Anda di halaman 1dari 104

TUGAS WAWASAN KEISLAMAN

FIQIH THAHARAH
KARANGAN: MUHAMMAD SHOLIH AL-UTSAIMIN

DISUSUN OLEH:
ATIN NURAINI (201451022)
PUTRI ANDISTIARA (201451463)
TRISTI ANNISA ROSYIDAH (201451202)
VINDY ARISANTI (201451205)
WINDI ASTUTI MAYA HAPSARI (201451212)

FAKULTAS: TEKNOLOGI
JURUSAN: FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL


Jln. Raya Al-Kamal No.2 Kedoya , Kebon Jeruk - Jakarta Barat
11520
0 | Page

AIR

Air merupakan permata yang mengalir. Sesuatu yang sangat mudah untuk
didapatkan dan pada saat dibutuhkan menjelma menjadi sesuatu yang sangat
mahal. Para ulama mengatakan bahwa jika seseorang menumpahkan satu panci air
di suatu daerah, yang mana harga satu panci air di daerah itu adalah lima ratus
dirham, sedangkan harga air didaerahnya hanya dua dirham maka seseorang
tersebut harus mengganti dengan harga lima ratus dirham, senilai dengan harga air
di daerah yang ia tumpahkan.
Selama air bisa didapatkan, maka tidak ada cara bersuci dari hadast kecuali
dengan air tersebut, baik untuk berwudhu atau mandi
Allah berfirman :
(43)
Sedangkan kamu tidak mendapat air. (Q.S An-Nisa': 43)
Allah SWT menjadikan air sebagai alat untuk thaharah (bersuci), thaharah dari
najis dapat dilakukan denga air atau yang lainnya. Setiap apa saja yang dapat
menghilangkan najis, termasuk ke dalam sesuatu yang mensucikan baik berupa
air, bensin ataupun jenis lainnya yang dapat menghilangkan najis.Setiap air yang
jatuh dari langit dan bersumber dari bumi merupakan air yang suci baik dalam
jangka waktu yang lama taupun baru, seseorang diperbolehkan untuk bersuci
dengan air tersebut.

SUCINYA AIR LAUT DAN KEHALALAN BANGKAINYA


:

:

1 | Page

Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Telah bersabda Rasulullah


Shallallahu alaihi wa sallam tentang (hukum) air laut: Air laut itu suci, (dan)
halal bangkainya. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidziyy, Nasaa-i, Ibnu
Majah, dan Ibnu Abi Syaibah, dan ini merupakan lafazhnya, dan telah dishahihkan
oleh Ibnu Khuzaimah, dan Tirmidziyy dan telah diriwayatkan pula oleh Malik,
Syafii dan Ahmad).
Air laut mengambil tiga perempat bagian wilayah bumi. Allah Ta'ala
menjadikannya asin dan dapat menerima apapun, sehingga apapu yang masuk
didalamnya akan larut. Jika air laut tawar maka semua bangkai yang terkandung
didalamnya akan membuat air laut busuk. Hal ini juga akan mempengaruhi
kondisi udara dan angin, sehingga akan membuat manusia binasa. Rasulullah
bersabda bahwa air laut dan segala yang ada didalamnya termasuk bangkai yang
berasal dari laut adalah halal, oleh karena itu air laut dapat dijadikan alat untuk
bersuci.
Kandungan Hadits :
1. Semangat para sahabat Radhiyallahu Anhum dalam mencari ilmu
2. Air laut itu suci tanpa ada pengecualian sama sekali, kecuali jika masuk
dalam batasan yang dijelaskan dalam beberapa hadis, jika air tersebut
berubah disebakan oleh sesuatu yang najis , jika permukaannya dipenuhi
oleh kotoran, minyak, bensin dan sejenisnya air tersebut akan tetap suci,
karena hal tersebut dtidak merubah kondisinya.
3. Keindahan cara Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dalam mendidik
dan memberikan jawaban, Beliau selalu mengembalikan sesuatu kepada
hal hal yang lengkap dan global
4. Diperbolehkannya memberikan jawaban yang luas dari sebuah pertanyaan,
jika memang diperlukan.
5. Terdapat penjelasan bahwa air itu jika berubah lantaran menggenang
dalam suatu tempat maka tidak apa apa. Air yang berubah karen
keberadaannya yang lama dalam suatu tempat tertentu, maka tidak
2 | Page

berpengaruh apa apa tetap dianggap suci.


6. Hadis tersebut juga mengisyaratkan bahwa bangkai hewan darat itu haran,
dijelaskan juga dalam surah Al An'am ayat 145 :


7. Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku,

sesuatu

yang

diharamkan

bagi

orang

yang

hendak

memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang


mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau
binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam
keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang"
8. Bahwa semua ikan dan paus itu halal. Setiap apa yang ada di laut, baik
ikan atau paus itu halal dan suci. Dalam at diartikan bahwa semua yang
halal itu suci, tapi tidak semua yang suci itu halal.
9. Terdapat pengecualian firma Allah Ta'ala , namun di dalam surat Al
Maidah ayat 96 dijelaskan bahwa apa apa yang berasal dari laut walaupaun
dalam kondisi sudah menjadi bangkai dihalalkan.
10. Jika air berubah lantaran ada ikan yang mati, maka airlaut tersebut akan
tetap suci.
11. Hadis tersebut adalah hadis yang shahih, karena mengandung lima syarat
di dalamnya.

3 | Page

AIR ITU SUCI DAN TIDAK ADA YANG MENJADIKANNYA NAJIS (1)

Sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id
Al-Khudri, "Sesungguhnya air itu suci. Tidak ada sesuatu pun yang membuatnya
najis." (HR. Abu Dawud: 61, At-Tirmidzi: 66, An-Nasa'i: 277, Ahmad: 3/15 dan
dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa: 1/45)
kandungan hadits :
1. Air itu suci dan mensucikan dari segala najis, baik bersuci dari hadast
ataupun kotoran
2. Hukum asal yang ada pada air itu sesungguhnya suci.
3. Air yang berubah karena sesuatu yang suci akan tetap menjadi suci.
4. Air yang telah digunakan oleh orang yang baru bangun dari tidur malam
tetap suci.
5. Diperbolehkan mengkhususkan keumuman hadis dengan ijma' atau
kesepakatan ulama

AIR ITU SUCI DAN TIDAK ADA SESUATU YANG MENJADIKANNYA


NAJIS (2)
Hadits :
Dari Abu Umamah Al-Bahili Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Sesungguhnya tidak ada yang dapat
membuat air menjadi najis, kecuali jika sesuatu itu membuat bau, rasa dan warna
air berubah.(HR. Ibnu Majah dan dilemahkan oleh Abu Hatim)
Kandungan Hadits :
1. Air itu pada dasarnya suci dan tidak dapat dihukumi oleh najis, kecuali ada
pwrubahan yang terjadi

4 | Page

2. Pembatasan diberikan jika rasa, warna atau baunya berubah.


3. Dalil yang berasal dari Al-Quran dan Hadis merupakan satu kesatuan,
karena saling melengkapi
4. Jika air megalami perubahan rasa, warna atau bau, dengan perubahan yang
nyata atau gamblang maka air tersebut berubah dari suci menjadi najis.
5. Air hanya terbagi dalam dua bagian, suci dan najis, tidak ada bagian yang
ketiga setelahnya.
Beberapa kaidah yang dapat disimpulkan
1. Air terbagi dalam dua bagian, tidak ada bagian ketiga.
2. air tidak akan menjadi najis, kecuali mengalami perubahan.
3. Jika salah satu sifat air mengalami perubahan, dengan sesuatu yang najis
maka otomatis air akan berubah menjadi najis.
4. Najis yang memberikan pengaruh untuk air dalah najis yang masuk
kedalam air tersebut.
5. Air asalanya adalah suci, yang membuatnya menjadi najis adalah najis
yang masuk didalamnya.
Kaidah dalam mensucikan air yang telah terkena najis adalah, jika najis itu telah
hilang dengan cara bagaimananpun, atau hilang dengan sendirinya, maka air
tersebut menjadi suci dan dapat digunakanuntuk mensucikan dari semua hadast
dan najis.

JIKA AIR ITU DUA QULLAH


Hadits :
Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma, ia berkata, Rasullullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, jika air itu mencapai ukuran dua qullah,
maka tidak akan terpengaruh dengan sesuatu yang kotor. Dalam lafazd yang lain,
Tidak akan menjadi nais. (Dikeluarka oleh empat Imam dandishahihkan oleh
Ibnu Khuzaimah, Al Hakim dan Ibnu Hibban)
5 | Page

Penjelasan :
1. Jika air yang mencapai 2 qullah tidak menjadi kotor atau najis hadis
tersebut dapat berlaku secara umum, ijma ulama mengatakan bahwa hal ini
tidak berlaku secara umum. Ulama sudah bersepakat jika air itu berubah
karena sesuatu yang najis maka air itu akan menjadi najis pula.
2. Petunjuk yang ada di dalam hadis Umamah mengatakan bahwa air itu
tidak akan menjadi najis, selama tidak mengalami perubahan.

LARANGAN MANDI DI AIR YANG DIAM (MENGGENANG)


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah Shall Alaihi wa
Sallam bersabda, Janganlah di antara kalian mandi di air yang menggenang,
sedangkan ia dalam keadaan junub. (Riwayat Muslim)
Kandungan Hadits :
1. Syariat islam memperhatikan kesehatan, jika seseorang mandi junub dir
yang menggenang maka air tersebut akan berubah menjadi kotor.
2. Syariat yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW sangat lengkap,
mencangkup semua hal yang mengandung kebaikan untuk manusia, baik
di akhirat maupun di dunia.
3. Pengharaman atau makruhnya mani di air yang menggenang, dalam
keadaan junub.
4. Bolehnya mandi di air yang tidak menggenang.
5. Mandi di air yang menggenang untuk orang yang tudak junub
diperbolehkan.
6. Junub adalah sesuatu yang mengharuskan untuk mandi, disebabkan oleh
hubungan suami istri atau keluarnya air mani.
Menurut riwayat Al- Bukhari , Janganlah salah seorang diantara kalian itu
kencing di dalam air yang menngenangyang tidak mengalir kemudian mandi air
tersebut.
6 | Page

Hadis ini mencakup dua masalah, yang mana setiap satu masalah berdiri sendiri
terpisah dari yang lain :
1. Larangan untuk buang air kecil di air yang menggenang.
2. Larangan untuk mandi di air menngenang yang tidak mengalir.
Kandungan Hadis :
1. Syariat islam mengajarkan kebersihan dan menjauhi kotoran atau sampah.
2. Tidak diperbolehkan bagi siapapun untuk mandi di aier yang menngenang,
apalagi dia dalam keadaan junub.
3. Diperbolehkan untuk mandi di air yang menggenang, dengan tujuan untuk
mendinginkan atau membersihkan badan.
4. Diperbolehkan untuk mandi di air yang mengalir baik dalam keadaan
junub atau tidak.
5. Pengharaman untuk buang air besar maupun kecil di air yang
menggenang.
6. Larangan untuk mandi di air yang menngenang baik dalam keadaan junub
ataupun tidak.
7. Larangan untuk buang air kecil di air yang menggenang kemudian mandi
di dalamnya.
Kesimpulan :
1. Tidak boleh buang air kecil di air yang menggenang yang tida mengalir,
kecuali di sungai dan danau yang besar dan sejenisnya.
2. Tidak diperbolehkan buang air kecil di air yang menggenang kemudian
mandi, karena kotor.

7 | Page

ISTRI MANDI DENGAN SISA AIR MANDI SUAMI DAN SUAMI MANDI
DENGAN SISA MANDI ISTRI (1)
Dari seorang laki-laki yang menyertai Nabi SAW, ia berkata : Rasulullah SAW
melarang istri untuk mandi untuk menggunakan sisa air yang digunakan suami,
atau suami dengan menggunakan sisa air yang digunakan istri. Hendaknya mereka
berdua mengambil air secara bersama sama.(Dikeluarka oleh Abu Dawud dan
An-Nasa'i dengan sanad yang shahih)
Kandungan hadits:
1. Petunjuk Nabi Muhammad SAW dan juga etika yang sangat agung. Lebih
utama bila pasangan suami istri mandi bersama dan mengambil air dari
bejana yang sama
2. Petunjuk Nabi Muhammad SAW mencangkup seluruh hal yang berkaitan
dengan manusia, bahkan untuk masalah masalah yang terkadang malu
untuk dibicarakan.
3. Diperbolehkan untuk pasangan suami istri untuk melihat satu sama lain
tidak ada batasan aurat.
4. Untuk menumbuhkan rasa kasih sayang antara suami dan istri.

ISTRI MANDI DENGAN SISA AIR MANDI SUAMI DAN SUAMI MANDI
DENGAN SISA AIR MANDI ISTRI (2)
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam dahulu mandi dengan menggunakan sisa air yang digunakan oleh
Maimunah Radhiyallahu Anha. (Diriwayatkan oleh Muslim)
Syarah hadits :
Merupakan hadits yang berlawanan dengan hadits sebelumnya.
Kandungan hadits :
8 | Page

1. Petunjuk bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki lebih dari satu istri,
namun bukan untuk bersenang senang dan memuaskan syahwat semata
terbukti dari istri istri beliau yang semuanya janda kecuali Aisyah
Radhiyallahu Anha.
2. Para istri Rasullullah SAW merupakan penyebar ilmu pada segenap umat,
karena mereka mengetahui segala sesuatu tentang Rasullullah SAW.
3. Diperbolehkan menyampaikan sesuatu yang dianggap tabu, demi untuk
menyebarkan ilmu.
4. Hal ini tidak termasuk dalam kategori larangan untuk menyebarkan rahasia
yang terjadi antar suami istri.
5. Sikap rendah hati Nabi Muhammad SAW.

ISTRI MANDI DENGAN SISA AIR MANDI SUAMI DAN SUAMI MANDI
DENGAN SISA AIR MANDI ISTRI (3)
Dan seperti diriwayatkan oleh para penulis kitab As-Sunan, sebagian istri-istri
Nabi Muhammad SAW mandi dengan menggunakan bejana besar, kemudian Nabi
Muhammad SAW datang untuk mandi dari air yang sama, maka istri beliau
berkata, Sesungguhnya aku dalam keadaan junub. Maka beliau bersabda,
Sesungguhnya air itu tidak membuat junub.
Kandungan hadits :
1. Air tidak akan terpengaruh dan berubah dari suci menjadi najis jika
digunakan mandi oleh orang yang sedang junub. Akan tetapi jika
seseorang bangun dari tidur orang tersebut tidak diperbolehkan untuk
memasukkan tangannya ke dalam bejana air, sampai dia mencuci
tangannya sebanyak tiga kali cucian.
2. Memberikan ungkapan yang singkat sesuai dengan alasan
3. Seorang suami diperbolehkan untuk mandi dengan sisa air yang telah
dipergunakan bersuci oleh istrinya.
4. Mandinya orang junub dengan menggunakan air yang sedikit tidak
9 | Page

menyebabkan air berubah menjadi tidak suci.


5. Keindahan metode pengajaran yang dilakukan oleh Rasullullah SAW,
dimana beliau menjelaskan sebuah hukum disertai dengan penjelasan
alasannya.

NAJISNYA ANJING
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasullullah SAW bersabda,
Jika ada seekor anjing yang menjilati bejana salah seorang diantara kalian, maka
cara menyucikannya dalah hendaknya dia cuci bejana itu dengan air sebanyak
tujuh kali dengan menggunakan tanah. Diriwayatkan oleh Muslim. Dan dalam
Lafazh yang lain, Hendaknya dia menyiram bejana itu. Dan menurut riwayat
At-Tirmidzi, Yang terakhir atau yang awal ( dicampur dengan debu ).
Kandungan hadits :
1. Anjing merupakan hewan yang najis
2. Jika seekor anjing yang memburu mangsa, maka bagian mangsa yang
tersentuh mulut anjing itu harus dicuci sebanyak tujuh kali bagian
pertamanya dengan menggunakan tanah.
3. Jika seekor anjing buang air kecil di atas sesuatu, maka sesuatu itu harus
dicuci sebanyak tujuh kali, salah satunya dengan mewnggunakan tanah.
4. Penggunaan tanah pada proses pencucian najis yang disebabkan oleh
anjing merupakan sebuah keniscayaan.
5. Jika ada najis yang disebabkan oleh anjing mengenai barang lain, maka
barang tersebut harus dicuci sebanyak tujuh kali.
6. Ini berlaku untuk semua anjing.
7. Najis yang disebabkan oleh anjing itu bersifat besar.
8. Proses pencucian harus dilakukan oleh pemilik bejana yang telah dijilat
oleh anjing.
9. Anjing adalah hewan yang haram unutk dimakan.
10 | P a g e

SUCINYA KUCING DAN BEKAS AIR LIURNYA


Dari Abu Qatadah Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasullullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda (tentang masalah kucing): Bahwa kucing itu tidaklah najis, dan
sesungguhnya kucing itu termasuk hewan yang banyak berada di sekeliling kalian
semua. Dikeluarkan oleh Imam yang empat dan dishahihkan oleh Imam AtTirmidzi dan Ibu Khuzaimah.
Kandungan hadits :
1. Ketika seseorang melihat orang lain merasa heran dengan sesuatu tertentu,
maka hendaknya orang yang pertama tadi berusaha untuk menghilangkan
rasa heran yang ada pada orang yang kedua.
2. Kucing itu suci namun haram untuk dimakan, kucing suci karena ada
faidah-faidah yang mengkhususkan kucing tersebut.
3. Kucing tidak najis, namun yang keluar dari perutnya tetap najis.
4. Jika kucing meminum air maka air terbeut tidak akan berubah menjadi
najis, karena air liur dari kucing tidak najis.
5. Hukum yang berlaku bersifat umum untuk kucing yang telah memakan
sesuatu yang najis lalu meminum air, maka air tersebut menjadi tidak suci
lagi.
6. Kesusahan itu bisa membawa kemudahan, dapat dilihat dari kucing yang
dicabut dari sifat najisnya oleh Allah SWT karena kucing merupakan
hewan yang ada di sekitar manusia.
7. Najis yang sulit dihindari termasuk dalam kategori sesuatu yang
dimaafkan.
8. Tikus merupakan sesuatu yang suci.
9. Seekor hewan yang haram dimakan dan jarang dijumpai dalam kehidupan,
jika minum pada bejana air yang berada dalam bejana tersebut menjadi
najis.
10. Kasih sayang Allah Azza wa Jalla atas semua makhluk

11 | P a g e

CARA MENSUCIKAN TANAH YANG TERKENA NAJIS DENGAN


MENYIRAMKAN AIR PADANYA
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Ada seorang Arab badui
yang datang ke masjid kemudian buang air kecil di salah satu sudut masjid, maka
orang orang menhardiknya. Kemudian Nabi SAW berkata, Biarkan orang itu.
Ketika dia selesai buang air kecil, maka beliau memerintahkannya untuk
mengambil satu ember air dan menyiramkannya di atasnya ( pada bekas air
kencing itu). Muttafaqun Alaihi
kandungan hadits:
1. Kebodohan orang badui.
2. Menyucikan tanah masjid itu merupakan sesuatu yang diwajibkan.
3. Haramnya buang air kecil di dalam masjid.
4. Kewajiban untuk menginkari kemungkaran yang kita lihat.
5. Perhatian yang sangat bagus Rasullulah Shallallahu Alaihi wa Salam
berikan untuk umat ini.
6. Tanah hanya dapat disuncikan dengan air.
7. Membersihkan masjid dari najis merupakan fardhu kifayah.
8. Menggunakan kaidah yag sudah cukup populer.
9. Orang yang mengingkari kemungkaran harus menjelaskan sebab yang ada.
10. Setiap orang harus memperlakukan orang lain sesuai dengan kedudukanya
atau derajatnya.

HALALNYA IKAN, BELALANG, LIMPA DAN HATI


Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma, ia berkata, Rasulullah Shallallahu wa
Sallam bersabda, Dihalalkan bagi kita dua jenis bangkai dan dua jenis darah.
Adapun dua bangkai tersebut adalah belalang dan ikan. Sedang dua darah yang
dimaksud adalah limpa dan hati. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu
12 | P a g e

Majah, di dalam sanadnya mengandung kelemahan.


Kandungan hadits :
1. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak memiliki hak untuk menghalalkan
atau mengharamkan, kecuali atas izin Allah Ta'ala.
2. Keindahan metode yang digunakan oleh Rasullulah Shallallahu Alaihi wa
Sallam dalam menyampaikan sesuatu.
3. Bangkai belalang itu halal.
4. Semua hewan laut itu halal
5. halalnya hati meskipun berlumuran oleh darah.
6. Hukum asal untuk semua bangkai adalah haram.

JATUHNYA LALAT DALAM MAKANAN ATAU MINUMAN


Dari abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam bersabda , Jika ada seekor lalat yang masuk kedalam minuman salah
satu di antara kalian, maka hendaknya ia membenamkan lalat itu kedalamnya,
kemudian mengankatnya ( mencabutnya ). Karena sesungguhnya di salah satu
sayap lalat tersebut itu ada penyakit dan di salah datu bagian lainnya ada
obatnya. Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Abu Dawud, dan ia memberikan
tambahan, Dan sesungguhnya lalat itu berlindung dengan sayap yang
mengandung racun.
Kandungan hadits :
1. Islam merupakan agama yang unirversal, dimana islam menjelaskan
tentang penyakit-penyakit fisik dan juga penyakit-penyakit hati.
2. Lalat itu tidaklah najis, baik pada saat masih hidup atau ketika sudah mati.
3. Jika seekor lalat masuk kedalam makanan yang beku, maka tidak perlu
dicelupkan.
4. Lalat itu suci berikut dengan semua yang tidak memiliki darah.
13 | P a g e

5. Penjelasan tentang kemampuan Allah Azza wa Jalla miliki. Allah


Mahamampu untuk melakukan apa saja, terbukti dengan dijadikannya
sesuatu yang bertentangan yaitu oenyakit dan obat dalam tubuh lalat.
6. Jika air berubah warna karena lalat yang dicelupkan tersebut maka air
tidak akan berubah menjadi najis.
7. Lalat merupakan hewan yang haram untuk dimakan.
8. Secara zhahir, perintah yang ada dalam sabda Beliau.
Jika lalat yang telah dibenamkan kemudian diangkat, maka air yang tercebur lalat
tersebut layak untuk diminum.

