Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Steatorrhea merupakan salah satu gangguan yang terjadi pada pencernaan. Hampir
sama halnya dengan diare tetapi pada steatorrhea ini tinja berupa lemak yang dapat
berhubungan dengan masalah penyerapan lemak atau gangguan pencernaan. Pada orang
normal harus menjalani mekanisme penyerapan lemak karena gangguan apapun akan
menurunkan penyerapan dan dapat menyebabkan steatorrhea atau bahkan ke diare
lemak. Penyerapan lemak yang melibatkan kombinasi beragam dari garam empedu,
enzim pencernaan dan terjadi luka usus yang memungkinkan penyerapan secara
kompleks hidrofobik. Lipid kemudian emulsi awalnya dan yang dihidrolisis oleh
pankreas, lipase lambung. Semua lipid hidrolisis dikumpulkan dan ditambahkan garam
empedu di jejunum dan duodenum. Melalui proses pasif dan aktif, misel yang
diserap. Dan melalui sistem limfatik, itu diangkut ke dalam sirkulasi.
Mungkin steatorrhea tidak terlalu terkenal dikalangan masyarakt seperti halnya diare.
Tetapi bisa dikatakan bahwa steatorrhea merupakan kelanjutan dari diare kronik. Dalam
makalah ini kelompok kami akan membahas mengenai steatorrhea baik itu definisi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang dn
juga asuhan keperawatan pada pasien steattorhea ini.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuannya adalah :
1. Mengetahui konsep dari steatorrhea.
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan steatorrhea.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi

Steatorrhea adalah jumlah lemak yang berlebihan dalam feses seperti pada sindrom
malabsorbsi. Steatorrhea ini terlihat berminyak, berwarna terang, berbau busuk, lembek,
dan berjumlah banyak serta sulit untuk disiram.
Steatorrhea sering berhubungan dengan penyakit diare kronik, di mana pada penyakit
ini salah satu penyebab mayornya adalah

malabsorbsi lemak. Malabsorbsi

lemak

tersebut dapat membuat tinja berminyak, berbau busuk, sulit untuk disiram dan hal-hal
tersebut sering dikaitkan dengan penurunan berat badan dan kekurangan gizi karena
diiringi dengan malabsorbsi asam amino dan vitamin.
Steatorrhea didefinisikan sebagai tinja berlemak yang jumlahnya lebih dari
pengeluaran tinja normal (normalnya 7 gram/hari) dengan disertai penyakit intestinal dan
insufisiensi eksokrin pankreas.
2.2 Etiologi
Etiologi dari steatorrhea yaitu :
1. Defisiensi pankreas karena kurangnya produksi colipase dan lipase. Ini terjadi karena
pankreatitis kronis dan tidak adanya sel-sel asinar atau sel eksokrin menghasilkan jus
2.

pankreas yang mengandung enzim pencernaan


Insufisiensi garam empedu yang disebabkan oleh kegagalan sekresi asam empedu

3.

dalam sirkulasi.
Malabsorpsi yang disebabkan obat, operasi, diet dan gangguan usus (Ulcerative

colitis dan chron).


2.3 Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
Patofisiologi
a. Gangguan fungsi percernaan (phase Intra Lumen)
Pada keadaan ini nutrient tidak dapat dipecahkan menjadi bentuk yang dapat
diserap oleh villi-villi usus halus. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosacharida
glukosa. Protein diserap dalam bentuk asam amino. Lemak diserap dalam bentuk
asam lemak dan gliserol. Gangguan ini terjadi bila enzym lipase pancreas kurang,
cairan lambung khususnya gasterin kurang, konjugasi garam empedu kurang.
b.

Gangguan Mukosa Usus Halus (Phase Mukosal).


Pada keadaan ini nutrient telah dibentuk menjadi bentuk-bentuk yang dapat
diserap oleh villi-villi usus halus, namun bentuk-bentuk tidak dapat diserap karena

WOC
Obat Obatan
NSAID

Faktor Insfeksi
(E. CColli, Ascaris, Salmonella)
Masuk Melalui
Makanan
Menghambat
prostagladin

Alkohol
Toxin bagi hati
Timbul nodul
Berkembang dlm
usus
Jaringan fibrosis Terbentuk

