c) Apabila jenazahnya anak-anak :
Kaum laki-laki
Kaum perempuan
(f) Cara menyolatkan jenazah
Apabila jenazah sudah di mandikan dan dikafani, hendaknya segera di
shalatkan. Hal-hal yang harus di perhatikan dalam pelaksanaan shalat
jenazah adalah syarat, rukun dan cara shalat jenazah.
a)

Syarat shalat jenazah :


Semua yang menjadi syarat shalat fardu, menjadi syarat
shalat jenazah, misalnya menutup aurat, suci badan dan

pakaian, serta menghadap kiblat


Mayat harus sudah di mandikan dan di kafani
13

Letakkan

jenazah

di

sebelah

kiblat

orang-orang

yang

menyalatkan, kecuali jika shalat di atas kubur atau shalat gaib


b) Rukun shalat jenazah :
Niat shalat jenazah
Takbir empat kali
Membaca surat Al-Fatihah setelah takbirotulihram
Membaca salawat nabi sesudah takbir kedua
Mendoakan jenazah, sesudah takbir ketiga dan keempat
Mengucapkan salam
c) Cara mengerjakan shalat jenazah :
Sebelum mengerjakan shalat jenazah, kita hendaklah
mengambil air wudhu, sebagaimana mengerjakan shalat fardu
Setelah berdiri tegak, kita mengucapkan takbir yang pertama

sambil mengangkat tangan diiringi niat shalat jenazah


Setelah membaca takbir, kita membaca surah Al-Fatihah
Setelah itu takbir yang kedua (allahu akbar)
Lalu membaca salawat nabi
Setelah membaca salawat nabi, lalu dilanjutkan takbir ketiga

(allahu akbar)
Lalu membaca doa
d) Cara menguburkan jenazah
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penguburan jenazah :
Jenazah segera di kuburkan
Liang lahat di buat seukuran jenazah dengan kedalaman kirakira setinggi orang di tambah setengah lengan dengan lebar
kira-kira 1 meter
Liang lahat tidak bisa di bongkar leh binatang buas. Maksud
menguburkan jenazah suntuk menjaga kehormatan mayat
dan menjaga kesehatan ornag-orang di sekitar makan dari
bau busuk
Mayat dipikul dari keempat penjuru
Setelah sampai di tempat pemakaman, jemazah di masukkan
ke liang lahat dengan posisi miring ke kanan dan di hadapkan
ke kiblat. Ketika meletakkan jenazah di dalm kubur, kita
membaca doa.
Lepaskan tali-tali pengikat, lalu tutup dengan papan, kayu,
atau bambu, dan di timbun sampai galian liang kubur menjadi
rata
Mendoakan jenazah dan memohon ampun untuk jenazah. (BUKU TARJIH
MUHAMMADIYAHhttp://darwisroland.blogspot.com/2013/07/makalah-pengertianfiqih-ibadah.html#ixzz3m5AIL9jT)

14

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.

15

Anda mungkin juga menyukai