SUCINYA APA SAJA YANG TAK MEMILIKI DARAH DAN NAJISNYA


POTONGAN SISA YANG BERNYAWA
Dari Abu Waqid Al-Laitsi Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Nabi Shallallahu Alaihi
wa Sallam bersabda, Apa-apa yang dipotong dari hewan yang masih hidup, maka
itu adalah bangkai. Diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi dan ia
menghasankannya. Lafazh ini berasal darinya.
Kandungan hadits :
1. Jika keadaan memungkinkan, maka diwajibkan bagi orang yang tahu
untuk menjelaskan hukum syar'i dalam masalah yang dilanggar oleh
masyarakat.
2. Apapun yang dipotong dari hewan yang masih hidup, hukumnya seperti
hukum bangkai hewan tersebut.
3. Semangat Nabi SAW dalam menyampaikan Islam dan memberikan
petunjuk kepada mereka.
4. Sebagian ulama Rahimahumullah membuat pengecualian dalam dua hal,
yaitu minyak kasturi dan botolnya, serta hewan buruan

14 | P a g e

BEJANA
HARAMNYA MAKAN MINUM MENGGUNAKAN BEJANA DAN PIRING
EMAS ATAU PERAK (1)
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu Anhuma, ia berkata Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Janganlah kalian minum dengan
menggunakan bejana dari emas dan perak, dan janganlah kalian semua makan
dengan menggunakan piring yang terbuat dari keduanya, karena itu semua
diberikan untuk orang orang kafir di dunia dan akan diberikan kepada kalian kelak
di akhirat. Muttafaqun Alaihi
Kandungan hadits :
1. Pengharaman bejana yang tebuat dari emas dan perak, Allah SWT tidak
memperbolehkan kita menggunakannya kecuali di di akhirat kelak
2. Tidak ada perbedaan antara bejana yang besar dan yang kecil, antara
makan yang banyak atau minum yang sedikit.
3. Keindahan metode yang di gunakan Rasullulah SAW dalam memberikan
pengajaran, dimana beliau menjelaskan alasan dari hukum yang beliau
sampaikan.
4. Diperbolehkan menggunakan bejana dari emas dan perak kecuali untuk
makan dan minum.
5. Selayaknya seseorang untuk tidak putus asa dengan perkara perkara dan
kenikmatan dunia yang hilang dari kehidupannya.
6. Kehidupan di akhirat itu akan datang dan di dalamnya ada kenikmatankenikmatan, berdasarkan sabda Nabi SAW.
7. Anjuran untuk menghibur seseorang yang kehilangan kenikmatan dunia.
8. Sudah seharusnya bagi manusia untuk menghindari segala sesuatu yang
dapat menimbulkan fitnah atau tuduhan tertentu bagi dirinya.

15 | P a g e

HARAMNYA MAKAN DAN MINUM MENGGUNAKAN BEJANA DAN


PIRING DARI EMAS ATAU PERAK (2)
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu Anha, di berkata, Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda, Siapa saja yang minum dengan menggunakan bejana
dari perak, maka sesungguhnya dia telah mengalirkan api neraka Jahannam di
dalam perutnya. Muttafaqun Alaihi
Kandungan hadits :
1. Penjelasan bahwa minum dengan menggunakan bejana yang terbuat dari
perak itu merupakan dosa besar, yang menyebabkan lahirnya ancaman
yang berat.
2. Dosa besar merupakan perkara yang berat.
3. Makan dengan menggunakan bejana perak merupakan dosa besar.
4. Meggunakan perak selain untuk bejan diperbolehkan.
5. Balasan atau pahala tergantung dari amalan.

SUCINYA KULIT DENGAN DISAMAK


Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam bersabda, Jika kulit telah disamak, maka telah suci. (Diriwayatkan
oleh Imam Muslim). Menurut riwayat Al Arba'ah, Kulit apa pun jika telah
disamak. Maksudnya Telah Suci. Dan dai Salamah bin Al Muhabbiq
Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasullulah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda
Penyamakan kulit merupakan bentuk penyuciannya. (Dishahihkan oleh Ibnu
Hibban)
Kandungan hadits :
Penyucian kulit bangkai itu dapat dilakukan dengan cara melakukan proses
penyamakan.
16 | P a g e

Dan dari Maimunah Radhiyallahu Anha, ia berkata, Pada suatu ketika Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam melihat orang orang yang menyeret bangkai domba.
Beliau bersabda, Seandainya kalian mengambil kulitnya. Mereka mengatakan,
Itu adalah bangkai domba. Maka Beliau bersabda, Itu bisa disucikan dengan
air dan samak. (Diriwayatkan Abu Dawud dan An-Nasa'i)
Kandungan hadits :
1. Semangat Nabi SAW dalam menjaga harta dan tidak menyia-nyiakannya
2. Metode yang baik yang diterapkan Rasullulah SAW dalam menyampaikan
ilmunya, dengan cara yang baik.
3. Diperbolehkannya membantah orang yang lebih alim, yang dikhawatirkan
tidak mengetahui beberapa hal, dengan tujuan untuk memperingatkan.
4. Proses penyamakan kulit dapat dilakukan dengan air dan daun akasia.

BEJANA AHLI KITAB DAN PENGGUNAANNYA (1)


Dari Abu Tsa'labah Al-Husyani Radhiyallahu Anhu, ia berkata, aku berkata,
Wahai Rasullulah, sesungguhnya kami berada di daerah ahli kitab, apakah kami
boleh makan dengan menggunakan bejana-bejana mereka? Beliau bersabda,
Janganlah engkau makan dengan menggunakannya. Kecuali jika memang
engkau sudah tidak bisa mendapatkan selainnya, maka cucilah bejana itu dan
kemudian makanlah dengan menggunakannya. (Muttafaq Alaihi)
Kandunga hadits :
1. Diperbolehkannya tinggal bersama ahli kitab.
2. Semangat para sahabat Radhiyallahu Anhum untuk bertanya mengenai
segala hal.
3. Tidak diperbolehkan untuk menggunakan bejana-bejana orang kafir,
kecuali jika kita diundang untuk makan bersama dirumah orangtersebut.
4. Semangat Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam untuk menjauhkan seorang
muslim dari orang kafir.
17 | P a g e

BEJANA AHLI KITAB DAN PENGGUNAANNYA (2)


Dari Imran bin Husain Radhiyallahu Anhu, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam dan para sahabat berwudhu dengan menggunakan geriba milik seorang
wanita musyrik. (Muttafaq Alaihi dalam hadits yang sangat panjang)
Kandungan hadits :
1. Diperbolehkannya meminta turun orang yang memilikiair dalam kondisi
darurat.
2. Bukti tentang salah satu tanda kenabian Rasullulah Shallallahu Alihi wa
Sallam, yaitu diberikannya keberkahan pada air itu.
3. Sudah selayaknya bagi orang yang menerima kebaikan, untuk membalas
kebaikan yang telah diterimanya.
4. Sucinya kulit bangkai yang telah disamak.
5. Diperbolehkannya membalas kebaikan orang kafir.
6. Diperbolehkannnya berbicara dengan wanita yang bukan mahram.
7. Tidak diperbolehkan seorang wanita untuk safar sendirian.

MENAMBAL BEJANA DENGAN PERAK


Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, bahwa gelas yang dimiliki Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam itu pecah, kemudian beliau menambal bagian yang
pecah itu dengan kawat yang terbuat dari perak. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari)
Kandungan hadits :
1. Semangat Nabi SAW dalam menjaga nilai barang yang masih dapat
digunakan.
2. Merupakan bagian-bagian dari prinsip ekonomi.
3. Rasa rendah hati yang dimiliki oleh Nabi SAW.
4. Diperbolehkannnya menggunakan kawat perak untuk mengikat bejanabejana.
18 | P a g e

5. Diperbolehkannya menyentuh perak yang ada pada bejana yang kita


gunakan untuk makan dan minum, sebagian ulama berpendapat bahwa
menyentuh kawat itu dimakruhkan.

MENGHILANGKAN NAJIS
TENTANG CARA MENGHILANGKAN NAJIS (1)
Ketika air terkena najis maka dapat disucikan dengan beberapa cara :
1. Jika perubahan yang sedang terjadi pada air telah hilang maka air dianggap
suci.
2. Air itu bisa menjadi suci karena ada sesuatu yang dimasukkan di
dalamnya, sehingga najis yang ada menjadi hilang.
3. Jika kita menganggap air itu jumlahnya banyak, kemudian bagian dari
yang telah berubah itu dihilangkan dan tersisa bagian lain yang tidak
berubah karena najis, maka bagian itu dianggap suci.

TENTANG CARA MENGHILANGKAN NAJIS (2)


Dari Anas Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam ditanya tentang khamer yang dijadikan cuka, Maka beliau bersabda,
Tidak. (Diriwayatkan Muslim dan At-Tirmidzi, dan mengatakan, hadits hasan
shahih)
Kandungan Hadits :
1. Diharamkannya Khamer.
2. Mencegah keburukan yang mungkin terjadi.
3. Kata jawaban dapat menduduki posisi kalimat.

19 | P a g e

LARANGAN MEMAKAN DAGING KELEDAI JINAK


Darinya (Anas) Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Ketika hari Khaibar, Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan Abu Thalhah, maka dia pun berseru,
Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian untuk memakan keledai
jinak, karena itu adalah hewan yang kotor. (Muttafaqun Alaihi)
Kandungan Hadits :
1. Terdapat dalil yang menunjukkan haramnya daging keledai jinak.
2. Sebaiknya sosialisasi tentang hukum-hukum syariat itu dengan cara yang
paling efektif.
3. Diperbolehkannya mewakilkan kepada orang lain dalam menyampaikan
ilmu syariat.
4. Diperbolehkannya menggunakan seorang penerjemah.
5. Penggunaan pengeras suara maupun radio dalam penyampaian khutbah.
6. Diperbolehkannya menggabungkan nama Allah dan nama Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam masalah-masalah yang berkaitan
dengan syariat, dengan menggunakan huruf wawu (dan).
7. Larangan itu pada dasarnya menunjukkan pengharaman.
8. Penyebutan kata daging jika disebutkan secara mutlak, maka mencakup
semua anggota badan.
9. Diperbolehkannya mengkonsumsi daging keledai liar.
10. Semua yang kotor itu diharamkan.
11. Semua anggota tubuh keledai itu najis.
12. Melanjutkan sesuatu yang telah diharamkan maka haram juga.
13. Keindahan Nabi SAW dalam memberikan pengajaran, dimana beliau
menyampaikan alasannya.
14. Penjelasan tentang kebijaksanaan yang ada di dalam syariat, dimana
syariat tida mengharamkan sesuatu kecuali disertai dengan penjelasan
alasannya.

20 | P a g e

SUCINYA AIR LIUR HEWAN YANG BISA DIMAKAN DANGINGNYA


Dari 'Amr bin Kharijah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Nabi Shallallahu Alaihi
wa Sallam berkhutbah kepada kami di Mina dalam keadaan duduk diatas pundak
unta beliau, sedangkan air liur unta itu mengalir di atas pundakku. (Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dan At-Tirmidzi, dan ia menshahihkannya)
Kandungan Hadits:
1. Semangat Nabi SAW untuk menyampaikan hukum-hukum syar'i melalui
khutbah dan yang lainnya.
2. Selayaknya orang yang berperan menjadi pimpinan rombongan haji untuk
berkhutbah kepada para jama'ahnya pada saat di Mina, dengan tujuan
untuk mengajarkan kepada mereka hal hal yang berkaitan dengan manasik
haji.
3. Sebaiknya khutbah berada di tempat tinggi agar, suara jelas dan
memudahkan orang yang ingin bertanya.
4. Sikap rendah hati Nabi SAW.
5. Sucinya air liur unta

PENEGASAN UCAPAN TENTANG KESUCIAN MANI DAN


KENAJISANNYA
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata Dahulu Rasullulah Shallallahu Alaihi
wa Sallam pernah mencuci mani kemudian keluar untuk melaksanakan shalat
dengan mengenakan pakaian tersebut. Dan aku melihat bekas cucian yang ada
pada pakaian itu. (Muttafaqun Alaih)
Kandungan Hadits :
1. Diperbolehkannya berterus terang dalam masalah yang tidak etis untuk
diungkapkan, karena adanya kebutuhan tertentu.
21 | P a g e

2. Keharusan untuk menghilangkan bekas air mani.


3. Mani itu tidaklah najis.
4. Bisa jadi semua yang dianggap tabu untuk dilihat, bisa dianalogikan
dengan mani. Sudah seharusnya bagi seseorang untuk menghilangkan hal
itu dari pakaian yang dia kenakan karena itu dianggap tabu bila dilihat
orang lain.
Dan menurut Imam Muslim, Dahulu aku menggosok bekas manu itu dari
pakaian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kemudian beliau melaksanakan
shalat dengan pakaian itu.
Kandungan Hadits :
1. Termasuk hubungan yang baik dalam rumah tangga adalah ketika seorang
istri itu melayani suami.
2. Diperbolehkannya menggosok bekas air mani dengan sederhana saja jika
sudah dalam keadaan kering maka tidak diwajibkan untuk mencucinya.
3. Petunjuk yang sangat jelas bahwa air mani itu suci.
4. Sifat Zuhud Nabi SAW di dunia ini.
Pada lafazh miliknya yang lain, Aku mengeriknya dari pakaian beliau dalam
keadaan kering, dengan menggunakan kuku.
Kandunga Hadits :
1. Diperbolehkannya menegaskan sesuatu dengan penegasan apapun
bentuknya.
2. Segala sesuatu yang berada di dalam tempatnya tidak bisa dihukumi
dengan najis.

22 | P a g e

MEMERCIKAN AIR UNTUK KENCING ANAK KECIL DAN MENCUCI


UNTUK KENCING ANAK PEREMPUAN
Dari Abu As-Samah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda, Air kencing anak perempuan itu dicuci, sedangkan
air kencing anak laki-laki itu diperciki air. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan
An-Nasa'i serta dishahihkan oleh Al-Hakim)
Kandungan Hadits :

Perbedaan antara perempuan dan laki-laki, diantaranya dalam masalah


syariat beberapa perbedaannya diantaranya:
Gizi yang bersumber dari asi itu lembut dan ringan, susu
mengeluarkan zat yang ringan, kemudian bertemu dengan hawa panas
dan kekuatan pencernaan dari laki-laki, maka air kencing mengandung
sedikit najis.
Ulama mengatakan bahwa air kencing anak laki-laki itu keluar dari
lubang dalam selang, sehingga air kencing lebih sulit untuk
menjaganya

Air kencing anak lelaki dan perempuan itu najis, diharuskan untuk bersuci.

Hikmah yang terkandung dalam syariat terkait pembedaan masalah.

Tinja yang dikeluarkan oleh anak laki-laki dan perempuan itu sama.

Jika anak laki-laki telah beranjak besar dan telah mengkonsumsi makanan
maka hukumya sama dengan orang baliqh.

Diperbolehkan mengatakan air kencing secara jelas.

HUKUM DARAH HAID YANG MENGENAI PAKAIAN


Dari Asma' binti Abu Bakar Radhiyallahu Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu
23 | P a g e

Alaihi wa Sallam bersabda tentang darah haid yang mengenai pakaian ,


Hendaklah dia menggosok pakaian itu, menekanekannya

dengan air,

memercikinya, kemudian shalat dengan mengenakannya. (Muttafaqun Alaih)


Kandungan Hadits :
1. Darah haid itu najis.
2. Tidak ada toleransi dalam masalah darah haid, meskipun hanya sedikit.
3. Penjelasan bahwa para sahabat Radhiyallahu Anhum memiliki beberapa
kesederhanaan dalam beberapa perkara.
4. Diwajibkan menghilangkan zat yang najis sebelum dicuci.
5. Proses bertahap dalam menghilangkan najis.
6. Seorang wanita diperbolehkan memakai pakaian bekas haid untuk shalat
selama pakaian tersebut telah dibersihkan.
7. Ketika menghilangkan najis, sebaiknya tidak memperbanyak penggunaan
air, untuk menghindari air terkena najis.
8. Najis itu tidak dapat hilang kecuali dengan air.
9. Menghilangkan najis yang ada pada pakaian untuk melaksanakan shalat
merupakan syarat sahnya shalat.
10. Yang dimaksud dengan memercikan air maksudnya dalah mencucinya
dengan air.

DITOLERIRNYA BEKAS DARAH HAID PADA PAKAIAN SETELAH


MENCUCI DAN MENGGOSOKNYA
--- Beberapa kandungan hadits
Jika warna darah masih tersisa, maka yang demikian itu tidak mengapa ; karena
yg menjadi ukuran adalah hilangnya zat darah. Adapun warna, maka tidak
mengapa.
Dengan demikian sudah lengkaplah hadits-hadits yang disebutkan penulis
rahimahullah dalam bab menghilangkan najis dan penjelasannya, sehingga kita
perlu merumuskan kesimpulan, yaitu :
24 | P a g e

1. Menurut pendapat yang paling kuat, menghilangkan najis bisa dilakukan


dengan alat apa pun dan dengan jumlah berapapun. Tidak disyaratkan
dengan jenis dan jumlah tertentu. Najis itu bisa hilang saat pertama kali
dibersihkan, saat kedua atau bahkan tidak bisa hilang kecuali pada
kesempatan yang kedua puluh. Intinya, najis itu sesuatu yang kotor dan
tempat yang terkena tidak akan menjadi suci kecuali dengan hilangnya zat
yang najis itu.
2. Apakah menghilangkan najis itu harus dengan menggunakan air ataukah
bisa dengan yang lain? Terjadi perbedaan diantara ulama dalam masalah
ini. Mayoritas ulama mengatakan bahwa proses menghilangkan najis tidak
mungkin didapatkan melainkan dengan air, kecuali pada hal-hal yang
dikecualikan, seperti istijmar ( bersuci dengan batu) ; karena najis dapat
hilang dengan istijmar.
Para ulama membagi najis menjadi tiga macam:
1. Najis Mughallazhah
Adalah najis yang disebabkan oleh anjing yang menjilati bejana.
Dibutuhkan tujuh kali cucian, salah satunya dengan tanah.
2. Najis Mukhaffafah
Adalah najisnya air kencing anak laki-laki yang belum mengonsumsi
makanan. Artinya belum makan sama sekali hal ini termasuk ringan.
Cukup diperciki dan disiram dengan air tanpa harus terlalu basah yang
menyebabkan air menetes, tanpa ditekan-tekan atau dicuci.
3. Najis Mutawasithah
Adalah apa-apa yang selain keduanya. Cara menyucikan najis ini adalah
harus dicuci sebanyak tujuh kali tanpa mengggunakan tanah.

25 | P a g e

WUDHU
WUDHU
Kata al-wadhu denngan harakat fathah artinya adalah air yang digunakan untul
berwudhu. Sedangkan al-wudhu dengan dhammah, artinya adalah perbuatan
melaksanakan wudhu. Ada banyak sekali contoh yang serupa, seperti thahuur,
thuhuur, sahuur, suhuur, wajuur, dan contoh-contoh lain dalam bahasa arab.
Al-wadhu diambil dari kata al-wadhaah yang artinya adalah keindahan, bagus
dan bersih dari kotoran atau hal-hal yang mengganggu.
Adapun menurut syariat, artinya adalah beribadah kepada Allah Azza wa Jalla
dengan menyucikan empat anggota badanm dengan sifat-sifat yang khusus.
Wudhu itu termasuk amalan yang istimewa dan memiliki faidah-faidah yang
cukup banyak, diantaranya:
1. Jika wudhu itu dilakukan di musim dingan dan panas, maka itu merupakan
sarana untuk menghapus kesalahan-kesalahan dan sarana untuk mengangkat
derajat. Ini seperti dijelaskan dalam hadits, Menyempurnakan wudhu pada
kondisi yang tidak disukai, banyaknya langkah menuju ke masjid, dan
menunggu datangnya shalat setelah melaksanakan shalat.
2. Ketika seseorang menyucikan salah satu anggota tubuh, maka anggota
tubuh itu suci dari najis maknawi, yaitu dosa. Setiap dosa yang ada pada
semua anggota tubuh itu akan hilang, bersamaan dengan menetesnyatetesan
yang terakhir.
3. Berwudhu merupakan bentuk mencontoh dan meneladani Rasulullah
Shallallahu Alahi wa Sallam.
4. Berwudhu merupakan bentuk merupakan bentuk melaksanakan perintah
yang datang dari Allah Azza wa Jala. Ini sesuai dengan firman Allah Taala,
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan
shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai kesiku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. (QS. AlMaidah:6)
5. Diantara keutamaan-keutamaan dari wudhu (dan ini merupakan kekhususan
umat ini) adalah, Mereka akan dipanggil pada hari kiamat dengan bersinar

26 | P a g e

dan memiliki tanda khusus, yang merupakan bekas dari wudhu yang
dilakukan.
6. Perhiasan disruga (kita memohon kepada Allah Taala agar menjadikan kita
semua ke dalam golongan orang-orang yang berhak untuk mendapatkannya)
itu seukuran dengan ukuran wudhu yang pernah dilakukan. Sebagaimana
firman Allah Taala, Di dalamnya mereka diberi perhiasan gelang-gelang
dari emas dan mutiara. (QS.Fathir:33)
KEUTAMAAN SIWAK
Sabda beliau, Jika seandainya tidak, ini merupakan kata yang menunjukkan
tidak mungkin terwujudnya sesuatu. Ada tiga kata yang menunjukkan tidak
mungkin terwujudnya sesuatu dan mungkin terwujudnya sesuatu, yaitu : ketika,
jika, dan jika tidak.
Sabda Nabi, Dengan siwak. Siwak merupakan alat yang digunakan untuk
bersiwak. Jika yang dimaksudkan adalah kata kerja, maka bisa engkau katakan,
seorang laki-laki bersiwak dengan sungguh-sungguh. Artinya, dia bersungguhsungguh dalam melakukan hal tersebut. Sehingga kata siwak merupakan isim
mashdar dan bukan mashdar; karena huruf yang ada dalam kata itu tidak
mencerminkan tindakan. Contoh yg lain adalah sabda Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam, Siwak itu menyucikan mulut dan mendatangkan keridhaan
Allah Taala. Artinya adalah bersiwak dan bukan batang siwak.
Sabda Nabi, Di setiap wudhu, mencakup wudhu yang wajib dan yang sunnah.
Nabi Shallallahu Alahi wa sallam tidak menjelaskan waktu bersiwak pada saat
wudhu, apakah sebelum masuk wudhu, ditengah-tengah ataukah setelah
mengerjakan wudhu? Akan tetapi para ulama Rahimahumullah memilih waktu
bersiwak itu dilakukan pada saat berkumur. Mereka mengatakan bahwa inilah
kesempatan untuk membersihkan mulut, sehingga waktu yang paling tepat adalah
pada saat berkumur.
Beberapa kandungan hadits
27 | P a g e

1. Kasih sayang yang dimiliki Nabi Shallallahu Alaihi wa sallam. Merupakan


hal yg sudah diketahui dengan jelas, karena telah dijelaskan dengan cara
yang mutawatir. Allah Taala berfirman, Sungguh, telah datang kepadamu
seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang
kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yg beriman. (QS.
At-taubah:128)
2. Penekanan dalam penggunaan siwak, karena tidak ada yang menghalangi
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk mewajibkan penggunaan siwak,
kecuali kekhawatiran jika itu memberatkan umatnya.
3. Hukum asal yang berlaku bahwa perintah menunjukkan kewajiban. Ini
berdasarkan sabda beliau, Niscaya aku perintahkan mereka.

SIFAT WUDHU NABI


Kata al-wadhu dengan harakat fathah artinya adalah air yang digunakan untuk
berwudhu. Perkataannyankemudian mencuci kedua telapak tanganya sebanyak
tiga kali telapak itu bagian pergelangan tangan sampai ujung-ujung jari, dimulai
dari al-kuu, al-kursuu dan ar-rusghu. Dan dinamakan telapak tangan dengan alkaff karena seseorang cenderung melindungi diri dengannya.
Al-kuu adalah tulang yang sejajar dengan ibu jari.
Al-kursuu adalah tulang yang sejajar dengan jari kelingking.
Al-rusghu adalah bagian yang ada diantara keduanya, sampai ujung-ujung jari.
Perkataannya, mencuci telapak tangannyansebanyak tiga kali. Cara mencuci
seperti ini merupakan bentuk ibadah yang sudah paten. Mendahulukan mencuci
kedua tangan disini karena kedua tangan itulah yang digunakan untuk mengambil
air. Sehingga kondisi tangan harus bersih, sebelum masuk dalam proses pencucian
tubuh yang lain.