HCL masuk mukosa


2
Melepaskan entero Merubah fungsi hati
Gangguan fungsi
toksin
Tidak GANGGUAN
dapat mengemulsikan
Makanan
tidak dapat
NUTRISI
KURANG
DARI
pencernaan
Erosi mukosa Fases
Mengiritasi
Hiperperistaltik
Mempercepat
Mukosa
Diare,
BAB
> 4x
lemak
diusus
Mengandung
Lemak
STEATORRHEA
dipecahkan
menjadi
lebih
kecil
ELIMINASI
NYERI
KEBUTUHAN
TUBUH
Metabolisme
Bilirubin
terganggu
Perut
Tidak
Lemas,
Tubuh
dapat
Energi
kurang
BB
diserap
Sedikit
Menurun
nutrisi
AliSakit
usus
Gangguan
garam
empedu
lambung
Peristaltik
Usus
usus usus
Sehari BAB

gangguan pada mukosa usus halus/villi-villi. Normalnya mukosa usus halus


menghasilkan enzyme diantaranya enterokinase. Enzyme ini mengaktifkan
tripsinogen menjadi tripsin, selanjutkan tripsin mengubah protein menjadi
polypeptide. Mukosa usus menghasilkan enzyme disacharidase yaitu lactosa, maltosa
dan sukrosa. Maltase mencegah maltose menjadi dua glukosa. Sukrose atau invertase
memecah skrosa menjadi fruktosa dan glukosa.
c.

Gangguan pengangkutan Nutrien ke dalam pembuluh limpa dan pembuluh darah


(Phase Transit).
Gangguan ini terjadi bila terdapat obstruksi limphatik seperti pada lymphoma
dan gangguan supply darah seperti pada thrombus mesenteric superior.

Manifestasi Klinis
Feces tampak bercahaya, berminyak,

i.

licin dan terbatas, berbau


b. Dalam air feces mengapung
c. Berat badan rendah
d. Pucat, lemas, badan lesu
e. Anorexia
f. Mudah terkena infeksi
g. Kerutan pada telapak tangan
h. Mudah berdarah (Echynosis,hematuria)

j.

Nyeri otot / tulang


Tulang rapuh, mudah

terkena

k.

fraktur
Kulit

kering,

a.

l.
m.
n.
o.

kasar

dan

hyperfigmentasi
Flatulence
Hypokalsemia, anemi
Pheriperal, neuritis
Edema periper.

2.4 Penatalaksanaan dan Pemeriksaan Penunjang


Penatalaksanaan
a. Diet
Tinggi kalori dan protein serta rendah lemak. Menghindarkan makanan yang
mengandung penyebab steatorrhea seperti susu yang banyak mengandung lactose
(Intoleranse Lactose). Salah satu nutrisi yang dapat diberikan pada penderita
steatorrhea adalah MCTs. Medium-chain triglycerides (MCTs) yaitu misalnya coconut
oil. Selain MCTs, diperlukan pula asupan mikronutrien seperti vitamin larut lemak (A,
D, E, K), Ca, Zn, Mg.
b. Medikamentosa
Terapi yang bersifat symptomatic seperti pemberian preparat besi dan vitamin
pada klien anemi serta transfusi darah bila perlu. Terapi yang ditujukan pada etiologi
seperti enteritis kronis yang menyebabkan kerusakan mukosa halus. Obstruksi
pancreas yang menyebabkan enzyme-enzym pancreas tidak dapat masuk ke dalam
usus halus.
c. Penyuluhan
Ditujukan kepada klien dan keluarga. Mencakup penyakit dan diet yang diperlukan.
Perawatan membantu klien dalam mengatasi perubahan pola makan.
Pemeriksaan Penunjang
a.
b.
c.

Pengukuran PH.
Penentuan kadar gula dalam tinja.
Laktosa loading test(tes toleransi),misalnya pasien puasa,diukur kadar gula darahmya
kemudian diberi laktosa 2 gr/kg BB. Gula darah diperiksa setiap jam sampai 2 jam

e.

lamanya. Hasil dianggap positif bila selama 2 jam didapat hasil kurang dari 25 mg%.
Barium meal lactoce. Pasien dipuasakan, pemeriksaan dilakukan dibagian radiologi.
Pemeriksaan tinja, pemeriksaan secara makroskopik, mikroskopik, pemeriksaan

f.

bilirubin, pemeriksaan sterkobilin,


Biopsi usus, hasil akan menunjukkan kelainan berupa atrofi mukosa usus berbagai

d.

derajat dan kelainan lainnya.

g.

