Anda di halaman 1dari 31

Kuratif Racun Pestisida

 ALDHENA R. A
 EKO NGULANDARI Kelompok VI
ASIH
 NURMA

Kelas S1 Gizi Non Reguler


Jurusan Gizi
Universitas MH. Thamrin
Pengertian
 Kuratif (penyembuhan) adalah mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal
serta mengadakan pengobatan yang tepat dan segera. Tujuan utama dari usaha pengobatan
(kuratif) adalah pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis
penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
 Racun adalah zat padat, cair, atau gas, yang dapat mengganggu proses kehidupan sel suatu
organisme. Dalam hubungan dengan biologi, racun adalah zat yang menyebabkan luka, sakit,
dan kematian organisme.
 Pestisida (secara umum) adalah pestisida berasal dari kata “pest” yang berarti hama, dan
“sida” berasal dari kata caedo berarti pembunuh. Dapat disimpulkan, pestisida adalah
pembunuh hama. Pestisida, menurut FAO, adalah campuran bahan kimia yang digunakan
untuk mencegah, membasmi, dan mengendalikan hewan atau tumbuhan pengganggu,
seperti binatang pengerat, serangga.
 Residu adalah segala sesuatu yang tertinggal, tersisa, atau berperan sebagai kontaminan
dalam suatu proses kimia tertentu. Residu terkadang dapat disamakan dengan ampas.
Penggolongan Pestisida
1. Insektisida, merupakan pestisida untuk 4. Fungisida, adalah pestisida untuk
memberantas serangga, seperti nyamuk, memberantas jamur (fungi).
kecoak, kutu busuk, rayap, semut, belalang,
wereng, ulat, dan sebagainya. 5. Rodentisida, adalah pestisida untuk
memberantas binatang pengerat, misalnya
2. Herbisida, merupakan pestisida untuk tikus.
mencegah dan mematikan gulma atau
tumbuhan pengganggu, seperti eceng 6. Bakterisida, adalah pestisida yang berfungsi
gondok, rumput teki, dan alang-alang. Alang- untuk membunuh atau melawan bakteri.
alang dapat dikatakan sebagai hama 7. Larvasida, adalah pestisida yang berfungsi
tanaman karena alang-alang menyerap untuk membunuh larva.
semua zat makanan yang ada dalam tanah.
3. Nematisida, adalah pestisida untuk
memberantas hama cacing. Hama ini sering
merusak akar atau umbi tanaman.
 Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan
keanekaragaman hayati yang sangat berpotensi untuk dikembangkan.
 Salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan yaitu hortikultura.
Hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang terdiri atas sayuran, buah-buahan,
tanaman hias, dan biofarmaka.
 Hortikultura berperan sebagai sumber pangan, sumber pendapatan masyarakat, penyedia
lapangan kerja, perdagangan domestik dan internasional, serta peningkatan aktivitas industri
pengolahan yang bersifat meningkatkan nilai tambah.
 Adanya peranan penting hortikultura menjadi alasan bahwa subsektor ini perlu menjadi
prioritas pengembangan.
 Upaya untuk meningkatkan produksi dengan tujuan agar tanaman tidak dirusak oleh hama
dan penyakit adalah dengan menggunakan pestisida.

 Penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di dataran tinggi tergolong sangat intensif, hal
ini terutama disebabkan kondisi iklim yang sejuk dengan kelembaban udara dan curah hujan
yang tinggi menciptakan kondisi yang baik untuk perkembangbiakan hama dan penyakit
tanaman.
Monitoring terbatas yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan dan Departemen Pertanian melalui
Direktorat Perlindungan Tanaman
DDT
Diazinon
Dieldrin

sejumlah residu pestisida


yang telah mencemari
beberapa jenis sayuran,
seperti kentang, kubis,
sawi, tomat dan wortel
pada daerah-daerah
sentra sayuran di Jawa.
Fenitrithion Klorfirifos
Cara Kerja Pestisida
1. Pestisida Golongan Organoklorin
Insektisida organoklorin bekerja dengan merangsang sistem syaraf dan menyebabkan paratesia,
peka terhadap rangsangan, iritabilitas, terganggunya keseimbangan, tremor, dan kejang-kejang.
Cara kerja zat ini tidak diketahui secara tepat. Beberapa zat kimia ini bekerja pada sistem syaraf.