28 | P a g e

Perkataanya, kemudian berkumur, beristinsyaq, dan beristintsar, tanpa ada


penjelasan dilakukan sebanyak tiga kali, meskipun ada sunnah lain yg
menjelaskannya.
Berkumur adalah dengan menggerakkan air di dalam mulut.
Istinsyaq adalah dengan memasukkan air ke dalam dua lubang hidung.
Instintsar adalah mengeluarkan air yang telah dimasukkan tadi.
Perkataannya, kemudian membasuh mukanya sebanyak tiga kali. Wajah adalah
anggota badan yang digunakkan untuk menghadap.
Perkataanyya,kemudian mencuci tangan kanannya sampai ke siku, sebanyak tiga
kali. Siku adalah bagian sambungan yang ada pada tubuh manusia, yaitu bagian
penghubung antara lengan dan tangan. Dianamakan siku karena manusia itu
senantiasa menggunakannnya untuk bertumpu.
Perkataannya, kemudian tangan kiri dengan seperti itu, maksudnya adalah
sebanyak tiga kali. Perkataanya, kemudian mengusap kepalanya, tanpa
menyebutkan pengulangan, juga tidak menyebutkan dua telinga. Akan tetapi
hanya mengatakan, mengusap kepalanya.
Perkataannya, kemudian mencuci kaku kanannya sampai mata kaki, sebanyak
tiga kali. Mata kaki adalah tulang yang menonjol yang ada di bawah betis.
Keduanya itu mengikat betis dengan telapak kaki. Penjelasannya sama dengan
yang ada pada sampai kedua siku.
Perkataanya, kemudian kaki kiri seperti itu juga. Kemudian berkata, aku telah
melihat rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berwudhu dengan cara seperti
wudhuku ini.
Perkataanya, aku telah melihat artinya adalah aku telah memandang, bukan aku
telah mengetahui. Teks tambahan hadits itu adalah kemudian nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,

29 | P a g e

Barangsiapa berwudhu seperti wudhu ini, kemudian melaksanakan shalat


sebanyak dua rakaat, tanppa berbicara dengan dirinya sendiri, maka allah taala
akan mengampuni dosa-doasanya yg telah lalu.
Beberapa kandungan hadits
1. Sikap rendah hati para sahabat Radhiyallahu Anhum dengan kerendahan
hati yang luar biasa. Utsman Radhiyallahu Anhum merupakan seorang
khalifah bagi seluruh kaum muslimin. Syam, mesir, irak, yaman dan jazirah.
Umat yag sangat besar. Akan tetapi meskpun begitu ia meminta air wudhu
untuk berwudhu di hadapan manusia, sehinggga mereka melihat hal tersebut
secara langsung. Tidak diragukan lagi bahwa ini merupakan bentuk sikap
rendah hati yang ada padanya.
2. Seseorang guru hendaknya mencari metode yg dapat memudahkan pelajar
dalam emahami apa yg disampaikan. Ini terbukti ketika utsman
Radhiyallahu Anhum menunjukkan cara berwudhu kepada mereka. Karena
praktik langsung disertai dengan teori yang sudah diketahui dapat
menjadikan seseorang lebih memahami apa yang dijelaskan dan
menjadikannya lebih membekas dalam ingatan, sehingga tidak mudah untuk
melupakkannya.
3. Diperbolehkannya

berwudhu

dengan

tujuan

untuk

memberikan

pembelajran.
4. Disyariatkan untuk mencuci telapak tangan sebanyak tiga kali sebelum
melaksanakan wudhu.
5. Tidak disyaratkan bahwa wudhu itu harus beriringan dengan istinja (cebok
dengan menggunakan air).
6. Mendahulukan berkumur dan istinsyaq sebelum mencuci muka. Apakah ini
wajib? Jawabanya tidak. Jiak dia mencuci wajahnya terlebih dahulu
kemudian baru berkumur, istinsyaq dan instintsar, maka tidak mengapa.
7. Apaakah istinsyaq, istintsar dan berkumur itu wajib atau sunah? Ada
perbedaan pendapat dalam masalah ini. Orang yang mengatakan bahwa itu
tidak wajib berargumen karena hali itu tidak disebut dalam ayat. Sementara
orang yang berpendapat bahwa itu wajib (inilah yg benar), mereka beralasan
karena rasulullah alaihi wa sallam senantiasa melakukan hal itu. Beliau
30 | P a g e

bersabda dalam hadits laqith bin shabrah. maksimalkanlah istinsyaq yg


engkau lakukan, kecuali jika engkau sedang dalam keadaan puasa.
8. Berkumur dan istinsyaq termasuk dalam katagori mencuci muka.
9. Mencuci muka itu dilakukan setelah berkumur dan istinsyaq.
10. Mencuci wajah sebanyak tiga kali.
11. Tertib dalam membasuh tangan kanan dan kiri.
12. Mengusap kepala, dan tidak dengan mencucinya.
13. Wajibnya mencakup semua bagian kepala.
14. Sifat bijaksana dan kasih sayang syariat dalam menetapkan ibadah, diaman
anggota tubuh yang tidak memiliki rambut dan tidak menimbulkan bahaya
jika terkena air, harus dicuci.
15. Mencuci dua kali sampai kedua mata kaki.
16. Tertib antara kaki kanan dan kaki kiri apakah merupakan sesuatu yg
diwajibkan ? jawabannya, bahwa itu tidaklah diwajibkan; karena keduanya
merupakan bagian tubuh yg satu.
17. Diwajibkannya mencuci kaki sampai kedua mata kaki.
18. Setiap pengajar harus menyandarkan materi pelajarannya kepada sunnah
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
19. Orang yg telah melaksanakan wudhu sebaiknya segera melaksanakan shalat
dua rakaat dan berusaha agar hatinya tidak berpikir kesana kemari.
20. Ini merupakan sebab-sebab diampuninya dosa, berdasarkan sabda beliau,
Allah akan mengampuni dosa-dosanya yg telah lalu.
21. Penetapan akan adanya sebab-sebab dan bahwa sebab-sebab itu berpengaruh
atas lahirnya hal-hal yg ditimbulkannya. Inilah yg benar, bahwa sebab-sebab
itu ada dan memiliki pengaruh.
22. Dalam hadits ini terdapat penjelasan untuk mencuci anggota tubuh secara
tertib. Antara dua telapak tangan, wajah, kedua tangan, kepala dan kedua
kaki. Mencuci kedua telapak tangan merupakan hal yg sunnah dan bukan
sesuatu yg wajib, kecuali bagi yg bangun dari tidur malam.
Jika ada yg berkata, mengapa tidak engkau katakan bahwa melakukan
wudhu secara berurutan disini hanya merupakan hal yg dianjurkan saja?
kita katakan, bahwa kita tidak mengatakannnya sebagai hal yang dianjurkan
karena dua sebab ;

Sebab pertama : Nabi nabi shallallahu alaihi wa sallam mengisyaratkan


bahwa apa-apa yang ditumakan oleh Allah taala haruslah diutamakan.
31 | P a g e

Beliau mengisyaratkan hal itu ketika selesai melaksanakan thawaf pada haji
wada, ketika mendekati shafa dengan membaca firman Allah Taala,
sesungguhnya shafa dan marwah merupakan sebagian syiar (agama)
Allah. Maka barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau umrahm tidak ada
dosa baginya mengerjakan kebajikan, maka Allah maha mensyukuri, Maha

mengetahui. (QS. Al-Baqarah:158)


Sebab kedua: Allah Taala memasukkan bagian yang diusap di antara
bagian-bagian yang dicuci. Bagian yg diusap adalah kepala.

PENDAPAT DALAM MENGUSAP RAMBUT (1)


Perkataannya, Beliau mengusap, maksudnya adalah nabi shallallahu alaihi wa
sallam. Kalimat kepalanya, artinya diatas kepalanya.
Kepala adalah tempat tumbuhnya rambut. Adapun leher dan dahi, maka tidak
masuk ke dalamnya.
Perkataan, sekali yakni, sekali usapan. Ini tidak bertentangan dengan hadits
Abdullah bin Zaid yg datang setelahnya. Ada keringan dalam mengusap kepala
karena ada unsur yang memberatkan jika harus mencucinya. Jika kepala harus
dicuci maka g demikian itu akan menimbulkan kesulitan untuk manusia.
Beberapa kandungan hadits
1. Jika mngusap kepala dganti dengan mencucinya, maka itu dianggap tidak
cukup; karena yg wajib adalah mengusap, sedang nabi shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, barangsiapa mengerjakann amalan yg tidaj berdasarkan
atas tuntunanku, maka amalannya itu tertolak.
2. Mengusap kepala itu wajib dilakukan sekali saja dan tidak boleh ditambah.
3. Ringan, mudah dan sederhananya syariat islam.

PENDAPAT DALAM MENGUSAP RAMBUT (2)

32 | P a g e

Perkataannya, beliau menggerakkan kedua tangannya maju mundur, artinya


memulai dari bagian yg menghadap badannya, yaitu ubun-ubun dan kemudian
mundur ke belakang.
Batasan kepala menurut para ulama dimulai dari bagian yg biasanya ditumbuhi
rambut. Sehingga oarng botak yang tidak memiliki rambut dikeningnya itu tidak
bisa dijadikan ukuran. Begitu juga dengan orang yg tidak memiliki rambut di
bagian ubun-ubun. Ukuran yg dipakai adalah kebiasan yg ada, yaitu dimulai dari
kening sampai ke tengkuk dan dari telinga yg satu ke telinga yg lain. Bagian yg
lurus dengan telinga itu di anggap kepala.
Beberapa kandungan hadits
Bahwa mengusap kepala itu harus dilakukan. Jika ada yg mencuci kepalanya
sebagai pengganti dari basuhan, sebagian ulama mengatakan bahwa itu dianggap
sah, karena perubahan yg terjadi dari bawah (mengusap) ke atas (mencuci). Yang
benar bahwa itu tidak dianggap sah, karna menyelisihi apa-apa yg telah
diperintahkan oleh Allah Taala, sedang Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, Barangsiapa mengerjakan amalan yg tidak berdasarkan atas petunjuk
kami, mala amalan itu tertolak.

MENGUSAP KEDUA TELINGA


Kedua telinga diusap bersamaan dengan kepala, karena keduanya merupakan
bagian kepala. Cara melakukan usapan itu adalah dengan memasukkan dua jari
telunjuk ke dalam telinga. Jari telunjuk adalah jaru yg ada di antara ibu jari dan
jari tengah, dinamakan jari telunjuk karena manusia menggunakannnya untuk
menunjuk pada saat tasbih, mencela dan juga menghina.
Perkataannya, didalam kedua telinganya, maksudnya adalah ke dalam lubang
telinga. Perkataannya,Dan mengusap dengan ibu jari. Ibu jari adalah bagian
yang sudah jelas. dan bagian luarnnya, maksudnya adalah bagian luar telinga,
yaitu bagian yg megarah ke bagian kepala. Adapun tulang rawan, maka tidak
33 | P a g e

wajib untuk diusap.mengusap itu khusus hanya untuk lubang dan daun telinga
saja.
Beberapa kandungan hadits
1. Disyariatkannya mengusap kedua telinga. Yg benar bahwa mengusap kedua
telinga itu wajib, karena telinga merupakan bagian dari kepala.
2. Penjelasan tentang cara mengusap kedua telingan, yaitu seseorang
memasukan dua jari telunjuk ke dalam dua lubang telinga, kemudian kedua
ibu jari mengusap bagian luarnya, dan tidak memulai bagian yg satu
sebelum bagian yg lain.
3. Tidak disyariatkan pengulangan dalam mengusap kedua telinga; karena
hadits tidak menyebutkan pengulangan.
4. Secara zhahir beliau tidak mengambil air yg baru untuk membasuh kedua
telinga, dan inilah yg benar kecuali jika tangan telah kering.

PERINTAH UNTUK BER-ISTINTSAR KETIKA BANGUN DARI TIDUR


Sabda beliau, bangun maksudnya adalah bangun dari tidur. Sabda beliau, dari
tidurnya tidak terikat dengan tidur di malam hari atau siang hari.
Sabda beliau , hendaknya beristintsar sebanyak tiga kali, al-istintsar adalah
mengeluarkan air dari hidung setelah memasukkannya
Beberapa kandungan hadits
1. Perintah bagi orang yang bangun tidur untuk beristinstar sebanyak tiga kali.
Ini diambil dari sabdanya, hendaknya beristinstar sebanyak tiga kali,
hukum asal ug ada pada perintah adalah menunjukkan kewajiban. Apalagi
nabi shallallahu alaihi wa sallam memberikan alasan dengan menyebutkan
sesuatu yg harus dijauhi, yakni bahwa setan tidur di dalam lubang
hidungnya.
2. Mengulang proses penyucian sebanyak tiga kali.
3. Dianjurkannya melakukan perbuatan sebanyak tiga kali dalam banyak hal
yg berkaitan dengan hukum-hukum syariat.

34 | P a g e

4. Allah Taala terkadang membebankan sesuatu atas hamba-hambaNya, yaitu


bagian hukum yg tidak kita ketahui sebab yg melatarbelakanginya.

PERINTAH UNTUK MENCUCI TANGAN TIGA KALI SETELAH


BANGUN TIDUR SEBELUM MEMASUKKANNYA KE BEJANA
Sabda beliau,Maka janganlah memasukkan tangannya ke dalam bejana, sampai
ia mencuci tangan itu sebanyak tiga kali. Sabda beliau sampai mencucinya,
setelah tidur. Sabda beliau tiga, artinya tiga kali. Sabda beliau karena dia yaitu
orang yg baru bangun dari tidur. Sabda beliau tidak tahu dimanakah tangannya
telah bermalam.
Beberapa kandungan hadits
1. Seseorang yg bangun dari tidur, tidak boleh memasukkan tangannya ke
dalam bejana, sampai dia mencuci tangan itu sebanyak tiga kali, karena
adanya lrangan dalam hal ini.
2. Diperbolehkan untuk memasukkan sebagian tangan.
3. Wqjib menyucikan apa-apa yg dianggap terkena najis.
4. Di dalam hadits itu terdapat penetapan kenabian bagi Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi wa sallam.

MENYELA-NYELA JEMARI, KUMUR-KUMUR DAN MEMASUKKAN


AIR KE HIDUNG
Sabda Nabi, sempurnakanlah wudhu wudhu adalah menyucikan empat anggota
tubuh dengan sifat yg khusus. Sabda Nabi selang-selingi antara jari jemari.
Yakni di sela-selanya. Artinya masukkanlah bagian jari-jarimu ke bagian yg lain.
Menyela-nyela jari jemari kedua tangan dan menyela-nyela jari jemari kedua kaki.
Akan tetapi menyela-nyela jari jemari kaki itu lebih ditekankan. Karena
merekatnya jari-jari kaki satu sama lainnya itu lebih kuat dari pada jari-jari
tangan.
35 | P a g e

Beberapa kandungan hadits


1. Wajibnya menyempurnakan wudhu.
2. Kaidah syariat, yaitu menutup jalan yg dapat menghantarkan kepada apaapa yg dilarang.
3. Semangat nabi Shallallahu Alaihi wa sallam dalam menyempurnakan
wudhu dan anjuran untuk tidak menyepelekannya.
4. Jika seseorang diperintahkan untuk menyempurnakan wudhu yg itu
merupakan bagian dari syarat-syarat shalat, amak menyempurnakan shalat
menjadi lebih utama untuk dilakukan.
5. Perintah untuk menyela-nyela jari.
6. Disyariatkannya memaksimalkan istinsyaq.
7. Orang yg berpuasa tidak diharuskan untuk memaksimalkan istinsyaq, baik
ketika dia melaksanakan puasa wajib atau puasa sunnah.

MENYELA-NYELA JENGGOT KETIKA BERWUDHU


Perkataanya, bahwa nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika wudhu itu menyelanyela jenggot beliau. Artinya, memasukkan air diantara rambut, dengan tujuan
agar air bisa masuk ke semua bagian rambut.
Beberapa kandungan hadits
1. Dianjurkan menyela-nyela jenggot.
2. Sebaiknya menyucikan rambut yg tumbuh dibagian yg wajib disucikan.
3. Dalam hadits ini terdapat dalil, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam itu memiliki jenggot yg tebal, lebar dan panjang.itu merupakan
sunnah para rasul dan fitrah semua laki-laki.

DISYARIATKANNYA MEMIJAT ANGGOTA WUDHU


Perkataannya, kemuadian beliau menggosok kedua lengan tangannya.
Menggosok adalah mengusap sesuatu dengan keras sampai merata, dikarenakan

36 | P a g e

sedikitnya air. Sedangkan, lengan adalah bagian yg ada di antara ujung siku
dengan ujung jari tengah.

37 | P a g e

Beberapa kandungan hadits


1. Nabi

shallallahu

alaihi

wa

sallam

tidak

berlebih-lebihan

dalam

menggunakan air.
2. Tidak selayaknya untuk berlebih-lebihan dalam menggunakan air.
3. Dianjurkannya memijat anggota tubuh yg disucikan.

MENGAMBIL AIR YG BARU UNTUK MEMBSAUH ANGGOTA WUDHU


LAINNYA
Berdasarkan apa yg ditunjukkan oleh hadits, para ahli fikih Rahimahumullah
mengatakn bahwa disunnahkan mengambil air baru untuk kedua telinga. Akan
tetapi pendapat ini lemah. Benar jika seandainya tangan telah benar-benar kering,
tidak mengandung air sama sekali, maka perlu dibasahi dengan air yg baru.
Karena jika tangan telah kering, bagaimana akan mengusap kedua telinga? Ini
bisa terjadi jika ada angin yg sangat kencang dan rambut yg tebal. Jika tidak maka
biasanya tangan akan tetap basah.
Beberapa kandungan hadits
1. Kedua telinga itu diusap dengan menggunakan air sisa dari mengusap
kepala. Ini berdasarkan atas riwayat muslim.
2. Harus mengambil air yg baru untuk setiap anggota tubuh. Ini berdasarkan
atas perkataan, selain sisa air yg digunakan untuk mencuci kedua tangan

MEMANJANGKAN CAHAYA DAN WARNA PUTIH BEKAS WUDHU


Sabda Nabi, sesungguhnya umatku akan datang dalam al-quran terdapat lafazh
umat dalam empat bentuk:
Pertama: mengandung arti waktu atau zaman.
Kedua: mengandung arti pemimpin atau iman.

38 | P a g e

Ketiga : mengandung arti agama.


Keempat : mengandung arti kelompok yg berkumpul karena sesuatu.
Beberapa kandungan hadits
1. Umat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam ini akan datang pada hari
kiamat dengan kondisi muka yg putih, bercahaya dan bersinar.
2. Cahaya dan putih ini khusus untuk anggota wudhu saja, yaitu anggota yg
3.
4.
5.
6.

dicuci, sperti wajah, kedua tangan dan kedua kaki.


Balasan itu terkandung dari amalan.
Keutamaan umat ini.
Keutamaan wudhu.
Keutamaan shalat.

MENDAHULUKAN BAGIAN KANAN DALAM BERWUDHU


Perkataannya, mendahulukan yg kanan artinya memulai dengan bagian yang
kanan.
Akan tetapi keumuman ini dikecualikan dalam beberapa hal, seperti ketika masuk
kamar mandi, keluar dari masjid, melepas baju yg dikenakan, melepas sandal dan
melepas sepatu. Maka dalam hal-hal tersebut, dimulai dengan bagian yg kiri.
Disini ada tiga keadaan:
1. Apa-apa yg ditunjukan oleh sunnah bahwa itu dimulai dengan bagian kanan,
maka harus dimulai dengan bagian kanan.
2. Apa-apa yg ditunjukan oleh sunnah bahwa itu dimulai dengan bagian kiri,
maka harus dimulai dengan bagian kiri.
3. Apa-apa yg tidak dijelaskan, maka dimulai dengan bagian kanan, karena
inilah hukum asal dalam penghormatan.
MEMBASUH ANGGOTA-ANGGOTA WUDHU SECARA BERURUTAN

39 | P a g e

Sabda Nabi, jika kalian wudhu maksudnya jika kalian sedang berwudhu dan
sampai pada bagian mencuci kedua tangan, maka mulailah dengan anggot tubuh
bagian kanan.
Kandungan hadits ini
Mendahulukan bagian kanan ketika melaksanakan wudhu itu merupakan perkara
yg telah ditetapkan oleh sunnah perbuatan dan sunnah ucapan. Adapun penjelasan
tentang sunnah perbuatan, maka ada dalam hadits aisyah. Sedangkan penjelasan
tentang sunnah ucapan, maka ada dalam hadits ini.

MENGUSAP DIATAS UBUN-UBUN, SORBAN, DAN DUA SEPATU


Perkataannya, maka beliau mengusap ubun-ubunnya. Ubun-ubun merupakan
bagian depan kepala. Seperti dalam firman Allah Taala, Tidak, satupun makhluk
bergerak

(bernyawa)

melainkan

Dialah

yg

memegang

ubun-ubunnya

(menguasainya). QS.Huud:56
Perkataannya, dan atas sorban, ada yg mengatakan bahwa mengusap ubun-ubun
dan sorban itu terjadi dalam dua kaliwudhu, akan tetapi yan benar adalah bahwa
mengusap ubun-ubun dan sorban itu terjadi dalam satu kali wudhu.

MEMULAI DENGAN APA YANG ALLAH MULAI (1)


Hadits ini diriwayatkan iman muslim dengan lafazh, saya memulai dengan apaapa yang dimulai oleh Allah yaitu ketika beliau telah selesai melaksanakan
thawaf, maka melaksanakan shalat dua rakaat di belakang maqam ibrahim.
Beberapa kandungan hadits
1. Mendahulukan apa-apa yg didahulukan oleh Allah Taala, bahkan dalam
masalah dzikir sekalipun.

40 | P a g e

2. Mengambil

makna yang umum tanpa memperhatikan sebab khusus yg

melatarbelakanginya.
3. Perhatian untuk mencermati Al-Quran dan mengedepankan apa-apa yg
dikedepankannya serta mengakhirkan apa-apa yg diakhirkan.
4. Wajib mencuci anggota wudhu secara berurutan.

MEMULAI DENGAN APA YANG ALLAH MULAI (2)


Beberapa kandungan hadits
1. Bisa saja ada sebuah hadits yg memiliki sanad yg lemah, akan tetapi
memiliki matan yg shahih. Bisa jadi pula memiliki sanad yg shahih dan
matan yg lemah, seperti ketika matan yg ada itu terbolak-balik atau yg
lainnya.
2. Wajibnya mencuci siku. Dikarenakan dulu Nabi shallallahu alaihi wa sallam
memutarkan air diatas kedua siku beliau.

