FIQIH THAHARAH
KARANGAN: MUHAMMAD SHOLIH AL-UTSAIMIN
DISUSUN OLEH:
ATIN NURAINI (201451022)
PUTRI ANDISTIARA (201451463)
TRISTI ANNISA ROSYIDAH (201451202)
VINDY ARISANTI (201451205)
WINDI ASTUTI MAYA HAPSARI (201451212)
FAKULTAS: TEKNOLOGI
JURUSAN: FARMASI
AIR
Air merupakan permata yang mengalir. Sesuatu yang sangat mudah untuk
didapatkan dan pada saat dibutuhkan menjelma menjadi sesuatu yang sangat
mahal. Para ulama mengatakan bahwa jika seseorang menumpahkan satu panci air
di suatu daerah, yang mana harga satu panci air di daerah itu adalah lima ratus
dirham, sedangkan harga air didaerahnya hanya dua dirham maka seseorang
tersebut harus mengganti dengan harga lima ratus dirham, senilai dengan harga air
di daerah yang ia tumpahkan.
Selama air bisa didapatkan, maka tidak ada cara bersuci dari hadast kecuali
dengan air tersebut, baik untuk berwudhu atau mandi
Allah berfirman :
(43)
Sedangkan kamu tidak mendapat air. (Q.S An-Nisa': 43)
Allah SWT menjadikan air sebagai alat untuk thaharah (bersuci), thaharah dari
najis dapat dilakukan denga air atau yang lainnya. Setiap apa saja yang dapat
menghilangkan najis, termasuk ke dalam sesuatu yang mensucikan baik berupa
air, bensin ataupun jenis lainnya yang dapat menghilangkan najis.Setiap air yang
jatuh dari langit dan bersumber dari bumi merupakan air yang suci baik dalam
jangka waktu yang lama taupun baru, seseorang diperbolehkan untuk bersuci
dengan air tersebut.
1 | Page
7. Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku,
sesuatu
yang
diharamkan
bagi
orang
yang
hendak
3 | Page
AIR ITU SUCI DAN TIDAK ADA YANG MENJADIKANNYA NAJIS (1)
Sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id
Al-Khudri, "Sesungguhnya air itu suci. Tidak ada sesuatu pun yang membuatnya
najis." (HR. Abu Dawud: 61, At-Tirmidzi: 66, An-Nasa'i: 277, Ahmad: 3/15 dan
dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa: 1/45)
kandungan hadits :
1. Air itu suci dan mensucikan dari segala najis, baik bersuci dari hadast
ataupun kotoran
2. Hukum asal yang ada pada air itu sesungguhnya suci.
3. Air yang berubah karena sesuatu yang suci akan tetap menjadi suci.
4. Air yang telah digunakan oleh orang yang baru bangun dari tidur malam
tetap suci.
5. Diperbolehkan mengkhususkan keumuman hadis dengan ijma' atau
kesepakatan ulama
4 | Page
Penjelasan :
1. Jika air yang mencapai 2 qullah tidak menjadi kotor atau najis hadis
tersebut dapat berlaku secara umum, ijma ulama mengatakan bahwa hal ini
tidak berlaku secara umum. Ulama sudah bersepakat jika air itu berubah
karena sesuatu yang najis maka air itu akan menjadi najis pula.
2. Petunjuk yang ada di dalam hadis Umamah mengatakan bahwa air itu
tidak akan menjadi najis, selama tidak mengalami perubahan.
Hadis ini mencakup dua masalah, yang mana setiap satu masalah berdiri sendiri
terpisah dari yang lain :
1. Larangan untuk buang air kecil di air yang menggenang.
2. Larangan untuk mandi di air menngenang yang tidak mengalir.
Kandungan Hadis :
1. Syariat islam mengajarkan kebersihan dan menjauhi kotoran atau sampah.
2. Tidak diperbolehkan bagi siapapun untuk mandi di aier yang menngenang,
apalagi dia dalam keadaan junub.
3. Diperbolehkan untuk mandi di air yang menggenang, dengan tujuan untuk
mendinginkan atau membersihkan badan.
4. Diperbolehkan untuk mandi di air yang mengalir baik dalam keadaan
junub atau tidak.
5. Pengharaman untuk buang air besar maupun kecil di air yang
menggenang.
6. Larangan untuk mandi di air yang menngenang baik dalam keadaan junub
ataupun tidak.
7. Larangan untuk buang air kecil di air yang menggenang kemudian mandi
di dalamnya.
Kesimpulan :
1. Tidak boleh buang air kecil di air yang menggenang yang tida mengalir,
kecuali di sungai dan danau yang besar dan sejenisnya.
2. Tidak diperbolehkan buang air kecil di air yang menggenang kemudian
mandi, karena kotor.
7 | Page
ISTRI MANDI DENGAN SISA AIR MANDI SUAMI DAN SUAMI MANDI
DENGAN SISA MANDI ISTRI (1)
Dari seorang laki-laki yang menyertai Nabi SAW, ia berkata : Rasulullah SAW
melarang istri untuk mandi untuk menggunakan sisa air yang digunakan suami,
atau suami dengan menggunakan sisa air yang digunakan istri. Hendaknya mereka
berdua mengambil air secara bersama sama.(Dikeluarka oleh Abu Dawud dan
An-Nasa'i dengan sanad yang shahih)
Kandungan hadits:
1. Petunjuk Nabi Muhammad SAW dan juga etika yang sangat agung. Lebih
utama bila pasangan suami istri mandi bersama dan mengambil air dari
bejana yang sama
2. Petunjuk Nabi Muhammad SAW mencangkup seluruh hal yang berkaitan
dengan manusia, bahkan untuk masalah masalah yang terkadang malu
untuk dibicarakan.
3. Diperbolehkan untuk pasangan suami istri untuk melihat satu sama lain
tidak ada batasan aurat.
4. Untuk menumbuhkan rasa kasih sayang antara suami dan istri.
ISTRI MANDI DENGAN SISA AIR MANDI SUAMI DAN SUAMI MANDI
DENGAN SISA AIR MANDI ISTRI (2)
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam dahulu mandi dengan menggunakan sisa air yang digunakan oleh
Maimunah Radhiyallahu Anha. (Diriwayatkan oleh Muslim)
Syarah hadits :
Merupakan hadits yang berlawanan dengan hadits sebelumnya.
Kandungan hadits :
8 | Page
1. Petunjuk bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki lebih dari satu istri,
namun bukan untuk bersenang senang dan memuaskan syahwat semata
terbukti dari istri istri beliau yang semuanya janda kecuali Aisyah
Radhiyallahu Anha.
2. Para istri Rasullullah SAW merupakan penyebar ilmu pada segenap umat,
karena mereka mengetahui segala sesuatu tentang Rasullullah SAW.
3. Diperbolehkan menyampaikan sesuatu yang dianggap tabu, demi untuk
menyebarkan ilmu.
4. Hal ini tidak termasuk dalam kategori larangan untuk menyebarkan rahasia
yang terjadi antar suami istri.
5. Sikap rendah hati Nabi Muhammad SAW.
ISTRI MANDI DENGAN SISA AIR MANDI SUAMI DAN SUAMI MANDI
DENGAN SISA AIR MANDI ISTRI (3)
Dan seperti diriwayatkan oleh para penulis kitab As-Sunan, sebagian istri-istri
Nabi Muhammad SAW mandi dengan menggunakan bejana besar, kemudian Nabi
Muhammad SAW datang untuk mandi dari air yang sama, maka istri beliau
berkata, Sesungguhnya aku dalam keadaan junub. Maka beliau bersabda,
Sesungguhnya air itu tidak membuat junub.
Kandungan hadits :
1. Air tidak akan terpengaruh dan berubah dari suci menjadi najis jika
digunakan mandi oleh orang yang sedang junub. Akan tetapi jika
seseorang bangun dari tidur orang tersebut tidak diperbolehkan untuk
memasukkan tangannya ke dalam bejana air, sampai dia mencuci
tangannya sebanyak tiga kali cucian.