2. Pestisida Golongan Organofosfat dan Karbamat


Pestisida golongan organofosfat dan karbamat memiliki aktivitas antikolinesterase seperti halnya
fisostigmin, neostigmin, piridostigmin, distigmin, ester asam fosfat, ester tiofosfat dan karbamat.
Cara kerja semua jenis pestisida organofosfat dan karbamat sama, yaitu menghambat penyaluran
impuls saraf dengan cara mengikat kolinesterase, sehingga tidak terjadi hidrolisis asetilkolin.
 Pestisida yang banyak direkomendasikan untuk bidang pertanian adalah golongan
organofosfat, karena golongan ini lebih mudah terurai di alam.
 Organophospat adalah insektisida yg paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan sering
menyebabkan keracunan.
 Golongan organofosfat mempengaruhi fungsi syaraf dengan jalan menghambat kerja enzim
kholinesterase, suatu bahan kimia esensial dalam mengantarkan impuls sepanjang serabut
syaraf. Organophospat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan
kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya.
 Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh
bagian tubuh.
Deposit ialah materi yang terdapat pada permukaan segera
setelah aplikasi sedangkan residu pestisida merupakan
materi yang terdapat di atas atau di dalam benda lain
setelah beberapa saat atau mengalami penuaan,
perubahan kimia, atau keduanya.
Dalam dinamika pestisida di
lingkungan terdapat dua istilah
yang berhubungan yakni
deposit dan residu.
Residu permukaan atau residu efektif ialah banyaknya
materi yang tertinggal, misalnya pada tanaman setelah
aplikasi. Residu permukaan dapat hilang karena pencucian
(pembilasan), penggosokan, hidrolisis, dan sebagainya.
Pencemaran Pestisida

Pindahnya pestisida
Pestisida dapat pula
dapat bersama
menguap karena
partikel air atau debu
suhu yang tinggi.
pembawa.