DISYARIATKANNYA MEMBACA BASMALAH KETIKA BERWUDHU


Perkataannya, tidak ada wudhu. Kata, (tidak) disini menunjukkan penafian jenis
sesuatu, penafian itu mencakup tiga hal penafian adanya sesuatu, penafian sahnya
sesuatu dan penafian sempurnanya sesuatu.
Di dalam hadits ini adalah, tidak ada wudhu bagi orang yg tidak menyebut nama
Allah padanya (waktu memulai wudhu) maksudnya jika seseorang tidak
mengucapkan basmalah, maka wudhunya tidak dianggap sah.
Beberapa kandungan hadits
1. Wudhu itu dianggap tidak sah tanpa membaca basmalah, karena penafian yg
ada adalah penafian sahnya wudhu tersebut.
2. Pentingnya membaca basmalah, karena membaca basmalah itu bisa jadi
merupakan syarat sahnya wudhu atau syarat kesempurnaan wudhu.

41 | P a g e

3. Orang yg tidak meyebutkan basmalah pada saat wudhu, maka wudhu yg dia
lakukan itu tidak sah.
4. Membaca basmalah ketika wudhu itu dianggap sunnah.
5. Keutamaan berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla dengan menyebutkan
namaNya.

MEMISAHKAN ANTARA BERKUMUR DAN ISTINSYAQ


Perkataannya, memisahkan antara berkumur dan beristinsyaq, artinya
mengambil air untuk berkumur, kemudian mengambil air yg lain untuk
beristinsyaq. Jika masing-masing tiga kali, maka total semuanya ada enam kali.
Tiga untuk berkumur dan tiga untuk beristinsyaq.

BERKUMUR, ISTINSYAQ DAN ISTINTSAR TIGA KALI (1)


Zhahir hadits ini menunjukkan bahwa itu hanya satu telapak tangan. Beliau
berkumur dari air yg ada di dalamnya, sebanyak tiga kali. Beristinsyaq juga tiga
kali. Setelah beristinsyaq akan dilanjutkan dengan istintsar.

BERKUMUR, ISTINSYAQ DAN ISTINTSAR TIGA KALI (2)


Hadits ini bisa jadi serupa dengan hadits Ali. Perkataannya, Beliau melakukan itu
sebanyak tiga kali yakni berkumur dan beristinsyaq. Dan kemungkinan caranya
adalah dengan mengambil air dengan telapak tangan, kemudian berkumur dan
beristinsyaq dengan air tsb. Lalu telapak tangan yg lain (untuk berkumu dan
istinsyaq). Ini berdasarkan perkataan, beliau melakukan itu sebanyak tiga kali
dan inilah nampaknya yg paling benar.

42 | P a g e

MENGULANGI WUDHU JIKA ADA ANGGOTA WUDHU BELUM


TERBASUH AIR MESKI HANYA SEUKURAN KUKU
Sabda Nabi, kembalilah yakni kembalilah ke tempat wudhu yg engkau
berwudhu darinya. Sabda Nabi kemudian baguskanlah wudhumu yakni
berwudhulah dengan wudhu yg bagus.
Beberapa kandungan hadits
1. Kewajiban untuk menyucikan anggota-anggota wudhu secara menyeluruh ,
karena nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan laki-laki tsb adar
berwudhu kembali kemuadian membaguskan wudhunya.
2. Kewajiban menghilangkan hal-hal yagn menghalangi sampainya air, baik
sedikit maupun banyak, bahkan meskipun hanya seukuran kuku.
3. Kewajiban amar maruf, sisi dalil dalam hadits, bahwa Rasulullah
shallallahu

alaihi

wa sallam

memerintahkan

laki-laki

tadi

untuk

membaguskan wudhunya.

HEMAT DALAM BERWUDHU


Beberapa kandungan hadits
1. Irit (sederhana) dalam menggunakan air, karena tidak diragukan lagi bahwa
jumlah yg dimaksud dalam hadits adalah sedikit.
2. Semestinya seseorang berlaku sederhana dalam beribadah, tidak menambah
nambahi baik dalam kuantitas maupun caranya.
3. Semestinya kita selalu mengikuti suri tauladan Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam dalam masalah ini.
MENYEMPURNAKAN WUDHU DAN BERDOA SETELAHNYA
Sabda nabi shallallahu alaihi wa sallam, berwudhu, adalah sifat dari, seorang
pun

43 | P a g e

Sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kemudian menyempurnakan


wudhunya yakni, menyempurnakan wudhu secara kuantitas dan cara.
Beberapa kandungan hadits
1. motivasi untuk menyempurnakan wudhu, karena keutamaan yg akan
didapatkan apabila disebutkan dzikir setelahnya berdasarkan sabda Nabi.
2. Untuk mendapatkan pahala tentu diharuskan adanya label islam.
3. Hikmah syariat dengan kesesuaian pada syariat-syariatnya.

BAB MENGUSAP KHUF


MENGUSAP KHUFFAIN (DUA SEPATU)
Yg dimaksud dengan al-khuffain adalah yang dipakai diatas kaki terbuat dari kulit
dan semacamnya. Bolehnya mengusap di atas dua sepatu ditetapkan dalam alquran, as-sunnah dan ijma salaf. Tidak ada yg menyelisihi masalah ini kecuali
Rafidhah, akan tetapi pendapat mereka tidak dianggap dalam ijma dan khilaf.

MENGUSAP BAGIAN ATAS DAN BAWAH SEPATU


Perkataannya, Lantas beliau mengusap diatas keduanya, yakni di atas dua
sepatu. Kalau yg ini menguatkan bahwa dhamir pada kata, biarkan keduanya,
kembali kepada dua sepatu. Namun masalah dalam hal ini dianggap sama, karena
baik dhamir kembali kepada dua kaki atau dua sepatu, hukumnya tetap tidak
berbeda. Sabda Nabi, Aku memasukkan keduanya dalam keadaan suci. Lafazh,
Dalam keadaan suci, irabnya adalah sebagai hal dari dhamir pada kalimat,
Aku memasukkan keduanya.
Perkataannya, Beliau lantas mengusap diatas keduanya. Di sini tidak disebutkan
urutan dalam mengusap, yakni, perawi tidak menyebutkan bahwa Nabi mengusap
sepatu yg sebelah kanan dahulu kemudian kiri, akan tetapi hanya menetapkan
bahwa beliau mengusap di atas keduanya.
44 | P a g e

MENGUSAP DI ATAS KEDUA SEPATU


tidakkah kamu mengerti? (QS. Al-Baqarah:44)
Ini menunjukkan bahwa syariat berkesesuaian dengan akal. Dengan demikian
maka yg dimaksud dengan perkataan Ali Radhiyallahu Anhu, Seandainya agama
ini didasarkan atas logika semata, yakni logika awal, Niscaya bagian bawah
sepatu lebih pantas untuk diusap daripada bagian atasnya. Akan tetapi agama ini
didasari dengan akal yg mendalam , lurus dan penuh kehati-hatian.
Jika kita melihat permasalahan ini dengan pandangan yg mendalam, maka kita
akan dapati bahwa punggung sepatu itu lebih utama untuk diusap daripada alas
sepatu. Karena jika engkau mengusap sepatu bagian atas maka engkau mengusap
pada bahian yg bersih yg tidak terkotori oleh tanah dan kotoran, seandainya
engkau mengusap bagian bawah sepatu niscaya tanganmu akan terkena kotoran,
penyakit dan hal yg menjijikan. Maksud dari pengusapan ini bukanlah untuk
membasuh kaki. Sebab jika yg dimaksudkan adalah untuk membasuh kaki tentu
kita wajib melepaskan sepatu tersebut. Akan tetapi maksudnya adalah beribadah
kepada Allah Azza wa Jalla dengan mengusap anggota badan tsb yg menjadi
penyuci baginya. Dengan demikian maka agama ini yaitu mengusap sepatu oada
bagian atasnya berkesesuaian dengan akal yg jernih lagi lurus.

45 | P a g e

JANGKA WAKTU DALAM MENGUSAP SEPATU


Perkataannya, Tiga hari tiga malam sebagai jangka waktu bagi musafir
sebagaimana disebutkan dalam hadits shafwan, juga Dan sehari semalam untuk
orang yang bermukim, ini dimulai sejak pengusapan setelah hadats. Dengan
demikian belum masu dalam hitungan jangka waktu sebelum pengusapan karena
hadats.
Secara zhahir bahwa faedah-faedah dari hadits ini tidak lebih dari appa yg telah
dikemukakan dalam hadits shafwan, kecuali ada tambahan pada orang yg
bermukim sehari semalam

TATA CARA MENGUSAP DI ATAS DUA SEPATU, BATASAN YANG


DIUSAP , DAN WAKTU PENGUSAPANNYA
Perkataannya, Lantas beliau memerintahkan mereka untuk mengusap diatas
Ashaib-, sorban,
Perkataannya, yakni Al-khifaf, jamak dari khuff (sepatu yg menutupi kaki hingga
betis). Dinamakan Tasakhin karena berfungsi menghangatkan kaki. Karena orang
yang memakai khuff bisa dipastikan menggunakannya dengan maksud agar
kakinya tidak kedinginan.
Perkataannya, jika seseorang dari kalian berwudhu. Kapan seseorang dianggap
telah

berwudhu?

Seseorang

dianggap

telah

berwudhu

apabila

sudah

menyempurnakan bersucinya, membasuh wajah dan kedua tangannya, mengusap


kepalanya, dna membasuh kedua kakinya, maka ia dianggap telah berwudhu.
Perkataanya, maka hendaknya ia mengusap diatas keduanya, lantas shalatlah
dengan mengenakannya, huruf Lam pada dua kata kerja tsb berfungsi untuk
perintah. Itulah sebabnya huruf Lam tersebut disukunkan karena terletak setelah
huruf Fa pada kalimat yg pertama, dan setelah wa pada kalimat yg kedua.
BAB HAL-HAL YANG MEMBATALKAN WUDHU
46 | P a g e

Perkataannya, para shahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam, termasuk


kekhususan Nabi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam, bahwasanya seseorang
akan menjadimshahabat beliau meskipun tidak selalu bersama beliau. Jika
seseorang pernah berkumupul dengan beliau meskipun hanya sekali dan ia
beriman kepada beliau, maka ia termasuk shahabat Nabi. Sedangkan selain beliau
maka tidak akan menjadi seorang sahabt sampai ia terus bersamanya.
--- beberapa kandungan hadits
1. Perbuatan shahabat adalah hujjah. Jika ini terjadi pada zaman Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa sallam maka tidak ada masalah, karena Allah dan
rasul-Nya telah menetapkanya.
2. Wudhu tidak wajib kecuali untuk shalat. Hal ini berdasarkan perkatannya,
Kemudian mereka menjalankan shalat. Akan tetapi pengambilan dalil yg
demikian adalah lemah. Karena perkaranya adalah masalah tertentu, yaitu
berkenaan dengan para shahabat ketika sedang menunggu shalat.

HAL-HAL YANG MEMBEDAKAN DARAH HAID DENGAN


ISTIHADHAH
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata, Fathimah binti Hubaisy datang
menemui Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam lalu berkata, Wahai Rasulullah!
Sesungguhnya aku adlah seorang wanita yang terkena Istihadhah sehungga aku
tidak suci. Apakah aku boleh meninggalkan shalat? Maka beliau menjawab, tidak
boleh, sesungguhnya itu hanya penyakit dan bukan bagian dari haid. Jika haidmu
datang maka tinggalkanlah shalat, namun jika ia telah pergi maka basuhlah darah
darimu keudian shalat. (Muttafaq Alaih) (HR. Al-Bukhari, Kitab Al-Wudhu,
BAB Ghaslu Ad-Dam, nomor 228. Dan muslim, Kitab Al-Haidh, BAB AlMustahdhah wa Ghasliha wa Shalatiha, nomor 333).
Al-Bukhari menambahkan, kemudian berwudhulah setiap kali menjalankan
shalat. Muslim mengisyaratkan bahwa ia menghapus kalimat tersebut secara
47 | P a g e

sengaja. (ketika mengatakan, Dan dalam hadits hammad bin Zaid terdapat
tambahan huruf yang kami tinggalkan penyebutannya. Ada yang mengatakan,
sesungguhnya itu adlah ucapan Urwah bin Az-Zubair.
Jadi, datangnya haid bagi yang telah memiliki kebiasaan dengan waktu-waktu
tertentu. Sedangkan bagi yang tidak memiliki kebiasaan maka dengan cara
membedakan darah yang keluar.
Lalu bagaimana membedakannya?
Para ahli fikih Rahimahumullah mengatakan, perbedaan itu dilihat dari 3 sisi;
1. Darah haid berwarna hitam, sedangkan darah Istihadhah berwarna merah.
2. Darah haid itu kental, sedangkan darah Istihadhah itu encer.
3. Darah haid memiliki bau yang tidak sedap, sedangkan darah Istihadhah
tidak memiliki yang demikian.
4. Dikatakan oleh para dokter terkini bahwa darah haid tidak membeku,
sedangkan darah Istihadha membeku. Darah haid tidak membeku tapi
mengalir.

BERWUDHU JIKA KELUAR MADZI


Dan dari Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu, ia berkata, saya adalah seorang
laki-laki yang banyak mengeluarkan madzi. Lantas aku menyuruh Al-Miqdad
untuk bertanya kepada Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam. Ia pun bertanya kepada
beliau menjawab, diperlukanwudhu karenanya. (Muttafaq alaih, dan lafazh ini
milik Al-Bukhari) (HR. Al-Bukhari, kitab Al-Ilmi, BAB Man Istahya Fa Amara
Ghairahu bi As-Siwak, nomor 132. Dan muslim, kitab haidh, BAB Al-Madzi ,
nomor 303.
Sesungguhnya Al-Miqdad Radhiyallahu Anhu ketika bertanya kepada Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka beliau bersabda Hendaknya ia membasuh
zakarnya dan berwudhu, dalam riwayat lain: Basuhlah zakarmu dan
berwudhulah. Apakah maksudnya Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu yang
48 | P a g e

bertanya langsung kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam? Sebagaimana


disebutkan dalam sebagian riwayat bahwa ia bertanya langsung kepada Nabi?
Atau maksudnya Al-Miqdad Radhiyallahu Anhu ketika bertanya kepada beliau,
kamudian ali meriwayatkan Basuhlah zakarmu. Karena Ali-lah yang
meriwayatkan hadits, sehingga ia menceritakan seakan-akan dirinyalah yang
bertanya. Jika tidak, maka sudah bisa diketahui bahwa Rasulullah SAW tidak
mengarahkan jawaban ini kepad Al-Miqdad, bahwa dialah yang terkena penyakit
ini. Akan tetapi beliau mengarahkan jawabannya kepada Ali bin Abi Thalib,
dengan asumsi bahwa Ali yang meriwayatkannya. Jadi sepertinya Ali menukilnya
secara makna.
Sesuatu yang keluar dari kemaluan ada 4 hal; air kencing, wadi, madzi dan mani.
Air mani sudah dipahami kesuciannya dan diwajibkan mandi. Air kencing
hukumnya najis dan wajib wudhu. Madzi juga najis dan wajib wudhu, akan tetapi
kenajisannya ringan dan mesti membersihkan daerah yang terkena zakar, yakini
membasuh zakar seluruhnya dan kedua testis. Sedangkan air wadi adalah perasan
air kencing sehingga hukumnya diikutkan kepada air kencing.

MENYENTUH DAN MENCIUM ISTRI TIDAK MEMBATALKAN


WUDHU
Jika ada yang bertanya, apakah dalil orang yang berpendapat bahwa hal itu tidak
membatalkan wudhu?
Jawabannya: dalilnya adalah karena tidak ada dalil. Karena asalnya adalah adanya
wudhu yang telah sempurna sesuai dengan syariat. Sehingga tidak mungkin akan
dibatalkan kecuali dengan dalil yang syari. maka dalil mereka adalah ketetapan
hukun pada asalnya, dan tidak adanya dalil yang menyatakan batal.
RAGU TELAH BERHADATS DAN YAKIN DALAM KONDISI BERSUCI
Hadits ini menunjukkan bahwa seseorang apabila merasa ragu terhadap suatu
hadats padahal sebelumnya dalam keadaan suci, maka tidak wajib baginya untuk
49 | P a g e

berwudhu. Karena keadaan bersuci berada dalam keyakinan dan wudhunya masih
ada, sedangkan hadats

diragukan

keberadaanya.

Sehingga tidak boleh

meninggalkan keyakinan karena keraguan. Ini merupakan kaidah. Para ulama


memunculkan beberapa kaidah berkenaan denga hadits ini, diantaranya;
1. Keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan keraguan
2. Asal ketetapan sesuatu dikembalikan pada ketetapan semula
3. Keyakinan bisa dihilangkan dengan keyakinan yang datang belakangan;
berdasarkan sabda nabi Hingga mendengar suara atau mendapati bau

MENYENTUH KEMALUAN DAN HUKUMNYA (1)


Ini tentunya mengundang kejanggalan. Bagaimana mungkin seseorang yang
sedang shalat bisa menyentuh zakarnya, padahal ia mengenakan pakaian, baju dan
sarung atau mengenakan baju dan celana. Bagaimana cara menyentuhnya?
Kita katakan: tidak ada kejanggalan selama kita mengetahui bahwa kata al-massu
dalam bahasa arab adalah menyentuh secara langsung. Sebab jika menyentuh
secara tidak langsung yakni ada penghalang makan tidak dikatakan al-massu,
tetapi menyentuh penghalang. Dengan demikian kejanggalan tersebut bisa diatasi.
Seseorang misalnya sedang menjalankan shalat, barangkali ia memiliki keperluan
untuk menyentuh zakarnya secara langsung lantas menyentuhnya. Selama masih
memungkinkan untuk mengarahkan makna secara bahasa kepada kenyataan yang
ada, maka hal itu bisa menghilangkan kejanggalan.
Apakah ia mesti berwudhu? Maka Nabi Shalallahu Alahi wa Shalam menjawab
tidak yaknitidak wajib. Berdasarkan hal ini, maka tidak menutup kemungkinan
bermakna sunnah, sebagaimana akan diperjelas dengan hadits selanjutnya, Isnya
Allah.

MENYENTUH KEMALUAN DAN HUKUMNYA (2)

50 | P a g e

Mungkin ada yang berujar bahwa sabda Nabi barang siapa menyentuh sudah
jelas bahwa yang dimaksud disini adalah menyentuh dengan sengaja. Akan tetapi
para ahli fikih madzhab Hanbali mengatakan, bahwa apabila seseorang
menyentuh zakarnya meskipun tanpa sengaja maka wudhunya batal. Pendapat ini
tidak memiliki acuan sehingga lemah. Maka, jika menyentuh tanpa sengaja tentu
tidak diwajibkan wudhu.
Apakah membatalkan wudhu, jika menyentuh testis? Tidak, meskipun
menyentuhnya dengan syahwat, hal itu tidak sampai membatalkan wudhu.
Apakah membatalkan wudhu, jika menyentuh zakar orang lain? Zhahir hadits
tidak membatalkan wudhu, meskipun dengan syahwat. Seperti apabila seorang
istri menyentuh zakar suaminya karena syahwat. Akan tetapi sebaiknya berwudhu.
Apakah membatalkan wudhu, seandainya ada seorang perempuan yang
memnadikan anak lelakinya yang masih kecil, lantas ia menyentuh zakarnya?
Tidak batal, karena itu hanyalah potongan daging yang tidak disentuh karena
syahwat. Apakah

membatalkan

wudhu,

jika

menyentuh

dubur?

Tidak

membatalkan wudhu, tetapi pada sebagian lafazh hadits disebutkan barang siapa
menyentuh kemaluannya maka kita katakana, disunnahkan berwudhu dari hal itu
namun tidak wajib. Karena diisyaratkan sebagaimana yang telah kami tegaskan,
yaitu jika disentuh dengan syahwat.

51 | P a g e

BATALNYA WUDHU KARENA MUNTAH, MIMISAN, DAN SELAINNYA


Apakah muntah membatalkan wudhu? Muntah tidak membatalkan wudhu.
Banyak dan sedikitnya sama saja. Karena tidak adanya dalil shahih yang
menunjukkan batalnya wudhu. Tidak ada bedanya antara memuntahkan sesuatu
yang sama dengan kondisi awalnya. Mimisan juga semisal dengannya, yakni tidak
membatalkan wudhu, meskipun keluar dengan banyak. Bukankah ada hadits yang
menyebutkan, seseorang apabila ber-hadats dalam shalatnya maka keluar dari
shalat sambil meletakkan tangan diatas hidungnya seakan-akan terkena
mimisan, bukankah ini menunjukkan bahwa mj=imisan membatalkan wudhu?
Tidak, tetapi sudah bisa dimaklumi bahwa seseorang jika mimisan dalam
shalatnya, tentu tidak memungkinkan dirinya untuk menyempurnakan shalatnya.
Sehingga ia mesti meninggalkan shalatnya sesuai dengan yang diharapkan syariat
dalam kondisi seperti ini. Apabila seseorang melarang untuk shalat dalam keadaan
menahan kedua hadats (yang keluar dari 2 jalan keluar), maka demikian juga
disini, dia tentu akan merasa terganggu (dengan mimisan tsb).

BERWUDHU KARENA MAKAN DAGING UNTA, BUKAN KARENA


MAKAN DAGING KAMBING
Sesorang bertanya kepada Nabi apakah aku mesti berwudhu karena (makan)
daging kambing? terserah engkau, boleh berwudhu dan boleh juga tidak. Iapun
bertanya kembali, apakah aku mesti berwudhu dari daging unta? Ya, ini
mengandung konsekuensi bahwasanya tidak ada hubungannya kehendak
seseorang dalam berwudhu karena makan daging unta, dan bahwasannya wudhu
menjadi wajib atasnya.
Kewajiban berwudhu setelah (makan) daging unta, berdasarkan sabda beliau ya
adalah memberikan keringanan wudhu bagi orang yang telah makan daging unta.
Akan tetapi, jika kita gabungkan dengan sabda Nabi ya berwudhu setelah
makan daging unta dan sabda Nabi terserah engkau berwudhu dari daging
kambing, maka ini menunjukkan bahwa makna yang dimaksud tidak
52 | P a g e

dikembalikan kepada anda, akan tetapi wajib bagi anda untuk berwudhu, dan
memang begitulah sebenarnya.

BERWUDHU KARENA MEMANDIKAN MAYIT DAN MEMBAWANYA


Barang siapa memandikan mayat maka hendaknya ia mandi. Diisyaratkan
karena memasukkan mandi ini sebagai hukun syarI, senadainya mandi disini
tidak diisyaratkan tentu tidak ada akibat sesuatu apapun terhadapnya. Lalu
siapakah yang boleh bersentuhan langsung dan memandikan mayat? Seorang
lealiki memandikan lelaki, wanita memandikan wanita, kecuali suami-istri maka
mereka boleh saling memandikan satu sama lainnya. Demikian pula seorang lelaki
dengan budak perempuannya.
Barang siapa ingin mengusungnya maka hendaknya ia berwudhu. Kewajiban
wudhu untuk menyalati mayat. Barang siapa yang membawanya, maksudnya
adalah barang siapa ingin membawanya untuk menyalatinya maka hendaknya
berwudhu. Tidak diragukan lagi bahwa menyalati mayat tidak akan sah kecuali
dengan berwudhu terlebih dahulu.

