“KOMET”
Istilah komet berasal dari bahasa Yunani, kometes yang berarti “rambut panjang”. Pada era
Ptolemy yang terkenal dengan konsep Geosentris-nya (abad 2 M), muncul ragam istilah terkait
wajah komet yang seperti beams (balok/tiang), trumpets, jars (guci), dll. Adapun sebutan bintang
berekor banyak muncul pada abad pertengahan di Eropa. Adapun Kepler (abad 17, yang terkenal
dengan hukum peredaran benda langit) menggambarkannya seperti ikan di laut. Hevelius (1696)
pada karyanya Cometographia melukis beragam wajah komet. Ciri
gambaran kometnya dilukiskan laksana pedang berapi berkobar di langit malam yang lekat
dengan pertanda perang dan kematian (Gambar 1).
(a) (b)
Gambar 2. (a) Komet Hale-Bopp (1995); (b) Struktur komet.
(https://www.mps.mpg.de/phd/theses/the-composition-of-cometary-ices-as-inferred-from-measured-production-
rates-of-volatiles)
Ekor komet terbentuk dari gas koma dan selalu menjauhi Matahari. Semula, diduga bahwa
tekanan dari radiasi Matahari adalah satu-satunya penyebabnya, tetapi saat ini telah diketahui
bahwa angin Matahari memiliki peranan yang lebih besar dalam menentukan arah ekor komet.
Angin Matahari mengandung partikel-partikel yang terlempar dari Matahari. Kekuatan tekanan
dari partikel-partikel ini terhadap molekul gas dalam koma berkisar 100 kali lebih besar dari
kekuatan gravitasi Matahari, dengan demikian molekul-molekul tersebut terdorong oleh angin
Matahari. Angin Matahari tidaklah stabil, dan dapat mempengaruhi struktur ekor komet. Ekor
komet terdiri dari ekor debu dan ekor gas. Ekor debu disebabkan oleh partikel debu yang berasal
dari es pada inti komet yang terbentuk saat terjadinya penguapan akibat tekanan radiasi
Matahari yang menyebabkan partikel debu akan didorong keluar dari koma dan menjauhi koma.
Gaya gravitasi Matahari menyebabkan pancaran partikel debu akan melengkung, bergerak
berlawanan arah dengan arah orbitnya. Ekor gas (disebut juga ekor ion atau ekor plasma) terdiri
dari gas yang bergerak keluar akibat angin Matahari, dimana pancaran partikel gas searah
dengan pancaran angin Matahari. Laju produksi gas dan debu bergantung secara dominan pada
radiasi matahari, demikian juga dengan ukuran inti dan sifat penguapan unsur es. Ekor gas
disebabkan oleh ionisasi sebagian gas yang membentuk koma. Gas terionisasi dipengaruhi oleh
medan magnetik yang dibawa angin Matahari sehingga terbentuk ekor gas. Ekor gas ini dapat
putus dari kepala komet ketika terjadi penurunan produksi ion, peningkatan tekanan radiasi dan
angin Matahari, serta hantaman medan magnet. Panjang ekor komet berkisar antara 1 juta
hingga 100 juta km. Ekor komet biasanya pertama kali muncul saat komet berada pada jarak
1,5 SA dari Matahari. Meskipun berukuran sedemikian besar, tetapi setiap 1 km³ volume ekor
komet mengandung materi lebih sedikit dibandingkan dengan 1 mm³ udara.
3. Penamaan Komet
Selama abad ke-19, komet hanya diberi nama setelah penampakan kedua mereka, sedangkan
nama komet yang hanya muncul satu kali ditentukan oleh kombinasi tahun penemuan, angka
(baik bahasa Arab dan Romawi) dan huruf. Terkadang, nama penemu disebut dalam tanda
kurung. Tidak sampai abad ke-20 bahwa komet secara rutin dinamai menurut penemunya.
Saat ini, Kelompok Kerja Divisi F IAU tentang Small Body Nomenclature (SBN) adalah badan
yang bertanggung jawab untuk hal-hal strategis terkait dengan penamaan komet. Ketika sebuah
komet ditemukan dan dikonfirmasi, Central Bureau for Astronomical Telegrams (CBAT)
mengumumkannya atas nama IAU sesuai dengan pola berikut:
Awalan, mengacu pada jenis komet, yang dapat berupa salah satu dari yang berikut:
P / untuk komet periodik,
C / untuk komet yang non-periodik,
X / untuk sebuah komet yang orbitnya tidak dapat dihitung,
D / untuk komet periodik yang tidak ada lagi atau dianggap telah menghilang.
Tahun penemuan.
Sebuah huruf alphabet kapital yang mengidentifikasi setengah bulan pengamatan selama
tahun itu (A untuk paruh pertama Januari, B untuk paruh kedua Januari, dst). Karena ada 26
huruf alphabet dan ada 24 pertengahan bulan, IAU memutuskan huruf I dan Z tidak
digunakan untuk mewakili setengah bulan pengamatan. Jadi ada 24 huruf alfabet yang
mewakili 24 setengah bulan pengamatan.
Sebuah angka yang mewakili urutan penemuan dalam setengah bulan itu.
Sebagai contoh, komet ketiga yang ditemukan pada paruh kedua Januari 2013 dan
diklasifikasikan sebagai periodik, akan ditetapkan sebagai P / 2013 B3. Ketika sebuah komet
periodik diamati setelah penampakan keduanya, IAU's Minor Planet Center (MPC)
memberikannya nomor permanen yang menunjukkan urutan penemuan. Untuk melengkapi
penamaan, sebuah komet diberikan nama dua penemunya yang pertama (nama terakhir untuk
seorang individu atau satu kata atau akronim untuk tim astronom). Nama-nama muncul dalam
urutan kronologis dan dipisahkan oleh tanda hubung. Dalam kasus yang sangat jarang, judul
dapat terdiri dari tiga penemu, atau bahkan dapat bersifat generik. Contoh judul lengkap untuk
komet (baik sementara atau final) adalah 119P / Parker-Hartley, C / 1995 O1 (Hale-Bopp) atau
146P / Shoemaker-LINEAR.
Daftar Pustaka
[1] Siregar, Suryadi. 2017. Fisika Tata Surya. Bandung: FMIPA ITB.
[2] https://planetarium.jakarta.go.id/index.php/artikel-astronomi/33-komet-sang-pengelana-dari-
tepian-tata-surya (diakses pada 03/10/2019, 17.54 WIB).
[3] https://kafeastronomi.com/mengenal-komet.html (diakses pada 03/10/2019, 17.58 WIB).
[4] https://id.wikipedia.org/wiki/Komet (diakses pada 03/10/2019, 18.06 WIB).
[5] http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1111717621
(diakses pada 03/10/2019, 19.17 WIB).
[6] https://www.iau.org/public/themes/naming/#comets (diakses pada 03/10/2019, 19.43 WIB).
[7] https://www.mps.mpg.de/phd/theses/the-composition-of-cometary-ices-as-inferred-from-
measured-production-rates-of-volatiles (diakses pada 03/10/2019, 21.11 WIB).