Pestisida yang di udara bisa


kembali ke tanah oleh hujan
atau pengendapan debu.
Paparan Pestisida Pada Manusia
 Keterpaparan pestisida terhadap manusia dapat diestimasi melalui
pengukuran residu pestisida dalam lingkungan (udara, air, tanah dan
tanaman).
 Udara dapat dengan mudah terkontaminasi pestisida selama proses
penyemprotan. Butiran-butiran pestisida selama penyemprotan menjadi
partikel halus dapat melayang jauh terbawa angin.
 Residu pestisida dapat pula terjadi di tanah, apabila pestisida disemprotkan
pada tanaman/tanah tidak mencapai sasaran dan jatuh ke permukaan tanah
dan selanjutnya diserap kedalam tumbuhan jenis umbi umbian.
 Apabila residu pestisida itu terdapat pada rumput lalu tertelan oleh ternak,
maka pestisida tersebut dapat terdeteksi melalui daging dan susu ternak
tersebut.
Persebaran Melalui Udara
 Pestisida dapat tersuspensi di udara sebagai partikulat yang
terbawa oleh angin ke area selain target dan
mengkontaminasinya. Pestisida yang diaplikasikan ke tanaman
dapat menguap dan ditiup oleh angin sehingga membahayakan
ekosistem di luar kawasan pertanian.
 Penguapan pestisida sangat ditentukan oleh kondisi cuaca.
Kondisi cuaca seperti temperatur dan kelembaban juga menjadi
penentu kualitas pengaplikasian pestisida, seperti halnya fluida
yang mudah menguap.
 Kelembaban yang rendah dan temperatur yang tinggi
mempermudah penguapan. Pestisida yang menguap ini dapat
terhirup oleh manusia dan hewan di sekitar.
 Selain itu, tetesan pestisida yang tidak larut atau tidak dilarutkan
oleh air dapat bergerak sebagai debu sehingga dapat
mempengaruhi kondisi cuaca dan kualitas presipitasi.
 Penyemprotan pestisida dekat dengan tanah
memiliki risiko persebaran lebih rendah
dibandingkan penyemprotan dari udara.
 Petani dapat menggunakan zona penyangga
di sekitar tanaman pertanian yang terdiri
dari lahan yang kosong atau ditumbuhi
tanaman non-pertanian seperti pohon yang
berfungsi sebagai pemecah angin yang
menyerap pestisida dan mencegah
persebaran ke area lain.
 Di Belanda, para petani diperintahkan untuk
membangun pemecah angin.
Pesebaran Melalui Perairan
Faktor yang mempengaruhi kemampuan
pestisida dalam mengkontaminasi perairan
Terdapat tiga jalur utama bagi pestisida mencakup :
untuk mencapai perairan:
 Tingkat kelarutan
 Terbang ke area di luar yang
disemprotkan  Jarak pengaplikasian pestisida dari air,
cuaca, jenis tanah, keberadaan tanaman di
 Melalui perkolasi menuju ke dalam sekitar
tanah, dibawa oleh aliran air  Metode yang digunakan dalam
permukaan, atau ditumpahkan secara mengaplikasikannya.
sengaja maupun tidak.
 Pestisida juga bergerak di perairan
bersama dengan erosi tanah. Fraksi halus sedimen penyusun dasar perairan
juga berperan dalam persebaran pestisida
DDT dan turunannya.
Persebaran Melalui Tanah
 Berbagai senyawa kimia yang digunakan sebagai pestisida merupakan bahan pencemar tanah
yang persisten, yang dapat bertahan selama beberapa dekade.
 Penggunaan pestisida mengurangi keragaman hayati secara umum di tanah. Tanah yang tidak
disemprot pestisida diketahui memiliki kualitas yang lebih baik dan mengandung kadar
organik yang lebih tinggi sehingga meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air.
 Hal ini diketahui memiliki dampak positif terhadap hasil pertanian di musim kering. Telah
diketahui bahwa pertanian organik menghasilkan 20-40% lebih banyak dibandingkan
pertanian konvensional ketika musim kering berlangsung.
 Kadar organik yang rendah juga meningkatkan kemungkinan pestisida meninggalkan lahan
dan menuju perairan, karena bahan organik tanah mampu mengikat pestisida. Bahan organik
tanah juga bisa mempercepat proses pelapukan bahan kimia pestisida.
 Tingkat degradasi dan pengikatan merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat persistensi
pestisida di tanah. Tergantung pada sifat kimiawi pestisida, proses tersebut mengendalikan
perpindahan pestisida dari tanah ke air secara langsung, yang lalu berpindah ke tempat
lainnya termasuk udara dan bahan pangan.
 Pengikatan mempengaruhi bioakumulasi pestisida yang tingkat aktivitasnya bergantung pada
kadar organik tanah. Asam organik yang lemah diketahui memiliki kemampuan pengikatan
oleh tanah yang rendah karena tingkat keasaman dan strukturnya.
 Bahan kimia yang telah terikat oleh partikel tanah juga telah diketahui memiliki dampak yang
rendah bagi mikrorganisme, dan bahan organik tanah mempercepat pengikatan tersebut.
 Mekanisme penyimpanan dan pelapukan pestisida di tanah masih belum diketahui banyak,
namun lamanya waktu singgah (residence time) di tanah sebanding dengan peningkatan
resistensi degradasi pestisida.
Jalan Masuk Pestisida

 Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, pernafasan, atau mulut.
 Pestisida akan segera diabsorpsi jika kontak melalui kulit atau mata. Absorpsi ini akan terus
berlangsung selama pestisida masih ada pada kulit. Kecepatan absorpsi berbeda pada tiap
bagian tubuh.
 Perpindahan residu pestisida dari suatu bagian tubuh ke bagian lain sangat mudah. Jika hal ini
terjadi maka akan menambah potensi keracunan. Residu dapat pindah dari tangan ke dahi
yang berkeringat atau daerah genital. Pada daerah ini kecepatan absorpsi sangat tinggi
sehingga dapat lebih berbahaya dari pada tertelan.
 Paparan melalui oral dapat berakibat serius, luka berat atau bahkan kematian jika tertelan.
Pestisida dapat tertelan karena kecelakaan, kelalaian, atau dengan disengaja.
 Ketika pestisida organofosfat dan karbamat memasuki tubuh manusia, pestisida ini akan
menempel pada enzim cholinesterase didalam darah. Karena cholinesterase tidak dapat
memecahkan acetylcholin, impuls syaraf mengalir terus (konstanta) menyebabkan kejang-
kejang yang cepat dan akhirnya mengarah kepada kelumpuhan.