HUKUM MENYENTUH MUSHAF DAN DIISYARATKAN BERSUCI


UNTUK MENYENTUHNYA
Tidak boleh menyentuh Al-Quran kecuali orang yang suci. Yang dimaksud
dengan Al-Quran disini adalah sesuatu yang bertuliskan Al-Quran di dalamnya,
yakni mushaf, papan, kertas, batu dll. Mushaf tidak boleh disentuh kecuali oleh
orang yang suci, baik ia masih kecil maupun sudah dewasa. Ia tidak boleh
menyentuhnya kecuali bersuci terlebih dahulu. Inilah zhahir dari lafazh yang ada.

MENGINGAT ALLAH DALAM SEGALA KEADAAN

53 | P a g e

Ada kemungkinan adalah dzikir secara lafazh dengan lisan, dan inilah yang
zhahir. Yakni Nabi mengatakan, La Ilaha Illallah ada kemungkinan pula
bermakna dzikir secara umum meliputi dzikir hati, lisan dan anggota badan.
Karena memang dzikir itu itu bisa dilakukan dengan hati, lid=san dan anggota
badan.
Dzikir dengan hati, yaitu mengingat Allah Azza wa jalla dan keagungan-Nya,
mengharap, merasa takut, khawatir, mencintai dan mengagungkan-Nya. Dzikir
dengan lisan, yaitu bertasbih, bertakbir, bertahlil dll (meliputi segala perkataan
yang mendekatkan diri kepada Allah). Dzikir dengan anggota badan seperti rukuk,
sujud, berdiri dan duduk dalam shalat juga berjalan dalam rangka menyebarkan
agama Allah.

BEKAM TIDAK MEMBATALKAN WUDHU


Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, bahwa sesungguhnya nabi Shallallah
Alaihi wa Sallam pernah berbekam lantas beliau shalat tanpa berwudhu lagi.
Yakni shalat tanpa berwudhu lagi. Ini menjelaskan bahwasanya mengeluarkan
darah dari tubuh tidak membatalkan wudhu. Sudah dipahami bahwa bekam
biasanya akan mengeluarkan darah yang cukup banyak, akan tetapi darah ini
meskipun banyak tidak membatalkan wudhu.

TIDUR YANG MEMBATALKAN WUDHU (1)


Dalam hadits ini mengandung isyarat bahwa tidur yang bisa membatalkan wudhu
adalah tidur yang bisa melepaskan ikatan. Yaitu tidur nyenyak yang menjadikan
dubur terbuka, sehingga ketika angin keluar seseorang tidak akan bisa
merasakannya. Kentut (buang angin) secara jelas membatalkan wudhu. Tidur
tidak membatalkan wudhu apabila tidak samapai melepaskan ikatannya, baik
dalam keadaan duduk, sujud, rukuk atau berbaring. Karena hokum berlaku

54 | P a g e

diserati alasannya. Ada dan tidak adanya hokum bergantung kepada ada atau tidak
adnya alasan.

TIDUR YANG MEMBATALKAN WUDHU (2)


Tidak perlu berwudhu bagi orang yang tidur sambil duduk, berdiri atau rukuk,
tetapi wudhu bagi orang yang tidur dengan berbaring. Baik itu tidur diatas
pinggang, telentang atau telungkup. Yang demikian itu kerena orang yang tertidur
dengan posisi berbaring lebih mendekati kepada tidur nyenyak, yang mana ketika
berhadats ia tidak bisa menyadarinya.

LARANGAN UNTUK MENGIKUTI WAS-WAS DAN KHAYALAN


Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasullullah Shallallahu Alahi wa
Sallam bersabda, setan datang kepada seorang dari kalian dalam shalatnya,
kemuadian setan meniup pada tempat duduknya, lantas dikhayalkan kepada orang
itu perasaan bahwa dirinya ber-hadats, padahal tidak ber-hadats, jika seseorang
mendapati hal itu maka janganlah ia berpaling hingga mendengar suara atau
mendapati baunya.
Hadits ini menunjukkan sebagaimana yang telah diisyaratkan sebelumnya, bahwa
apabila seseorang telah berada pada kondisi berwudhu, kemudian ia merasa ragu
apakah wudhunya telah batal atau belum, maka berdasarkan hokum asalnya
wudhu itu tetap ada. Tidak ada kewajiban atasnya untuk berwudhu hingga ia
benar-benar yakin telah batal.

55 | P a g e

ADAB MEMASUKI TOILET (1)


Tidak diperkenankan masuk tempat buang hajat dengan membawa sesuatu yang
padanya terdapat nama Allah. karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam apabila
hendak memasuki tempat buang hajat maka beliau melepaskan cincinnya. Hal ini
tidak sampai pada hukum haram hingga kita katakana bahwa ini menimbulkan
kesusahan. Perintah ini menunjukkan hukum yang sunnah. Pengagungan terhapad
sesuatu yang didalamnya ada nama Allah sampai ketika hendak memasuki tempat
buang hajat. Maka, tentu lebih pantas lagi jika sesuatu tersebut tidak dilemparkan
di jalan atau tempat yang kotor. Karena nama Allah Taala termasuk dianatara
nama-nama yang agung, terlebih lagi lafazh Jalalah yang tidak ada selain-Nya
yang menamai dengan nama itu. Demikian pula dengan Ar-Rahman, Rabb AlAlamin, dan Al-Malik Al-Qahhar yang menggunakannya selain Allah, maka
nama-nama tsb tidak boleh dihinakan.
Jika ada yang bertanya, bagaimana pendapat kalian tentang orang yang masuk
tempat buang hajatdengan membawa mushaf? Para ulama secara jelas
menyatakan haramnya memasuki tempat-tempat buang hajat dengan membawa
mushaf. Karena keagungan mushaf lebih mulia dari pada sekedar berdzikir, yakni
lebih aguang dar dzikir itu sendiri, sehingga tidak diperbolehkan memasuki
tempat buang hajat dengan membawa mushaf.
Jika dikatakan, jika diletakkan diluar maka seseorang khawatir mushaf itu dicuri,
maka bagaimana solusinya? Jika itu sebuah keperluan, maka ia boleh
membawanya ke dalam karena ada keperluan disini. Kecuali jika masih
memungkinkan untuk dititipkan kepada seseorang, maka wajib baginya untuk
melakukan hal itu hingga keluar dari tempat buang hajat.

56 | P a g e

ADAB MEMASUKI TOILET (2)


Dan darinya (Anas bin Malik); Radhiyallahu Anhu berkata, bahwa Rasulullah
Shalallallahu alahi wa Sallam apabila memasuki tempat buang hajat, maka
berdoa, allahumma inni audzu bika min al-khubutsi wa al-khabaits
Disunnahkan dzikir ini ketika hendak memasuki tempat buang hajat sebagai
bentuk mengikuti contoh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Seandainya lupa
mengucapkan dzikir itu lantas langsung masuk ketempat buang hajat, apakah
mengucapkannya di tempat buang hajat atau menyuruhnya keluar kemudian
mengucapkannya? Ada pendapat yang menyatakan tidak perlu lagi berdzikir,
karena itu sunnah yang telah hilang dari tempatnya, tidak perrlu lagi keluar
kemuadian masuk kembali.
Karena tempat buang hajat adalah tempat-tempat para setan (tempat
berkumpul/bercokolnya jiwa-jiwa yang jahat lagi kotor). Sedangkan masjid
adalah tempat yang baik, merupakan tempat yang paling disukai Allah sehingga
menjadi tempat malaikat yang mulia.

ADAB-ADAB ISTINJA
Boleh beristinja dengan air saja tanpa bebatuan. Sebab, Anas Radhiyallahu Anhu
tidak menyebutkan bahwa dirinya membawa bebatuan untuk Nabi. Ia hanya
menyebutkan membawa air saja. Meskipun penunjukkan tentang ini dalam hadits
tersebut ada sedikit kelemahan, akan tetapi inilah yang tampak jelas. Anas
membawa untuk istinja Rasullullah. Sisi kemakruhannya, bahwa seseorang
apabila beristinja dengan air maka bisa dipastikan akan menyetuh najis. Karena ia
akan menempel, atau setidaknya bau najis itu akan tetap melekat, sehingga tidak
semestinya dilakukan. Namun pendapat yang shahih adalah hal tsb boleh
dilakukan.
Mengenai menyentuh najis, bisa dikatakan bahwa sentuhan ini dalam rangka
membersihkannya dan bukan untuk membiarkannya. Jadi yang benar adalah boleh
57 | P a g e

menggunakan air ketika beristinja untuk membersihkan sesuatu yang keluar dari 2
(dua) jalan: kemaluan dan dubur.

BERSEMBUNYI KETIKA BUANG HAJAT


Sebaiknya seseorang yang ingin buang hajat di daratan luas untung menjauh dari
orang-orang hingga tidak terlihat. Apabila berada di suatu daratan yang datar atau
arat maka seseorang lebih menjauh lagi. Karena menutup aurat hukumnya wajib
dan bisa dilakukan dengan yang lebih ringan dari itu. Akan tetapi Rasulullah pergi
menjauh saat akan beristinja karena tidak ingin dilihat dalam keadaan demikian.
Seorang lelaki yang memiliki rasa malu tentu tidak ingin ada orang lain yang
melihat dirinya sedang beristinja. Ini selain dari melihat aurat, Karena hukum
melihat aurat orang lain lebih dilarang.
Diantara adab-adab membuang hajat adalah tidak beradi di tempat yang bisa
dilihat oleh manusia, yang demikian itu karena beberapa perkara:
1. Jika engkau berada pada tempat yang terbuka dari pandangan manusia
maka auratmu bisa saja Nampak oleh mereka.
2. Orang-orang akan merasa jijik dan memandang itu adalah perbuatan buruk
yang tidak pantas dilakukan.
3. Jika engkau berada dekat mereka, tentu mereka akan merasa terganggu
dengan bau tak sedap dan semisalnya.

58 | P a g e

LARANGAN BUANG HAJAT DI JALAN YANG DILALUI MANUSIA


DAN TEMPAT BERTEDUH MEREKA (1)
Sebab orang yang buang hajat dijalan yang dilaluioleh manusia atau di tempat
berteduh mereka, tentu akan mengganggu atau menyakiti. Ini bisa ditinjau dari
beberapa sisi, diantaranya;
a. Bau: kita mengetahui bahwa bau tempat buang hajat sangat tidak sedap
dan busuk sehingga dapat mengganggu manusia.
b. Perasaan jijik: karena seseorang apabila melihat tempat buang hajat
biasanya akan merasa jijik. Terkadang terjadi pada sebagian orang yang
tidak akan melihat sesuatu yangmenjijikkan hingga muntah.
c. Mengganggu: sebab apabila mengotori tempat tersebut dengan buang hajat
maka akan menimbulkan najis hingga mengenai kaki, sepatu atau bahkan
baju. Mengganggu , karena menghalangi orang-orang yang ingin duduk
dan mampir disana untuk berbincang-bincang melepas kepenatan. Dan
akan menjadi penyeban laknat, yakni seseorang akan dilaknat karena hal
itu.

59 | P a g e

LARANGAN BUANG HAJAT DI JALAN YANG DILALUI MANUSIA


DAN TEMPAT BERTEDUH MEREKA (2)
Al-Mawarid adalahbentuk jamak dari maurid, yaitu tempat yang didatangi oleh
manusia untuk minum atau mengambil air, seperti telaga, sungai kecil, sungai
besar dll. Intinya orang-orang datang untuk minum atau mengambil air. Maka,
tidak dihalalkan bagi seseorang untuk buang hajat ditempat tersebut. Termasuk
kategori ini, adalah setiap tempat yang didatangi manusia. Serta naungan yang
biasa dimanfaatkan oleh manusia, yang mereka berteduh dibawahnya. Bukan
semua tempat berteduh. Jadi, Abu Dawud di sini menambahkan tempat yang
ketiga, yaitu sumber-sumber air.

LARANGAN BUANG HAJAT DI JALAN YANG DILALUI MANUSIA


DAN TEMPAT BERTEDUH MEREKA (3)
Genangan air, ini mirip dengan sumber air, hanya saja lebih umum; karena
rendaman air lebih umum dari hanya sekedar tempat yang didatangi untuk diambil
airnya atau tidak. Sebab jika berupa sumber air maka akan didapat 2 kesalahan.
Sedangkan jika berupa selain sumber air maka mendapatkan 1 kesalahan yaitu
merusak air. Karena jika seseorang membuang hajat di tempat genangan air, maka
tentu akan merusaknya. Baik dengan membuatnya bernajis jika airnya sedikit,
atau merusaknya meskipun tidak sampai membuatnya bernajis.

LARANGAN BUANG HAJAT DI JALAN YANG DILALUI MANUSIA


DAN TEMPAT BERTEDUH MEREKA (4)
Pohon yang berbuah. Dilarang membuang hajat dibawah pohon yang berbuah
dengan syarat bahwa buah pohon itu dibutuhkan, baik buahnya dimakan atau
tidak. Jika berupa buah yang makan maka aka nada 2 keburukan disini.
1. Mengganggu orang yang hendak mendatanginya.
60 | P a g e

2. Mengotori makanan dengan sesuatu yang menjijikkan


Tepi sungai yang mengalir. Setiap tempat yang bisa menyakiti atau mengganggu
manusia maka tidak boleh digunakan untuk buang hajat.

LARANGAN BERBICARA SAAT BUANG HAJAT


Dua orang duduk satu dengan yang lainnya saling berbicara saat buang hajat,
seakan-akan mereka sedang berada dalam majelis. Sisi pelarangannya, jika sampai
terbuka aurat maka perkaranya sudah jelas. Karena ini adalah sebuah keadaan
yang buruk dankondisi yang sangat dibenci. Jika tidak sambil terbuka aurat dan
mereka terus saling berbicara saat buang hajat maka kemungkinan besar mereka
akan berlama-lama di tempat tsb dalam keadaan demikian. Sebab pembiacaraan
biasanya akan membutuhkan waktu lama dan mungkin saja seseorang tidak
menyadari berada oada kondisi yang demikian, sehingga perkara itu menjadi
sebeb kemurkaan Allah Tabaraka wa Taala.

MENJAGA TANGAN KANAN DARI KOTORAN


Pemuliaan terhadap tangan kanan, karena adanya larangan menyentuh kemaluan
dengan tangan kanan saat kencing. Tangan kanan lebih baik daripada tangan kiri.
Seseorang dilarang memegang kemauannya dengan tangan kanan ketika kencing.
Larangan disini sangat jelas. Lantas apakah larangan ini hukumnya haram atau
makruh? Larangan tsb bersifat makruh dan bukan harma; karena ini termasuk
dalam kategori adab. Larangan ini tidak keluar dari dua hal, yaitu bisa jadi
dengan maksud memuliakan tangan kanan, atau dikhawatirkan dengan tangan
kanan menyentuh barang najis ketika kencing yang mengakibatkan berbau tidak
sedap. Bagaimanapun keadaannya yang jelas ini tidak menunjukkan larangan
yang berarti diharamkan. Namun perkara sebenarnya bahwa pendapat yang
menyatakan haram merupakan pendapat yang cukup kuat; karena konteks

61 | P a g e

kalimatnya dipertegas dengan Nun Taukid. Ini merupakan pendapat kalangan


Zhahir, bahwa larangan tersebut bersifat haram.

LARANGAN MENGHADAP KIBLAT DAN MEMBELAKANGINYA SAAT


BUANG HAJAT (1)
Seseorang duduk saat kencing atau buang hajat sedangkan kiblat berada
didepannya. Yang demikian dilarang demi memuliakan kiblat; karena kiblat
merupakan tempat untuk dimuliakan, juga tempat menghadapnya seorang hamba
kepada Allah Taala ketika menjalankan ibadah shalat. Sebuah ibadah yang
dilakukan setelah 2 kalimat syahadat. Itulah sebabnya kiblat wajib dimuliakan.
Haramnya mengahadap kiblat ketika buang hajat atau kencing; berdasarkan
kalimat melarang kami untuk menghadap kiblat ketika buang air besar atau
kencing sedangkan hukum asal dari sebuah larangan adalah haram.
Kewajiban mengagungkan kabah; karena pendapat yang shahih tentang alasan
pelarangan ini adalah dalam rangka memuliakankabah. Sehinggan tidak
diperkenankan bagi seseorang yang menghadap kea rah yang dijadikan kiblat
untuk amalan badaniyah yang paling agung, yaitu shalat. Tentu kita tidak boleh
menyamakan keadaan-keadaan yang paling buruk yang dipenuhi kenajisan
dengan keadaan-keadaan yang paling suci, yauti shalat.

LARANGAN MENGHADAP KIBLAT DAN MEMBELAKANGINYA SAAT


BUANG HAJAT (2)
janganlah kalian menghadap kearah kiblat, jangan pula membelakanginya ketika
buang air besar dan kencing ini adalah perkataan umum untuk semua umat,
sedangkan sabdanya akan tetapi menghadaplah kea rah timur atau barat ini
khusus untuk penduduk madinah dan orang-orang yang semisal dengan mereka.
Adapun bagi kita yang berada di kota Qasim maka kita kataka janganlah lalian
menghadap kiblat, jangan pula membelakanginya ketika buang air besar dan
62 | P a g e

kencing, tetapi menghadaplah ke utara atau setalan karena kiblat di Qasim berada
di arah barat, sehingga dikatakan kepada penduduk Qasim menghadaplah ke
utara atau selatan

MENUTUP DIRI KETIKA BUANG HAJAT


Isyarat bahwa orang zaman dahulu membuang hajat mereka di daratan di muka
bumi ini, atau lokasi yang terpencil dari suatu tempat akan tetapi dengan syarat
tanah tsb berbentuk lebih rendah atau cekung. Kewajiban memakai penutup
(penghalang) bagi orang yang medatangi tempat buang hajat, karena inilah zhahir
dari perintah dalam hadits. Akan tetapi kaidah-kaidah yang ada menunjukkan
adanya perbedaan. Maka penutup yang digunakan hingga menutup aurat
hukumnya wajib, sedangkan penutup yang lebih dari itu hukumnya sunnah.
Hikmah dari perintah menutup aurat bahwa menampakkan aurat itu haram, sebab
yang membuka auratnya dianggap sama seperti hewan.

BERISTIGHFAR SAAT KELUAR DARI TEMPAT BUANGHAJAT


Seseorang bila keluar dari kamar mandi atau tempat buang hajat maka hendaknya
mengucapkan ghufranaka (aku memohon ampun kepada-Mu) sebagai bentuk
ittiba (mengikuti) sunnah Nabi. Ampunan yang berupa ditutupinya dosa
dimaafkan darinya. 2 kata sifat yang bisa menggambarkan yaitu As-Satr
(menutup) dan At-Tajawuz (dimaafkan), karena bentuk katanya menunjukkan
pada makna itu, yaitu terambil dari kata Al-Mighfar yang digunakan untuk
menutupi kepala ketika perang. Mighfar ini memberikan 2 manfaat pada kepala,
yaitu:
1. As-Satr (penutup)
2. Al-Wiqayah (pelindung)
BERISTINJA DENGAN MENGGUNAKAN TIGA BATU BAGI
63 | P a g e

Istijmar (istinja dengan menggunakan batu) harus dengan tiga batu, karena Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam meminta kepada Abdullah bin Masud agar
mencarikan tiga batu, lantas berkata kepadanya ketika menolak rautsah,
Ambilkan aku yang lainnya
Istijmar bisa menyucikannya, karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
Sesungguhnya itu Riks (najis). Sedangkan riks tidak bisa menyucikan. Ini
menunjukkan bahwasannya bila itu berupa hal yang baik lagi suci niscaya bisa
menyucikan, dan inilah pendapat yang shahih.
Berdasarkan hal itu maka, jika ada seseorang yang beristjimar dari kencing atau
buang air besar dengan batu, tanah atau sapu tangan, lantas keluar air atau kainnya
terkena basah yang sampai kepada tempat duduknya atau terkena kemaluannya,
apakah kita katakana bahwa daerah yang terkena air, basah dan keringat serta
menyentuh daerah tersebut berarti najis?
Jawabannya: tidak, dan inilah pendapat yang rajah lagi berdasar. Di antara para
ulama ada juga yang mengatakan, bahwa istijmar belum bisa menyucikan, dan
bahwasanya bekas istijmar tidak dimaafkan apabila sampai melewati daerah
tempat kotoran. Akan tetapi pendapat ini lemah. Yang benar bahwa istijmar bisa
menyucikan dengan kesucian yang sempurna.

LARANGAN ISTINJA DENGAN TULANG ATAU KOTORAN


Nabi bersabda, Sesungguhnya keduanya tidak bisa menyucikan. Yakni, tulang
dan kotoran hewan tidak bisa menyucikan. Sisi pendalillannya, karena najis dari
keduanya tidak bisa digunakan untuk bersuci. Barang itu najis maka bagaimna
mungkin digunakn untuk bersuci? Kemudian yang suci dari keduanya juga tidak
bisa digunakan untuk bersuci, karena tidak bisa didapatkan darinya kebersihan
secara sempurna. Jika memang lafazh, sesungguhnya dua barang itutidak bisa
menyucikan, adalah riwayat yang shahih, maka wajib membawa maknanya pada
tulang dan kotoran yang najis. Namun demikian jika tulang yang digunakan
64 | P a g e

seseorang untuk beristinjah atau istijmar maka tidak ada alasan untuk mengatakan
tidak menyucikan. Memang bersuci dengan tulang adalah haram, akan tetapi yang
haram berada pada satu sisi, sedangkan menyucikan pada sisi yang lain. Maka
perlu dikatakan pada orang yang beristinjah atau beristijmar dengan sesuatu yang
harfam, bahwa orang berdosa namun tempat bersucinya syah dan suci (bersih),
karena najisnya telah hilang. Jika bisa hilang dengan barang apapun maka sudah
cukup.

BERSUCI DARI AIR KENCING, KARNA ADZAB KUBUR


KEBANYAKAN DISEBABKAN OLEHNYA
Tidak di maafkan meskipun air kencing itu sedikit, karena nabi shallallahu alaihi
wa sallam bersabda,bersikanlah dari kencing.
Akan tetapi para ahli fikih rahimahumullah memberikan pengecualian kepada
orang yang terkena penyakit salisul baul (beser terus menerus) disertai dengan
kehati-hatian secara sempurna, yakni orang yang terkena penyakit beser
dimaafkan jika tertimpa sedikit air kencingnya, namun dengan syarat bahwa
dirinya telah benar-benar menjaga diri secara sempurna. Mereka memberikan
alasan bahwa menjaga diri dari banyak dan sedikitnya air kencing tersebut sangat
susah, dalam hal ini terdapat kesukaran, padahal allah taala berfirman,
dan dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama (QS. Al-Hajj: 78)
ayat ini bersifat umum untuk semua permasalahan agama, dan ada penyebutan
khusus berkenaan dengan masalah bersuci, yaitu firman Allah Taala,
Allah tidak ingin mengulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu
(QS. Al-Maidah: 6)
Apa yang dikecualikan oleh para ahli fiqih Rahimahumullah ini sangat terarah dan
beralasan, yang demikian itu untuk menghilangkan kesusahan, yakni bahwa kita
mengecualikan air kencing sedikit bagi orang yang terkena beser, tapi dengan

65 | P a g e

tetap berusaha menjaga diri semaksimal mungkin. Pengecualian ini karena adanya
kesusahan.

