Malabsorpsi
Malabsorpsi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pencernaan manusia dimulai dari mulut sampai anus. Usus menjadi
salah satu organ sistem pencernaan tersebut. Usus halus merupakan segmen
terpanjang dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan
berakhir pada sekum. Pada usus halus terjadi proses absorpsi makanan. Apabila usus
mengalami salah satu gangguan baik pada anatomi maupun fisiologis, maka akan
mempengaruhi kerja sistem pencernaan dalam tubuh. Salah atau dari gangguan
tersebut adalah adanya malabsorpsi.
Dalam periode tahun 1955-1970, kelainan yang dimasukkan dalam sindroma
malabsorpsi baik konginetal atau didapat, hanya akibat gangguan unsur-unsur
malabsorbsi digesti. Akan tetapi, sekarang dalam sindroma malabsorpsi juga termasuk
insufisiensi eksokrin pankreatik (kistik fibrosis), gangguan hidrolisis (konginetal
lipase atau sukrase defisiensi) dan gangguan transportsi (glukosa-galaktosa
malabsorpsi).
Tanda dari malabsorpsi, dengan penyebab apapun, adalah diare, berbentuk
bulk, bau membusuk yang mengalami peningkatan kandungan lemak dan sering
berwarna kehijauan, serta adanya penurunan berat badan. Sindrom malabsorbsi
hingga kini masih merupakan salah satu penyakit pada anak dan bayi di Indonesia.
Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 perseribu penduduk
setahunnya dan dengan angka kematian yang masih tinggi terutama pada anak umur
1-4 tahun, sehingga memerlukan penatalaksanaan yang tepat dan memadai.
Pasien dengan sindrom malabsorbsi merupakan tantangan karena susahnya
menilai gejala, bervariasinya tanda-tanda, luasnya diagnosis banding, dan beberapa
tes diagnostikyang diintruksikan. Evaluasi dalam kasus ini juga memerlukan
pengenalan tanda khas, penentuan diagnosis banding secara individual, pemakaian uji
laboratorium yang tepat, dan pada beberapa kasus perlu manajemen empiris untuk
mencapai diagnosis yang benar.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi pada klien
dengan gangguan malabsorpsi.
1.3.2
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologi, komplikasi, dan penatalaksanaan terhadap pasien dengan
gangguan malabsorpsi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teori
Mengetahui definisi
1.4.2
etiologi,
manifestasi
klinis,
patofisiologi,
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Usus Halus
Usus halus merupakan organ saluran pencernaan yang mempunyai panjang
sekitar 6 dan terdiri dari duodenum, jejenum, dan ileum. Area permukaan dalam yang
luas pada usus membantu absorpsi produk-produk percernaan. Usus halus memanjang
2
dari lambung samapi katup ileo-kolika, tempat bersambung dengan usus besar.
Terletak di daerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar.
Duodenum adalah bagian pertama pada usus halus yang panjangnya 25 cm,
berbentuk seperti sepatu kuda, dan kepalanya mengeglingi kepala pankreas. Saluran
empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam duodenum pada suatu lubang yang
disebut ampula hepatopankreatika, atau ampula Vateri, 10 cm dari pilorus. Jejenum
menempati dua perlima sebelah atas dari usus halus dalam sedangkan ileum
menempati tiga perlima akhir. Tidak ada perbedaan yang jelas di antaranya. Jejenum
agak besar, memilki dinding tebal, lebih banyak lipatan membran mukosa dan lebih
sedikit plak Peyeri. Jejenum dan ileum terdapat di dalam peritoneum kecuali
sepanjang garis perlekatannya.
b. Dinding lapisan berotot terdiri atas dua lapis serabut saja. Lapisan luar
terdiri atas serabut longitudinal dan lapisan bawah terdapat lapisan tebal
terdiri atas serabut sirkuler. Diabtara kedua lapisan serabut berotot ini
terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe dan plexus saraf.
c. Dinding sub mukosa terdiri atas jaringan aeolar dan berisi banyak
pembuluh darah, saluran limfe, kelenjar dan plexus saraf yang disebut
plexus Meissner.
d. Dinding mukosa dalam disusun berupa kerutan tetap seperti jala, yang
disebut valvulae koniventes, yang memberi kesan anyaman halus. Lipatan
ini menambah luasnya sekresi dan absorpsi. Di dalam dinding mukosa
terdapat berbagai ragam sel, termasuk banyak leukosit, terdapat nodula
jaringan limfe yang disebut kelenjar soliter.