 Dengan terbentuknya senyawa-senyawa tersebut maka terjadi penurunan aktivitas


cholinesterase, sehingga enzym tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan
demikian maka pengukuran cholinesterase dalam darah dapat dijadikan indikator dalam
menentukan keracunan pestisida organofosfat dan karbamat.
Bahaya Pestisida Pada Makanan
Sayur dan buah adalah makanan yang sangat menyehatkan yang dibutuhkan oleh tubuh. Sayur
dan buah yang tinggi serat dapat memperlancar metabolisme tubuh, selain itu sayur dan buah
juga mengandung banyak vitamin penting untuk pembentukan jaringan tubuh dan memperkuat
fungsi organ. Akan tetapi, tanpa kita sadari, sayuran dan buah dapat mengandung zat
berbahaya.
Bahan Makanan yang Mengandung Pestisida

Stroberi Kol Tomat

Selada Apel Blueberi

Paprika Wortel Anggur

Bayam Kentang Mentimun


Mengurangi Bahaya Residu Pestisida

Membilas sayuran dan buah dengan


Mengurangi konsumsi sayur yang
air yang mengalir, membersihkan
masih mentah karena diperkirakan Pemasakan atau pengolahan baik
bagian-bagian yang terlindung.
mengandung residu lebih tinggi dalam skala rumah tangga atau
Pencucian bisa menurunkan residu
dibanding dengan yang sudah dimasak industri.
sebanyak 70% untuk jenis pestisida
terlebih dulu.
karbaril dan hampir 50% untuk DDT.

Mengupas kulit buah dan sayuran


Banyak jenis pestisida lipofilik yang
sebelum dikonsumsi atau dimasak, Pestisida pada buah ada yang hanya
cenderung berakumulasi (menumpuk)
membuang daun bagian luar pada menempel pada kulit, tertinggal dalam
pada lapisan malam lilin, terutama
selada, kubis dan sawi serta kulit ataupun pada daging buah, hal ini
pada bagian kulit. Itu sebabnya
membuang bagian lemak pada daging tergantung pada ketebalan, kulit buah,
sayuran atau buah terutama yang
unggas dan daging sapi adalah upaya pori-pori buah dan jenis pestisida yang
dimakan mentah perlu dicuci atau
lain dalam mengurangi residu digunakan.
dikupas dahulu.
pestisida.
Dampak Residu Pestisida Terhadap
Kesehatan
 Keracunan
Tanda orang yang keracunan pestisida dalam jumlah cukup tinggi bermacam-macam, tergantung
jenis pestisida yang digunakan. Namun, pada umumnya gejala yang ditimbulkan adalah sakit
kepala, pusing, mual sampai muntah, gemetar, kejang, penglihatan kabur, berair liur banyak,
bahkan ada yang sampai kehilangan kesadaran.

 Konsumsi bahan makanan yang mengandung residu pestisida dalam jangka panjang dapat
menyebabkan beberapa penyakit, seperti kelainan alat reproduksi, kanker, cacat lahir, dan
mutasi genetik.
Keracunan dan Toksisitas Pestisida
 Keracunan pestisida terjadi bila ada bahan pestisida yang mengenai dan atau masuk ke dalam
tubuh dalam jumlah tertentu. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keracunan
pestisida antara lain:
a. Dosis, berpengaruh langsung terhadap bahaya keracunan pestisida. Oleh karena itu,
dalam melakukan pencampuran pestisida untuk penyemprotan, petani hendaknya
memperhatikan takaran atau dosis yang tertera pada label. Dosis atau takaran yang
melebihi aturan akan membahayakan penyemprot itu sendiri.
b. Toksisitas senyawa pestisida. Kesanggupan pestisida untuk membunuh sasarannya.