CARA DUDUK KETIKA BUANG HAJAT (1)


Dari Suraqah bin Malik Radhiyallahu Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada kami (cara duduk) dalam buang hajat,
(yaitu dengan) duduk diatas kaki kiri dan menegakkan kaki kanan. (Hadits
riwayat Al-Baihaqi dengan sanad yang dhaif)
Jika ahli kedokteran mengatakan bahwa cara duduk yang paling baik adalah
duduk yang seperti ini misalnya, sedangkan dalam syariat tidak ada yang
menunjukkan tata cara duduk tertentu, maka kita bisa mengambil pendapat para
dokter tersebut; karena permasalahan ini memiliki keterkaitan yang besar dengan
kesehatan tubuh, sedangkan rujukan permasalahan yang berkaitan dengan
kesehatan tubuh adalah para dokter. Namun bila ternyata pendapat dokter itu
bertentangan dengan apa yang disebutkan dalan As-Sunnah, maka kita harus
mengedepankan As-Sunnah.

CARA DUDUK KETIKA BUANG HAJAT (2)


Dari Isa bin Yazdad, dari ayahnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, Apabila seorang dari kalian telah kencing maka hendaknya ia
menggoyang-goyangkan kemaluannya tiga kali. Yakni menggerak-gerakkannya
dari bagian dalam seakan-akan berusaha memeras sebanyak tiga kali. Yang
demikian itu supaya sisa air kencingnya keluar.
Akan tetapi hadits ini Alhamdulillah dhaif, dan tidak shahih dari Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam. Jika ternyata memang demikian maka perbuatan
tersebut

bukanlah

sunnah.

Sehingga

syaikhul

Islam

Ibnu

Taiminah

Rahimahullahsecara jelas mengatakan bahwa menggoyang-goyangkan kemaluan


66 | P a g e

adalah bidah karena tidak ada dalil yang shahih berkenaan dengannya. Karena
hal itu juga bisa mengakibatkan seseorang terkena penyakit beser, atauwas-was
sebagaimana yang sudah diketahui.

BERISTINJA DENGAN AIR LEBIH UTAMA DARI BERISTINJA


DENGAN BATU
Menggabungkan antara batu dan air adalah lebih utama daripada hanya
mengcukupkan salah satunya saja. Karna hal itu lebih menyempurnakan bersuci.
Namun jika hanya bersuci dengan salah satu dari keduanya, manakah yang lebih
utama, air apa batu?
Para ulama menjawab, bahwa air lebih utama karna air lebih bersih dan lebih baik.
Yang dimaksud dengan lebih besrih adalah selama ia bisa bersih lebih banyak dan
lebih kuat kebersihannya maka itu lebih utama. Sedangkan di bawah itu dengan
menggunakan bebatuan, hanya saja batu bisa menyucikan sebagaimana telah
disebutkan dengan menggunakan tiga kali olesan yang bersih atau lebih maka itu
sudah bisa menyucikan.

BERISTINJA DENGAN AIR LEBIH UTAMA DARI BERISTINJA


DENGAN BATU (2)
Syarah Hadist :
Menggabungkan antara air dan batu lebih utama daripada menggunakan
air saja, kemudian air lebih utama dari batu.
Beberapa kandungan hadist:
1. Yang disunahkan ketika hendak masuk ketempat buang hajat adalah
berdoa.

67 | P a g e

2. Doa yang diucapkan ketika keluar dari tempat buang hajat adalah (Ayat )
Aku memohon ampun-Nya
3. Haramnya buang hajat yang menimbulkan gangguan pada manusia dan
membahayakan mereka
4. Boleh meminta bantuan orang lain untuk menyiapkan batu sebagai alat
beristijmarnya, dan bahwasana hal ini tidak bertentangan dengan sifat haya
(rasa malu)
5. Dilarang memegang zakar dengan tangan kanan saat kencing, dan bersuci
dari buang air besar menurut pendapat Jumhur, karena Nabi melarang hal
itu
6. Istijmar harus dengan menggunakan tiga batu/lebih, sedangkan istinja
tidak ada dalil yang membatasi jumlahnya, karena tujuannya adalah
menghilangkan kotoran
7. Bahwa membersihkan diri dari air kencing hukumnya wajib, demikian
pula dari buang air besar, karena kebanyakan azab kubur terjadi karena
kencing, yakni tidak membersihkan diri diri darinya.
8. Tidak boleh istijmar dengan sesuatu yang dimuliakan seperti makanan kita
dan makanan hewan ternak kita. Larangan Nabi SAW untuk istijmar
dengan menggunakan tulang, karena tulang merupakan makanan jin, dan
Nabi SAW juga melarang beristijmar dengan menggunakan kotoran
hewan, karena kotoran hewan merupakan makanan hewan tunggangan jin.
Oleh karena itu manusia lebih mulia daripada jin.

MANDI DAN HUKUM JUNUB


Kata (ayat) ada yang membacanya dengan dhammah (Al-Ghuslu) artinya
mempergunakan air dengan sifat yang khusus, yakni mandi, jika dibaca dengan
fathah (Al-Ghaslu) maka artinya At-Tathhir (membersihkan atau membasuh).
Adapun Al-Ghislu (dengan kasrah), berarti sesuatu yang dicampur dengan air,
seperti Isynan (sejenis daun untuk mencuci).

68 | P a g e

Sedangkan (ayat) Al-Junub, yaitu setiap orng yang berijma atau mengeluarkan air
mani. Junub terjadi dengan inzal (mengeluarkan mani) dilihat dari sisi yang
zhahir, dan dengan jima kerena hal itu penyebabnya

HUKUM HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN ORANG YANG


JUNUB
Syarah Hadist:
Sabda

Nabi

Air

(mandi)

kerena

Air

(mani),

Para

ahli

Balaghah

menyebutkannya dengan istilah jinas. Yakni, engkau menyebutkan dua kta yang
lafazhnya sama namun maknanya berbeda.
Hukum hukum yang berkaitan dengan orang yang junub
Apa saja yang bersifat merayap (melata), baik yang besar maupun yang kecil
asalnya adalah adri air (mani), yakni segala sesuatu yang hidup asalnya adalah air,
sedangkan orang-orang awam mentakwilkan ayat tsb dengan makna lain, mereka
mengatakan bahwa segala sesuatu bisa hidup dengan air.

Dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup beasal dari air (QS. AlAnbiya:30)
Berdasakan sabdannya, Air (mandi karena air (mani) atau karena mencium,
memandang, atau menyentuh atau dengan berbagai kondisi selama bisa
mengeluarkan air mani dengan memancar, maka wajib mandi, baik ia dalam
keadaan sadar atau bermimpi.
Yang harus dipahami bahwa bila tidak ada air (mani) maka tidak perlu mandi.
Yakni jika tidak sampai mengeluarkan air mani maka tidak perlu mandi.
Pemahaman ini secara umum mencakup apabila seseorang menggauli istrinya
69 | P a g e

(bersetubuh) dan tidak mengeluarkan air mani maka tidak ada kewajiban mandi
baginya.

WAJIBNYA MANDI KARENA JIMA

.

Jika ia telah duduk di antara keempat cabang istrinya, kemudian ia
membuatnya kepayahan (kiasan untuk bersetubuh), maka ia wajib mandi.
Meskipun tidak keluar air mani
Beberapa kandungan hadist:
1. Menggunakan kata kiasan pada suatu yang menibulkan rasa malu.Seperti
ucapan beliau, jika telah duduk diatas anggota yang empat. Tetapi
maksudnya adalah sebuah kiasan untuk istilah jima (bersetubuh).
2. Mandi sudah wajib apabila terjadi Al-Juhd (bersungguh-sungguh), ini
tidak terjadi kecuali setelah bertemunya dua khitan (kemaluan), yaitu
kemaluan suami dan kemaluan istri.Tidak ada kewajiban madi jika tidak
sampai inzal (keluarnya air mani).
3. Zharir hadist menunjukan wajibnya mandi bagi yang menyetubuhi
istrinya, baik dengan penghalang maupun tanpa penghalang, karena
apabila kemaluan lelaki telah masuk ke kemaluan wanita dengan
penghalang tertentu akan menggunakan

Al-Juhd (kesungguhan), Ada

sebagian Ulama yang berpendapat, bahwa tidak wajib mandi jia


menggunakan penghalang, karena pada lafazh disebutkan Jika khitan
(laki-laki) menyentuhkan khitan (wanita), dan Al-Massu (menyentuh)
tidak bias dibenarkan jika tanpa ada penghalang maka tidak disebut
menyentuh dan karena hukum asalnya tidak adanya kewajiban, tetapi jika
terjadi inzal (keluarnya mani) maka mandi itu wajib.
70 | P a g e

WANITA BERMIMPI SEPERTI MIMPINYA LAKI-LAKI


Wanita sama halnya seperti lelaki. Jika ia melihat bekas junub ketika bangun dari
tidurnya dan merasa yakin itu adalah air mani maka wajib mandi atasnya
meskipun tidak ingat bahwa dirinya telah bemimpi.
Tidak wajib mandi karena unsur keragu-raguan. Hukum ini diambil dari sabda
Nabi, Jika melihat air, beliau tidak mengatakan jika dia menyangka air, atau
Jika ada persangkaan kuat padanya, tetapi beliau mengatakan, jika dia melihat
air.
Penyerupaan bentuk berasal dari dua orang tua, yakni ayah dan ibu (lelaki dan
perempuan). Akan tetapi terkadang penyempurnaan bentuk sang anak laki-laki
atau perempuan lebih banyak dari ayah, dan terkadang sebaliknya, atau bahkan
bisa juga mirip keduanya. Terkadang mirip keduanya, akan tetapi kemungkinan
yang pertama (lebih mirip sang ayah adlah kebanyakan yang terjadi.

DISYARIATKAN MANDI KARENA EMPAT HAL


Disyariatkan mandi karena junub berdasarkan perbuatkan Nabi SAW, hanya saja
hukumnya wajib menurut ijma kaum muslimin berdasarkan firman Allah Taala.

jika kamu junub maka mandilah, (QS Al-Maidah:6)
Adapun mandi karena hijamah (bekam) tidak dihukumi wajib. Karena sebagian
ulama melemahkan hadist tsb seraya mengatakan , Tidak disunnahkan mandi
lantaran hijamah, karena Nabi SAW pernah berbekam dan shalat tanpa berwudhu
lagi, dan karena hijamah adalah keluarnya darah dari tubh sehingga tidak
disyariatkan mmandi sebagaimana halnya mimisan.

71 | P a g e

Mandi karena memandikan mayit, ini juga tidak wajib. Jika hadistnya tidak shahih
maka syarit tidak berlaku juga.
Jadi, ada dua mandi yang tersisa bagi kita, yaitu :
1. Mandi karena junub, ini hukumnya Fardhu (wajib)
2. Mandi pada hari jumat,

MANDINYA ORANG KAFIR YANG MASUK ISLAM


Bolehnya mengikat tawanan kafir pada tiang mesjid, karena Nabi SAW
menetapkan hal itu (dengan mendiamkannya), meskipun buakn beliau yang
memerintahkannya
Besikap lemah lembut dan berbuat baik kepada tawanan, karena hal itu bisa
melembutkan hatinya hingga condong kepada islam
Jika orang kafir saja diperbolehkan tinggal di dalam mesjid , maka orang junub
tentu juga diperbolehkan.

(jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub , terkecuali
sekedar berlalu saja, (QS An-Nisa:43)


"Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: 'Jika mereka berhenti (dari
kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka, tentang dosa-dosa
mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi, sesungguhnya akan
berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah, terhadap) orang-orang dahulu'."
(QS.8:38)
Jadi ada tiga hal yang perlu dilakukan untuk orang yang baru masuk islam, yaitu:

72 | P a g e

1. Melakukan khitan jika belum dikhitan


2. Sebaiknya membuang rambut yang ada pada dirinya, seperti bulu ketiak
dan rambut kemaluan
3. Mandi

MANDI SHALAT JUMAT WAJIB ATAS SETIAP ORANG BALIGH (1)


Para ulama yang berpendapat wajibnya mandi di hari Jum'at, bagi orang yang
akan menghadiri shalat Jum'at, mendasarkan pada beberapa dalil berikut ini:

"Mandi Jum'at adalah wajib bagi setiap yang telah bermimpi (baligh)." (HR.
Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al -Tirmidzi)
Hadits ini menjadi dalil utama bagi orang yang berpendapat wajbnya mandi hari
Jumat.
Dalam Shahih Muslim disebutkan, "ketika Umar bin Khathab radliyallah 'anhu
berkhutbah di hari Jum'at, tiba-tiba Utsman bin 'Affan masuk. Maka Umar
memotong khutbahnya untuk menegurnya seraya berkata, "kenapa orang-orang
terlambat setelah seruan dikumandangkan?" Utsman menjawab, "Ketika aku
mendengar seruan Adzan, aku tidak dapat berbuat lebih daripada sekedar wudlu'
dan kemudian berangkat." Maka Umar berkata, "hanya berwudlu? Bukankah
kalian pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Apabila salah seorang kalian berangkat shalat Jum'at hendaklah dia mandi."
(HR. Muslim)

73 | P a g e

Dalam riwayat Bukhari, Umar berkata, "tidaklah kalian pernah Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:

"Apabila salah seorang kalian berangkat shalat Jum'at, hendaklah ia mandi."
Dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda,

"Wajib bagi setiap muslim untuk mandi pada satu hari dari setiap tujuh hari,
pada mandi itu dia mengguyur kepala dan badannya." (HR. Bukhari)
Dalam lafadz al-Nasai dari Jabir yang dia sandarkan kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam,

"Kewajiban bagi setiap muslim, pada setiap tujuh hari untuk mandi pada satu
hari, yaitu pada hari Jum'at." (HR. Al Nasai dan dinilai shahih oleh Syaikh al
Albani dalam Shahih al-Nasai (1/44) dan dalam Irwa' al Ghalil (1/173)).

MANDI SHALAT JUMAT WAJIB ATAS SETIAP ORANG BALIGH (2)


,
"Barangsiapa yang berwudlu', maka dia telah mengikuti sunnah dan itu yang
terbaik. Barangsiapa yang mandi , maka yang demikian itu lebih afdhal." (HR.
Abu Dawud no. 354, al-Tirmidzi no. 497, al-Nasai no. 1379, Ibnu Majah no.
1091, Ahmad, no. 22. Imam al-Tirmidzi menghasankannya)

74 | P a g e

barang siapa mandi maka mandi itu lebih


Sabda Nabi SAW
utama. mandi lebih utama, menunjukan bahwa mandi tersebut bukanlah wajib,
karena dengan digabungkan pada kalimat, maka boleh (mengambil ruskshah itu)
dan itu

sebaik-baik (ruskshah). Seandainya itu wajib niscaya beliau tidak

mengatakan bahwa itu lebih utama.

KOREKSI PENDAPAT TENTANG LARANGAN MEMBACA AL-QURAN


BAGI ORANG JUNUB


Wahai Rasul! Sampaikanlah (semua) apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.
Jika tidak kamu lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya (QS Al-Maidah:67)

Wanita haid juga tidak boleh membaca al-quran karena diikutkan hukumnya
dengan orang junub, diperolehkan bagi orang yang memiliki hadast kecil untuk
membaca Al-Quran, berdasarkan perkataannya. selama tidak dalam keadaan
junub.

BARANGSIAPA YANG MENGGAULI ISTRINYA DAN INGIN KEMBALI


MENGULANGI MAKA HENDAKNYA BERWUDHU

Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan istriistri kamu sebelum kamu bercampur (QS A-Baqarah: 236)
Sabda Nabi kemudian ia ingin mengulanginya yakni ingin ijma lagi maka
hendaknya ia berwudhu di antara dua jima dengan sekali wudhu, wudhu semua
75 | P a g e

sudah tahu, tetapi mandi lebih utama.kemudian secara zhahir nampaknya tidak
perlu membasuh kemaluan, akan tetapi membasuh kemaluan tentu lebih utama
dan lebih pantas untuk disyariatkan dari sekedar berwudhu.

BERWUDHU BAGI ORANG JUNUB JIKA INGIN TIDUR


Orang junub boleh tidur tanpa berwudhu terlebih dahulu, ada yang berpendapat
bahwa tidak boleh bagi orang yang junub untuk tidur kecuali berwudhu terlebih
dahulu, sedangkan dalil

nazhari (melalui pengamatan), bahwa selayaknya

seseorang tidur dalam keadaan suci. Karena jiwanya akan berpisah dengan
tubuhnya, meskipun bukan perpisahan secara sempurna. Sehingga sangat pantas
bila tidur dalam keadaan suci.

SIFAT MANDI JUNUB NABI SAW (1)


Allah Taala berfirman:

Dan jika kalian junub maka bersucilah (mandilah). (QS. Al-Maidah: 6)
Dari Aisyah -radhiallahu anha- dia berkata:








Kebiasaan Rasulullah -shallallahualaihiwasallam- jika beliau mandi junub
adalah: Beliau memulainya dengan mencuci kedua tangan beliau, kemudian
beliau menuangkan air dengan tangan kanan ke atas tangan kiri lalu mencuci
kemaluanya, kemudian beliau berwudhu seperti wudhu untuk shalat, kemudian
beliau mengambil air lalu memasukkan jari-jemarinya ke semua pangkal rambut.
76 | P a g e

Sampai setelah beliau memandang bahwa airnya sudah merata mengenai semua
rambut beliau, beliau lalu menyiram kepalanya sebanyak tiga kali tuangan,
kemudian beliau mencuci seluruh tubuh beliau, kemudian akhirnya mencuci
kedua kaki beliau. (HR. Al-Bukhari no. 248 dan Muslim no. 316)
Dari Maimunah bintu Al-Harits -radhiallahu anha- dia berkata:









Aku pernah membawa air mandi untuk junub kepada Rasulullah -shallallahu
alaihi wasallam-. Lalu beliau memulai dengan membasuh dua telapak
tangannya sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian beliau memasukkan tangannya
ke dalam wadah berisi air, lalu menuangkan air tersebut pada kemaluan beliau,
dan beliau mencucinya (kemaluan) dengan tangan kiri. Setelah itu, beliau
menggosokkan tangan kiri ke tanah dengan gosokan yang kuat. Kemudian beliau
berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Kemudian beliau menuangkan air ke
kepala beliau sebanyak tiga kali sepenuh telapak tangan, lalu beliau mencuci
seluruh tubuhnya. Kemudian beliau bergerak mundur dari tempat beliau berdiri,
lalu beliau mencuci kedua kakinya. Kemudian aku mengambilkan handuk untuk
beliau, tetapi beliau menolaknya. (HR. Al-Bukhari pada banyak tempat, di
antaranya no. 259 dan Muslim no. 723)
Kalimat [berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat], diterangkan dalam riwayat
lain, Kemudian beliau berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung,
kemudian beliau mencuci wajahnya dan kedua lengannya (tangannya sampai
siku).
SIFAT MANDI JUNUB NABI SAW (2)

77 | P a g e

Sifat mandi yang sempurna ada dua cara, disebutkan dalam hadits Aisyah dan
Maimunah yang keduanya diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim.
Berikut penyebutannya:
A. Cara mandi junub yang pertama:
Aisyah berkata, Sesungguhnya kebiasaan Nabi -shallallahu alaihi wasallamkalau beliau mandi junub adalah: Beliau mulai dengan mencuci kedua (telapak)
tangannya, kemudian beliau berwudhu (sempurna) seperti wudhu beliau kalau
mau shalat. Kemudian beliau mengambil air lalu memasukkan jari-jemarinya ke
dasar-dasar rambutnya, sampai tatkala beliau merasa air sudah membasahi
semua bagian kulit kepalanya, beliau menyiram kepalanya dengan air sebanyak
tiga kali tuangan, kemudian beliau menyiram seluruh bagian tubuh yang
lainnya. (HR. Al-Bukhari no. 248, 272 dan Muslim no. 316)
Kesimpulan cara yang pertama adalah:
1. Mencuci kedua telapak tangan tanpa ada pembatasan jumlah.
2. Berwudhu sempurna, dari mencuci telapak tangan sampai mencuci kaki. Jadi
telapak tangannya kembali dicuci, berdasarkan lahiriah hadits.
3. Setelah berwudhu sempurna, beliau mengambil air dengan kedua telapak
tangan beliau lalu menyiramkannya ke kepala seraya memasukkan jari jemari
beliau ke bagian dalam rambut agar seluruh bagian rambut dan kulit kepala
terkena air.
4. Setelah yakin seluruh bagian kulit kepala telah terkena air, beliau menuangkan
air ke atas kepalanya sebanyak tiga kali tuangan.
5. Kemudian yang terakhir beliau menyiram seluruh tubuhnya yang belum terkena
air.
B. Cara mandi junub yang kedua:
Ini disebutkan dalam hadits Maimunah, istri Nabi -shallallahu alaihi wasallam-.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 259, 265, 266, 274, 276, 281 dan berikut lafazh
gabungan seluruh riwayatnya:
78 | P a g e

Maimunah berkata, Saya meletakkan air yang akan digunakan oleh Nabi
-shallallahu alaihi wasallam- untuk mandi lalu menghijabi beliau dengan kain.
Maka beliau menuangkan air ke kedua (telapak) tangannya lalu mencuci
keduanya sebanyak dua kali atau tiga kali, kemudian beliau menuangkan air
dengan tangan kanannya ke tangan kirinya lalu mencuci kemaluannya dan
bagian yang terkena kotoran, kemudian beliau menggosokkan tangannya ke
lantai atau ke dinding sebanyak dua kali atau tiga kali. Kemudian beliau
berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung, kemudian beliau mencuci
wajahnya dan kedua lengannya (tangannya sampai siku), kemudian beliau
menyiram kepalanya sebanyak tiga kali kemudian menuangkan air ke seluruh
tubuhnya. Kemudian beliau bergeser dari tempatnya lalu mencuci kedua
kakinya. Maimunah berkata, Lalu saya membawakan sepotong kain kepada
beliau (sebagai handuk) tapi beliau tidak menghendakinya lalu beliau mengusap
air dari badannya dengan tangannya. (Diriwayatkan juga yang semisalnya oleh
Muslim no. 723)
Kesimpulan cara yang kedua:
1. Menuangkan air ke kedua telapak tangannya lalu mencuci keduanya sebanyak
dua atau tiga kali.
2. Mengambil air dengan tangan kanannya lalu menuangkannya ke tangan kirinya,
lalu beliau mencuci kemaluannya dengan tangan kirinya dan juga mencuci bagian
tubuh yang terkena kotoran (madzi atau mani).
3. Menggosokkan tangan kirinya itu ke lantai atau dinding atau tanah untuk
membersihkannya, sebanyak dua atau tiga kali.
4. Berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung lalu mengeluarkannya.
5. Mencuci wajah lalu mencuci kedua tangan sampai ke siku.
6. Lalu menyiram kepala sebanyak tiga kali siraman.
7. Menyiram seluruh bagian tubuh yang belum terkena air.
8. Bergeser dari tempatnya berdiri lalu mencuci kedua kaki.
Inilah dua kaifiat mandi junub sempurna yang setiap muslim hendaknya
mengerjakan keduanya secara bergantian pada waktu yang berbeda, terkadang
79 | P a g e

mandi junub dengan kaifiat Aisyah dan pada kesempatan lain dengan kaifiat
Maimunah, wallahu alam.
Berikut beberapa permasalahan dalam mandi junub yang tidak tersebut pada
kedua hadits di atas:
1. Wajibnya niat dan tempatnya didalam hati.
Karena niat adalah syarat sahnya seluruh ibadah, sebagaimana dalam hadits Umar
bin Al-Khaththab yang masyhur, Sesungguhnya setiap amalan -syah atau
tidaknya- tergantung dengan niatnya. (HR. Al-Bukhari no. 1 dan 54 dan Muslim
no. 1907)
2.Hukum membaca basmalah.
Tidak disebutkan dalam satu nash pun adanya bacaan basamalah dalam mandi
junub, karenanya kami berpendapat tidak adanya bacaan basmalah di awal mandi
junub. Kecuali kalau dia membaca bismillah untuk gerakan wudhu yang ada di
tengah-tengah kaifiat mandi, maka itu kembalinya kepada hukum membaca
basmalah di awal wudhu. Dan telah kami bahas pada beberapa edisi yang telah
berlalu bahwa hukumnya adalah sunnah.
3. Diharamkan seorang yang mandi junub untuk menceburkan dirinya ke dalam
air yang diam seperti kolam dan sejenisnya. Berdasarkan hadits Abu Hurairah
secara marfu, Janganlah salah seorang di antara kalian mandi di dalam air
yang diam sementara dia junub. (HR. Muslim no. 283)
4. Disunnahkan untuk memulai dengan anggota tubuh bagian kanan. Aisyah
berkata, Kami (istri-istri Nabi) jika salah seorang di antara kami junub, maka
dia mengambil air dengan kedua tangannya lalu meletakkannya di atas
kepalanya. Salah satu tangannya menuangkan air ke bagian kepalanya yang
kanan dan tangannya yang lainnya di atas bagian kepalanya yang kiri. Dia
melakukan itu sebanyak tiga kali. (HR. Al-Bukhari no. 277)

