Tahun 1603, Alexander Mair membuat sebuah karya yang ikut berkontribusi besar dalam
dunia perbintangan modern. Dia membuat sebuah peta konstelasi bintang di langit sekaligus
menambahkan 12 nama bintang baru ke dalam pemetaan gugusan bintang yang telah dilakukan oleh
Ptolemeus Filose sebelumnya di tahun 150 Masehi. Kemudian berturut-turut berikutnya, tahun 1664
Jacob Bartsch memberikan tambahan tiga nama bintang baru, serta selang beberapa lama ada
Nicolas Louis yang berhasil pula menambahkan empat belas bintang baru lainnya.
Perkembangan ilmu perbintangan ini akhirnya mencapai puncaknya pada tahun 1690,
dimana Jehannes Hevelius ikut memberikan tambahan sembilan bintang baru, sehingga total
seluruhnya menjadi 88 gugusan bintang sebagaimana yang kita kenal sekarang.
karena jika tidak maka tentu saja kita akan kesulitan atau bahkan tidak bisa mengenalinya sama
sekali. Musim panas atau kemarau merupakan saat yang tepat untuk menikmati langit dan
mempelajari pola gugusan bintang karena biasanya langit di musim tersebut kerap kali dalam
kondisi cerah.