BAB III
ISI
3.1 Definisi Malabsorpsi
Malabsorpsi merupakan kegagalan tubuh untuk mendapatkan dan menyimpan
satu atau lebih zat-zat makanan penting dalam jumlah yang adekuat (Pierce & Neil,
2006).
empedu atau pankreas, usus mungkin normal dan gangguannya lebih tepat disebut
maldigesti. Jika kelainan absorpsi disebabkan oleh penyakit usus, gangguannya
kadangkala disebut malasimilasi (Beeler, 1978).
3.2 Etilogi Malabsorpsi
Gejala dan Tanda:
Absorpsi yang jelek atas zat makanan dari saluran cerna.
Diare
Lemah
Berat badan turun
Gangguan di perut
Tinja encer dan berbau
Kadang-kadang muncul anemia ringan
Penyebab malabsorpsi:
1. Defisiensi garam empedu
Pasien datang dengan keluhan ikterus obstruktif biasanya sekunder akibat kanker
kaput pankreas atau batu empedu (yang kadang-kadang tampak pada foto polos
abdomen) atau, yang jarang, akibat sirosis biliaris primer atau striktur duktus
biliaris.
2. Defisiensi enzim pankreas
Disebabkan oleh pankreatitis kronis atau kanker yang mengenai duktus
pankreatikus. Pankreatitis kronis mungkin sangat sulit dibedakan dengan kanker
dari keluhan utama. Pemeriksaan untuk malabsorpsi, toleransi glukosa, bilirubin
serum, dan menelan bariun hanya sedikit membantu.
Gejala malabsorpsi pankreas berkurang dengan diet rendah lemak (40 g/hari),
mengganti mineral dan vitamin, dan memberi suplemen pankreas (misalnya
Nutrizym, Creon, Pancrex V Forte), sebaiknya disertai pemberian bloker H 2.
Hindari alkohol.
3. Penyakit usus lain
Pascabedah. Tidak sempurnanya pencampuran makanan bisa terjadi setelah
gastrektomi atau gastroenterotomi dan bisa ada penurunan daerah absorpsi setelah
reseksi usus halus.
Organisme usus abnormal. Pertumbuhan bakteri berlebihan bisa dibedakan dari
penyakit ileum dari adanya puncak hidrogen napas dini (40 menit) setelah
pemberian laktulosa (10 g) atau glukosa (50 g).
4. Sebab lain yang jarang ditemukan pada penderita malabsorpsi:
a. Sindrom Zollinger-Ellison
Kelainan yang jarang ditemukan ini ditandai oleh ulkus duodenum dan
jejenum rekuren multipel disertai kadar gastrin plasma yang sangat tinggi
(>300 mg/L dengan pasien tidak mengonsumsi bloker reseptor H 2),
7
hiperekresi asam lambung yang hebat, dan adanya adenoma yang mensekresi
gastrin (yang bisa ganas), biasanya di pankreas tetapi kadang-kadang di
dinding lambung. Diare kadang-kadang disertai steatorea mungkin
merupakan gejala sindrom ini.
b. Defisiensi disakaridase
Malabsorpsi laktosa, maltosa, dan sukrosa bisa terjadi soliter akibat defisensi
enzim primer, atau sebagai bagian dari gambaran malabsorpsi menyeluruh
dalam tiap penyakit yang merusak vili usus halus. Pasien akan mengalami
nyeri perut, diare, distensi, dan borbogimi. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan tidak adanya aktivitas laktase dalam mukosa jejunum pada biopsi.
Penatalaksanaannya dengan menghindari susu dan produk susu dalam
makanan.
c. Penyakit intrinsik lain pada dinding usus halus disebabkan oleh tuberkulosis,
penyakit Hodgkin, limfosarkoma, sklerosis sistemik difus, amiloidosis, dan
penyakit Whipple (lipodistrofi usus halus) berhubungan dengan organisme
Tropheryma whippeli.
d. Sprue tropis adalah gangguan yang menyebabkan steatorea dan hampir tidak
ditemukan selain pada orang Eropa di atau setelah pulang bepergian dari
negara tropis, khususnya di India dan di Timur jauh. Etiologinya tidak
diketahui. Defisisensi yang paling sering mnyertai adalah asam folat.