2. Memberikan ungkapan yang singkat sesuai dengan alasan
3. Seorang suami diperbolehkan untuk mandi dengan sisa air yang telah
dipergunakan bersuci oleh istrinya.
4. Mandinya orang junub dengan menggunakan air yang sedikit tidak
9 | Page
NAJISNYA ANJING
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasullullah SAW bersabda,
Jika ada seekor anjing yang menjilati bejana salah seorang diantara kalian, maka
cara menyucikannya dalah hendaknya dia cuci bejana itu dengan air sebanyak
tujuh kali dengan menggunakan tanah. Diriwayatkan oleh Muslim. Dan dalam
Lafazh yang lain, Hendaknya dia menyiram bejana itu. Dan menurut riwayat
At-Tirmidzi, Yang terakhir atau yang awal ( dicampur dengan debu ).
Kandungan hadits :
1. Anjing merupakan hewan yang najis
2. Jika seekor anjing yang memburu mangsa, maka bagian mangsa yang
tersentuh mulut anjing itu harus dicuci sebanyak tujuh kali bagian
pertamanya dengan menggunakan tanah.
3. Jika seekor anjing buang air kecil di atas sesuatu, maka sesuatu itu harus
dicuci sebanyak tujuh kali, salah satunya dengan mewnggunakan tanah.
4. Penggunaan tanah pada proses pencucian najis yang disebabkan oleh
anjing merupakan sebuah keniscayaan.
5. Jika ada najis yang disebabkan oleh anjing mengenai barang lain, maka
barang tersebut harus dicuci sebanyak tujuh kali.
6. Ini berlaku untuk semua anjing.
7. Najis yang disebabkan oleh anjing itu bersifat besar.
8. Proses pencucian harus dilakukan oleh pemilik bejana yang telah dijilat
oleh anjing.
9. Anjing adalah hewan yang haram unutk dimakan.
10 | P a g e
11 | P a g e
14 | P a g e
BEJANA
HARAMNYA MAKAN MINUM MENGGUNAKAN BEJANA DAN PIRING
EMAS ATAU PERAK (1)
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu Anhuma, ia berkata Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Janganlah kalian minum dengan
menggunakan bejana dari emas dan perak, dan janganlah kalian semua makan
dengan menggunakan piring yang terbuat dari keduanya, karena itu semua
diberikan untuk orang orang kafir di dunia dan akan diberikan kepada kalian kelak
di akhirat. Muttafaqun Alaihi
Kandungan hadits :
1. Pengharaman bejana yang tebuat dari emas dan perak, Allah SWT tidak
memperbolehkan kita menggunakannya kecuali di di akhirat kelak
2. Tidak ada perbedaan antara bejana yang besar dan yang kecil, antara
makan yang banyak atau minum yang sedikit.
3. Keindahan metode yang di gunakan Rasullulah SAW dalam memberikan
pengajaran, dimana beliau menjelaskan alasan dari hukum yang beliau
sampaikan.
4. Diperbolehkan menggunakan bejana dari emas dan perak kecuali untuk
makan dan minum.
5. Selayaknya seseorang untuk tidak putus asa dengan perkara perkara dan
kenikmatan dunia yang hilang dari kehidupannya.
6. Kehidupan di akhirat itu akan datang dan di dalamnya ada kenikmatankenikmatan, berdasarkan sabda Nabi SAW.
7. Anjuran untuk menghibur seseorang yang kehilangan kenikmatan dunia.
8. Sudah seharusnya bagi manusia untuk menghindari segala sesuatu yang
dapat menimbulkan fitnah atau tuduhan tertentu bagi dirinya.
15 | P a g e
Dan dari Maimunah Radhiyallahu Anha, ia berkata, Pada suatu ketika Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam melihat orang orang yang menyeret bangkai domba.
Beliau bersabda, Seandainya kalian mengambil kulitnya. Mereka mengatakan,
Itu adalah bangkai domba. Maka Beliau bersabda, Itu bisa disucikan dengan
air dan samak. (Diriwayatkan Abu Dawud dan An-Nasa'i)
Kandungan hadits :
1. Semangat Nabi SAW dalam menjaga harta dan tidak menyia-nyiakannya
2. Metode yang baik yang diterapkan Rasullulah SAW dalam menyampaikan
ilmunya, dengan cara yang baik.
3. Diperbolehkannya membantah orang yang lebih alim, yang dikhawatirkan
tidak mengetahui beberapa hal, dengan tujuan untuk memperingatkan.
4. Proses penyamakan kulit dapat dilakukan dengan air dan daun akasia.
MENGHILANGKAN NAJIS
TENTANG CARA MENGHILANGKAN NAJIS (1)
Ketika air terkena najis maka dapat disucikan dengan beberapa cara :
1. Jika perubahan yang sedang terjadi pada air telah hilang maka air dianggap
suci.
2. Air itu bisa menjadi suci karena ada sesuatu yang dimasukkan di
dalamnya, sehingga najis yang ada menjadi hilang.
3. Jika kita menganggap air itu jumlahnya banyak, kemudian bagian dari
yang telah berubah itu dihilangkan dan tersisa bagian lain yang tidak
berubah karena najis, maka bagian itu dianggap suci.
19 | P a g e
20 | P a g e
22 | P a g e
Air kencing anak lelaki dan perempuan itu najis, diharuskan untuk bersuci.
Tinja yang dikeluarkan oleh anak laki-laki dan perempuan itu sama.
Jika anak laki-laki telah beranjak besar dan telah mengkonsumsi makanan
maka hukumya sama dengan orang baliqh.
dengan air,
25 | P a g e
WUDHU
WUDHU
Kata al-wadhu denngan harakat fathah artinya adalah air yang digunakan untul
berwudhu. Sedangkan al-wudhu dengan dhammah, artinya adalah perbuatan
melaksanakan wudhu. Ada banyak sekali contoh yang serupa, seperti thahuur,
thuhuur, sahuur, suhuur, wajuur, dan contoh-contoh lain dalam bahasa arab.
Al-wadhu diambil dari kata al-wadhaah yang artinya adalah keindahan, bagus
dan bersih dari kotoran atau hal-hal yang mengganggu.
Adapun menurut syariat, artinya adalah beribadah kepada Allah Azza wa Jalla
dengan menyucikan empat anggota badanm dengan sifat-sifat yang khusus.
Wudhu itu termasuk amalan yang istimewa dan memiliki faidah-faidah yang
cukup banyak, diantaranya:
1. Jika wudhu itu dilakukan di musim dingan dan panas, maka itu merupakan
sarana untuk menghapus kesalahan-kesalahan dan sarana untuk mengangkat
derajat. Ini seperti dijelaskan dalam hadits, Menyempurnakan wudhu pada
kondisi yang tidak disukai, banyaknya langkah menuju ke masjid, dan
menunggu datangnya shalat setelah melaksanakan shalat.
2. Ketika seseorang menyucikan salah satu anggota tubuh, maka anggota
tubuh itu suci dari najis maknawi, yaitu dosa. Setiap dosa yang ada pada
semua anggota tubuh itu akan hilang, bersamaan dengan menetesnyatetesan
yang terakhir.
3. Berwudhu merupakan bentuk mencontoh dan meneladani Rasulullah
Shallallahu Alahi wa Sallam.
4. Berwudhu merupakan bentuk merupakan bentuk melaksanakan perintah
yang datang dari Allah Azza wa Jala. Ini sesuai dengan firman Allah Taala,
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan
shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai kesiku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. (QS. AlMaidah:6)
5. Diantara keutamaan-keutamaan dari wudhu (dan ini merupakan kekhususan
umat ini) adalah, Mereka akan dipanggil pada hari kiamat dengan bersinar
26 | P a g e
dan memiliki tanda khusus, yang merupakan bekas dari wudhu yang
dilakukan.
6. Perhiasan disruga (kita memohon kepada Allah Taala agar menjadikan kita
semua ke dalam golongan orang-orang yang berhak untuk mendapatkannya)
itu seukuran dengan ukuran wudhu yang pernah dilakukan. Sebagaimana
firman Allah Taala, Di dalamnya mereka diberi perhiasan gelang-gelang
dari emas dan mutiara. (QS.Fathir:33)
KEUTAMAAN SIWAK
Sabda beliau, Jika seandainya tidak, ini merupakan kata yang menunjukkan
tidak mungkin terwujudnya sesuatu. Ada tiga kata yang menunjukkan tidak
mungkin terwujudnya sesuatu dan mungkin terwujudnya sesuatu, yaitu : ketika,
jika, dan jika tidak.
Sabda Nabi, Dengan siwak. Siwak merupakan alat yang digunakan untuk
bersiwak. Jika yang dimaksudkan adalah kata kerja, maka bisa engkau katakan,
seorang laki-laki bersiwak dengan sungguh-sungguh. Artinya, dia bersungguhsungguh dalam melakukan hal tersebut. Sehingga kata siwak merupakan isim
mashdar dan bukan mashdar; karena huruf yang ada dalam kata itu tidak
mencerminkan tindakan. Contoh yg lain adalah sabda Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam, Siwak itu menyucikan mulut dan mendatangkan keridhaan
Allah Taala. Artinya adalah bersiwak dan bukan batang siwak.
Sabda Nabi, Di setiap wudhu, mencakup wudhu yang wajib dan yang sunnah.
Nabi Shallallahu Alahi wa sallam tidak menjelaskan waktu bersiwak pada saat
wudhu, apakah sebelum masuk wudhu, ditengah-tengah ataukah setelah
mengerjakan wudhu? Akan tetapi para ulama Rahimahumullah memilih waktu
bersiwak itu dilakukan pada saat berkumur. Mereka mengatakan bahwa inilah
kesempatan untuk membersihkan mulut, sehingga waktu yang paling tepat adalah
pada saat berkumur.
Beberapa kandungan hadits
27 | P a g e
28 | P a g e
29 | P a g e
berwudhu
dengan
tujuan
untuk
memberikan
pembelajran.
4. Disyariatkan untuk mencuci telapak tangan sebanyak tiga kali sebelum
melaksanakan wudhu.
5. Tidak disyaratkan bahwa wudhu itu harus beriringan dengan istinja (cebok
dengan menggunakan air).
6. Mendahulukan berkumur dan istinsyaq sebelum mencuci muka. Apakah ini
wajib? Jawabanya tidak. Jiak dia mencuci wajahnya terlebih dahulu
kemudian baru berkumur, istinsyaq dan instintsar, maka tidak mengapa.
7. Apaakah istinsyaq, istintsar dan berkumur itu wajib atau sunah? Ada
perbedaan pendapat dalam masalah ini. Orang yang mengatakan bahwa itu
tidak wajib berargumen karena hali itu tidak disebut dalam ayat. Sementara
orang yang berpendapat bahwa itu wajib (inilah yg benar), mereka beralasan
karena rasulullah alaihi wa sallam senantiasa melakukan hal itu. Beliau
30 | P a g e
Beliau mengisyaratkan hal itu ketika selesai melaksanakan thawaf pada haji
wada, ketika mendekati shafa dengan membaca firman Allah Taala,
sesungguhnya shafa dan marwah merupakan sebagian syiar (agama)
Allah. Maka barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau umrahm tidak ada
dosa baginya mengerjakan kebajikan, maka Allah maha mensyukuri, Maha
32 | P a g e
wajib untuk diusap.mengusap itu khusus hanya untuk lubang dan daun telinga
saja.
Beberapa kandungan hadits
1. Disyariatkannya mengusap kedua telinga. Yg benar bahwa mengusap kedua
telinga itu wajib, karena telinga merupakan bagian dari kepala.
2. Penjelasan tentang cara mengusap kedua telingan, yaitu seseorang
memasukan dua jari telunjuk ke dalam dua lubang telinga, kemudian kedua
ibu jari mengusap bagian luarnya, dan tidak memulai bagian yg satu
sebelum bagian yg lain.
3. Tidak disyariatkan pengulangan dalam mengusap kedua telinga; karena
hadits tidak menyebutkan pengulangan.
4. Secara zhahir beliau tidak mengambil air yg baru untuk membasuh kedua
telinga, dan inilah yg benar kecuali jika tangan telah kering.
34 | P a g e
36 | P a g e
sedikitnya air. Sedangkan, lengan adalah bagian yg ada di antara ujung siku
dengan ujung jari tengah.
37 | P a g e
shallallahu
alaihi
wa
sallam
tidak
berlebih-lebihan
dalam
menggunakan air.
2. Tidak selayaknya untuk berlebih-lebihan dalam menggunakan air.
3. Dianjurkannya memijat anggota tubuh yg disucikan.
38 | P a g e
39 | P a g e
Sabda Nabi, jika kalian wudhu maksudnya jika kalian sedang berwudhu dan
sampai pada bagian mencuci kedua tangan, maka mulailah dengan anggot tubuh
bagian kanan.
Kandungan hadits ini
Mendahulukan bagian kanan ketika melaksanakan wudhu itu merupakan perkara
yg telah ditetapkan oleh sunnah perbuatan dan sunnah ucapan. Adapun penjelasan
tentang sunnah perbuatan, maka ada dalam hadits aisyah. Sedangkan penjelasan
tentang sunnah ucapan, maka ada dalam hadits ini.
(bernyawa)
melainkan
Dialah
yg
memegang
ubun-ubunnya
(menguasainya). QS.Huud:56
Perkataannya, dan atas sorban, ada yg mengatakan bahwa mengusap ubun-ubun
dan sorban itu terjadi dalam dua kaliwudhu, akan tetapi yan benar adalah bahwa
mengusap ubun-ubun dan sorban itu terjadi dalam satu kali wudhu.
40 | P a g e
2. Mengambil
melatarbelakanginya.
3. Perhatian untuk mencermati Al-Quran dan mengedepankan apa-apa yg
dikedepankannya serta mengakhirkan apa-apa yg diakhirkan.
4. Wajib mencuci anggota wudhu secara berurutan.
41 | P a g e
3. Orang yg tidak meyebutkan basmalah pada saat wudhu, maka wudhu yg dia
lakukan itu tidak sah.
4. Membaca basmalah ketika wudhu itu dianggap sunnah.
5. Keutamaan berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla dengan menyebutkan
namaNya.
42 | P a g e
alaihi
wa sallam
memerintahkan
laki-laki
tadi
untuk
membaguskan wudhunya.
43 | P a g e
45 | P a g e
berwudhu?
Seseorang
dianggap
telah
berwudhu
apabila
sudah
sengaja. (ketika mengatakan, Dan dalam hadits hammad bin Zaid terdapat
tambahan huruf yang kami tinggalkan penyebutannya. Ada yang mengatakan,
sesungguhnya itu adlah ucapan Urwah bin Az-Zubair.
Jadi, datangnya haid bagi yang telah memiliki kebiasaan dengan waktu-waktu
tertentu. Sedangkan bagi yang tidak memiliki kebiasaan maka dengan cara
membedakan darah yang keluar.
Lalu bagaimana membedakannya?
Para ahli fikih Rahimahumullah mengatakan, perbedaan itu dilihat dari 3 sisi;
1. Darah haid berwarna hitam, sedangkan darah Istihadhah berwarna merah.
2. Darah haid itu kental, sedangkan darah Istihadhah itu encer.
3. Darah haid memiliki bau yang tidak sedap, sedangkan darah Istihadhah
tidak memiliki yang demikian.
4. Dikatakan oleh para dokter terkini bahwa darah haid tidak membeku,
sedangkan darah Istihadha membeku. Darah haid tidak membeku tapi
mengalir.
berwudhu. Karena keadaan bersuci berada dalam keyakinan dan wudhunya masih
ada, sedangkan hadats
diragukan
keberadaanya.
