Anda di halaman 1dari 13

Sebuah Studi Randomized, Double-blind, Terkontrol Plasebo Dari Novel

Pantothenic Acid- Berbasis Suplemen Makanan Pada Subjek Dengan Akne


Fasial Derajat Sedang Sampai Berat
Michael Yang. Betsy Mocalir. Virgil Hatcher. Jed Kaminetsky. Maria Mekas. Anne Chapas. Jilian Capodice

ABSTRAK
Introduksi: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan keamanan, tolerabilitas dan
efektivitas pemberian sehari-hari dari Pantothenic acid- berbasis suplemen makanan pada
pria dan wanita dengan lesi jerawat wajah.
Metode: Sebuah studi randomized, double blind, dan terkontrol plasebo dilakukan pada
orang dewasa yang sebelumnya didiagnosis dengan acne vulgaris derajat sedang sampai
berat. Subyek diacak untuk agen studi, pantothenic acid- berbasis suplemen makanan, atau
plasebo selama 12 minggu (endpoint). Hasil utama penelitian adalah menghitung perbedaan
total lesi antara kelompok agen studi dibandingkan dengan kelompok plasebo dari awal
sampai akhir (endpoint). Hasil kedua adalah pengukuran perbedaan rata-rata lesi noninflamasi dan inflamasi, Investigator Global Assessment dan skor Dermatology Life Quality
Index (DLQI) antara kedua kelompok. Penilaian peneliti pada perbaikan secara keseluruhan
dan foto kulit juga diambil. Keamanan dan tolerabilitas dinilai dari penilaian efek samping
dan pengukuran pada hitung darah lengkap serum dan fungsi hati.
Hasil: Empat puluh delapan subjek yang terdaftar dan 41 yang dievaluasi. Terdapat rata-rata
yang signifikan pada penurunan jumlah lesi total pada kelompok pantothenic acid
dibandingkan dengan kelompok plasebo pada minggu ke 12 (P = 0,0197). Rata-rata
pengurangan pada lesi inflamasi juga secara signifikan berkurang dan skor DLQI secara
signifikan lebih rendah pada minggu ke 12 pada kelompok pantothenic acid dibandingkan
dengan plasebo. Agen studi aman dan ditoleransi dengan baik.
Kesimpulan: Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian Pantothenic acidyang berdasarkan suplemen makanan pada orang dewasa yang sehat dengan lesi jerawat
wajah adalah aman, ditoleransi dengan baik dan mengurangi jumlah lesi wajah dibandimgkan
placebo setelah 12 minggu. Analisis sekunder menunjukkan bahwa agen studi secara
signifikan mengurangi area-spesifik dan lesi inflamasi.

Kata Kunci: Jerawat; Studi klinis; Dermatologi; Suplemen makanan; Lesi wajah; Produk
alam; Pantothenic acid; Kualitas hidup

PENDAHULUAN
Jerawat adalah penyakit yang umum terjadi pada folikel rambut di kulit yang
berhubungan dengan kelenjar minyak. Lesi pada wajah akibat jerawat dapat mempengaruhi
hingga 95% orang selama hidup mereka dan sering dimulai pada remaja, tetapi sering
menetap atau dimulai selama masa dewasa [1]. Lesi termasuk tipe non-inflammatory dan
inflamatory. Terdapat banyak penatalaksanaan umum untuk lesi jerawat termasuk obat, obat
bebas dan prosedur seperti terapi laser [2-4]. Minat dalam penggunaan produk alami untuk
kesehatan kulit juga meningkat, seperti vitamin C, antioksidan lain, tumbuhan dan omega-3
asam lemak [5, 6]. Salah satu agen yang telah menunjukkan janji dalam mengurangi lesi
jerawat wajah adalah asam pantotenat (vitamin B5). Pantothenic acid adalah senyawa larut
dalam air dari keluarga vitamin B, yang diubah menjadi 4'- phosphopantetheine, yang
kemudian diubah menjadi co-enzim A (CoA) melalui adenosin trifosfat [7, 8]. Asam
pantotenat mengatur fungsi barier epidermal dan diferensiasi keratinosit melalui metabolisme
CoA. Kemampuan pelembutan kulit oleh pantotenat berbasis produk topikal juga telah
ditunjukkan dalam percobaan klinis baru-baru ini [9-11]. Baru-baru ini studi kelayakan juga
menunjukkan bahwa konsumsi sehari-hari suplemen makanan yang mengandung asam
pantotenat selama 8 minggu merupakan layak dan aman. Tujuan sekunder dalam studi
tersebut juga menunjukkan bahwa ada pengurangan total lesi jerawat wajah selama periode 8minggu [12]. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menguji asam