Penyakit ini seringkali sembuh spontan saat kembali dari negara tropis.
Dalam beberapa kasus kesembuhan tidak terjadi, pemberian asam folat
parenteral, metronidazol, atau tetrasiklin per oral mungkin memberikan efek
kuratif.
e. Risiko meningkat pada: riwayat keluarga, alkoholisme, penggunaan pencahar
berlebihan, operasi usus.
3.3 Manifestasi Klinis
Tanda dari malabsorpsi dengan penyebab apapun adalah diare atau sering
defekasi encer, berbentuk bulk, bau menusuk yang mengalami peningkatan
kandungan lemak dan sering berwarna kehijauan. Kelemahan yang berhubungan
dengan penurunan berat badan, dan kurang sejahtera sering terjadi. Jika malabsorpsi
berawal pada masa kanak-kanak, pasien mungkin bertubuh pendek dibandingkan
dengan saudara kandung yang tidak terkena atau orang tuanya. Anak bisa datang
dengan keluhan mudah tersinggung, berat badannya tidak naik, atau gagal tumbuh.
Akibat utama dari malabsorpsi adalah terjadinya malnutrisi yang
dimanifestasikan dengan penurunan berat badan. Pasien dengan sindrom malabsorpsi
8
bila tidak teratasi dengan cepat akan mengakibatkan badan lemah dan kurus akibat
kelaparan dan dehidrasi. Kegagalan untuk mengabsorpsi vitamin larut lemak A, D,
dan K menyebabkan pasien mengalami avitaminosis.
Tabel aspek klinis dan patofisiologis dari penyakit malabsorpsi.
Penyakit/Gangguan
Patologi Fisiologis
Gambaran Klinis
Reseksi lambung dengan Penurunan
stimulasi Penurunan berat
gastrojejunostomi
badan,
pankreas
pintasan
faktor
pankreas, intraluminal,
dengan berat
lipid
badan;
dan nyata,
protein.
steatorea
azotorea;
juga
pengabsorpsi
menimbulkan
penurunan
penumpukan
statis
absorpsi
cairan.
(striktur Pertumbuhan
Penurunan
khususnya
berat
vitamin
badan,
B12
106/ml, mengakibatkan
dekonjugasi
garam
empedu, menimbulkan
penurunan
ukuran
penumpukan
garam-
empedu
Sindrom Zolinger-Ellison
efektif,
penggunaan.
Hiperasiditas
duodenum
yang
mengaktivasi
Intoleran laktose
dan
enzim
pankreas.
Defisisensi laktase usus Berbagai derajat diare dan
mengakibatkan
kram
konsentrasi
laktose
(enteropati gluten)
seliaka Respon
fraksi
makan
tinggi makanan
yang
setelah
toksik
gluten
permukaan
osteomalasia,
steatorea,
diagnostik).
Faktor toksik yang tidak Penurunan berat
badan,
diketahui
diare,
(folat,
mengakibatkan
vitamin
inflamasi
mukosal, steatorea;
anemia
B12
rendah);
absorpsi
D-
Penyakit Whipple
Invasi
bakteri
mukosa usus.
spesifik.
pada Artritis, hiperpigmentasi,
limfadenomati,
efusi
berat
badan;
stetorea,
pada
strongiloidiasis,
mukosa.
permukaan badan;
Imunoglobulinopati
Penurunan
steatorea;
organisme
kokidiosis, kapilariasis)
berat
mungkin
terlihat
pada
biopsi
jejunum
atau
tertutup
dalam feses.
pertahanan Sering berkenaan dengan
hipogamaglobulinemia
atau
defisiensi
terisolasi;
biopsi
IgA
perubahan
khas
atau
diagnostik.
3.4 Patofisiologi Malabsorbsi
Gangguan pencernaan dan absorpsi lemak, protein, karbohidrat, vitamin,
mineral, dan air disebabkan oleh berbagai macam kekacauan patofiologis, yang
digolongkan sebagai berikut:
I.
Kegagalan Pencernaan (Fase Intraluminal)
A. Enzim-enzim pankreas menurun
1. Insufisiensi pankreas (pankreatitis, fibrosis kistik, defisiensi
protein, dan kanker pankreas)
2. Inaktivasi enzim-enzim pankreas oleh hiperekskresi lambung
(sindroma Zollinger-Ellison dan reseksi ileum)
3. Kegagalan mengubah proenzim menjadi bentuk aktif
(defisiensi enterokinase dan tripsinogen)
B. Gangguan penbentukan partikel-partikel asam empedu
1. Gangguan sintesis asam empedu (penyakit hepatoseluler
berat)
2. Terputusnya sirkulasi enterohepatik (reseksi ileum, obstruksi
saluran empedu, atau sirosis bilier)
3. Dekonjugasi asam empedu (pertumbuhan bakteri berlebihan)
a. Bendungan karena kelainan motorik (skleroderma,
pseudo-obstruksi usus, neuropati viseral diabetik)
11
b.
Bandungan
akibat
kelainan-kelainan
anatomik
jejunum-kolon)
Kegagalan Absorpsi (Fase Mukosa)
A. Permukaan absorpsi yang tidak memadai (reseksi usus, bypass
usus untuk obesitas, gastro-ileostomi inadvertent)
B. Permukaan serap rusak (penyakit seliak, tropikal aprue,
hipogamaglobulinemia, giardiasis)
C. Defek biokimiawi tanpa perubahan anatomi
1. Defisiensi disakarida (defisiensi laktase dan sukrase)
2. Defisiensi transpor
Karbohidrat (malabsorpsi glukosa-galaktosa)
a.
Lipid (a--lipoproteinenemia)
b.
Asam amino (sistinuria, penyakit Hartnup, malabsorpsi
c.
metionin)
Malabsorpsi vitamin B12
d.
D. Infiltrasi dinding usus (penyakit Whippple, limfoma, amiloid,
III.
penyakit Crohn)
Gangguan Aliran Limfe dan Darah (Fase Transit)
A. Kelainan perkembangan (limfangiektasis usus, penyakit Milroy)
B. Obstruksi saluran limfe (limfoma, penyakit Whipple,
tuberkulosis)
C. Insufisiensi vakuler mesentrik (jarang kalaupun pernah ada).
Kegagalan
pencernaan
Enzim
Inaktivasi
pankreas
enzim
Penurunan
Mengaktiv
menurun
pankreas
Hiperasidit
MK:
Insufisiensi
aktivitas
asi
enzim
Diastesis
Maldigesti
asi di
Perubahan
pankreas
enzim
pankreas
Steatorea
ulkus
lipid
duodenum
nutrisi
Kegagalan
absorpsi
Gangguan
pembentuka
Penumpukan
Terputusnya
n asamdi
Empedu
Absorpsi
di
sirkulasi
garam
empedu
Absorpsi
vit.
kolon
ileum
hilang
empedu
Benterohepati
menurun
menghambat
Malabsorpsi
12
Disfungsi
Pasca bedah
Pertumb
Infiltrasi
usus
MK:
uhan
dinding
usus
Invasi
pada
Intoleransi
bakteri
(Penyakit
mukosa
aktivitas
berlebih
Ganggu
Penyaki
Intolera
Konsentra
an
arteri
sit n
tinggi
aliran
mesent
Diare
laktose
laktose
darah
ri
osmotik
intralumin
ke
12
Permuka
Toksik
Hilangnya
an
serap
Gangguan
pada
protein
rusak
aliran limfe
permuka
plasma
(penyakit
dalam
an usus
Jika
ditemukan
sejumlah
besar
hidrogen,
hal
itu
1.
Makan makanan kecil sering ( 5-6 per hari). Hal ini dapat membantu tubuh
2.
3.
4.
5.
6.
diperlukan.
Kafein dapat meningkatkan diare.
Hindari jumlah besar berkafein minuman seperti kopi biasa, teh biasa, cola,
7.
coklat.
Membuat catatan makanan untuk membantu mengidentifikasi makanan
yang tidak ditoleransi atau yang menyebabkan diare. Untuk hal ini bisa
meminta bantuan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan cairan.
