NAMA ANGGOTA :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Wilis Prasasti
2443013271
Sondha Tabita
2443013242
Rotua Martha Ulina
2443013173
Revicha Anggraini
2443013301
Loviena Veronica N.
2443013319
Stevani Lely B.
2443013328
Yetik Oktavia
2443013298
Nori Diva Tanisa
2443013302
KELAS : DFK A
ABSTRAK
Tujuan : Untuk mengembangkan persepsi masyarakat tentang peran apoteker atau farmasi
komunitas di dalam bagian kesehatan di Pakistan.
Metode : Dengan mengambil desain penelitian kualitatif. Mengembangkan wawancara yang
terstruktur dan dengan wawancara secara tatap muka. Peserta adalah para apoteker atau
farmasis komunitas di rekrut dengan menghubungi secara pribadi dan dilakukan di dua kota
di Pakistan (Islambad dan Lahore) dari April hingga Juni 2008. Wawancara dilakukan di
tempat kerja farmasis tersebut. Pengaturan untuk waktu dan tempat dilakukan pada saat
menghubungi farmasis sebelum wawancara. Persetujuan tertulis telah diperoleh dari masing
masing peserta.
Hasil Wawancara : Di antara responden (farmasis komunitas) yang diwawancarai ada 7 orang
laki laki dan 3 orang perempuan berusia 25 tahun hingga 50 tahun. Tiap peserta dibagikan
lebih dari 50 resep sehari. Isi tematik menghasilkan 5 tema utama : (a) penyediaan layanan
konsumen farmasi (b) konseling di apotek (c) penerapan Good Pharmacy Practice (GPP) (d)
masyarakat pakistan terhadap profesi farmasi dan (e) strategi untuk menambah peran
farmasis komunitas dimasyarakat.
Kesimpulan : para farmasis komunitas di Pakistan saat ini menghadapi kekurangan apoteker,
ini menyebabkan pemberian layanan konseling untuk pasing berkurang, dan layanan lebih
terfokus pada manajemen apotek daripada pasien. Akibatnya, masyarakat kurang menyadari
peran farmasis dalam bidang kesehatan.
PENDAHULUAN
Selama 20 tahun terakhir, peran apoteker 'telah berubah dari layanan orientasi produk ke
layanan pasien berpusat di banyak bagian dunia (Anderson, 2005; Andrew, 2004;. Anne et al,
2010).Dalam konteks perubahan praktek, sebagian besar ada kebutuhan untuk apoteker
berinteraksi dengan pasien dan penyedia layanan kesehatan. mereka mengoptimalkan
pemberian pelayanan perawatan farmasi. Dalam rangka untu melakukan peran ini secara
efektif, selain pengetahuan yang kuat dalam farmakoterapi, apoteker generasi baru juga perlu
membekali diri di medan seperti sosiologi, manajemen, pharmaco-ekonomi dan psikologi.
METODE
Desain studi
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dirancang untuk mengeksplorasi persepsi
tentang farmasi komunitas. Dimana metode ini dilakukan dengan sebuah panduan wawancara
yang dikembangkan secara ekstensif berdasarkan tinjauan literatur dan sebagian dari
wawancaranya juga dilakukan untuk mengumpulkan data.
Ukuran sampel dan teknik pengambilan sampel
Peserta merupakan orang-orang farmasi komunitas yang direkrut berdasarkan observasi
melalui kontak pribadi pada dua kota di Pakistan, yaitu, Islamabad dan Lahore. Observasi
dilakukan dari bulan April sampai Juni 2008.
Pengaturan waktu dan tempat untuk wawancara disepakati sejak awal komunikasi. Dimana
semua persetujuan tertulis diperoleh dari peserta sebelum wawancara. Semua wawancara
dilakukan di tempat kerja farmasi.
Pelaksanaan wawancara dan analisis data
Wawancara difokuskan pada tempat praktek apotek di Pakistan dan bagaimana pelayanan
yang diberikan farmasi komunitas kepada konsumen selain dispensing obat. Selanjutnya,
pengumpulan informasi mengenai kontribusi organisasi farmasi menuju profesi apoteker.
Pertanyaan menyelidik digunakan untuk mendapatkan respond yang diperlukan. Selanjutnya,
akan diberi kebebasan untuk mengekspresikan pandangan mereka, tepat pada akhir sesi
wawancara. Setiap wawancara berlangsung sekitar 20-30 menit, dilakukan oleh salah satu
peneliti (SA) pada waktu dan tempat yang sesuai untuk farmasi.
