Anda di halaman 1dari 2

Asal-usul komet[sunting | sunting sumber]

Artikel utama: Awan Oort


Komet berasal dari awan Oort yang terletak di sisi luar sistem tata surya. Awan Oort berisi triliunan
komet. Seiring berjalannya waktu, komet-komet berpisah dari awan dan terlempar ke matahari. Inti
komet terletak di pusat, terbuat dari gas serta debu batuan dan merupakan benda padat yang stabil.
Pada saat komet mendekati matahari, sebagian materi tersebut terlempar dari permukaan inti
komet.

Ekor ion, dapat mencapai 100 juta kilometer, terbentuk dari proses ionisasi gas pada saat
berinteraksi dengan angin matahari; dan ekor komet selalu menjauhi matahari. Hal ini disebabkan
oleh angin matahari menerpa awan gas yang melingkupi komet. Ketika komet mendekati matahari,
ekornya terbentang ke belakangnya.

Komet baru yang saat ini teramati tampaknya berasal dari selubung benda es yang besar yang
berada sekitar satu tahun cahaya dari Matahari. Model ini dikembangkan tahun 1950-an oleh
astronom Belanda Jan Oort (1900–1992). Awan Oort yang belum teramati tersebut dapat memuat
100 miliar benih komet.

Gangguan gravitasi dari bintang lain di sekitar Matahari dapat mengganggu keseimbangan awan ini
dan mengirimkan beberapa komet secara acak menuju Matahari. Komet tersebut akan menjadi
komet periode panjang, yang orbitnya hampir parabola dan periode revolusinya mengelilingi
Matahari mencapai 200 hingga jutaan tahun.

Komet dengan periode yang lebih pendek mengorbit seperti planet dan berasal dari Sabuk Kuiper.
Sabuk ini berada lebih dekat ke Tata Surya dalam daripada Awan Oort.

Bila sebuah komet lewat di dekat sebuah planet-planet besar, terutama Jupiter, komet akan
dipengaruhi oleh gravitasi planet tersebut. Komet dapat jatuh ke planet; atau dipercepat lajunya dan
keluar dari Tata Surya, atau bergerak dalam orbit lonjong lebih dekat lagi ke Matahari.

Banyak teori yang telah dicetuskan dalam seabad terakhir ini mengenai asal mula komet, tetapi
salah satu yang paling luas diterima saat ini menyebutkan bahwa komet terbentuk pada saat yang
sama dengan saat terbentuknya tata surya. Pada tahun 1950, Jan Oort, seorang astronom Belanda
mengajukan teorinya bahwa Matahari dikelilingi oleh “kabut” besar yang terdiri dari material komet
pada jarak sekitar 1000 kali garis terngah tata surya yang kita ketahui. Teori ini kemudian diikuti
dengan teori dari Gerard Kuiper, pada tahun 1951 yang menggagas bahwa sabuk material komet
tersebut terletak pada suatu daerah yang berjarak beberapa ratus kali jarak Bumi-Matahari.
Gangguan yang berasal dari objek di luar tata surya dapat menyebabkan beberapa di antara
material tersebut keluar dari sabuk komet dan memasuki tata surya bagian dalam sebagai sebuh
komet, di mana komet dengan periode pendek diduga muncul dari sabuk ini, yang kemudian
dinamai sebagai sabuk Kuiper.

Kedua teori ini dapat diterima secara luas dikalangan para astronom. Sebuah benda angkasa yang
dinamai Chiron, pernah dianggap sebagai sebuah asteroid, kini dikelompokkan sebagai komet
Kuiper-belt, dan sementara itu beberapa anggota dari sabuk Kuiper telah dapat diamati sejak 1992.
Keberadaan “sabuk” tersebut dapat dibuktikan secara langsung pada tahun 1995 melalui hasil
pengamatan lewat Teleskop Antariksa Hubble yang berhasil mengamati 30 objek mirip komet yang
berada di luar orbit planet Pluto. Para astronom dewasa ini memperkirakan sejumlah 70.000 objek
berukuran cukup besar–dan tak terhitung jumlahnya yang berukuran lebih kecil–menghuni daerah
sabuk Kuiper dengan jarak antara 30 hingga 50 SA.
Banyak di antara komet, khususnya yang tergolong memiliki periode pendek, pecah secara
perlahan-lahan, terutama karena pengaruh kekuatan gravitasi Matahari. Beberapa di antaranya
telah diamati “tercebur” kedalam Matahari. Pengurangan kecerlangan dari komet berperiode pendek
juga dapat kita amati. Komet juga menghasilkan buangan di belakang orbitnya, dalam bentuk
jutaan meteoroid. Saat Bumi melintasi orbit sebuah komet, dapat disaksikan hujan meteor.

Bagian-bagian komet[sunting | sunting sumber]

Bagian-bagian komet terdiri dari inti, koma, awan hidrogen, dan ekor.[8] Bagian-bagian komet
sebagai berikut.[9]

• Inti, merupakan bahan yang sangat padat, diameternya mencapai beberapa kilometer,
dan terbentuk dari penguapan bahan-bahan es penyusun komet, yang kemudian
berubah menjadi gas.
• Koma, merupakan daerah kabut atau daerah yang mirip tabir di sekeliling inti.
• Lapisan hidrogen, yaitu lapisan yang menyelubungi koma, tidak tampak
oleh mata manusia. Diameter awan hidrogen sekitar 20 juta kilometer.
• Ekor, yaitu gas bercahaya yang terjadi ketika komet lewat di dekat Matahari.
Inti komet adalah sebongkah batu dan salju.[10] Ekor komet arahnya selalu menjauh dari
Matahari.[8] Bagian ekor suatu komet terdiri dari dua macam, yaitu ekor debu dan ekor gas.[11] Bentuk
ekor debu tampak berbentuk lengkungan, sedangkan ekor gas berbentuk lurus.[11] Koma atau ekor
komet tercipta saat mendekati Matahari yaitu ketika sebagian inti meleleh menjadi gas.[12] Angin
Matahari kemudian meniup gas tersebut sehingga menyerupai asap yang mengepul ke arah
belakang kepala komet.[12] Ekor inilah yang terlihat bersinar dari bumi.[12] Sebuah komet kadang
mempunyai satu ekor dan ada yang dua atau lebih.[11]

Saat bersinar di langit, sebuah komet yang terang memiliki kepala dengan inti mirip bintang yang
disebut nukleus. Nukleus dikelilingi oleh halo yang berpendar yang disebut koma dan ekor
transparan yang panjang. Nukleus berukuran beberapa kilometer. Koma panjangnya dapat
mencapai 100 ribu km atau lebih keluar dari nukleus. Ekor dapat berukuran sepanjang jutaan
kilometer di antariksa.

Pengamatan ultraviolet dari pesawat luar angkasa menunjukkan awan hidrogen besar yang
menyelimutinya. Awan hidrogen ini dapat tumbuh mencapai puluhan juta kilometer. Awan ini tidak
dapat dilihat dari bumi.

Anda mungkin juga menyukai