Berikut ini makanan yang dapat membantu megatasi malabsorpsi:
Kelompok makanan
Daging, ikan,
goreng
Pembumbuan yang
rendah kalori
Satu ons keju lembut (krim
keju)
dengan saus
Ikan kalengan
Kulit unggas
Tiram
16
lemak
Es krim tinggi lemak
tinggi lemak
Sereal gandum
Roti kismis
Roti gandum utuh
Biscuit
Beras simurnikan, Nasi
Sayuran
Sajian tak terbatas
terigu
Sereal kering (jonjot jagung)
Sereal termasak (krim
gandum)
Pasta bersih, beras bersih
Kalengan atau dimasak:
Gula, wortel, buncis, bayam,
labu, jamur, asperjis, kentang
Buah-buahan
Penyajian tak
kacang merah
Pisang matang
Kalengan atau buah termasak
terbatas
Lemak
Terbatas 4 6 sajian
per hari atau dapat
ditoleransi sendiri
cherry
Jeruk kalengan atau anggur
tanpa membrannya
Buah saringan
Cairan jus buah
Makanan
jumlah dalam
merah
bibit
Kulit buah
Buah kering
Jus buah prem yang
dikeringkan
Pohon jeruk segar
Buah prambus dan
arbei
Makanan goring
1 sajian
Salad1 sdm
Salad rendah lemak.2 sdm
Mentega..........1 sdt
17
Kue-kuean
sesuai keinginan
Diet pudding yang terbuat
Kue kering
Segala kue dengan
kacang
Es krim, es susu
Coklat
Permen yang terbuat
dari kacang
Sari makanan yang
mengandung gula
seperti jeli, madu, dan
Beverages
karbonasi
Kafein kopi atau teh
Sereal
Bebas gula
sirup
Yang mengandung
kafein (seperti kopi,
pop soda biasa, kokoa,
dll)
3.8 Komplikasi
Komplikasi yang berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya.
1. Kelesuan umum.
Anak-anak akan terhambat pertumbuhan karena nutrisi dan gizi yang kurang.
2. Penyakit celiac tidak diobati dapat mengakibatkan adenocarcinoma usus kecil atau
limfoma.
3. Infertilitas adalah umum, terutama pada penyakit celiac.
4. Anemia dapat terjadi.
5. Rakhitis, osteomalacia atau osteoporosis dapat terjadi.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Malabsorpsi adalah kondisi tubuh gagal untuk mendapatkan dan menyimpan
satu atau lebih zat-zat makanan penting dalam jumlah yang adekuat. Tanda
malabsorpsi adalah adanya diare, gangguan di perut, tinja encer dan berbau, kadangkadang muncul anemia ringan. Akibat utama dari malabsorpsi adalah terjadinya
malnutrisi yang dimanifestasikan dengan penurunan berat badan. Pasien dengan
sindrom malabsorpsi bila tidak teratasi dengan cepat akan mengakibatkan badan
lemah dan kurus akibat kelaparan dan dehidrasi.
Sebagai perawat kita harus memberikan pendidikan pada pasien dan keluarga
mengenai diet dan penggunaan suplemen nutrisi. Pasien harus dipantau akan adanya
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Pengkajian juga terus menerus dilakukan
untuk menentukan apakah manifestasi klinis berhubungan dengan kekurangan nutrisi.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan bisa memberikan manfaat untuk
penulis, pembaca, dan lainnya untuk menambah wawasan. Khususnya kita sebagai
perawat sangat penting untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses
patofisiologis. Kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kami menerima apabila ada kritik dan saran untuk pembuatan makalah
kami selanjutnya agar lebih baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
Dirksen, dkk. 2011. Keperawatan Medical- Bedah: penilaian dan pengelolaan masalah
klinis. USA: Elsevier Mosby
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pengarang dalam http://medicastore.com/penyakit/460/Sindrom_Malabsorbsi.html diakses
pada tanggal 19 November 2013 pukul 06.48
Pengarang dalan http://www.patient.co.uk/doctor/gastrointestinal-malabsorption# diakses
pada tanggal 19 November 2013 pukul 06.57
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-bedah
Brunner & Suddarth.,Vol. 2, Edisi 8. Jakarta: EGC
Winkelman, dkk. 2010. Medical- Surgical Nursing: perawatan kolaboratif berpusat pada
pasien. Kanada: Saunders Elsevier
20