Pestisida yang mempunyai daya bunuh tinggi dalam penggunaan dengan kadar yang rendah
menimbulkan gangguan lebih sedikit bila dibandingkan dengan pestisida dengan daya bunuh
rendah tetapi dengan kadar tinggi.
Penanganan Keracunan Pestisida
Setiap orang yang pekerjaannya sering berhubungan dengan pestisida seperti petani, buruh
penyemprot harus mengenali gejala dan tanda keracunan pestisida dengan baik. Tindakan
pencegahan lebih baik dilakukan untuk menghindari keracunan. Setiap orang yang berhubungan
dengan pestisida harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kenali gejala dan tanda keracunan pestisida dan pestisida yang sering digunakan.
b. Jika diduga keracunan, korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat.
c. Identifikasi pestisida yang memapari korban, berikan informasi ini pada rumah sakit atau
dokter yang merawat.
d. Bawa label kemasan pestisida tersebut. Pada label tertulis informasi pertolongan pertama
penanganan korban.
e. Tindakan darurat dapat dilakukan sampai pertolongan datang atau korban dibawa ke
rumah sakit.
 Efek samping penggunaan pestisida yang terlalu berat atau bahkan menyebabkan rusaknya
lingkungan dan merosotnya hasil panen, penggunaan pestisida mulai dikurangi.
 Cara-cara yang dapat ditempuh untuk mencegah atau mengurangi serangga hama antara lain
pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam, memilih varietas yang tahan lama,
memanfaatkan musuh- musuh alami serangga, penggunaan hormon serangga, pemanfaatan
daya tarik seks pada serangga, sterilisasi.
 Cara-cara tersebut di atas memang tidak memiliki efek yang cepat dan merata dibanding
pestisida. Oleh karena itu, apabila dibutuhkan pemberantasan hama yang sifatnya segera,
penggunaan pestisida memang merupakan pilihan yang paling baik dan tepat.
 Jika memang pestisida yang akan digunakan, maka suatu langkah yang paling bijaksana adalah
untuk melakukan suatu tindakan pencegahan terhadap pencemaran atau keracunan yang
mungkin timbul.
Jangka waktu atau lamanya terpapar pestisida. Paparan yang berlangsung terus-menerus lebih
berbahaya daripada paparan yang terputus-purus pada waktu yang sama. Jadi pemaparan
yang telah lewat perlu diperhatikan bila terjadi risiko pemaparan baru. Karena itu penyemprot
yang terpapar berulang kali dan berlangsung lama dapat menimbulkan keracunan kronik.

Jalan masuk pestisida dalam tubuh. Keracunan akut atau kronik akibat kontak dengan
pestisida dapat melalui mulut, penyerapan melalui kulit dan saluran pernafasan. Pada petani
pengguna pestisida keracunan yang terjadi lebih banyak terpapar melalui kulit dibandingkan
dengan paparan melalui saluran pencernaan dan pernafasan.
Tanda-tanda Peringatan Pada Label Pestisida

 Semua pestisida berifat toksik.


Perbedaan toksisitas ada pada
derajat atau tingkat toksisitas.
 Pestisida akan berbahaya jika tejadi
paparan yang berlebih.
 Pada label kemasan pestisida
terdapat 4 tanda-tanda peringatan
yang menunjukkan derajat pestisida
tersebut. Tanda peringatan ini
menunjukkan potensi resiko
pengguna pestisida bukan
keampuhan produk pestisida
Petunjuk Yang Harus Diikuti Bagi Pengguna
Prinsip Penggunaan Pestisida
Pestisida

1. Selalu menyimpan pestisida dalam wadah 1. Pemakaian pestisida sebagai alternatif


asli yang berlabel. terakhir.
2. Jangan menggunakan mulut untuk meniup 2. Pilih pestisida yang tidak beracun, tidak
lubang pada alat semprot. persisten, dan tidak meninggalkan residu.
3. Jangan makan, minum atau merokok pada 3. Apabila pestisida beracun dan persisten
tempat penyemprotan dan sebelum pemakaiannya harus berganti-ganti.
mencuci tangan
4. Apabila ada laternatif lain pergunakan
sedikit mungkin dan selektif.

Anda mungkin juga menyukai