pantotenat berbasis suplemen makanan dalam studi klinis randomized, double-blind,


terkontrol plasebo untuk menilai efektivitas agen studi dalam mengurangi jumlah lesi wajah
secara global yang dibandingkan dengan plasebo selama 12 minggu masa studi.

METODE
Subjek
Lima puluh satu subjek dewasa (usia rata-rata) dengan jumlah lesi 50 non-inflamasi dan
sampai 50 inflamasi direkrut pada 2 situs dermatologi. Kriteria eksklusi utama termasuk
kehamilan dan menyusui, alergi atau hipersensitivitas pada salah satu konstituen di agen studi
dan penggunaan resep perawatan (oral atau topikal) untuk jerawat (washout diperbolehkan).
Dahulu menggunakan prosedur apapun termasuk terapi laser, microdermabrasion dan
2

prosedur lainnya akan dilarang jika peserta studi telah menerima dalam waktu tiga bulan
terakhir.
Kepatuhan Etik
Semua prosedur diikuti sesuai dengan standar etika Quorum Institutional Review Board,
Seattle, WAAccredited by the Accreditation of Human Research Protection Programs dan
dengan Deklarasi Helsinki 1975, sebagaimana direvisi tahun 2000 dan 2008. Persetujuan
tertulis diperoleh dari semua pasien untuk dimasukan dalam studi.
Desain Studi
Studi ini dilakukan pada Agustus 2012 sampai November 2013. Setelah informed consent
diberikan, beturt-turut subjek dengan lesi wajah yang ditunjukkan oleh jumlah total lesi akan
dinilai dan diacak 1: 1 untuk masing-masing agen studi, pantothenic acid- berdasarkan
suplemen makanan di sini disebut sebagai agen studi (PantothenTM, Avilan Marketing LLC,
New York, USA) atau estetis cocok tablet plasebo. Agen studi telah diverifikasi oleh
produsen untuk mengandung dosis yang tepat dengan bahan seperti yang tercantum (sertifikat
analisis tidak ditampilkan). Bahan dalam tabel plasebo dianggap inert dan tablet plasebo tidak
mengandung bahan aktif (sertifikat analisis untuk tablet plasebo tidak ditunjukkan). Dosis
untuk agen studi atau plasebo diberikan peroral sebanyak dua tablet, dua kali sehari dengan
makanan selama 12 minggu. Dosis setiap empat tablet dari agen studi mengandung 2,2 g
asam pantotenat. Hasil utama dari penelitian ini adalah penurunan total jumlah lesi wajah
pada minggu 12 masa penelitian pada kelompok agen studi dibandingkan dengan kelompok
plasebo. Hasil sekunder adalah perubahan lesi non-inflamasi pada daerah wajah tertentu,
perubahan lesi inflamasi (total dan daerah wajah tertentu), perubahan di Investigators Global
Assessment (IGA) dan perubahan nilai pada Dematology Life Quality Index (DLQI) dari awal
sampai minggu ke 12 antara kedua kelompok. DLQI adalah kuesioner yang secara umum
mengevaluasi kualitas hidup pada pasien dermatologi dan terdiri dari sepuluh pertanyaan
tentang gejala, perasaan, kegiatan harian, jenis pakaian, kegiatan sosial atau kegiatan fisik,
olahraga, pekerjaan atau pendidikan, hubungan interpersonal, hubungan pernikahan, dan
hubungan dengan gejala dermatologi. Skor yang lebih tinggi menunjukkan kualitas hidup
yang lebih buruk [13]. Akhirnya, kami menggunakan skala 5-point untuk menilai perbaikan
secara keseluruhan seperti yang dianggap oleh studi dokter: 2 = tanda perbaikan, 1 = sedikit
perbaikan, 0 = tidak berubah, -1 = Memburuk, -2 = ditandai memburuk di masa akhir
penelitian (minggu 12).
3

Statistik
Ukuran sampel penelitian memiliki kekuatan 80% untuk mendeteksi perbedaan yang
signifikan pada jumlah lesi dari awal sampai minggu ke 12 penelitian antara dua kelompok
dan signifikansi yang ditetapkan sebesar 0,05. Evaluasi IGA dan Investigator Overall
Improvement (IOI) dilakukan pada 5-titik skala dan ditransformasikan ke nilai-nilai numerik
(0-5) dan dihitung nilai rata-rata, standar deviasi dan persentase. Perbedaan Skor DQLI
dianalisis dari awal hingga ke Minggu 12 menggunakan uji t. Pengamatan terakhir dilakukan
metode secara prospektif dan digunakan untuk data yang hilang jika subjek memiliki data
setidaknya untuk dua kunjungan pertama. Hasil tolerabilitas dan keamanan adalah berupa
efek samping, komplikasi / penyakit dan / atau peristiwa medis yang serius karena agen studi
yang diukur oleh National Cancer Institute (NCI) Kriteria umum untuk Adverse Event
Pelaporan Versi 3.0 [14] dan dengan analisis serum darah lengkap dan fungsi hati dari awal
sampai minggu ke 12 (EsoterixTM, LabCorp, Cranford, NJ, USA). Analisis deskriptif
dilakukan untuk karakteristik demografik dengan langkah-langkah seperti mean, standar
deviasi, dan range.

HASIL
Subjek
Lima puluh satu subjek diskrining, empat puluh delapan diacak dan empat puluh satu subjek
dievaluasi. Dari semua subjek yang dievaluasi, lima subjek hilang, satu menarik persetujuan
dan satu subjek dihentikan dari penelitian karena ketidak patuhan. Tidak satu pun dari subjek
yang berhenti karena efek samping (lihat Gambar. 1 untuk alur penelitian). Demografi dan
karakteristik awal tercantum dalam Tabel 1.

Gambar 1. Diagram Consort menunjukkan aliran subjek selama penelitian


Tabel 1. Demografik dan karakteristik awal

Analisis Keberhasilan
Hasil Pertama
Terdapat penurunan signifikan secara statistik pada jumlah total lesi wajah selama periode
penelitian pada subyek yang menggunakan agen studi dibandingkan dengan plasebo (P =
0,0197) (Gbr. 2). Jumlah lesi pada agen studi dibandingkan plasebo berkurang 68,21%.

Gambar 2. Perbedaan pada jumlah total lesi antara agen studi dan plasebo pada minggu ke12. *P = 0.0197 agen studi versus plasebo
Hasil Kedua
Analisis pada jumlah lesi non-inflamasi menunjukkan rata-rata penurunan yang signifikan
pada jumlah lesi dari awal sampai minggu ke 12 pada agen studi dibandingkan plasebo
kelompok (P = 0,0162) (Gbr. 3). Rincian perubahan jumlah lesi per area wajah juga
menunjukkan penurunan yang signifikan pada kelompok agen studi dibandingkan dengan
kelompok plasebo.

Gambar 3. Jumlah lesi menurut area wajah pada minggu ke-12. *P = 0.0162, **P = 0.018,
^P = 0.0024, +P = 0.0192
Keberhasilan secara keseluruhan, yang diukur dengan IGA, secara signifikan meningkat
hasilnya untuk kelompok agen studi dibandingkan dengan plasebo pada minggu ke 12 (P =
0,045) sebagai 42,85% dibandingkan 14,28% yang diturunkan ke kelas 1 (kulit hampir
bersih, beberapa lesi non-inflamasi dan tidak lebih dari 1 lesi inflamasi). Gambar 4a, b
menunjukkan contoh kulit yang lebih jelas di kedua lesi inflamasi dan non-inflamasi dari
awal dibandingkan pada minggu ke 12 pada subjek kelompok agen studi.

Gambar 4.a. Salah satu foto dahi dengan lesi noninflamasi pada awal dibandingkan minggu
ke-12 pada satu subjek dalam kelompok agen studi. b. Salah satu foto dari subjek dengan lesi
campuran (pada dagu dan pipi, lesi inflamasi dan non-inflamasi) pada awal dibandingkan
minggu ke-12 pada satu subjek dalam kelompok agen studi.
Dermatology Life Quality Index (DLQI) dan Penilaian Peneliti Secara Keseluruhan
Pada Perbaikan
Nilai rata-rata standar deviasi (SD) DLQI lebih rendah pada minggu ke 12 daripada awal
penelitian, antara kelompok agen studi dan kelompok plasebo (nilai awal, 7,6 5,3 vs 9,53
7.69, P = 0,44 agent studi dibandingkan dengan plasebo, dibandingkan nilai minggu ke-12,
1.93 1.90 dan 5,3 4,8 agen studi dibandingkan plasebo, masing-masing, P = 0.022).
Penilaian peneliti pada perbaikan secara keseluruhan di Minggu ke-12 yang diukur dengan
skala 5-point menunjukkan bahwa 85,7% dari subyek memiliki 1 peningkatan peringkat
pada kelompok agen studi dibandingkan kelompok plasebo (35,7%).
Hasil Pada Keamanan dan Tolerabilitas
Agen studi ditoleransi baik dalam tubuh. Satu orang subjek menarik persetujuan karena
mengeluhan bahwa ukuran tablet itu terlalu besar. Tidak ada perbedaan hitung darah lengkap
atau nilai fungsi hati yang diukur pada minggu ke 12 dari awal penelitian pada setiap subjek,
8

baik kelompok agen studi atau kelompok plasebo (data tidak ditampilkan). Terdapat dua
kejadian yang merugikan dilaporkan, satu kelelahan (kelompok plasebo) dan satu herpes
zoster (kelompok agen studi) yang dianggap tidak berhubungan dengan agen studi oleh
penyelidik utama penelitian. Tidak ada yang serius kejadian merugikan yang dilaporkan
selama penelitian.

DISKUSI
Asam pantotenat (vitamin B5) adalah vitamin B-kompleks yang larut dalam air. Dalam
penelitian ini, relawan dengan lesi wajah yang mengambil dosis oral harian pantothenic acidberbasis suplemen makanan menunjukkan peningkatan kesehatan kulit dibandingkan orangorang yang meminum tablet plasebo. Hasil penelitian ini lebih lanjut menegaskan bahwa
agen tersebut aman dan ditoleransi untuk relawan yang sehat untuk mengambil suplemen gizi
yang mengandung asam pantotenik selama 12 minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat lebih dari 67% pengurangan jumlah total lesi wajah setelah 12 minggu
suplementasi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat pengurangan yang
signifikan jumlah total dan area wajah spesifik pada lesi non-inflamasi setelah 12 minggu
pada kelompok asam pantotenat, peningkatan nilai pada IGA dan penilaian peneliti secara
keseluruhan ditingkatkan di akhir studi. Selain itu, subjek dalam kelompok agen studi
menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik yang diukur dengan DLQI [13]; kuesioner
kuantitatif divalidasi untuk mengukur gangguan kulit yang kurang cerah pada kualitas hidup
pasien dengan hal sosial, perilaku dan indikator suasana hati. Yang paling penting, agen studi
ditoleransi dan aman seperti yang ditunjukkan oleh efek samping minimal dan tidak ada
perubahan kimia darah serum.
Mekanisme yang terjadi ini mungkin karena antibakteri dan aktifitas perlembutan kulit
dari asam pantotenat. Asam pantotenat diubah menjadi 40-phosphopantetheine yang
kemudian dikonversi ke CoA melalui adenosin trifosfat (ATP) [7]. CoA adalah agen penting
dalam metabolisme lipid dan proses seluler lainnya dan telah menunjukkan bahwa asam
pantotenat dapat mengatur fungsi barier epidermal

melalui proliferasi dan diferensiasi

keratinosit melalui metabolisme CoA [7, 15]. Terdapat kemungkinan bahwa pengurangan
jumlah keseluruhan lesi kulit pada sukarelawan setelah pemberian oral agen studi-asam
pantotenat mungkin terjadi melalui mekanisme tersebut. Akan tetapi, mekanisme yang tepat
dari efek ini tidak dipahami. Baru-baru ini hubungan antara metabolisme CoA dan inflamasi
juga telah diusulkan seperti yang telah ditunjukkan bahwa enzim pantetheinase yang mendaur
9

ulang asam pantotenat dan gen pantetheinase (VANIN-1) pada tikus knockout, telah terbukti
terlibat dalam perkembangan reaksi inflamasi [16]. Bioavailabilitas asam pantotenat telah
dilaporkan pada kisaran 40-63% dan ditemukan dalam sampel urin setelah 24 jam telah
terbukti berkorelasi dengan asupan ini [17]. Sebagai contoh, alpukat mengandung berbagai
macam nutrisi penting termasuk asam pantotenat dan asam lemak esensial dan penelituan
menunjukkan bahwa hal ini berhubungan dengan peningkatan kesehatan pada orang yang
mengkonsumsinya [18].
Selain mekanisme fisiologis, penelitian ini juga menunjukkan bahwa relawan dalam
kelompok agen studi yang menunjukkan kulit yang cerah telah meningkatkan kualitas hidup
yang diukur dengan kuesioner kuantitatif divalidasi. Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa
jerawat dengan kulit wajah yang buruk telah mengurangi kualitas hidup sehubungan dengan
ketidakpuasan tentang penampilan, gangguan sosial dan bahkan depresi co-morbid. Hal ini
juga telah menekankan bahwa penilaian kualitas hidup dalam pengujian beberapa jenis agen
untuk lesi jerawat wajah adalah penting dan sangat berkorelasi dengan keberhasilan
pengobatan [19, 20].
Keterbatasan penelitian ini adalah durasi waktu intervensi yang pendek dan bahwa
penelitian ini didukung dengan mendeteksi perbedaan dalam jumlah lesi. Jika kita bertujuan
untuk melihat efek dari agen studi pada lesi inflamasi, periode waktu intervensi yang lebih
panjang mungkin diperlukan. Selain itu, kami tidak dapat mengukur penggunaan jangka
panjang dan daya tahan obat. Akhirnya, selalu ada kemungkinan bahwa lesi yang lebih
ringan, non inflamasi dapat hilang dengan sendirinya. Mengingat bahwa pemberian agen
studi aman, ditoleransi dan menunjukkan perbaikan pada lesi wajah manusia, penelitian
secara acak, plasebo-terkontrol dijamin.

KESIMPULAN
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi pantothenic acid- berbasis suplemen
makanan pada orang dewasa yang sehat dengan lesi wajah adalah aman, ditoleransi dengan
baik dan mengurangi jumlah lesi wajah dibandingkan dengan plasebo setelah 12 minggu.
Analisis sekunder menunjukkan bahwa konsumsi agen studi secara signifikan mengurangi
daerah-spesifik dan lesi inflamasi. Uji acak dan uji coba terkontrol plasebo yang dijamin.

10

UCAPAN TERIMA KASIH


Sponsorship untuk penelitian ini disediakan oleh Avilan Pemasaran LLC (Brooklyn,
NY, USA). Pengolahan biaya artikel disediakan oleh Nutraceutical Penelitian Medis (New
York, NY, USA). Staf di Manhattan Medical Research (New York, USA) dan Union Square
Laser Dermatology (New York, USA) membantu menyediakan perawatan untuk peserta
penelitian.
Semua nama penulis memenuhi kriteria ICMJE untuk kepengarangan untuk penulisan
ini, mengambil tanggung jawab integritas pekerjaan secara utuh, dan telah memberikan
persetujuan akhir untuk diterbitkan.
Konflik kepentingan. MYang, B Moclair, V Hatcher, J Kaminetsky, M Mekas, A
Chapas dan J Capodice menyatakan tidak ada konflik kepentingan.
Kepatuhan Etik. Semua prosedur diikuti sesuai dengan standar etika Quorum
Institutional Review Board, Seattle, WAAccredited by the Accreditation of Human Research
Protection Programs dan dengan Deklarasi Helsinki 1975, sebagaimana direvisi tahun 2000
dan 2008. Persetujuan tertulis diperoleh dari semua pasien untuk dimasukan dalam studi.
Open Access. Artikel ini disebarluaskan di bawah ketentuan Creative Commons
Atribusi Noncommercial Lisensi yang memungkinkan penggunaan non-komersial, distribusi,
dan reproduksi dalam media apapun, asalkan penulis asli (s) dan sumber dikreditkan.

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Goulden V, Stables GI, Cunliffe WJ. Prevalence of facial acne in adults. J Am Acad
Dermatol. 1999;41(4):57780.
2. Ingram JR, Grindlay DJ, Williams HC. Management of acne vulgaris: an evidence-based
update. Clin Exp Dermatol. 2010;35(4):3514.
3. Knutsen-Larson S, Dawson AL, Dunnick CA, Dellavalle RP. Acne vulgaris: pathogenesis,
treatment, and needs assessment. Dermatol Clin. 2012;30(1):99106.
4. Williams HC, Dellavalle RP, Garner S. Acne vulgaris. Lancet. 2012;379(9813):36172.
5. Magin PJ, Adams J, Heading GS, Pond DC, Smith W. Complementary and alternative
medicine therapies in acne, psoriasis, and atopic eczema: results of a qualitative study of
patients experiences and perceptions. J Altern Complement Med. 2006;12(5):4517.
6. El-Akawi Z, Abdel-Latif N, Abdul-Razzak K. Does the plasma level of vitamins A and E
affect acne condition. Clin Exp Dermatol. 2006;31(3):430.
7. Kelly GS. Pantothenic acid. Monograph. Altern Med Rev. 2011;16(3):26374.
8. Leung LH. Pantothenic acid deficiency as the pathogenesis of acne vulgaris. Med
Hypotheses. 1995;44(6):4902.
9. Kobayashi D, Kusama M, Onda M, Nakahata N. The effect of pantothenic acid deficiency
on keratinocyte proliferation and the synthesis of keratinocyte growth factor and collagen
in fibroblasts. J Pharmacol Sci. 2011;115(2):2304.
10. Jerajani HR, Mizoguchi H, Li J, Whittenbarger DJ, Marmor MJ. The effects of a daily
facial lotion containing vitamins B3 and E and provitamin B5 on the facial skin of Indian
women: a randomized, double-blind trial. Indian J Dermatol Venereol Leprol.
2010;76(1):206.
11. Camargo FB Jr, Gaspar LR, Maia Campos PM. Skin moisturizing effects of panthenolbased formulations. J Cosmet Sci. 2011;62(4):36170.
12. Capodice JL. Feasibility, tolerability, safety and efficacy of a pantothenic acid based
dietary supplement in subjects with mild to moderate facial acne blemishes. J Cosmet
Dermatol Sci Appl. 2012;2:1325.
13. Finlay AY, Khan GK. Dermatology Life Quality Index (DLQI)a simple practical
measure for routine clinical use. Clin Exp Dermatol. 1994;19(3):2106.
14. Cancer Therapy Evaluation Program, Common Terminology Criteria for Adverse Events,
Version 3.0, DCTD, NCI, NIH, DHHS; 2003. http://ctep. cancer.gov. Last accessed April
17, 2014.
15. Gaisa NT, Koster J, Reinartz A, Ertmer K, Ehling J, Raupach K, Perez-Bouza A,
Knuchel R, Gassler N. Expression of acyl-CoA synthetase 5 in human epidermis. Histol
Histopathol. 2008;23(4):4518.
12

16. Nitto T, Onodera K. The linkage between coenzyme a metabolism and inflammation:
roles of pantetheinase. J Pharmacol Sci. 2013;123(1):18 Epub 2013 Aug 24.
17. Eissenstat BR, Wyse BW, Hansen RG. Pantothenic acid status of adolescents. Am J Clin
Nutr. 1986;44(6):9317.
18. Dreher ML, Davenport AJ. Hass avocado composition and potential health effects. Crit
Rev Food Sci Nutr. 2013;53(7):73850.
19. Barnes LE, Levender MM, Fleischer AB Jr, Feldman SR. Quality of life measures for
acne patients. Dermatol Clin. 2012;30(2):293300.
20. Gollnick HP, Finlay AY, Shear N. Global Alliance to Improve Outcomes in Acne. Can we
define acne as a chronic disease? If so, how and when? Am J Clin. Dermatol.
2008;9(5):27984.

13

Anda mungkin juga menyukai