50 | P a g e
Mungkin ada yang berujar bahwa sabda Nabi barang siapa menyentuh sudah
jelas bahwa yang dimaksud disini adalah menyentuh dengan sengaja. Akan tetapi
para ahli fikih madzhab Hanbali mengatakan, bahwa apabila seseorang
menyentuh zakarnya meskipun tanpa sengaja maka wudhunya batal. Pendapat ini
tidak memiliki acuan sehingga lemah. Maka, jika menyentuh tanpa sengaja tentu
tidak diwajibkan wudhu.
Apakah membatalkan wudhu, jika menyentuh testis? Tidak, meskipun
menyentuhnya dengan syahwat, hal itu tidak sampai membatalkan wudhu.
Apakah membatalkan wudhu, jika menyentuh zakar orang lain? Zhahir hadits
tidak membatalkan wudhu, meskipun dengan syahwat. Seperti apabila seorang
istri menyentuh zakar suaminya karena syahwat. Akan tetapi sebaiknya berwudhu.
Apakah membatalkan wudhu, seandainya ada seorang perempuan yang
memnadikan anak lelakinya yang masih kecil, lantas ia menyentuh zakarnya?
Tidak batal, karena itu hanyalah potongan daging yang tidak disentuh karena
syahwat. Apakah
membatalkan
wudhu,
jika
menyentuh
dubur?
Tidak
membatalkan wudhu, tetapi pada sebagian lafazh hadits disebutkan barang siapa
menyentuh kemaluannya maka kita katakana, disunnahkan berwudhu dari hal itu
namun tidak wajib. Karena diisyaratkan sebagaimana yang telah kami tegaskan,
yaitu jika disentuh dengan syahwat.
51 | P a g e
dikembalikan kepada anda, akan tetapi wajib bagi anda untuk berwudhu, dan
memang begitulah sebenarnya.
53 | P a g e
Ada kemungkinan adalah dzikir secara lafazh dengan lisan, dan inilah yang
zhahir. Yakni Nabi mengatakan, La Ilaha Illallah ada kemungkinan pula
bermakna dzikir secara umum meliputi dzikir hati, lisan dan anggota badan.
Karena memang dzikir itu itu bisa dilakukan dengan hati, lid=san dan anggota
badan.
Dzikir dengan hati, yaitu mengingat Allah Azza wa jalla dan keagungan-Nya,
mengharap, merasa takut, khawatir, mencintai dan mengagungkan-Nya. Dzikir
dengan lisan, yaitu bertasbih, bertakbir, bertahlil dll (meliputi segala perkataan
yang mendekatkan diri kepada Allah). Dzikir dengan anggota badan seperti rukuk,
sujud, berdiri dan duduk dalam shalat juga berjalan dalam rangka menyebarkan
agama Allah.
54 | P a g e
diserati alasannya. Ada dan tidak adanya hokum bergantung kepada ada atau tidak
adnya alasan.
55 | P a g e
56 | P a g e
ADAB-ADAB ISTINJA
Boleh beristinja dengan air saja tanpa bebatuan. Sebab, Anas Radhiyallahu Anhu
tidak menyebutkan bahwa dirinya membawa bebatuan untuk Nabi. Ia hanya
menyebutkan membawa air saja. Meskipun penunjukkan tentang ini dalam hadits
tersebut ada sedikit kelemahan, akan tetapi inilah yang tampak jelas. Anas
membawa untuk istinja Rasullullah. Sisi kemakruhannya, bahwa seseorang
apabila beristinja dengan air maka bisa dipastikan akan menyetuh najis. Karena ia
akan menempel, atau setidaknya bau najis itu akan tetap melekat, sehingga tidak
semestinya dilakukan. Namun pendapat yang shahih adalah hal tsb boleh
dilakukan.
Mengenai menyentuh najis, bisa dikatakan bahwa sentuhan ini dalam rangka
membersihkannya dan bukan untuk membiarkannya. Jadi yang benar adalah boleh
57 | P a g e
menggunakan air ketika beristinja untuk membersihkan sesuatu yang keluar dari 2
(dua) jalan: kemaluan dan dubur.
58 | P a g e
59 | P a g e
61 | P a g e
kencing, tetapi menghadaplah ke utara atau setalan karena kiblat di Qasim berada
di arah barat, sehingga dikatakan kepada penduduk Qasim menghadaplah ke
utara atau selatan
Istijmar (istinja dengan menggunakan batu) harus dengan tiga batu, karena Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam meminta kepada Abdullah bin Masud agar
mencarikan tiga batu, lantas berkata kepadanya ketika menolak rautsah,
Ambilkan aku yang lainnya
Istijmar bisa menyucikannya, karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
Sesungguhnya itu Riks (najis). Sedangkan riks tidak bisa menyucikan. Ini
menunjukkan bahwasannya bila itu berupa hal yang baik lagi suci niscaya bisa
menyucikan, dan inilah pendapat yang shahih.
Berdasarkan hal itu maka, jika ada seseorang yang beristjimar dari kencing atau
buang air besar dengan batu, tanah atau sapu tangan, lantas keluar air atau kainnya
terkena basah yang sampai kepada tempat duduknya atau terkena kemaluannya,
apakah kita katakana bahwa daerah yang terkena air, basah dan keringat serta
menyentuh daerah tersebut berarti najis?
Jawabannya: tidak, dan inilah pendapat yang rajah lagi berdasar. Di antara para
ulama ada juga yang mengatakan, bahwa istijmar belum bisa menyucikan, dan
bahwasanya bekas istijmar tidak dimaafkan apabila sampai melewati daerah
tempat kotoran. Akan tetapi pendapat ini lemah. Yang benar bahwa istijmar bisa
menyucikan dengan kesucian yang sempurna.
seseorang untuk beristinjah atau istijmar maka tidak ada alasan untuk mengatakan
tidak menyucikan. Memang bersuci dengan tulang adalah haram, akan tetapi yang
haram berada pada satu sisi, sedangkan menyucikan pada sisi yang lain. Maka
perlu dikatakan pada orang yang beristinjah atau beristijmar dengan sesuatu yang
harfam, bahwa orang berdosa namun tempat bersucinya syah dan suci (bersih),
karena najisnya telah hilang. Jika bisa hilang dengan barang apapun maka sudah
cukup.
65 | P a g e
tetap berusaha menjaga diri semaksimal mungkin. Pengecualian ini karena adanya
kesusahan.
bukanlah
sunnah.
Sehingga
syaikhul
Islam
Ibnu
Taiminah
adalah bidah karena tidak ada dalil yang shahih berkenaan dengannya. Karena
hal itu juga bisa mengakibatkan seseorang terkena penyakit beser, atauwas-was
sebagaimana yang sudah diketahui.
67 | P a g e
2. Doa yang diucapkan ketika keluar dari tempat buang hajat adalah (Ayat )
Aku memohon ampun-Nya
3. Haramnya buang hajat yang menimbulkan gangguan pada manusia dan
membahayakan mereka
4. Boleh meminta bantuan orang lain untuk menyiapkan batu sebagai alat
beristijmarnya, dan bahwasana hal ini tidak bertentangan dengan sifat haya
(rasa malu)
5. Dilarang memegang zakar dengan tangan kanan saat kencing, dan bersuci
dari buang air besar menurut pendapat Jumhur, karena Nabi melarang hal
itu
6. Istijmar harus dengan menggunakan tiga batu/lebih, sedangkan istinja
tidak ada dalil yang membatasi jumlahnya, karena tujuannya adalah
menghilangkan kotoran
7. Bahwa membersihkan diri dari air kencing hukumnya wajib, demikian
pula dari buang air besar, karena kebanyakan azab kubur terjadi karena
kencing, yakni tidak membersihkan diri diri darinya.
8. Tidak boleh istijmar dengan sesuatu yang dimuliakan seperti makanan kita
dan makanan hewan ternak kita. Larangan Nabi SAW untuk istijmar
dengan menggunakan tulang, karena tulang merupakan makanan jin, dan
Nabi SAW juga melarang beristijmar dengan menggunakan kotoran
hewan, karena kotoran hewan merupakan makanan hewan tunggangan jin.
Oleh karena itu manusia lebih mulia daripada jin.
68 | P a g e
Sedangkan (ayat) Al-Junub, yaitu setiap orng yang berijma atau mengeluarkan air
mani. Junub terjadi dengan inzal (mengeluarkan mani) dilihat dari sisi yang
zhahir, dan dengan jima kerena hal itu penyebabnya
Nabi
Air
(mandi)
kerena
Air
(mani),
Para
ahli
Balaghah
menyebutkannya dengan istilah jinas. Yakni, engkau menyebutkan dua kta yang
lafazhnya sama namun maknanya berbeda.
Hukum hukum yang berkaitan dengan orang yang junub
Apa saja yang bersifat merayap (melata), baik yang besar maupun yang kecil
asalnya adalah adri air (mani), yakni segala sesuatu yang hidup asalnya adalah air,
sedangkan orang-orang awam mentakwilkan ayat tsb dengan makna lain, mereka
mengatakan bahwa segala sesuatu bisa hidup dengan air.
Dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup beasal dari air (QS. AlAnbiya:30)
Berdasakan sabdannya, Air (mandi karena air (mani) atau karena mencium,
memandang, atau menyentuh atau dengan berbagai kondisi selama bisa
mengeluarkan air mani dengan memancar, maka wajib mandi, baik ia dalam
keadaan sadar atau bermimpi.
Yang harus dipahami bahwa bila tidak ada air (mani) maka tidak perlu mandi.
Yakni jika tidak sampai mengeluarkan air mani maka tidak perlu mandi.
Pemahaman ini secara umum mencakup apabila seseorang menggauli istrinya
69 | P a g e
(bersetubuh) dan tidak mengeluarkan air mani maka tidak ada kewajiban mandi
baginya.
.
Jika ia telah duduk di antara keempat cabang istrinya, kemudian ia
membuatnya kepayahan (kiasan untuk bersetubuh), maka ia wajib mandi.
Meskipun tidak keluar air mani
Beberapa kandungan hadist:
1. Menggunakan kata kiasan pada suatu yang menibulkan rasa malu.Seperti
ucapan beliau, jika telah duduk diatas anggota yang empat. Tetapi
maksudnya adalah sebuah kiasan untuk istilah jima (bersetubuh).
2. Mandi sudah wajib apabila terjadi Al-Juhd (bersungguh-sungguh), ini
tidak terjadi kecuali setelah bertemunya dua khitan (kemaluan), yaitu
kemaluan suami dan kemaluan istri.Tidak ada kewajiban madi jika tidak
sampai inzal (keluarnya air mani).
3. Zharir hadist menunjukan wajibnya mandi bagi yang menyetubuhi
istrinya, baik dengan penghalang maupun tanpa penghalang, karena
apabila kemaluan lelaki telah masuk ke kemaluan wanita dengan
penghalang tertentu akan menggunakan
71 | P a g e
Mandi karena memandikan mayit, ini juga tidak wajib. Jika hadistnya tidak shahih
maka syarit tidak berlaku juga.
Jadi, ada dua mandi yang tersisa bagi kita, yaitu :
1. Mandi karena junub, ini hukumnya Fardhu (wajib)
2. Mandi pada hari jumat,
72 | P a g e
73 | P a g e
Dalam riwayat Bukhari, Umar berkata, "tidaklah kalian pernah Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
"Apabila salah seorang kalian berangkat shalat Jum'at, hendaklah ia mandi."
Dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda,
"Wajib bagi setiap muslim untuk mandi pada satu hari dari setiap tujuh hari,
pada mandi itu dia mengguyur kepala dan badannya." (HR. Bukhari)
Dalam lafadz al-Nasai dari Jabir yang dia sandarkan kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam,
"Kewajiban bagi setiap muslim, pada setiap tujuh hari untuk mandi pada satu
hari, yaitu pada hari Jum'at." (HR. Al Nasai dan dinilai shahih oleh Syaikh al
Albani dalam Shahih al-Nasai (1/44) dan dalam Irwa' al Ghalil (1/173)).
,
"Barangsiapa yang berwudlu', maka dia telah mengikuti sunnah dan itu yang
terbaik. Barangsiapa yang mandi , maka yang demikian itu lebih afdhal." (HR.
Abu Dawud no. 354, al-Tirmidzi no. 497, al-Nasai no. 1379, Ibnu Majah no.
1091, Ahmad, no. 22. Imam al-Tirmidzi menghasankannya)
74 | P a g e
Wahai Rasul! Sampaikanlah (semua) apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.
Jika tidak kamu lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya (QS Al-Maidah:67)
Wanita haid juga tidak boleh membaca al-quran karena diikutkan hukumnya
dengan orang junub, diperolehkan bagi orang yang memiliki hadast kecil untuk
membaca Al-Quran, berdasarkan perkataannya. selama tidak dalam keadaan
junub.
sudah tahu, tetapi mandi lebih utama.kemudian secara zhahir nampaknya tidak
perlu membasuh kemaluan, akan tetapi membasuh kemaluan tentu lebih utama
dan lebih pantas untuk disyariatkan dari sekedar berwudhu.
seseorang tidur dalam keadaan suci. Karena jiwanya akan berpisah dengan
tubuhnya, meskipun bukan perpisahan secara sempurna. Sehingga sangat pantas
bila tidur dalam keadaan suci.
Sampai setelah beliau memandang bahwa airnya sudah merata mengenai semua
rambut beliau, beliau lalu menyiram kepalanya sebanyak tiga kali tuangan,
kemudian beliau mencuci seluruh tubuh beliau, kemudian akhirnya mencuci
kedua kaki beliau. (HR. Al-Bukhari no. 248 dan Muslim no. 316)
Dari Maimunah bintu Al-Harits -radhiallahu anha- dia berkata:
Aku pernah membawa air mandi untuk junub kepada Rasulullah -shallallahu
alaihi wasallam-. Lalu beliau memulai dengan membasuh dua telapak
tangannya sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian beliau memasukkan tangannya
ke dalam wadah berisi air, lalu menuangkan air tersebut pada kemaluan beliau,
dan beliau mencucinya (kemaluan) dengan tangan kiri. Setelah itu, beliau
menggosokkan tangan kiri ke tanah dengan gosokan yang kuat. Kemudian beliau
berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Kemudian beliau menuangkan air ke
kepala beliau sebanyak tiga kali sepenuh telapak tangan, lalu beliau mencuci
seluruh tubuhnya. Kemudian beliau bergerak mundur dari tempat beliau berdiri,
lalu beliau mencuci kedua kakinya. Kemudian aku mengambilkan handuk untuk
beliau, tetapi beliau menolaknya. (HR. Al-Bukhari pada banyak tempat, di
antaranya no. 259 dan Muslim no. 723)
Kalimat [berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat], diterangkan dalam riwayat
lain, Kemudian beliau berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung,
kemudian beliau mencuci wajahnya dan kedua lengannya (tangannya sampai
siku).
SIFAT MANDI JUNUB NABI SAW (2)
77 | P a g e
Sifat mandi yang sempurna ada dua cara, disebutkan dalam hadits Aisyah dan
Maimunah yang keduanya diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim.
Berikut penyebutannya:
A. Cara mandi junub yang pertama:
Aisyah berkata, Sesungguhnya kebiasaan Nabi -shallallahu alaihi wasallamkalau beliau mandi junub adalah: Beliau mulai dengan mencuci kedua (telapak)
tangannya, kemudian beliau berwudhu (sempurna) seperti wudhu beliau kalau
mau shalat. Kemudian beliau mengambil air lalu memasukkan jari-jemarinya ke
dasar-dasar rambutnya, sampai tatkala beliau merasa air sudah membasahi
semua bagian kulit kepalanya, beliau menyiram kepalanya dengan air sebanyak
tiga kali tuangan, kemudian beliau menyiram seluruh bagian tubuh yang
lainnya. (HR. Al-Bukhari no. 248, 272 dan Muslim no. 316)
Kesimpulan cara yang pertama adalah:
1. Mencuci kedua telapak tangan tanpa ada pembatasan jumlah.
2. Berwudhu sempurna, dari mencuci telapak tangan sampai mencuci kaki. Jadi
telapak tangannya kembali dicuci, berdasarkan lahiriah hadits.
