Retinitis Pigmentosa
Retinitis Pigmentosa
Disusun oleh:
Ade Sofyan, S.Ked
J.500.050.044
J.500.060.003
J.500.060.028
J.500.060.030
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2011
Lembar Pengesahan
TUGAS REFERAT
Stase Ilmu Penyakit Mata
RETINITIS PIGMENTOSA
Yang Diajukan Oleh :
Ade Sofyan, S.Ked
J.500.050.
J.500.060.003
J.500.060.028
J.500.060.030
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Kamis, 21 Juli 2011
Pembimbing :
Dr. Suyatno, Sp.M
(..)
Dipresentasikan di hadapan :
Dr. Suyatno, Sp.M
(..)
(..)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Retina merupakan salah satu bagian dari mata yang fungsinya sangat
penting dan terletak di belakang mata dan terhubung ke otak. Hal ini terdiri dari
jutaan sel-sel peka cahaya yang dikenal sebagai sel fotoreseptor. Sel-sel
fotoreseptor memiliki fungsi penting dari transmisi impuls listrik ke otak untuk
memungkinkan melihat untuk mengambil tempat.
Ketika melihat sebuah benda, cahaya dari objek yang bergerak pada
kornea, kemudian melewati aqueous humor, pupil, lensa dan vitreous humor
untuk mencapai retina. Selama bagian ini, cahaya menjadi difokuskan ke macula.
Pada makula, cahaya menyebabkan reaksi kimia dalam sel kerucut, yang
akibatnya mengirim pesan listrik dari mata ke otak. Otak menerima pesan-pesan
dan menunjukkan bahwa objek tertentu telah terlihat. Sel kerucut bertanggung
jawab agar mampu mengenali warna dan membaca.
Sel batang sangat penting untuk melihat dalam gelap, dan untuk
mendeteksi benda-benda ke samping, atas dan bawah objek secara langsung
terfokus. Fungsi ini mencegah Anda dari menabrak hambatan saat sedang
bergerak. Semua sel-sel retina (batang dan kerucut) mendapatkan oksigen dan
nutrisi lain dari sel-sel pigmen retina (epitel), yang disimpan disediakan oleh
jaringan yang kaya pembuluh darah di koroid tersebut.
Kelainan sel-sel fotoreseptor pada retina menyebabkan gangguan yang
dinamakan Retinal dystrophies, salah satu bentuk retinal dystrophies adalah
retinitis pigmentosa. Retinitis pigmentosa (RP) merupakan jenis kebutaan yang
disebabkan oleh kelainan pada sel-sel fotoreseptor. Pada retina, degenerasi dapat
terjadi pada sel-sel fotoreseptor, yang dapat menyebabkan antara lain retinitis
pigmentosa (RP). RP adalah penyakit mata keturunan. Pada pasien RP, degenerasi
sel fotoreseptor terjadi secara bertahap menyebabkan hilangnya penglihatan
secara progresif.
B. TUJUAN PENULISAN
Pada referat kali ini penulis akan mencoba membahas tentang retinitis
pigmentosa. Berbagai etiologi yang mendasarinya, mekanisme patofisiologi, cara
mendiagnosis dan penatalaksanaan retinitis pigmentosa dari berbagai sumber yang
ada. Referat kali inidiharapkan berguna bagi mahasiswa kedokteran untuk
memperkaya khasanah ilmu ofltalmologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Retinitis pigmentosa adalah nama dari sekelompok dystrophies retina yang
menyebabkan degenerasi retina mata. Retinitis pigmentosa adalah penyakit mata
yang individu sejak lahir. Kata "retinitis" berasal dari "retina" (bagian dari mata)
dan "itis" (penyakit). Ini adalah penyakit retina, meskipun tidak satu menular.
Kata "pigmentosa" mengacu pada perubahan warna terkait retina, yang menjadi
terlihat pada pemeriksaan mata (www.retinaaustraliansw.com).
Retinitis pigmentosa (RP) adalah kelompok kelainan yang diturunkan
(inherited disorders) yang ditandai dengan kehilangan penglihatan perifer yang
berkelanjutan (progressive peripheral vision loss) dan kesulitan melihat di malam
hari atau dengan cahaya suram (nyctalopia) yang menimbulkan kehilangan
penglihatan sentral (central vision loss).
B. INSIDEN
1
perbandingan 3:2.
Lateraliti: sering ditemukan bilateral dan efeknya sama pada ke dua mata.
C. PENYEBAB
berbeda.
Pada 75% kasus X-linked RP disebabkan oleh mutasi pada gen RPGR.
Di United States, sekitar 30% kasus autosomal dominant RP disebabkan oleh
mutasi pada "the gene for rhodopsin" (gen pembentuk rhodopsin/red
photopigment), Rhodopsin adalah protein receptor yang terdapat pada
membran sel-sel rod retina. Fungsinya sebagai receptor cahaya pada proses
pengantaran sinyal visual yang normal. Oleh karena itu, kerusakan struktur
nya akan berpengaruh terhadap mekanisme kerja dari protein receptor ini.
sekitar 15% kasus ini merupakan mutasi single point. Pada beberapa kasus
RP
autosomal
recessive,
ditemukan
adanya
mutasi
pada
beta-
(www.tree.com)
D. PATOFISIOLOGI
RP secara khas dipercaya sebagai suatu dystrophy (kelainan degeneratif,
biasanya karena kekurangan nutrisi tubuh) sel batang-kerucut dimana defek
genetik menyebabkan kematian sel (apoptosis), sebagian besar di fotoreseptor sel
batang; sebagian kecil, defek genetik memengaruhi retinal pigment epithelium
(RPE) dan fotoreseptor sel kerucut. Variasi fenotip sangat signifikan karena lebih
dari seratus gen dapat menyebabkan RP.
perubahan histopatologi di RP telah didokumentasikan dengan baik, dan
baru-baru ini, perubahan histologis spesifik yang terkait dengan mutasi gen
tertentu yang dilaporkan. Jalur akhir yang umum tetap fotoreseptor kematian sel
oleh apoptosis. Perubahan histologis pertama yang ditemukan di fotoreseptor
adalah pemendekan segmen luar batang. Segmen luar semakin memendek, diikuti
hilangnya fotoreseptor batang. Ini terjadi paling signifikan di pinggiran
pertengahan retina. Daerah-daerah retina mencerminkan apoptosis sel dengan
memiliki inti menurun di lapisan nuklir luar. Dalam banyak kasus, degenerasi
cenderung lebih buruk di retina inferior, dengan demikian menunjukkan peran
paparan cahaya.
Jalur akhir (final common pathway) RP menyisakan kematian sel
fotoreseptor oleh karena apoptosis. Perubahan histologis pertama yang ditemukan
di fotoreseptor adalah pemendekan segmen luar sel batang. Segmen luar semakin
memendek, diikuti hilangnya fotoreseptor sel batang. Proses ini berlangsung di
mid perifer retina. Daerah (region) retina ini menggambarkan apoptosis sel
dengan penurunan nuclei di lapisan inti luar (outer nuclear layer). Dalam banyak
kasus, degenerasi cenderung memburuk di inferior retina, karena itu menyarankan
suatu peran untuk terpapar cahaya (a role for light exposure).
Jalur akhir (final common pathway) RP adalah kematian secara khas
fotoreseptor sel batang yang cenderung menyebabkan kehilangan penglihatan
(vision loss). Karena sel batang paling banyak ditemukan di midperipheral retina,
maka hilangnya sel di daerah ini akan menyebabkan hilangnya penglihatan tepi
(peripheral vision loss) dan hilangnya penglihatan malam hari (night vision loss).
Kematian fotoreseptor sel kerucut mirip dengan apoptosis sel batang
dengan pemendekan bagian luar (outer segments) yang diikuti oleh kehilangan
sel. Proses ini dapat berlangsung cepat atau lambat pada berbagai macam RP.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis atau keluhan yang sering dialami oleh penderita retinitis
pigmentosa sebagai berikut :
Gambar A
Gambar B
Penglihatan normal
F. PEMERIKSAAN
Untuk mengetahui apakah seseorang menderita retinitis pigmentosa, selain
dari anamnesis maka diperlukan juga pemeriksaan penunjang, antara lain sebagai
berikut :
1. Funduskopi
Perubahan pigmentasi retina, ini adalah bentuk perivaskular yang khas dan mirip
dengan bentuk bone corpuscule. Pada mulanya perubahan ini ditemukan hanya
pada daerah equatorial dan kemudian menyebar diantara anterior dan posterior.
Penyempitan arterior retina dan menjadi seperti benang pada stadium akhir.
Optik disk menjadi pucat dan keruh pada stadium akhir dan akhirnya berturutturut menjadi atrofi optik. Perubahan-perubahan lainnya yang terlihat seperti
koloid bodies, sklerosis khoroidal, CME, atrofi atau cellophane makulopati.
retinal
retina
Pelemahan arteriol retina (retinal arteriolar attenuation)
2. Imaging Studies
Meskipun fluorescein angiography jarang berguna untuk menegakkan
diagnosis, keberadaan cystoid macular edema dapat dikonfirmasikan
dengan tes ini.
3. Electroretinogram (ERG)
ERG merupakan tes diagnostik yang paling critical (penting dan
diperlukan) untuk RP karena menyediakan pengukuran objektif fungsi sel
batang (rod) dan kerucut (cone) di retina dan peka (sensitive) bahkan
untuk kerusakan photoreceptor yang ringan.
Perubahan elektrofisiologikal tampak lebih cepat pada penyakit ini
sebelum tanda-tanda sebelum tanda-tanda subyektif atau tanda-tanda
obyektif (perubahan fundus). ERG sub-normal atau EOG tidak tampak
light peak.
4. Formal visual field
Progressive loss of peripheral vision merupakan gejala utama yang
menyertai perubahan visual acuity. Oleh karena itu, tes ini merupakan alat
ukur paling bermanfaat untuk melakukan ongoing follow-up care pada
pasien RP.
omega-3
RP.
Penggunaan
perioperatif
kortikosteroid
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditemukan pada penyakit retinitis pigmentosa
antara lain :
1.
2.
3.
4.
TORCH
(toxoplasmosis,
other
infections,
rubella,
I. DIAGNOSIS BANDING
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sifilis
Rubela kongenital
Defisiensi vitamin A
Intoksikasi fenotiazin
Resolusi ablasi retina eksudatif
Toxic retinopathy secondary to phenotiazines
Resolution of an old retinal detachment
(serous
or
rhegmatogenous)
8. Choroideremia
9. End-stage Stargardt's disease
10. Gyrate atrophy
11. Congenital stationary night blindness
12. Diffuse unilateral neuroretinitis
13. ARMD nonexudative
14. Best disease
15. Keracunan (toxicity) chloroquine/ hydroxychloroquine
16. Chorioretinopathy (central serous)
17. Chronic progressive external ophthalmoplegia
18. Neuroretinitis diffuse unilateral subacute
19. Juvenile retinoschisis
BAB III
KESIMPULAN
1. Retinitis pigmentosa (RP) adalah kelompok kelainan yang diturunkan
(inherited disorders) yang ditandai dengan kehilangan penglihatan perifer
yang berkelanjutan (progressive peripheral vision loss) dan kesulitan
melihat di malam hari atau dengan cahaya suram (nyctalopia) yang
menimbulkan kehilangan penglihatan sentral (central vision loss).
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. FK UI. Jakarta. 2007. Hlm. 225-6.
Simon C, Everitt H, Kendrick T. Oxford Handbook of General Practice. Second
Edition. Oxford University Press. 2006. p. 945.
Telander DG. Retinitis Pigmentosa. Last Updated: Mar 14, 2007.
Cited from: http://www.emedicine.com/oph/TOPIC704.HTM
Yanoff M. Ophthalmic Diagnosis and Treatment. Current Medicine, Inc.
Philadelphia. 1998. p.210-211.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22961/4/Chapter%20II.pdf
www.nei.nih.gov/eyeonnei
www.tree.com
www.molvis.org
http://www.news-medical.net
http://emedicine.medscape.com/article/1227488-overview#a0104