USG maka dapat diketahui adanya pembesaran pankreas akibat kerusakan yang
kronik, sumbatan pada kantung empedu, dan tumor, CT Scan maka dapat ditemukan
adanya kerusakan hati seperti perlemakan hati.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
MRS
:
No Ruangan
:
Pengkajian tanggal
:
a. Identitas Pasien
Nama pasien
:
Jenis kelamin
:
Umur
:
Alamat
:
Agama
:
Pekerjaan
:
Suku bangsa
:
Diagnosa medic : diare kronik
b. Riwayat Kesehatan
I.
Keluhan Utama
: sering buang air besar lebih dari 4 kali sehari
Saat MRS
: lemas, penurunan kesadaran, kurang cairan
Saat pengkajian
: klien dapat menunjukkan gejala kekurangan volume
cairan ataupun nutrisi seperti pusing, mual, mukosa bibir kering, perfusi jaringan
II.

buruk ditandai dengan CRT menurun


Riwayat Penyakit Sekarang: klien bisa mengeluh lemah dan banyak buang air

besar serta tinja sulit saat disiram, dengan konsistensi agak lembek
III.
Riwayat Penyakit Dahulu : pernah mengalami diare kronik
IV.
Riwayat Penyakit Keluarga
V.
Riwayat Sosial
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: tampak lemah
Kesadaran
: menurun
Pemeriksaan Head to toe

a. Kepala : Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada benjolan,kulit kepala
bersih.
b. Mata : Simetris, tidak ada sekret, konjungtiva merah muda, sklera putih, mata
cowong.
c. Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah bersih.
d. Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
polip.
e. Telinga : Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ad serumen.
f. Leher : Tidak ada pembesaran kenjar tyroid, limphe, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada kaku kuduk.
g. Dada
Inspeksi

: dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding dada simetris,


tidak ada retraksi otot bantu pernapasan.

Palpasi

: Tidak ada benjolan mencurigakan

Perkusi

: paru-paru sonor, jantung dullness

Auskultasi

: Irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan.

h. Perut
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
i. Punggung

: simetris
: Peristaltik meningkat 40x/mnt
: Turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik
: Hipertimpan,perut kembung
: Tidak ada kelainan tulang belakang (kyfosis, lordosis, skoliosis) tidak

ada nyeri gerak.


j. Genetalia : jenis kelamin perempuan, tidak odem, tidak ada kelainan, kulit perineal
kemerahan
k. Anus : Tidak ada benjolan mencurigakan,kulit daerah anus kemerahan.
l. Ekstremitas : Lengan kiri terpasang infus, kedua kaki bergerak bebas, tidak ada
odem.
3.2 Diagnosa
1.Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
dan gangguan gastrointestinal.
rasa nyaman ( nyeri ) b/d hiperperistaltik
eliminasi BAB : diare b/d infeksi bakteri

2. Gangguan
3. Gangguan

3.3 Intervensi dan Rasional


No.Dx

Tujuan dan KH

Intervensi

Rasional

Setelah

dilakukan Mandiri

tindakan

keperawatan 1. Kaji

selama

3x24

diharapkan

jam

kebutuhan

nutrisi klien terpenuhi

Mandiri
intake

diet,

Ukur 1. Membantu

pemasukan diit, timbang berat

mengidentifikasi defisiensi dan

badan tiap minggu.


kebutuhan diet.
2. Berikan makanan sedikit dan 2. Meminimalkan anoreksia dan
sering sesuai dengan diet.
3. Tawarkan

perawatan

mual sehubungan dengan status


mulut

(berkumur/gosok gigi) dengan


larutan asetat 25 % sebelum
makan.

uremik.
3. Membran

disukai

menjadi

kering dan pecah. Perawatan


mulut

menyejukkan,

dan

mulut.
yang 4. Jika makanan yang disukai

makanan

termasuk

kebutuhan

kultural.

pasien dapat dimasukkan dalam


perencanaan

5. Motivasi

pasien

untuk

dapat

makan,

maka

meningkatkan

nafsu

menghabiskan diet dan sajikan

makan pasien.
5. Mempertahankan intake yang

makanan dalam kondisi hangat


6. Sajikan makanan dalam porsi

baik sesuai dengan kebutuhan


tubuh
6. Agar menimbulkan rasa selera

yang menarik dan kreatif


7. Menganjurkan

klien

untuk

makan dibantu sesekali dengan


minum
8. Berikan
sesuai

suplemen
kebutuhan

Tambahan

tambahan
tubuh

vitamin,

thiamin,

besi, asam folat dan Enzim

antiemetik

seperti

granisetron, ondansetron, dan


tripisetron

semangat

untuk makan
7. Untuk menghindari perasaan
mual

dan

makanan

mudah

masuk ke lambung
8. Hati yang rusak tidak dapat
menyimpan

Vit.
D

A,

dan

K,

yang menimbulkan anemia.