Semua wawancara dilakukan dalam bahasa Inggris, audio direkam dan ditranskrip verbatim.
Transkrip yang diverifikasi oleh peneliti digunakan untuk akurasi dengan cara mendengarkan
kaset. Peneliti menganalisis transkrip baris demi baris, membaca berulang-ulang. Untuk
isinya, dianalisis oleh para ahli dan. Dari analisis, saturasi data dicapai setelah 10 wawancara
dengan ketentuan tidak ada tema baru yang muncul dalam dua wawancara terakhir
HASIL
Karakteristik peserta
Diantara para responden, 7 adalah laki laki dan 3 adalah perempuan yang berumur
antara 25 30 tahun. Semua responden secara reguler dibagikan resep lebih dari 50 resep
perhari.
Dari analisis, saturasi data tercapai setelah 10 wawancara dengan tidak ada tema baru yang
muncul dalam 2 wawancara terakhir. Analisis isi tematik menghasilkan 5 tema besar yakni (a)
penyediaan layanan konsumen farmasi (b) konseling di apotek (c) penerapan Good Pharmacy
Practice (GPP) (d) apoteker paskistan terhadap profesi farmasi dan (e) strategi untuk
menambah peran farmasis komunitas dimasyarakat.
Para responden memberikan respon yang berbeda ketika mereka diwawancarai tentang
pelayanan untuk konsumen
-
Tema 2 : Konseling
Konseling merupakan tugas farmasis. Praktek ini sudah diajarkan sejak masa pembelajaran.
o Ya, kami memberikan konseling mengenai dosis dan cara pakai dari obat, itu
membutuhkan 5 10 menit. Dan juga informasi terkait obat pada pasien (CP1)
o Kami memberikan anjuran untuk pasien berdasarkan dosis dan cara pakai.
Kami juga memberi tahu efek samping yang mungkin akan terjadi (CP8)
Tema 3 : pengaplikasian Good Pharmacy Practice
Sebagian besar responden menyatakan bahwa istilah GPP benar-benar diabaikan di negara
ini.
Hal ini karena jumlah Apoteker yang tidak memadai untuk berlatih GPP.
o Istilah ini tidak digunakan dalam praktek lingkungan hidup kami. Jika saya
melihat lingkungan dimana saya bekerja, hanya ada beberapa APotek yang
bekerja dengan baik di kota ini. Jadi, kita tidak bisa mengatakan bahwa itu
adalah praktek Apoteker yang baik. (CP4)
o Konsep GPP bukan untuk negara kita dimana Anda hampir tidak menemukan
Apoteker di Apotek, tidak ada pedoman tertulis, biasanya, personil saya secara
lisan.
Tema 4 : Asosiasi Farmasi Pakistan (PPA) terhadap kontribusi profesi Apoteker
Asosiasi Farmasi Pakistan adalah salah satu asosiasi farmasi terkemuka di pakistan. Respon
positif yang diamati mengenai kontribusi terhadap profesi Apoteker
apoteker. Responden menyatakan ketidakpuasan dengan praktik farmasi saat ini dan berharap
bahwa banyak akan dilakukan di dalam negeri sehubungan dengan kurikulum farmasi.
Mereka lebih lanjut mengemukakan bahwa kurikulum tidak berlatih berorientasi. Temuan ini
konsisten dengan dengan laporan dikertas sebelumnya yang menyatakan bahwa apotek
kurikulum di Pakistan tidak diberi karena perhatian meskipun ini sangat penting untuk
meningkatkan praktek profesional di Pakistan.
KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini melibatkan masyarakat dalam hal ini apoteker di dua kota Pakistan. Namun ,
pengeluaran praktek diasumsikan konsisten di Pakistan . Meskipun kemungkinan apoteker di
bagian lain negara itu memiliki persepsi yang sama dari peran mereka dalam sistem
kesehatan, temuan ini mungkin tidak digeneralisasikan untuk apoteker yang bekerja di lain
provinsi negara.
KESIMPULAN
Penelitian ini melaporkan dan menangani beberapa masalah yang sebelumnya tidak pernah
dibahas. Studi kualitatif ini menunjukkan bahwa farmasi komunitas di Pakistan memiliki
kekhawatiran tentang arti hadir mereka dalam sistem kesehatan dan salah satu masalah utama
adalah kurangnya apoteker di apotek. Apoteker yang bekerja di farmasi komunitas tidak
memberikan konseling yang memadai kepada pasien dan layanan mereka sebagian besar
lebih difokuskan pada pengelolaan daripada pasien. Akibatnya peran apoteker kurang bahkan
tidak dikenal oleh publik.