3. Setelah berwudhu sempurna, beliau mengambil air dengan kedua telapak
tangan beliau lalu menyiramkannya ke kepala seraya memasukkan jari jemari
beliau ke bagian dalam rambut agar seluruh bagian rambut dan kulit kepala
terkena air.
4. Setelah yakin seluruh bagian kulit kepala telah terkena air, beliau menuangkan
air ke atas kepalanya sebanyak tiga kali tuangan.
5. Kemudian yang terakhir beliau menyiram seluruh tubuhnya yang belum terkena
air.
B. Cara mandi junub yang kedua:
Ini disebutkan dalam hadits Maimunah, istri Nabi -shallallahu alaihi wasallam-.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 259, 265, 266, 274, 276, 281 dan berikut lafazh
gabungan seluruh riwayatnya:
78 | P a g e
Maimunah berkata, Saya meletakkan air yang akan digunakan oleh Nabi
-shallallahu alaihi wasallam- untuk mandi lalu menghijabi beliau dengan kain.
Maka beliau menuangkan air ke kedua (telapak) tangannya lalu mencuci
keduanya sebanyak dua kali atau tiga kali, kemudian beliau menuangkan air
dengan tangan kanannya ke tangan kirinya lalu mencuci kemaluannya dan
bagian yang terkena kotoran, kemudian beliau menggosokkan tangannya ke
lantai atau ke dinding sebanyak dua kali atau tiga kali. Kemudian beliau
berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung, kemudian beliau mencuci
wajahnya dan kedua lengannya (tangannya sampai siku), kemudian beliau
menyiram kepalanya sebanyak tiga kali kemudian menuangkan air ke seluruh
tubuhnya. Kemudian beliau bergeser dari tempatnya lalu mencuci kedua
kakinya. Maimunah berkata, Lalu saya membawakan sepotong kain kepada
beliau (sebagai handuk) tapi beliau tidak menghendakinya lalu beliau mengusap
air dari badannya dengan tangannya. (Diriwayatkan juga yang semisalnya oleh
Muslim no. 723)
Kesimpulan cara yang kedua:
1. Menuangkan air ke kedua telapak tangannya lalu mencuci keduanya sebanyak
dua atau tiga kali.
2. Mengambil air dengan tangan kanannya lalu menuangkannya ke tangan kirinya,
lalu beliau mencuci kemaluannya dengan tangan kirinya dan juga mencuci bagian
tubuh yang terkena kotoran (madzi atau mani).
3. Menggosokkan tangan kirinya itu ke lantai atau dinding atau tanah untuk
membersihkannya, sebanyak dua atau tiga kali.
4. Berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung lalu mengeluarkannya.
5. Mencuci wajah lalu mencuci kedua tangan sampai ke siku.
6. Lalu menyiram kepala sebanyak tiga kali siraman.
7. Menyiram seluruh bagian tubuh yang belum terkena air.
8. Bergeser dari tempatnya berdiri lalu mencuci kedua kaki.
Inilah dua kaifiat mandi junub sempurna yang setiap muslim hendaknya
mengerjakan keduanya secara bergantian pada waktu yang berbeda, terkadang
79 | P a g e
mandi junub dengan kaifiat Aisyah dan pada kesempatan lain dengan kaifiat
Maimunah, wallahu alam.
Berikut beberapa permasalahan dalam mandi junub yang tidak tersebut pada
kedua hadits di atas:
1. Wajibnya niat dan tempatnya didalam hati.
Karena niat adalah syarat sahnya seluruh ibadah, sebagaimana dalam hadits Umar
bin Al-Khaththab yang masyhur, Sesungguhnya setiap amalan -syah atau
tidaknya- tergantung dengan niatnya. (HR. Al-Bukhari no. 1 dan 54 dan Muslim
no. 1907)
2.Hukum membaca basmalah.
Tidak disebutkan dalam satu nash pun adanya bacaan basamalah dalam mandi
junub, karenanya kami berpendapat tidak adanya bacaan basmalah di awal mandi
junub. Kecuali kalau dia membaca bismillah untuk gerakan wudhu yang ada di
tengah-tengah kaifiat mandi, maka itu kembalinya kepada hukum membaca
basmalah di awal wudhu. Dan telah kami bahas pada beberapa edisi yang telah
berlalu bahwa hukumnya adalah sunnah.
3. Diharamkan seorang yang mandi junub untuk menceburkan dirinya ke dalam
air yang diam seperti kolam dan sejenisnya. Berdasarkan hadits Abu Hurairah
secara marfu, Janganlah salah seorang di antara kalian mandi di dalam air
yang diam sementara dia junub. (HR. Muslim no. 283)
4. Disunnahkan untuk memulai dengan anggota tubuh bagian kanan. Aisyah
berkata, Kami (istri-istri Nabi) jika salah seorang di antara kami junub, maka
dia mengambil air dengan kedua tangannya lalu meletakkannya di atas
kepalanya. Salah satu tangannya menuangkan air ke bagian kepalanya yang
kanan dan tangannya yang lainnya di atas bagian kepalanya yang kiri. Dia
melakukan itu sebanyak tiga kali. (HR. Al-Bukhari no. 277)
80 | P a g e
81 | P a g e
Adapun mandi junub dengan mandi jumat, maka boleh digabungkan. Berdasarkan
hadits Aisyah secara marfu, Barangsiapa yang mandi pada hari jumat maka
hendaknya dia mandi dengan cara mandi junub. (HR. Ahmad)
Para ulama menerangkan bahwa pengamalan hadits di atas bisa dengan dua cara:
a. Apakah dia sengaja membuat dirinya junub yaitu dengan berhubungan dengan
istrinya pada hari jumat, agar dia bisa mandi junub pada hari itu.
b. Ataukah dia mandi jumat dengan kaifiat mandi junub, walaupun dia tidak
dalam keadaan junub, wallahu alam.
9. Dimakruhkan untuk berlebih-lebihan (boros) dalam menggunakan air, baik
dalam wudhu maupun dalam mandi junub. Ini berdasarkan dalil umum yang
melarang untuk tabdzir (boros) dan berlebih-lebihan dalam segala sesuatu.
10. Cara mandi bersih dari haid/nifas sama dengan mandi junub kecuali dalam
dua hal:
a. Disunnahkan setelah mandi untuk menggosok kemaluan dan yang bagian
terkena darah dengan kapas atau yang semacamnya yang telah diolesi dengan
minyak wangi. Ini untuk membersihkan dan mensucikan dari bau yang kurang
sedap.
Hal ini berdasarkan hadits Aisyah secara marfu, Salah seorang di antara kalian
(wanita haid) mengambil air yang dicampur dengan daun bidara lalu dia bersuci
dan memperbaiki bersucinya. Kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya
seraya menggosoknya dengan gosokan yang kuat sampai air masuk ke akar-akar
rambutnya, kemudian dia menyiram seluruh tubuhnya dengan air. Kemudian dia
mengambil secarik kain yang telah dibaluri dengan minyak misk lalu dia
berbersih darinya. Aisyah berkata, Dia mengoleskannya ke bekas-bekas
darah. (HR. Muslim no. 332 dari Aisyah)
b. Disunnahkan mandi dengan air dan daun bidara sebagaimana dalam hadits di
atas.
Wallahu alam bishshawab
82 | P a g e
83 | P a g e
84 | P a g e
sedangkan kamu tidak mendapatkan air, maka bertayammumlah kamu dengan
debu yang baik (suci)(QS An-nisa:43)
Syarat tayamum :
Tayamum memiliki beberapa syarat, diantaranya:
Tidak bisa menggunakan air, baik karea airnya tidak ada atau berbahaya jika
menggunakannya. Menurut tinjauan yang benar, bahwa tayamum merupakan
cabang, sedangkan bersuci dengan air adalah pokok. Tidak boleh menjalankan
cabang bila masih memungkinkan adanya pokok.
Hudzaifah
yang
seakan membatasi
tayammum
dengan
87 | P a g e
Boleh bertayamum dengan seluruh bagian bumi berdasarkan sbda beliau Tanah
adalah media bersuci seorang muslim. Tanpa adanya batasan.
Kapan pun seseorang tidak bisa menggunakan air meskipun dalam jangka waktu
yang lama, maka ia boleh bertayamum. Bolehnya menggunakan mubalaghah
(hiperbola) dalam perkataan. Batalnya bersuci dengan tayamum dengan adanya
air berdasarkan hal ini maka jika seseorang telah bertayamum untuk
menghilangkan junub kemudian menemukan air, maka ia wajib mandi.
Wajib menghilangkan penhalang pada anggota yang disucikan
menemukan air, maka tidak ada kewajiban baginya untuk mengulangi shalatnya.
Ada tiga gambaran mengenai masalah ini:
a. Mendapatkan air setelah keluar waktu shalat, maka tidak perlu mengulangi
shalat, semua satu pendapat
b. Mendapatkan air setelah shalat dan waktunya masih tersisa
c. Mendapatkan air pada waktu melakukan shalat, misalnya orang itu
memiliki teman yang kemudian mendatangkan air padanya, atau turun
hujan ditengah melakukan shalat sehingga mendapatkan air
89 | P a g e
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu tentang firman Allah (Dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan) beliau mengatakan: "Apabila seseorang mengalami lukaluka di jalan Allah atau terserang penyakit kudis lalu ia junub tetapi dia takut
akan mati jika dia mandi maka bolehlah baginya bertayammum." (Hadits
Riwayat Ad-Daruquthni secara mauquf marfu' menurut Al-Bazzar dan
shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Hakim)
Perkataannya, Hadits riwayat Ad-Daruquthni secara mauquf marfu'
menurut Al-Bazzar dan shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Hakim. Yang
shahih adalah mauquf dan bahwasanya riwayat tersebut berasal dari penafsiran
Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma terhadap ayat yang dimaksud.
Beberapa kandungan dari Atsar ini:
1. Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berpendapat bahwa sakit yang
dimaksud dalam ayat adalah sakit lantaran terluka karena jihad dijalan
Allah atau selainnya. Akan tetapi Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma
menambahkan, ketika orang itu khawatir terjadi kematian. Dalam dua
perkara itu terdapat hal yang perlu dikaji.
Pertama: Kita katakan bahwa ini adalah sekedar contoh, yaitu, Apabila
seseorang terkena luka dijalan Allah. Maksudnya bukanlah takhshish
(pengkhususan).
Demikian juga perkataannya, Dan merasa khawatir akan meninggal, ini
juga pernyataan sebagai contoh saja, bukan sebagai batasan. Karena Ibnu
Abbas Radhiyallahu Anhuma tentu mengetahui hukum semacam ini yang
telah tersebar musibahnya.
2. Orang yang terkena luka dan merasa khawatir apabila luka tersebut
dibasuh maka akan membahayakan nyawanya, atau kurang dari itu maka
ia boleh bertayamum. Ini diambil dari keumuman firman Allah SWT.
Dan jika kamu sakit, juga diambil dari firman Allah SWT.
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kseanggupanmu. (QS.
At-Taghabun: 16). Dan firman-Nya,
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. (QS An-Nisa: 29)
90 | P a g e
92 | P a g e
dapat dikatakan bahwa hadits ini dhaif dan tidak bisa diamalkan, sehingga
bertayamum untuk suatu shalat dan kesuciannya masih terjaga (masih dalam
keadaan suci), bila telah memasuki waktu yang kedua. Yang demikian telah
ditetapkan diawal Kitab At-Tayammum dan telah diterangkan bahwa tayamum
bersifat mensucikan dan bisa mengangkat hadats sampai hilang sebab
diperbolehkannya. Entah dengan mendapatkan air jika tayamumnya karena tidak
memiliki air, atau hilangnya udzur jika bertayamum karena udzur, inilah yang
shahih.
HAID
Haid dari segi bahasa adalah sesuatu yang mengalir. Sedangkan secara
istilah artinya mengalirnya darah yang biasa dikeluarkan dari rahim ketika baligh.
Allah SWT menciptakannya sebagai makanan untuk anak. Darah haid adalah
suatu hal yang telah Allah tetapkan untuk para wanita anak cucu Adam, sejak
Allah menciptakan mereka, hingga hari ini dan sampai hari Kiamat. Karena
barupa darah biasa maka umumnya tidak tidak menimbulkan bahaya bagi wanita
meskipun keluar dalam jumlah banyak, hanya saja diiringi dengan rasa lemas
sedikit. Namun jika bukan berupa darah biasa nisaya akan menimbulkan
mudharat yang banyak, karena keluar dengan melimpah.
Itu adalah sebuah kebiasaan, umumnya terjadi pada setiap bulan. Dan
jumlah hari yang banyak terjadi adalah enam atau tujuh hari. Terkadang seorang
wanita tidak menemui haid selama 2 bulan, terkadang mengalami haid selama
sepuluh hari atau selama lima hari. Yakni terkadang kurang dan terkadang lebih,
bahkan terkadang adapula yang tidak mendapatkan haid selama tiga atau empat
bulan. Begitu datang maka satu bulan penuh haid itu mengalir. Ini fakta yang
benar-benar bisa terjadi pada wanita bahkan sebagian wanita ada yang tidak
mengalami haid setiap bulan, tidak juga bulan kedua, ketiga atau keempat. Begitu
memasuki bulan kelima wanita itu mengalami haid selama satu bulan penuh.
Sepertinya Wallahu Alam, darah itu dikumpulkan dan dikeluarkan dalam waktu
lama.
94 | P a g e
Darah haid biasa terjadi pada wanita yang sudah baligh, dan tidak
mungkin terjadi pada wanita yang masih kecil kecuali dengan jumlah yang sangat
jarang terjadi.
Darah haid memiliki cici-ciri sebagai berikut:
1. Warna :
hitam pekat
2. Bentuk :
tebal dan berat
3. Bau
:
anyir.
Dalam sebuah hadits dari Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam,
Sesungguhnya darah haid adalah darah yang berwarna hitam lagu maruf
(bau).
Tentang masalah haid terdapat hukum-hukum yang banyak sekali, berupa
hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan ibadah, hukum-hukum yang
berkaitan dengan muamalah, seperti hukum kedewasaannya dan pemberian
hartanya apabila dalam pemeliharaan, kemudian hukum-hukum kepribadian,
seperti akad pernikahan, selesai masa Iddah dan lain-lain.
HUKUM-HUKUM MUSTAHADHAH (WANITA YANG TERKENA
ISTIHADHAH ATAU DARAH PENYAKIT)
Dari Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata Fathimah binti Abu Hubaisy terkena
penyakit Istihadhah, mak Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda
kepadanya, Sseungguhnya darah haid adalah darah yang berwarna hitam lagi
diketahui, jika hal itu ada padamu maka janganlah engkau melakukan shalat,
namun jika ternyata berupa lainnya maka berwudhulah dan laksanakanlah
shalat. (Hadits riwayat Abu Dawud, An-Naai, dishahihkan oleh Ibnu
Hibban dan Al-Hakim)
Istihadhah adalah mengalirnya darah pada wanita secara terus-menerus
lebih dari satu bulan. Sebagian ulama membatasi haid dengan waktu lima belas
hari dan selebihnya disebut Istihadhah.
Darah Istihadhah memiliki ciri atau tanda-tanda yang bertentangan dengan
darah haid. Contoh, jika darah haid memiliki bau yang tidak sedap, maka darah
Istihadhah tidak memiliki bau. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW bersabda,
Sesungguhnya itu hanyalah darah Irq, sebagaimana darah-darah lainnya.
95 | P a g e
96 | P a g e
melemparkan perasaan was-was pada hati dengan was-was yang buruk lagi
hina. Tetapi dalam hadits ini, adalah penguasaan secara hissi (bis dirasakan
secara lahir). Karena keberadaan darah yang ditendang oleh setan
menunjukkan
bahwa
setan
memberikan
pengaruh,
dan
memang
demikianlah. Oleh karena itu, apabila seorang anak dilahirkan maka setan
akan menusuk bayi tersebut pada lambungnya sehingga anak tersebut
menangis ketika dilahirkan.
5. Rujukan wanita mustahadhah kepada kebiasaan kaum wanita, berdasarkan
sabda Nabi Muhammad SAW, Sebagaimana yang dilakukan para wanita
haid. Tetapi ini berlaku bagi wanita mustahadhah yang tidak meimiliki
hari-hari kebiasaan haid dan tidak bisa pula dibedakan.
MANDI SETELAH HAID SELESAI BAGI WANITA YANG ISTIHADHAH
Dari Aisyah Radhiyalallahu Anha, bahwa Ummu Habibah binti Jahsy pernah
mengeluhkan darahnya kepada Nabi Muhammad SAW, maka beliau bersabda,
Maka dia selelu mandi setiap hendak melakukan shalat. (Hadits riwayat
Muslim)
Perkataan Bahwa Ummu Habibah binti Jahsy. Sedangkan hadits
sebelum ini disebutkan Hamnah binti Jahsy dan Zainab binti Jahsy. Mereka adalah
tiga bersaudara, sedangkan yang menjadi salah satu istri Nabi adalah Zainab binti
Jahsy, sehingga ia menjadi Ummul Mukminin.
Beberapa Kandungan Hadits:
1. Bisa saja seorang mengatakan bahwa istihadhah merupakan penyakit
warisan, karena dua saudara perempuan itu sama-sama terkena istihadhah,
kemungkinan ini terjadi dengan sebab keturunan.
2. Permintaan fatwa berkenaan dengan suatu yang menyakitkan disebut
syakwa, karena hadits ini menyebutkan Mengeluhlah kepada Rasulullah
Shalallahu Alaihi wa Sallam.
3. Mengeluh kepada makhluk
diperbolehkan
dengan
syarat
tidak
5. Haid menghalangi wanita untuk shalat, puasa dan hal-hal lain yang berlaku
untuknya.
6. Wanita haid yang memiliki hari-hari kebiasaannya maka rujukannya adalah
hari-hari kebiasaan itu, baik ia memiiki perbedaan maupun tidak.
7. Jika kebiasaan pada wanita mustahadhah yang memiliki kebiasaan haid
telah genap (habis) maka ia wajib mandi, karena ia telah suci.
8. Diperbolehkan seseorang berjihad dalam beberapa ibadah, berdasarkan
perkataannya, Maka ia mandi.
9. Tidak wajib bagi wanita mustahadhah mandi untuk setiap shalat karena
mandi tersebut merupakan perbuatan dan ijtihad Ummu Habibah.
mereka
akan
menggunting
baju
tersebutdan
tidak
mau
2. Bolehnya bercumbu rayu dengan istri yang sedang haid dalam segala hal
kecuali jima. Dengan ini, maka diperbolehkan bagi suami untuk
mencium, memeluk dan menjimanya diantara dua pahanya. Semua
diperbolehkan kecuali jima.
3. Apabila islam telah menetapkan bagi kaum wanita apabila haid maka tidak
boleh shalat dan tidak boleh puasa.
4. Wanita haid tidak boleh shalat wajib maupun nafilah, tidak puasa nafilah
maupun wajib. Sisi alasannya karena bersifat mutlak dan sesuatu jika
bersifat mutlak maka tidak boleh dibatasi.
WANITA HAID SAH MELAKUKAN SEGALA AKTIFITAS HAJI SELAIN
THAWAF
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata, Manakala kami sampai di Sarif aku
terkena haid, maka Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
Lakukanlah apa yang dilakukan oleh orang yang menunaikan haji, hanya saja
engkau tidak boleh thawaf hingga engkau suci. (Muttafaq Alaih dalam hadits
yang panjang)
Beberapa Kandungan Hadits:
1. Diperbolehkan memasukkan haji kepada umrah ketika mengalami udzur
untuk menyempurnakannya. Karena Aisyah Radhiyallahu Anha dianjurkan
oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam dengan diperbolehkannya
memasukkan haji kepada umrah, sebab Nabi bersabda kepadanya,
Jadikanlah ia sebagai umrah.
2. Haji Qiran pelaksanaannya, seperti pelaksanaan Haji Ifrad; karena
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam tidak menyuruhnya untuk Thafaw
dua kali dan Sai dua kali, tetapi mengatakan, Lakukanlah sebagaimana
yang dilakukan orang haji. Inilah pendapat yang rajih bahwa Haji Qiran
seperti Haji Ifrad dalam pelaksanaan amalan-amalan haji, sehingga tidak
perlu melakukan dua kali thawaf dan dua kali sai.
3. Semua manasik tidak disyaratkan adanya kesucian, seperti sai, wukuf,
mabit, dan lempar jumrah, namun tentu yang lebih utama adalah
melakukannya dalam keadaan suci.
4. Diantara faidah sabda Rasulullah
Shalallahu
Alaihi
wa
Sallam,
Sesungguhnya ini adalah sesuatu yang telah Allah tetapkan untuk para
wanita anak cucu Adam.
101 | P a g e
5. Bisa juga diambil dari faidah kalimat ini, bahwa haid adalah darah biasa,
bukan darah hukuman, sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama,
bahwa itu adalah hukuman yang ditimpakan kepada wanita Bani Israil.
6. Faidah lainnya, bahwa iman bisa bertambah dan berkurang. Inilah pendapat
Ahlu Sunnah wal jamaah, bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang.
Bertambahnya iman bisa dilihat dari tiga sisi yaitu sisi keyakinan, perkataan
dan perbuatan.
APA SAJA YANG HALAL BAGI SUAMI TERHADAP ISTRINYA YANG
HAID
Dari Muadz bin Jabal Radhiyallahu Anhu bahwa ia pernah bertanya kepada
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, Apa saja yang dihalalkan untuk lakilaki kepada istrinya yang sedang haid? Beliau menjawab, Yang berada diatas
sarung. (Hadits riwayat Abu Dawud dan ia melemahkannya)
Yang dimaksud dengan Yang berada diatas sarung. Yakni, sesuatu yang
antara pusar dan lutut maka tidak boleh dinikmati, atau tidak halal baginya.
Sedangkan sesuatu yang diatasnya atau dibawahnya maka tidak mengapa.
APA SAJA YANG DIHARAMKAN BAGI WANITA NIFAS
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu Anha, ia berkata, Para wanita yang terkena
nifas pada zaman Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam biasa duduk setelah nifasnya
selama 40 hari. (Hadits riwayat lima imam kecuali An-Nasai)
Nifas adalah darah yang keluar pada saat melahirkan, atau dua-tiga hari
sebelum melahirkan disertai dengan rasa sakit. Adapun air ketuban yang keluar
maka itu bukan nifas. Demikian juga sesuatu yang keluar sebelum melahirkan
tanpa diiringi rasa sakit maka ini juga bukan nifas.
Jadi darah yang keluar sebelum melahirkan bukanlah nifas kecuali jika
darah itu keluar dua atau tiga hari sebelum melahirkan dan diiringi dengan rasa
sakit. Kemudian air yang keluar sebelum melahirkan meskipun diiringi rasa sakit
maka itu juga bukan nifas.
102 | P a g e
103 | P a g e