Kolaborasi
9. Untuk menghilangkan mual /
muntah

dilakukan Mandiri

dank lien

kekurangan besi dan asam folat

Kolaborasi
9. Pemberian

makan

kompleks,

pencernaan.

Setelah

mukosa

membantu menyegarkan rasa

4. Identifikasi

dalam

dan

dapat

meningkatkan pemasukan oral.


Mandiri

tindakan
2x24

keperawatan 1. Teliti
jam

dengan

Tujuan : rasa nyaman


terpenuhi, klien
abdomen dengan KH :
Klien

tidak

menyeringai

cacat 1. Untuk memilih intervensi yang


cocok & untuk mengevaluasi

10).

keefektifan dari terapi yang


klien

untuk

menghindari alergen.
3. Kaji hal-hal yang klien inginkan
yang dapat mengurangi nyeri
4. Bantu klien mengatur posisi
yang nyaman menghindari nyeri
5. Lakukan kompres hangat pada

kesakitan.
Klien
mengungkapkan

nyeri,

intensitasnya (dengan skala 0-

2. Anjurkan

terbebas dari distensi

keluhan

verbal (-)
Wajah rileks
Skala nyeri 0-3

6. Ajarkan klien teknik distraksi


dapat

mengalihkan

7. Berikan obat sesuai indikasi


(Steroid oral, IV, & inhalasi),
Analgesik : injeksi novalgin 3x1
amp (500mg/ml), Antasida dan
ulkus : injeksi ulsikur 3x1 amp
(200mg/ 2ml)
Dilakukan Mandiri

Tujuan

suplai O2 kedaerah yang sakit


4. Persepsi positif klien mengenai
hal

yang

disukainya
nyeri

distensi

dengan

yang
hangat,
akan

mengalami relaksasi.
6. Distraksi dapat membantu klien
merubah

persepsi

dan

Kolaborasi
7. Kortikosteroid
mencegah

pada

untuk
reaksi

alergi,

Analgesik untuk mengurangi


nyeri.

1. Kehilangan cairan yang aktif


secar

: Konsistensi 2. Jelaskan

abdomen

akan

Mandiri

Tindakan Keperawatan 1. Mengobservasi TTV


Jam

peredaran

mengabaikan nyeri

Kolaborasi

2x24

beratnya penyakit.
3. Memaksimalkan

dirasakan
5. Dengan
kompres

yang

Setelah

bertambah

mengabaikan

daerah perut

perhatian pada nyeri

diberikan.
2. Mengurangi

pasien tentang

BAB lembek, frekuensi

terus

menerus

akan

mempengaruhi TTV
2. Klien
dapat
mengetahui

penyebab dari diarenya


3. Pantau leukosit setiap hari
penyebab dari diarenya.
1 kali perhari dengan
4. Anjurkan klien untuk banyak 3. Berguna untuk mengetahui
KH :
minum
penyembuhan infeksi
- - Tanda vital
4. Cairan yang keluar harus
dalam

batas

seimbang dengan cairan yang

normal (N: 120- 5. Kaji pola eliminasi klien setiap


60 x/mnt, S; 36-

hari

masuk, untuk mengatasi infeksi


bakteri berlanjut
5. Untuk mengetahui konsistensi

37,5. RR : < 40 Kolaborasi


x/mnt )

dan frekuensi BAB

6. Konsul ahli gizi untuk diet Kolaborasi

- Leukosit : 4000

sesuai

kebutuhan

klien. 6. Metode makan dan kebutuhan

11.000

Antibiotik: cefotaxime 3x1 amp

kalori

(500mg/ml)

kebutuhan.

didasarkan

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Steatorrhea adalah jumlah lemak yang berlebihan dalam feses seperti pada sindrom
malabsorbsi. Steatorrhea ini terlihat berminyak, berwarna terang, berbau busuk, lembek,
dan berjumlah banyak serta sulit untuk disiram. Penyebabnya yaitu defisiensi pankreas ,
insufisiensi garam empedu dan malabsorpsi. Tanda dan gejalanya feces tampak
bercahaya, berminyak, licin dan terbatas, berbau , dalam air feces mengapung, berat
badan rendah, pucat, lemas, badan lesu dan anorexia. Diagnosa yang mungkin muncul
pada pasien dengan stteatorhea yaitu perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal, gangguan rasa
nyaman ( nyeri ) b/d hiperperistaltik dan gangguan eliminasi BAB : diare b/d infeksi
bakteri.

pada

DAFTAR PUSTAKA
Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Gosyen
Publishing. Yogyakarta
Smeltzer, Suzanna C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddarth. ALih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8. EGC. Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai