Anda di halaman 1dari 3

Gugusan Bintang

Apa itu Gugusan Bintang?


Gugusan bintang atau lebih sering kita kenal dengan sebutan rasi bintang merupakan sebuah
kelompok bintang di alam semesta yang seolah-olah berhubungan satu sama lain dan
menggambarkan suatu bentuk khusus tertentu, padahal pada kenyataannya tidaklah demikian.
Penggambaran bentuk ini sejatinya hanyalah perkara sudut pandang dan kemampuan
manusia saja dalam mengamati dan memvisualisasikan berbagai bentuk imajiner dari titik titik
bintang tersebut. Pernah bermain tebak-tebakan bentuk awan? Nah, kurang lebih seperti itulah
konsep dasarnya, ketika para ahli astronomi menggambarkan pola dalam suatu gugusan bintang.
Susunan gugusan bintang ini ada yang bersifat resmi, yaitu yang diakui keberadaannya oleh
Himpunan Astronomi Internasional, ada pula yang tidak resmi alias asterima atau gugusan bintang
yang memang diketahui oleh masyarakat luas tetapi tidak diakui secara resmi oleh organisasi
astronomi internasional tersebut. Gugusan bintang asterisma umumnya jarang ada yang memiliki
hubungan secara astrofisika, mereka hanya kebetulan saja tampak saling berdekatan dan
membentuk pola tertentu di langit ketika dilihat dari bumi.
Pengelompokan bintang-bintang hingga menjadi suatu gugusan bintang sebenarnya
dipengaruhi beberapa faktor, selain dari sudut pandang keilmuan, ada peran budaya atau kebiasaan
dalam masyarakat yang turut menciptakan pengelompokan gugusan bintang ini. Misalnya saja
dikalnagan para penjelajah atau pelaut yang sudah sejak lama memanfaatkan pola-pola gugusan
bintang sebagai kompas alam.
Sampai saat ini Himpunan Astronomi International telah melakukan pengelompokan
gugusan bintang di alam semesta kedalam 88 gugus bintang resmi dengan berbagai ketentuan yang
jelas, sehingga setiap satu gugus bintang hanya menunjukan arah tertentu saja. Misalnya untuk
belahan bumi bagian utara (hemisfer), pengelompokan rasi bintangnya merujuk pada budaya Yunani
kuno saat Abad Pertengahan, seperti simbol-simbol Zodiak yang kita ketahui sekarang.
Sejarah Singkat Penemuan Gugusan Bintang
Adalah Ptolemeus Filose, seorang berkebangsaan Mesir, lulusan dari Institute Alexandria
menulis buku perdananya yang diberi judul Almagest sekitar tahun 150 Masehi. Dalam bukunya
tersebut dia mencoba mengelompokan , mengidentifikasi dan memetakan sekitar 48 bintang yang
ada di jagat raya.
Kemudian antara abad ke-8 hingga 16 Masehi, para intelektual muslim menjadi pelopor
kebangkitan ilmu pengetahuan modern termasuk di dalamnya adalah
ilmu astronomi
(perbintangan). Mereka melakukan berbagai revisi dan memasukkan banyak data-data tambahan
yang substansial bagi perkembangan ilmu perbintangan modern.

Tahun 1603, Alexander Mair membuat sebuah karya yang ikut berkontribusi besar dalam
dunia perbintangan modern. Dia membuat sebuah peta konstelasi bintang di langit sekaligus
menambahkan 12 nama bintang baru ke dalam pemetaan gugusan bintang yang telah dilakukan oleh
Ptolemeus Filose sebelumnya di tahun 150 Masehi. Kemudian berturut-turut berikutnya, tahun 1664
Jacob Bartsch memberikan tambahan tiga nama bintang baru, serta selang beberapa lama ada
Nicolas Louis yang berhasil pula menambahkan empat belas bintang baru lainnya.
Perkembangan ilmu perbintangan ini akhirnya mencapai puncaknya pada tahun 1690,
dimana Jehannes Hevelius ikut memberikan tambahan sembilan bintang baru, sehingga total
seluruhnya menjadi 88 gugusan bintang sebagaimana yang kita kenal sekarang.

Rasi Bintang Sebagai Penunjuk Arah Alami


Sebelum teknologi berkembang pesat seperti hari ini, ketika kompas, GPS (Global
Positioning System) atau bahkan aplikasi semacam Google Maps ditemukan, metode penentuan
arah mata angin tentunya masih menggunakan teknik-teknik yang sangat alami dan sederhana,
misalnya saja dengan cara menggunakan matahari sebagai patokan arah Timur dan Barat. Lalu
bagaimana menentukan arah mata angin pada saat malam hari ketika matahari tidak ada sebagai
penentu arah? Maka jawabannya adalah gugusan bintang-bintang yang ada dilangit tersebut.Sudah
sejak lama para pelaut atau navigator memanfaatkan pola gugusan bintang sebagai panduan bagi
mereka dalam menentukan arah mata angin saat berlayar di malam hari.
Beberapa gugusan bintang yang umum dikenali dan bisa dijadikan patokan arah mata angin
adalah sebagai berikut:
Gugus Bintang Biduk (Great Bear) alias Big Dipper. Tersusun dari 7 buah bintang yang
menyerupai bentuk sendok atau gayung, oleh karenanya kadang disebut juga sebagai rasi bintang
tujuh atau Bintang Utara karena memang gugusan bintang ini menunjukan arah utara.
Selanjutnya ada Gugus Bintang Pari, Layang-layang atau Palang (Crux). Konfigurasi
gugusan bintang yang satu ini memang menyerupai bentuk layang-layang atau palang dimana
bintang dibagian ujung palang tersebut sebagai penunjuk arah selatan.
Gugus bintang penunjuk arah Barat namanya adalah Gugus Bintang Pemburu (Orion) alias
Waluku. Gugusan bintang ini dapat kita lihat jika langit di sebelah Barat sedang cerah.
Terakhir ada yang namanya Gugus Bintang Kalajengking (Scorpio) yang menjadi penentu
arah Tenggara atau Timur. Scorpio ini cukup sulit ditemukan atau dikenali mengingat jumlah
bintang yang membentuk gugusan ini ada sekitar dua puluh buah, butuh pengalaman banyak dalam
ilmu perbintangan untuk bisa mengenalinya dengan mudah di langit.
Keempat gugusan bintang tersebut merupakan sebagian dari sekian banyak pola atau bentuk
yang bisa menjadi penentu alami arah mata angin. O iya, salah satu kelemahan dalam
memanfaatkan gugusan bintang ini sebagai patokan arah mata angin adalah selain hanya bisa
digunakan pada malam hari kita juga harus mendapatkan kondisi langit yang benar-benar cerah,

karena jika tidak maka tentu saja kita akan kesulitan atau bahkan tidak bisa mengenalinya sama
sekali. Musim panas atau kemarau merupakan saat yang tepat untuk menikmati langit dan
mempelajari pola gugusan bintang karena biasanya langit di musim tersebut kerap kali dalam
kondisi cerah.

Gugusan Bintang Dalam Perspektif Yunani Kuno dan Islam


Sebagaimana kita ketahui bahwasannya dahulu Yunani dan Islam menjadi kiblat dalam
berbagai penemuan maupun inovasi di bidang ilmu pengetahuan, baik itu kesehatan, teknolofi,
filsafat maupun astronomi khususnya mengenai perbintangan. Ilmu pengetahuan modern saat ini
pun secara langsung maupun tidak langsung telah mendapat rujukan berkualitas dan menjadikan
berbagai penemuan para cendekiawan muslim dan Yunani dari berbagai disiplin ilmu sebagai tolak
ukur pengembangan ilmu pengetahuan pada saat ini.
Dalam perspektif Yunani sendiri ilmu astronomi atau perbintangan ini penamaannya banyak
yang mengambil nama-nama dari cerita mitologi mereka, atau yang dikenal dengan Zodiak.
Kebanyakan mungkin kita sangat familiar dengan nama-nama tersebut, seperti: Taurus, Leo, Virgo,
Sagitarius, Pisces dan lainnya.
Sementara dalam Islam topik mengenai gugusan bintang dengan jelas mendapat porsi
khusus dan tercan tum dalam sebuah surat Al-quran bernama Al-buruuj yang artinya gugusan
bintang. Dalam surat. di Al-Qur'an dengan tegas dijelaskan kembali berbagai manfaat lain dari
keberadaan gugusan bintang di langit. Tidak hanya sebagai indikator alami penentu arah tetapi juga
berpengaruh lebih dalam terhadap kehidupan manusia itu sendiri.
Pada akhirnya perkembangan ilmu astronomi atau gugusan bintang khususnya harus
dijadikan sebuah tolak ukur bagi kita dalam kaitannya berinteraksi dengan alam semesta sekaligus
mengajarkan membaca gejala alam yang ada, sehingga kita sebagai manusia bisa mengambil
manfaat baiknya dengan semaksimal mungkin.

Anda mungkin juga menyukai