Anda di halaman 1dari 3

Bintang

221 bahasa
• Halaman
• Pembicaraan
• Baca
• Sunting
• Sunting sumber
• Lihat riwayat
Perkakas














Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kegunaan lain, lihat Bintang (disambiguasi).
Daerah pembentuk-bintang di Awan Magellan Besar.

Gambar warna semu dari Matahari, bintang deret


utama tipe-G yang terdekat ke Bumi
Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya yang disebabkan oleh
reaksi fusi nuklir yang menghasilkan energi yang terjadi di intinya.[1] Perlu diperhatikan
bahwa 'bintang semu' bukanlah bintang, tetapi planet yang memantulkan cahaya dari
bintang lain dan terlihat bercahaya di langit seperti sebuah bintang.

Menurut ilmu astronomi, definisi bintang adalah:

Semua benda masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang sedang
dan pernah melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir.
Oleh sebab itu bintang katai putih dan bintang neutron yang sudah tidak menghasilkan
energi tetap disebut sebagai bintang. Bintang terdekat
dengan Bumi adalah Matahari pada jarak sekitar 149,680,000 kilometer, diikuti
oleh Proxima Centauri dalam rasi bintang Sentaurus berjarak sekitar empat tahun
cahaya.

Sejarah pengamatan[sunting | sunting sumber]


Bintang-bintang telah menjadi bagian dari setiap kebudayaan. Bintang-bintang
digunakan dalam praktik-praktik keagamaan, dalam navigasi, dan bercocok
tanam. Kalender Gregorian, yang digunakan hampir di semua bagian dunia,
adalah kalender Matahari, mendasarkan diri pada posisi Bumi relatif terhadap bintang
terdekat, Matahari.

Astronom-astronom awal seperti Tycho Brahe berhasil mengenali ‘bintang-bintang baru’


di langit (kemudian dinamakan novae) menunjukkan bahwa langit tidaklah kekal. Pada
1584 Giordano Bruno mengusulkan bahwa bintang-bintang sebenarnya adalah
Matahari-matahari lain, dan mungkin saja memiliki planet-planet seperti Bumi di dalam
orbitnya,[2] ide yang telah diusulkan sebelumnya oleh filsuf-filsuf Yunani
kuno seperti Democritus dan Epicurus.[3] Pada abad berikutnya, ide bahwa bintang
adalah Matahari yang jauh mendapat kesepakatan di antara para astronom. Untuk
menjelaskan mengapa bintang-bintang ini tidak memberikan tarikan gravitasi pada tata
surya, Isaac Newton mengusulkan bahwa bintang-bintang tersebar secara merata di
seluruh langit, sebuah gagasan yang berasal dari teolog Richard Bentley.[4]

Astronom Italia Geminiano Montanari merekam adanya perubahan luminositas pada


bintang Algol pada 1667. Edmond Halley menerbitkan pengukuran pertama gerak
diri dari sepasang bintang “tetap” dekat, memperlihatkan bahwa mereka berubah posisi
dari sejak pengukuran yang dilakukan Ptolemaeus dan Hipparchus. Pengukuran
langsung jarak bintang 61 Cygni dilakukan pada 1838 oleh Friedrich
Bessel menggunakan teknik paralaks.

William Herschel adalah astronom pertama yang mencoba menentukan sebaran


bintang di langit. Selama 1780an ia melakukan pencacahan di sekitar 600 daerah langit
berbeda. Ia kemudian menyimpulkan bahwa jumlah bintang bertambah secara tetap ke
suatu arah langit, yakni pusat galaksi Bima Sakti. Putranya John Herschel mengulangi
pekerjaan yang sama di belahan bumi langit sebelah selatan dan menemukan hasil
yang sama.[5] Selain itu William Herschel juga menemukan bahwa beberapa pasangan
bintang bukanlah bintang-bintang yang secara kebetulan berada dalam satu arah garis
pandang, melainkan mereka memang secara fisik berpasangan membentuk
sistem bintang ganda.

Anda mungkin juga menyukai