80 | P a g e

5. Bagi yang mengikat rambutnya, apakah dia wajib melepaskan ikatannya?


Imam Al-Baghawi berkata -tentang hadits Ummu Salamah yang telah berlalu di
awal pembahasan- dalam kitab Syarh Sunnah (2/18), Hadits inilah yang
diamalkan di kalangan semua ahli ilmi, bahwasanya membuka kepang rambut
tidak wajib pada mandi junub selama air bisa masuk ke dasar rambutnya.
Kami katakan: Kalau tidak bisa masuk maka wajib membukan ikatan rambutnya.
6. Bolehkah memakai handuk setelah mandi junub?
Wallahu alam, lahiriah hadits Maimunah di atas dimana Nabi -shallallahu alaihi
wasallam- menolak handuk yang diberikan oleh Maimunah, menunjukkan
disunnahkannya untuk tidak membasuh badan dengan kain akan tetapi dengan
tangan. Walaupun hukum asalnya adalah boleh membasuh tubuh dengan kain
setelah mandi, hanya saja yang kita bicarakan adalah mana yang lebih utama.
7. Setelah mandi junub, seseorang boleh langsung shalat tanpa berwudhu kembali
karena mandi junub sudah mencukupi dari wudhu. Hal ini berdasarkan hadits
Aisyah, Adalah Nabi -shallallahu alaihi wasallam- tidak berwudhu lagi setelah
mandi. (HR. Abu Daud no. 172)
Ibnu Qudamah berkata dalam Al-Mughny 1/289, Mandi (junub) dijadikan
sebagai akhir dari larangan untuk shalat, karenanya jika dia telah mandi, maka
wajib untuk tidak terlarang dari sholat. Sesungguhnya keduanya yaitu mandi dan
wudhu, dua ibadah yang sejenis, maka yang kecil di antara keduanya (wudhu)
masuk (terwakili) ke dalam yang besar sebagaiamana halnya umrah di dalam
haji.
8. Tidak boleh menggabungkan antara mandi junub dengan mandi haid, karena
kedua jenis mandi ini telah tegak dalil yang menerangkan wajibnya untuk
mengerjakan masing-masing darinya secara tersendiri, karenanya tidak boleh
disatukan pada satu mandi. Lihat pembasan masalah ini dalam Tamamul Minnah
hal. 126, Al-Muhalla (2/42-47)

81 | P a g e

Adapun mandi junub dengan mandi jumat, maka boleh digabungkan. Berdasarkan
hadits Aisyah secara marfu, Barangsiapa yang mandi pada hari jumat maka
hendaknya dia mandi dengan cara mandi junub. (HR. Ahmad)
Para ulama menerangkan bahwa pengamalan hadits di atas bisa dengan dua cara:
a. Apakah dia sengaja membuat dirinya junub yaitu dengan berhubungan dengan
istrinya pada hari jumat, agar dia bisa mandi junub pada hari itu.
b. Ataukah dia mandi jumat dengan kaifiat mandi junub, walaupun dia tidak
dalam keadaan junub, wallahu alam.
9. Dimakruhkan untuk berlebih-lebihan (boros) dalam menggunakan air, baik
dalam wudhu maupun dalam mandi junub. Ini berdasarkan dalil umum yang
melarang untuk tabdzir (boros) dan berlebih-lebihan dalam segala sesuatu.
10. Cara mandi bersih dari haid/nifas sama dengan mandi junub kecuali dalam
dua hal:
a. Disunnahkan setelah mandi untuk menggosok kemaluan dan yang bagian
terkena darah dengan kapas atau yang semacamnya yang telah diolesi dengan
minyak wangi. Ini untuk membersihkan dan mensucikan dari bau yang kurang
sedap.
Hal ini berdasarkan hadits Aisyah secara marfu, Salah seorang di antara kalian
(wanita haid) mengambil air yang dicampur dengan daun bidara lalu dia bersuci
dan memperbaiki bersucinya. Kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya
seraya menggosoknya dengan gosokan yang kuat sampai air masuk ke akar-akar
rambutnya, kemudian dia menyiram seluruh tubuhnya dengan air. Kemudian dia
mengambil secarik kain yang telah dibaluri dengan minyak misk lalu dia
berbersih darinya. Aisyah berkata, Dia mengoleskannya ke bekas-bekas
darah. (HR. Muslim no. 332 dari Aisyah)
b. Disunnahkan mandi dengan air dan daun bidara sebagaimana dalam hadits di
atas.
Wallahu alam bishshawab

82 | P a g e

APAKAH WANITA MENGURAI RAMBUTNYA SAAT MANDI ?


Bolehnya mengikat rambut kepala, tetapi dilarang bagi wanita untuk menghias
rambut kepalanya menjulang ke arah atas. Karena bisa jadi itu akan menjadi
sebab secara berkala hingga berbentuk seperti punuk unta yang berlenggok
lenggok.
Tidak diwajibkan untuk menguraikan rambut kepala wanita ketika mandi junub
atau mandi suci dari haid, berdasarkan sabda Nabi SAW, Tidak, Telah kita
kemukakan bahwa jawaban nabi mengandung kemungkinan larangan atau
menafikan hal wajib.
Cukup seseorang menyiramkan air ke atas kepalanya sebanyak tiga kali siraman
(Cidukan)

LARANGAN UNTUK BERDIAM DI DALAM MESJID BAGI ORANG


YANG JUNUB DAN HAID
Tidak boleh bagi wanita haid untuk berdiam diri di dalam mesjid, baik berdiam
diri dengan duduk, berbaring atau bolak-balik didalamnya. Oleh karena, Nabi
SAW melarang wanita haid untuk tawaf .
Sebagian orang menyangka bahwa makna darurat adalah hajat (keperluan),
sehingga wanita boleh-boleh saja melakukan tawaf apabila keluarganya hendak
meninggalkan mekah, meskipun masih memungkinkan bagi wanita itu untuk
kembali tawaf dengan mudah setelah suci dari haid.
Faidah lain dari hadist ini bahwa secara zharirnya,wanita tidak boleh melintasi
mesjid ketika dalam keadaan haid, demikian juga dengan orang junub,
berdasarkan sabda nabi, aku tidak menhalalkan hal itu untuk wanita haid dan
orang junub.

83 | P a g e

MANDINYA SUAMI DAN ISTRI DARI SATU BEJANA


Keterusterangan istri-istri para sahabat bahwasana merekas bisa menjelaskan
suatu kebenaran meskipun terkadang berupa hal yang menimbulkan rasa malu.
Diperbolehkan seorang suami mandi bersama istrinya dalam satu bejana. Anatar
suami dan istri boleh melepaskan pakaian satu dengan lainnya, karena yang
namanya mandi pasti melepaskan pakaian, dan memang begitulah.
Orang junub boleh menciduk air untuk bersuci. Bahwa air yang telah terkena
celupan tangan orang yang ber-hadats tetap bisa menyucikan. Jika tidak tentu dari
awal celupan sudah hilang kesuciannya.

WAJIB MEMBASAHI SELURUH TUBUH KETIKA MANDI JUNUB


Menyeluruhnya junub untuk semua tubuh.ini adalah perkara yang sudah diketahui
dan faktanya memang demikian, bahwa seseorang ketika mengeluarkan air mani
maka tubuhnya akan bergetar.
Wajibnya memerhatikan kulit secara lahir dan batin ketika mandi, mandi tidak
sama dengan wudhu, ketika mandi seseorang wajib membasuh rambut dan bagian
bawahnya bagaimanapun kondisi rambut (baik tipis dan lebat). Bersuci dari junub
mencakup seluruh tubuh, sehingga menjadi lebih kuat dari thaharah hadats kecil,
dengan demikian maka konsekuensinya adalah wajib membasuh seluruh rambut
dan bagian bawahnya secara mutlak
TAYAMUM
Tayamum secara bahasa artinya Al-Qashdu ( maksud atau tujuan)

84 | P a g e



sedangkan kamu tidak mendapatkan air, maka bertayammumlah kamu dengan
debu yang baik (suci)(QS An-nisa:43)
Syarat tayamum :
Tayamum memiliki beberapa syarat, diantaranya:
Tidak bisa menggunakan air, baik karea airnya tidak ada atau berbahaya jika
menggunakannya. Menurut tinjauan yang benar, bahwa tayamum merupakan
cabang, sedangkan bersuci dengan air adalah pokok. Tidak boleh menjalankan
cabang bila masih memungkinkan adanya pokok.

BOLEHNYA TAYAMUM DENGAN SEMUA BAGIAN PERMUKAAN


BUMI
Semua Pemukaan bumi bisa dan sah digunakan untuk tempat shalat Sehingga
dengan keumuman nash memberikan faedah bolehnya tayammum dengan seluruh
apa yang tampak di permukaan bumi. (Taudhihul Ahkam min Bulughil Maram,
1/427)
Dari perselisihan ahlul ilmi yang kami paparkan di atas, penulis dalam hal ini
lebih condong pada pendapat yang menyatakan bolehnya bertayammum dengan
seluruh permukaan bumi dan apa yang berada di atasnya, wallahu taala alam.
Allamatusy Syaikh Asy-Syinqithi t dalam tafsir beliau terhadap ayat:
Maka bertayammumlah kalian dengan tanah/debu yang baik/suci, usaplah wajahwajah kalian dan tangan-tangan kalian dengannya. (An-Nisa: 43)
menyatakan bahwa huruf min () dalam ayat ini bukanlah bermakna tabidh
(sebagian)1, tapi maknanya ibtida`ul ghayah2, sehingga untuk bertayammum
tidak harus menggunakan tanah yang berdebu. Selain itu di kebanyakan negeri
didapatkan tidak ada padanya kecuali pasir atau pegunungan, maka mengharuskan
tayammum dengan tanah debu yang dapat menempel pada tangan merupakan
perkara yang memberatkan.3 Juga yang menguatkan pendapat ini adalah hadits
85 | P a g e

yang diriwayatkan dalam Ash-Shahihain dari Jabir bin Abdillah c, bahwasanya


Rasulullah n bersabda:
Diberikan kepadaku lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang nabi pun
sebelumku; (pertama) aku ditolong dengan diberikan rasa takut pada musuhmusuhku terhadapku walaupun jarak (aku dan mereka) masih sebulan perjalanan,
(kedua) bumi dijadikan untukku sebagai masjid (tempat mengerjakan shalat) dan
sebagai sarana bersuci, maka siapa saja dari umatku didapati waktu shalat,
hendaklah ia shalat. (HR. Al-Bukhari no. 335, 438 dan Muslimno. 521)
Hadits ini merupakan nash yang jelas yang menunjukkan bila waktu shalat
mendapati seseorang sementara ia berada di tempat yang padanya hanya ada
pegunungan atau pasir maka shaid yang thayyib yang berupa bebatuan atau pasir
merupakan penyuci baginya dan tempat shalatnya/masjidnya. (Adhwa`ul Bayan
tafsir surat An-Nisa ayat 43)
Al-Imam Ash-Shanani t berkata: Hadits ini menunjukkan bolehnya tayammum
dengan seluruh bagian bumi. (Subulus Salam, 1/146)
Adapun hadits

Hudzaifah

yang

seakan membatasi

tayammum

dengan

menggunakan tanah berdebu maka bisa diterangkan dari beberapa sisi:


Pertama: Perkara yang disebutkan dalam hadits ini (tanah berdebu dapat
digunakan untuk bersuci) dinyatakan dalam rangka menunjukkan anugerah yang
diberikan kepada umat Islam (tidak diberikan kepada umat sebelumnya), sehingga
yang demikian mencegah dianggapnya mafhum mukhalafah (yakni selain debu
tidak boleh). Karena itulah ulama bersepakat membolehkan makan dendeng
daging ikan, padahal Allah mengkhususkan penyebutan daging ikan yang segar
dalam firman-Nya:
Dialah yang menundukkan lautan (untuk kalian) agar kalian dapat makan daging
(ikan) yang segar dari lautan tersebut. (An-Nahl: 14)
Yang demikian itu karena penyebutan dalam ayat adalah untuk menunjukkan
anugerah yang dilimpahkan-Nya maka tidak bisa dipahami dengan mafhum
mukhalafah bahwa selain daging segar tidak boleh dimakan.
Kedua: Yang dipahami dari lafadz turbah (dalam hadits tersebut yang berarti
86 | P a g e

tanah) adalah mafhum laqab, sementara mafhum laqab adalah selemah-lemah


pemahaman. Juga mafhum ini tidak bisa diangkat untuk mengkhususkan
keumuman Al Kitab dan As Sunnah. Oleh karena itu tidak teranggap dan tidak
bisa dipakai/diamalkan menurut para imam ahli ushul. Inilah pendapat yang benar
sebagaimana dimaklumi dalam ilmu ushul.
Ketiga: Turbah adalah salah satu bagian dari shaid. Menurut jumhur (mayoritas)
ulama, penyebutan sebagian satuan dari sesuatu yang umum dengan hukum yang
umum bukanlah sebagai pengkhususan bagi yang umum tersebut,

TAYAMUM DENGAN SEKALI ATAU DUA KALI TEPUKAN UNTUK


WAJAH DAN DUA TELAPAK TANGAN (1)
Tempat yang mesti disucikan pada tayamum adalah dua anggota saja yaitu wajah
dan kedua telapak tangan. Kedua anggota tersebut merupakan anggota yang
paling mulia bila dinisbatkan kepada wudhu. Wajah lebih mulia dari kepala, dan
kedua tangan lebih mulia daripada kedua kaki.
Tayamum berupa sekali tepukan untuk wajah dan dua telapak tangan.
Disyariatkan meniup setelah menepukan tangan ke tanah. Akan tetapi kita kataka,
bahwa ini dilakukan manakal ada banyak debu yang menempel pada telapak
tangan.

TAYAMUM DENGAN SEKALI ATAU DUA KALI TEPUKAN UNTUK


WAJAH DAN DUA TELAPAK TANGAN (2)
Harus ada dua pukulan dalam tayamum, namun selama kita membenarkan bahwa
hadits

87 | P a g e

sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu(QS. Al-Maidah:6)


Hadis Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw bersabda,
Tayamum itu dua kali tepukan. Tepukan pertama untuk mengusap wajah dan
tepukan kedua untuk mengusap kedua tangan hingga ke dua siku (HR Hakim dan
Baihaqi.. Termasuk hadis Dhaif)
B. Hadis Ibnu Umar tentang seorang laki laki yang datang kepada Rasulullah
karena ada keperluan, kemudian ia mengucapkan salam dan selanjutnya
menyebutkan,
Beliau menepukkan tangannya pada dinding, kemudian mengusapkan kepada
wajahnya. Kemudian beliau menepukkan tangannya dengan tepukan yang lain
dan mengusapkan pada ke dua lengannya, setelah itu Rasulullah baru menjawab
salam orang tersebut (HR Abu Daud dan Baihaqi, Hadis ini dhaif)
C. Hadis riwayat Abu Juhaim yang menyebutkan,
hingga beliau berdiri dekat dinding, kemudian menggosoknya dengan tongkat
yang dipegangnya dan meletakkan kedua tangannya pada dinding, lalu mengusap
wajah dan lengannya, kemudian membalas salamku (HR SyafiI, Hadis ini
munkar)
Dari dua pendapat tersebut, pendapat yang rajah adalah pendapat yang pertama
bahwa tepukan tangan ke tanah hanya sekali dan tidak dua kali. Hal ini dapat
dipahami bahwa hadis hadis yang dipakai sebegai hujjah oleh pendapat kedua
adalah hadis hadis dhaif.

TANAH MENJADI MEDIA BERSUCI BAGI SEORANG MUSLIM


SELAMA TIDAK MENDAPATKAN AIR
88 | P a g e

Boleh bertayamum dengan seluruh bagian bumi berdasarkan sbda beliau Tanah
adalah media bersuci seorang muslim. Tanpa adanya batasan.
Kapan pun seseorang tidak bisa menggunakan air meskipun dalam jangka waktu
yang lama, maka ia boleh bertayamum. Bolehnya menggunakan mubalaghah
(hiperbola) dalam perkataan. Batalnya bersuci dengan tayamum dengan adanya
air berdasarkan hal ini maka jika seseorang telah bertayamum untuk
menghilangkan junub kemudian menemukan air, maka ia wajib mandi.
Wajib menghilangkan penhalang pada anggota yang disucikan

SHALAT DENGAN TAYAMUM LALU MENDAPATKAN AIR SETELAH


SHALATNYA
Mencari air tidak wajib jika seseorang telah mengetahui bahwa didaerah sekitar
dirinya tidak ada air. Orang

yang telah bertayamum dan shalat kemudian

menemukan air, maka tidak ada kewajiban baginya untuk mengulangi shalatnya.
Ada tiga gambaran mengenai masalah ini:
a. Mendapatkan air setelah keluar waktu shalat, maka tidak perlu mengulangi
shalat, semua satu pendapat
b. Mendapatkan air setelah shalat dan waktunya masih tersisa
c. Mendapatkan air pada waktu melakukan shalat, misalnya orang itu
memiliki teman yang kemudian mendatangkan air padanya, atau turun
hujan ditengah melakukan shalat sehingga mendapatkan air

DISYARIATKANNYA TAYAMUM PADA ORANG JUNUB (ORANG YANG


TERLUKA PARAH) BILA DIKHAWATIRKAN MENINGGAL (BILA
TERKENA AIR)

89 | P a g e

Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu tentang firman Allah (Dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan) beliau mengatakan: "Apabila seseorang mengalami lukaluka di jalan Allah atau terserang penyakit kudis lalu ia junub tetapi dia takut
akan mati jika dia mandi maka bolehlah baginya bertayammum." (Hadits
Riwayat Ad-Daruquthni secara mauquf marfu' menurut Al-Bazzar dan
shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Hakim)
Perkataannya, Hadits riwayat Ad-Daruquthni secara mauquf marfu'
menurut Al-Bazzar dan shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Hakim. Yang
shahih adalah mauquf dan bahwasanya riwayat tersebut berasal dari penafsiran
Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma terhadap ayat yang dimaksud.
Beberapa kandungan dari Atsar ini:
1. Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berpendapat bahwa sakit yang
dimaksud dalam ayat adalah sakit lantaran terluka karena jihad dijalan
Allah atau selainnya. Akan tetapi Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma
menambahkan, ketika orang itu khawatir terjadi kematian. Dalam dua
perkara itu terdapat hal yang perlu dikaji.
Pertama: Kita katakan bahwa ini adalah sekedar contoh, yaitu, Apabila
seseorang terkena luka dijalan Allah. Maksudnya bukanlah takhshish
(pengkhususan).
Demikian juga perkataannya, Dan merasa khawatir akan meninggal, ini
juga pernyataan sebagai contoh saja, bukan sebagai batasan. Karena Ibnu
Abbas Radhiyallahu Anhuma tentu mengetahui hukum semacam ini yang
telah tersebar musibahnya.
2. Orang yang terkena luka dan merasa khawatir apabila luka tersebut
dibasuh maka akan membahayakan nyawanya, atau kurang dari itu maka
ia boleh bertayamum. Ini diambil dari keumuman firman Allah SWT.
Dan jika kamu sakit, juga diambil dari firman Allah SWT.
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kseanggupanmu. (QS.
At-Taghabun: 16). Dan firman-Nya,
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. (QS An-Nisa: 29)

90 | P a g e

Semua ini menunjukkan bahwa seseorang apabila terkena luka yang


membahayakan dirinya bila terkena air, maka ia boleh bertayamum.
Para ulama Rahimahumullah berkata, bahwa apabila seseorang terluka dan
air tidak membahayakan dirinya saat digunakan maka wajib dibasuh, karena ia
mampu dan tidak ada perbedaan antaranya dengan orang yang sehat. Jika
membahayakannya, namun tidak berbahaya dengan mengusapnya maka harus
diusap, jika membahayakannya meskipun hanya mengusap maka ia boleh
bertayamum. Urutan ini diambil dari keumuman firman Allah SWT. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu. (QS. At-Taghabun:
16)
Kewajiban membasuh luka apabila tidak membahayakan maka ini sudah
jelas. Sedangkan kewajiban mengusap, karena mengusap dengan air lebih dekat
dengan tayamum, sehingga diambil dari yang lebih dekat kemudian yang dekat.
Adapun jika sampai membahayakan meski sekedar mengusap maka ia boleh
bertayamum. Ini diqiyaskan dengan seseorang apabila tidak mampu menggunakan
air pada sebagian anggota tubuh, maka ia seperti orang yang tidak mampu
menggunakan air pada seluruh tubuh. Sebab tayamum menunjukkan tentang
bersuci dengan air.
Sebagian ulama mengatakan bahwa apabila tidak mampu membasuh luka,
maka otomatis mengusap gugur darinya sehingga boleh tayamum. Mereka
mengatakan, sesungguhnya Allah SWT berfirman: Dan bertaqwalah kamu
kepada Allah menurut kesanggupanmu. Orang ini tidak bisa membasuh maka
gugurlah hal itu darinya.
Akan tetapi yang benar adalah Al-Ghuslu (membasuh), kemudian AlMashu (mengusap), lalu tayamum.
HUKUM MENGUSAP DI ATAS JABIRAH (PERBAN PEMBALUT
TULANG)
Dari Jabir Radhiyallahu Anhu tentang seseorang yang terluka lalu ia mandi dan
akhirnya mati, Sebenarnya cukup baginya untuk bertayammum, dan
membalutkan kain pada lukanya, kemudian mengusap di atasnya dan membasuh
sisa tubuh lainnya.(Hadits riwayat Abu Dawud dengan sanad yang
91 | P a g e

didalamnya terdapat kelemahan, dan di dalamnya terdapat ikhtilaf pada


para perawinya)
Ibnu Hajar Rahimahullah meringankan kelemahan hadits ini. Ia
mengatakan, Di dalamnya terdapat kelemahan, dan tidak mengatakan,
Sesungguhnya itu adalah hadits yang lemah sekali.
Barangkali bisa dikatakan , bahwa hadits ini cocok untuk dijadikan
penguat terhadap hadits Ali Radhiyallahu Anhu.
Bila dikatakan, bahwa ini bukan syahid (penguat); karena hadits Ali
Radhiyallahu Anhu derajatnya sangat lemah sekali sehingga tidak bisa dijadikan
hujjah. Apabila pada hadits tersebut memang lemah gugur, maka masih tersisa
pada hadits ini suatu kelemahan. Di dalamnya juga terdapat ikhtilaf para
perawinya, bukan pada matannya dan bukan pula pada sanadnya. Berdasarkan hal
itu maka di dalamnya terdapat kelemahan dan juga terdapat idhthirab
(kegoncangan), sehingga hukum masih tersisa sesuatu yang mengganjal pada jiwa
ini.

92 | P a g e

Beberapa Kandungan Hadits:


1. Bahayanya fatwa karena kebodohan, karena fatwa mereka mengakibatkan
kematian.
2. Berdoa keburukan kepada orang zhalim dengan kezhaliman-nya, karena
Nabi Muhammad SAW berdoa, Mereka telah membunuhnya, semoga
Allah memerangi mereka.
3. Di dalamnya terdapat dalil bahwasanya seseorang apabila terluka dan tidak
memungkinkan baginya untuk menggunakan air pada tempat yang terluka,
maka ia boleh membalut luka tersebut dengan kain kemudian mengusap
diatasnya. Apabila air akan membahayakan-nya meskipun dengan
mengusapnya, maka boleh bertayamum.
4. Di dalamnya terdapat dalil bahwa hukum bisa dibagi-bagi karena adanya
beberaa sebab. Terkadang hukum itu wajib pada sesuatu dan tidak wajib
pada sesuatu yang lain.
TAYAMUM UNTUK SETIAP KALI SHALAT
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, ia berkata, Termasuk sunnah
adalah seorang yang tidak melaksanakan shakat dengan tayammum keculi satu
shalat saja, kemudian ia bertayammum untuk shalat yang lain. (Hadits riwayat
Ad-Daruquthni dengan sanad yang lemah sekali)
Adapun makna hadits, secara zhahirnya menyebutkan bahwa seseorang
apabila melakukan tayamum untuk suatu shalat, maka hendaknya ia bertayamum
untuk shalat yang lain. Akan tetapi apakah yang dimaksud shalat lain adalah
apabila telah masuk waktu shalat yang lain, atau shalat lain yang dilakukan dalam
waktu yang sama, seperti dua shalat yang dijamak. Jika di lihat pada zhahir hadits
maka maksudnya adalah satu shalat. Yakni, apabila seseorang telah salam dari
shalat yang pertama, maka ia bangkit tayamum lagi untuk shalat yang kedua.
Akan tetapi zhahir maksudnya bukan demikian, namun maksudnya adalah untuk
shalat yang lain pada waktunya.
Ini semakna dengan sabda Nabi Muhammad SAW kepada wanita yang
terkena penyakit haid. Berwudhulah setiap kali shalat. Yakni setiap kali masuk
waktunya. Hanya saja atsar ini adalah atsar yang lemah sekali. Dengan demikian
93 | P a g e

dapat dikatakan bahwa hadits ini dhaif dan tidak bisa diamalkan, sehingga
bertayamum untuk suatu shalat dan kesuciannya masih terjaga (masih dalam
keadaan suci), bila telah memasuki waktu yang kedua. Yang demikian telah
ditetapkan diawal Kitab At-Tayammum dan telah diterangkan bahwa tayamum
bersifat mensucikan dan bisa mengangkat hadats sampai hilang sebab
diperbolehkannya. Entah dengan mendapatkan air jika tayamumnya karena tidak
memiliki air, atau hilangnya udzur jika bertayamum karena udzur, inilah yang
shahih.
HAID
Haid dari segi bahasa adalah sesuatu yang mengalir. Sedangkan secara
istilah artinya mengalirnya darah yang biasa dikeluarkan dari rahim ketika baligh.
Allah SWT menciptakannya sebagai makanan untuk anak. Darah haid adalah
suatu hal yang telah Allah tetapkan untuk para wanita anak cucu Adam, sejak
Allah menciptakan mereka, hingga hari ini dan sampai hari Kiamat. Karena
barupa darah biasa maka umumnya tidak tidak menimbulkan bahaya bagi wanita
meskipun keluar dalam jumlah banyak, hanya saja diiringi dengan rasa lemas
sedikit. Namun jika bukan berupa darah biasa nisaya akan menimbulkan
mudharat yang banyak, karena keluar dengan melimpah.
Itu adalah sebuah kebiasaan, umumnya terjadi pada setiap bulan. Dan
jumlah hari yang banyak terjadi adalah enam atau tujuh hari. Terkadang seorang
wanita tidak menemui haid selama 2 bulan, terkadang mengalami haid selama
sepuluh hari atau selama lima hari. Yakni terkadang kurang dan terkadang lebih,
bahkan terkadang adapula yang tidak mendapatkan haid selama tiga atau empat
bulan. Begitu datang maka satu bulan penuh haid itu mengalir. Ini fakta yang
benar-benar bisa terjadi pada wanita bahkan sebagian wanita ada yang tidak
mengalami haid setiap bulan, tidak juga bulan kedua, ketiga atau keempat. Begitu
memasuki bulan kelima wanita itu mengalami haid selama satu bulan penuh.
Sepertinya Wallahu Alam, darah itu dikumpulkan dan dikeluarkan dalam waktu
lama.

94 | P a g e

Darah haid biasa terjadi pada wanita yang sudah baligh, dan tidak
mungkin terjadi pada wanita yang masih kecil kecuali dengan jumlah yang sangat
jarang terjadi.
Darah haid memiliki cici-ciri sebagai berikut:
1. Warna :
hitam pekat
2. Bentuk :
tebal dan berat
3. Bau
:
anyir.
Dalam sebuah hadits dari Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam,
Sesungguhnya darah haid adalah darah yang berwarna hitam lagu maruf
(bau).
Tentang masalah haid terdapat hukum-hukum yang banyak sekali, berupa
hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan ibadah, hukum-hukum yang
berkaitan dengan muamalah, seperti hukum kedewasaannya dan pemberian
hartanya apabila dalam pemeliharaan, kemudian hukum-hukum kepribadian,
seperti akad pernikahan, selesai masa Iddah dan lain-lain.
HUKUM-HUKUM MUSTAHADHAH (WANITA YANG TERKENA
ISTIHADHAH ATAU DARAH PENYAKIT)
Dari Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata Fathimah binti Abu Hubaisy terkena
penyakit Istihadhah, mak Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda
kepadanya, Sseungguhnya darah haid adalah darah yang berwarna hitam lagi
diketahui, jika hal itu ada padamu maka janganlah engkau melakukan shalat,
namun jika ternyata berupa lainnya maka berwudhulah dan laksanakanlah
shalat. (Hadits riwayat Abu Dawud, An-Naai, dishahihkan oleh Ibnu
Hibban dan Al-Hakim)
Istihadhah adalah mengalirnya darah pada wanita secara terus-menerus
lebih dari satu bulan. Sebagian ulama membatasi haid dengan waktu lima belas
hari dan selebihnya disebut Istihadhah.
Darah Istihadhah memiliki ciri atau tanda-tanda yang bertentangan dengan
darah haid. Contoh, jika darah haid memiliki bau yang tidak sedap, maka darah
Istihadhah tidak memiliki bau. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW bersabda,
Sesungguhnya itu hanyalah darah Irq, sebagaimana darah-darah lainnya.
95 | P a g e

Sabda Nabi Muhammad SAW, Sesungguhnya darah haid adalah warna


hitam, yakni warnanya. Sedangkan warna selain darah haid adalah merah.
Para ulama Rahimahumullah berbeda pendapat tentang hukum berkenaan
dengan hadits ini, diantara mereka ada yang mengatakan bahwa hadits ini
berkenaan dengan wanita yang baru pertama kali mengalami haid kemudian
berlanjut setelahnya, maka yang demikianrujukannya adalah At-Tamyiz (dengan
membedakan). Yakni, melihat kepada darahnya apakah berbeda atau tidak.
Apabila pada sebagian darahnya ada perbedaan dengan yang lainnya, maka yang
memiliki ciri-ciri haid dianggap sebagai haid, sedangkan jika tidak memiliki ciriciri bukan haid, maka bukan haid dan tanda-tandanya sebagaimana yang telah
disebutkan diawal.
WANITA JIKA MELIHAT SHUFRAH (WARNA KUNING) DIATAS AIR
Dalam hadits Asma binti Umais, menurut riwayat Abu Dawud, Hendaknya ia
duduk di Mirkan, lalu apabila ia melihat warna kekuningan diatas air maka
hendaknya ia mandi untuk shalat Zhuhur dan Ashar sekali mandi, lalu mandi
untuk Maghrib dan Isya sekali mandi, kemudian mandi untuk Fajar sekali dan
selalu berwudhu diantara semua itu.
Wanita mustahadhah apabila mengalami istihadhah maka ia diperintahkan
untuk duduk si Mirkan, yakni tempat air yang besar dan lebar. Apabila ia melihat
bekas darah, yakni kekukingan diatas air maka ia sedang mengalami istihadhah,
sehingga ia disyariatkan mandi tiga kali dalam sehari semalam. Mandi yang
pertama untuk shalat Zhuhur dan Ashar, mandi yang kedua untuk shalat Maghrib
dan Isya, dan mandi yang ketiga untuk shalat Fajar.
Dalam hadits ini terdapat dalil bahwasanya wanita mustahadhah
menjamak antara shalat Zhuhur dan Ashar, kemudian Maghrib dan Isya, tetapi
perintah ini hukumnya mustahab apabila kita memintanya untuk mandi. Adapun
jika tidak memerintahkannya untuk mandi maka ia boleh menjamaknya karena
beratnya wudhu. Ia juga boleh tidak menjamak. Tetapi kita menyuruhnya
menjamak apabila kita memerintahkannya untuk mandi.

96 | P a g e

Maka dapat dikatakan, wanita mustahadhah diperintahkan untuk mandi


setiap shalat. Apabila hal itu memberatkannya maka hendaknya ia mandi tiga kali
untuk shalat lima waktu dan menjamak antara Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan
Isya. Hanya saja mandi disini hukumnya tidak wajib, melainkan sunnah.
MENJAMAK DUA SHALAT PADA SALAH SATU WAKTU KARENA
UDZUR ISTIHADHAH.
Dari Hamnah binti Jahsy Radiyallahu Anha berkata, aku mengalami istihadhah
dengan haid yang banyak lagi melimpah, maka aku menemui Nabi Muhammad
SAW dengan maksud meminta fatwa, maka beliau bersanda, Sesungguhnya itu
hanyalah Rikdhah dari setan, maka berlakulah seperti wanita haid selama enam
atau tujuh hari lalu mandilah, jika engkau melihat bahwa engkau telah suci maka
lakukanlah shalat selama dua puluh empat (hari) atau dua puluh tiga, lakukanlah
pula puasa dan shalatlah karena itu sudah sah bagimu, demikianlah kamu
lakukan sebagaimana yang dilakukan oleh para wanita haid. Jika engkau mampu
untuk mengakhirkan Zhuhur dan menyegerakan Ashar , kemudian mandi ketika
engkau suci lalu shalat Zhuhur dan Ashar secara jamak, kemudian mengakhirkan
dua shalat tersebut maka lakukanlah, dan engkau mandi ketika Subuh lalu
shalatlah. Selanjutnya beliau bersabda, Inilah yang lebih bagus bagiku diantara
dua perkara itu. (Hadits riwayat lima imam kecualiAn-Nasai)
Beberapa Kandungan Hadits:
1. Istihadhah bermacam-macam kejadiannya dimasa Nabi Muhammad SAW
pada diri kaum wanita. Karena yang pertama dialami oleh Fathimah binti
Abu Hubaisy, sedangkan dalam hadits ini dialami oleh Hannah binti Jahsy.
2. Selayaknya seorang yang tidak tahu untuk meminta fatwa kepada orang
alim, bahkan itu adalah wajib atasnya. Tetapi perintah wajib tidak
didasarkan dari hadits ini, melainkan diambil dari dalil lain.
3. Bolehnya memutlakkan fatwa dalam bertanya kepada Nabi Muhammad
SAW. Artinya, benar bila kita mengatakan bahwa Rasulullah adalah pemberi
fatwa.
4. Bahwa terkadang setan bisa menguasai anak Adam dengan penguasaan yang
lebih dirasakan. Karena penguasaan secara maknawi itu sudah jelas, yakni
97 | P a g e

melemparkan perasaan was-was pada hati dengan was-was yang buruk lagi
hina. Tetapi dalam hadits ini, adalah penguasaan secara hissi (bis dirasakan
secara lahir). Karena keberadaan darah yang ditendang oleh setan
menunjukkan

bahwa

setan

memberikan

pengaruh,

dan

memang

demikianlah. Oleh karena itu, apabila seorang anak dilahirkan maka setan
akan menusuk bayi tersebut pada lambungnya sehingga anak tersebut
menangis ketika dilahirkan.
5. Rujukan wanita mustahadhah kepada kebiasaan kaum wanita, berdasarkan
sabda Nabi Muhammad SAW, Sebagaimana yang dilakukan para wanita
haid. Tetapi ini berlaku bagi wanita mustahadhah yang tidak meimiliki
hari-hari kebiasaan haid dan tidak bisa pula dibedakan.
MANDI SETELAH HAID SELESAI BAGI WANITA YANG ISTIHADHAH
Dari Aisyah Radhiyalallahu Anha, bahwa Ummu Habibah binti Jahsy pernah
mengeluhkan darahnya kepada Nabi Muhammad SAW, maka beliau bersabda,
Maka dia selelu mandi setiap hendak melakukan shalat. (Hadits riwayat
Muslim)
Perkataan Bahwa Ummu Habibah binti Jahsy. Sedangkan hadits
sebelum ini disebutkan Hamnah binti Jahsy dan Zainab binti Jahsy. Mereka adalah
tiga bersaudara, sedangkan yang menjadi salah satu istri Nabi adalah Zainab binti
Jahsy, sehingga ia menjadi Ummul Mukminin.
Beberapa Kandungan Hadits:
1. Bisa saja seorang mengatakan bahwa istihadhah merupakan penyakit
warisan, karena dua saudara perempuan itu sama-sama terkena istihadhah,
kemungkinan ini terjadi dengan sebab keturunan.
2. Permintaan fatwa berkenaan dengan suatu yang menyakitkan disebut
syakwa, karena hadits ini menyebutkan Mengeluhlah kepada Rasulullah
Shalallahu Alaihi wa Sallam.
3. Mengeluh kepada makhluk

diperbolehkan

dengan

syarat

tidak

menggambarkan tentang kebencian pada sang Pencipta.


4. Rujukan mustahadhah adalah kebiasaan masa haid yang dialaminya,
berdasarkan sabda Nabi, Selama haidmu itu menghalangimu.
98 | P a g e

5. Haid menghalangi wanita untuk shalat, puasa dan hal-hal lain yang berlaku
untuknya.
6. Wanita haid yang memiliki hari-hari kebiasaannya maka rujukannya adalah
hari-hari kebiasaan itu, baik ia memiiki perbedaan maupun tidak.
7. Jika kebiasaan pada wanita mustahadhah yang memiliki kebiasaan haid
telah genap (habis) maka ia wajib mandi, karena ia telah suci.
8. Diperbolehkan seseorang berjihad dalam beberapa ibadah, berdasarkan
perkataannya, Maka ia mandi.
9. Tidak wajib bagi wanita mustahadhah mandi untuk setiap shalat karena
mandi tersebut merupakan perbuatan dan ijtihad Ummu Habibah.

BERSENANG-SENANG DENGAN ISTRI HAID SELAMA JIMA


(BERSETUBUH)
Dari Anas Radhiyallahu Anhu, bahwasanya orang-orang Yahudi adalah apabila
ada seorang wanita diantara mereka yang sedang haid, maka mereka tidak mau
makan bersamanya, lantas Nabi Muhammad SAW bersabda, Lakukanlah apa
saja kecuali An-Nikah (jima). (Hadits riwayat Muslim)
Beberapa Kandungan Hadits:
1. Sikap keras kaum Yahudi dalam bersuci dari najis. Itulah sebabnya mereka
tidak mau makan bersama wanita haid, tidak mau tidur bersama dan tidak
mau mendekatinya. Apabila ada najis yeng mengenai baju mereka akan
mengguntingnya dengan gunting. Mereka tidak menganggap bahwa air
bisa menyucikannya, sebagimana yang disebutkan oleh para ahli ilmu.
Ketika para ulama menyebutkan tentang orang islam yang berada ditengah
antara umat-umat yang lain dalam masalah najis, mereka mengatakan
bahwa orang-orang Yahudi apabila ada najis yang mengenai baju mereka,
maka

mereka

akan

menggunting

baju

tersebutdan

tidak

mau

membersihkannya dengan air. Sedangkan kaum Nasrani sebaliknya,


mereka sama sekali tidak menganggap penting hal itu, apahak ada najis
yang mengotorinya atau tidak.
99 | P a g e

2. Bolehnya bercumbu rayu dengan istri yang sedang haid dalam segala hal
kecuali jima. Dengan ini, maka diperbolehkan bagi suami untuk
mencium, memeluk dan menjimanya diantara dua pahanya. Semua
diperbolehkan kecuali jima.

APA-APA YANG DIHARAMKAN ATAS WANITA HAID


Dari Abu Said Al-Khudri Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah Shalallahu
Alaihi wa Sallam bersabda, Bukanlah (wanita) apabila haid maka tidak shalat
dan tidak puasa? (Muttafaq Alaih dalam hadits yang panjang)
Ini adalah jawaban Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam terhadap
pertanyaan yang diajukan kepada beliau. Bahwasanya Nabi Shalallahu Alaihi wa
Sallam menasehati kaum wanita setelah sebelumnya menasehati kaum lelaki
dalam khutbah shalat Ied, beliau menyebutkan kaum wanita dengan berkata, Aku
tidak melihat adanya orang yang kurang akal dan agamanya bisa mempengaruhi
pikiran lelaki yang kuat daripada seorang dari kalian.
Ketika Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, maka ini
menjadi perhatian kaum wanita, sehingga mereka bertanya, Wahai Rasulullah,
apa kekurangan akal kami dan kekurangan agama kami? Lantas Nabi
menerangkan bahwa kekurangan akalnya yang dimaksud dengan akal disini
adalah pengetahuan sesuatu dan kemantapannya, bukan akal yang merupakan
lawan kata dari gila.
Beberapa Kandungan Hadits:
1. Keindahan akhlak Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, bahwasanya
beliau adalah manusia yang paling bagus akhlaknya, dan paling lapang
dadanya.
2. Sepantasnya seorang yang alim apabila diminta untuk menjelaskan ilmu
pengetahuan, maka ia menerangkannya dengan dada yang lapang. Jika
memang ilmu itu dia pahami, jika tidak katakanlah.
100 | P a g e

3. Apabila islam telah menetapkan bagi kaum wanita apabila haid maka tidak
boleh shalat dan tidak boleh puasa.
4. Wanita haid tidak boleh shalat wajib maupun nafilah, tidak puasa nafilah
maupun wajib. Sisi alasannya karena bersifat mutlak dan sesuatu jika
bersifat mutlak maka tidak boleh dibatasi.
WANITA HAID SAH MELAKUKAN SEGALA AKTIFITAS HAJI SELAIN
THAWAF

Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata, Manakala kami sampai di Sarif aku
terkena haid, maka Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
Lakukanlah apa yang dilakukan oleh orang yang menunaikan haji, hanya saja
engkau tidak boleh thawaf hingga engkau suci. (Muttafaq Alaih dalam hadits
yang panjang)
Beberapa Kandungan Hadits:
1. Diperbolehkan memasukkan haji kepada umrah ketika mengalami udzur
untuk menyempurnakannya. Karena Aisyah Radhiyallahu Anha dianjurkan
oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam dengan diperbolehkannya
memasukkan haji kepada umrah, sebab Nabi bersabda kepadanya,
Jadikanlah ia sebagai umrah.
2. Haji Qiran pelaksanaannya, seperti pelaksanaan Haji Ifrad; karena
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam tidak menyuruhnya untuk Thafaw
dua kali dan Sai dua kali, tetapi mengatakan, Lakukanlah sebagaimana
yang dilakukan orang haji. Inilah pendapat yang rajih bahwa Haji Qiran
seperti Haji Ifrad dalam pelaksanaan amalan-amalan haji, sehingga tidak
perlu melakukan dua kali thawaf dan dua kali sai.
3. Semua manasik tidak disyaratkan adanya kesucian, seperti sai, wukuf,
mabit, dan lempar jumrah, namun tentu yang lebih utama adalah
melakukannya dalam keadaan suci.
4. Diantara faidah sabda Rasulullah

Shalallahu

Alaihi

wa

Sallam,

Sesungguhnya ini adalah sesuatu yang telah Allah tetapkan untuk para
wanita anak cucu Adam.

101 | P a g e

5. Bisa juga diambil dari faidah kalimat ini, bahwa haid adalah darah biasa,
bukan darah hukuman, sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama,
bahwa itu adalah hukuman yang ditimpakan kepada wanita Bani Israil.
6. Faidah lainnya, bahwa iman bisa bertambah dan berkurang. Inilah pendapat
Ahlu Sunnah wal jamaah, bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang.
Bertambahnya iman bisa dilihat dari tiga sisi yaitu sisi keyakinan, perkataan
dan perbuatan.
APA SAJA YANG HALAL BAGI SUAMI TERHADAP ISTRINYA YANG
HAID
Dari Muadz bin Jabal Radhiyallahu Anhu bahwa ia pernah bertanya kepada
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, Apa saja yang dihalalkan untuk lakilaki kepada istrinya yang sedang haid? Beliau menjawab, Yang berada diatas
sarung. (Hadits riwayat Abu Dawud dan ia melemahkannya)
Yang dimaksud dengan Yang berada diatas sarung. Yakni, sesuatu yang
antara pusar dan lutut maka tidak boleh dinikmati, atau tidak halal baginya.
Sedangkan sesuatu yang diatasnya atau dibawahnya maka tidak mengapa.
APA SAJA YANG DIHARAMKAN BAGI WANITA NIFAS
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu Anha, ia berkata, Para wanita yang terkena
nifas pada zaman Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam biasa duduk setelah nifasnya
selama 40 hari. (Hadits riwayat lima imam kecuali An-Nasai)
Nifas adalah darah yang keluar pada saat melahirkan, atau dua-tiga hari
sebelum melahirkan disertai dengan rasa sakit. Adapun air ketuban yang keluar
maka itu bukan nifas. Demikian juga sesuatu yang keluar sebelum melahirkan
tanpa diiringi rasa sakit maka ini juga bukan nifas.
Jadi darah yang keluar sebelum melahirkan bukanlah nifas kecuali jika
darah itu keluar dua atau tiga hari sebelum melahirkan dan diiringi dengan rasa
sakit. Kemudian air yang keluar sebelum melahirkan meskipun diiringi rasa sakit
maka itu juga bukan nifas.
102 | P a g e

103 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai