2005
MODUL DIKLAT BERJENJANG
Jenjang Sekolah
SMK
Bidang Studi
Kimia
Jenjang Diklat
Tinggi
KIMIA ORGANIK 2
Penyusun
:
Penyunting :
KATA PENGANTAR
Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam (PPPG IPA)
sebagai lembaga diklat memiliki tugas pokok dan fungsi antara lain mengembangkan
dan meningkatkan kualitas pendidikan sains untuk tingkat SD, SMP, SMA, SMK , dan
SLB. Sebagai lembaga pengembang, PPPG IPA selalu berupaya meningkatkan peran
dan fungsinya dengan mengembangkan standardisasi kompetensi tenaga kependidikan,
menerapkan standar pelayanan nasional, serta mengkaji dan mengembangkan bahan
diklat yang inovativ, aktual, dan sesuai dengan kebutuhan lapangan.
Modul adalah salah satu bahan diklat yang disusun untuk mengembangkan
model-model pembelajaran sains untuk dikaji, dipahami, dan diimplementasikan oleh
guru-guru dalam proses pembelajaran, agar guru dan siswa lebih memahami bagaimana
proses pemahaman sains. Oleh karena itu, pada proses belajar mengajar sains, guru
harus berorientasi pada tiga hal pokok, sebagai berikut.
1. Proses sains, siswa belajar dan memahami sains melalui pengamatan, pengukuran,
percobaan, menarik kesimpulan, dan lainnya.
2. Struktur konsep sains yaitu: Fisika, Biologi, Kimia, dan IPBA.
3. Kecakapan hidup siswa (life skills).
Berdasarkan tiga aspek tersebut, cara yang ditempuh adalah dengan lebih
mengenalkan konsep-konsep sains dengan cara menggunakan model keterampilan
proses sains dan bahan diklat yang sesuai.
Diharapkan modul ini dapat dimanfaatkan oleh guru-guru di sekolah, sehingga
dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam pembelajaran sains.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita dalam meningkatkan mutu
pendidikan khususnya sains di Indonesia
.
Bandung, November 2005
Plh. Kepala PPPG IPA,
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar......
Daftar Isi..
ii
Daftar Tabel.....................................................................................................
iii
BAB I.
PENDAHULUAN ...
A. Latar Belakang....
C. Indikator ......
D. Deskripsi Materi .
13
C. Reaksi Eliminasi .
21
D. Reaksi Adisi............................................................................
25
28
F. Reaksi Polimerisasi.................................................................
32
G. Evaluasi..................................................................................
35
PENUTUP ..
36
37
BAB II.
BAB III.
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
13
Tabel 5.
Tabel 6.
17
18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Senyawa karbon tidak mudah terionisasi. Artinya senyawa
karbon sukar bereaksi dengan senyawa lain melalui reaksi ionnya.
Akan tetapi dalam kenyataannya telah dikenal bermacam-macam
reaksi senyawa karbon dan menghasilkan banyak sekali senyawa
karbon. Bagaimanakah reaksi senyawa karbon itu berlangsung dengan
keadaan senyawanya yang tidak mudah terionisasi?
Seperti telah Anda pelajari bahwa atom-atom dalam senyawa
karbon itu berikatan satu sama lain melalui ikatan kovalen. Dari konsep
ikatan kovalen itulah dinyatakan suatu reaksi senyawa karbon
berlangsung. Suatu reaksi senyawa karbon terjadi akibat pemutusan
ikatan lama dan pembentukan ikatan baru. Ikatan lama bisa putus jika
ada gangguan seperti pemanasan dan adanya suatu pereaksi yang
disebut nukleofil (suka akan inti positif) serta elektrofil (suka akan
elektron) yang menyerang atom C yang mengikat gugus fungsi.
Karena itu, gugus fungsi memegang peranan dalam reaksi senyawa
karbon dan inilah yang menentukan sifat kimia senyawa karbon
tersebut.
Reaksi senyawa karbon yang diserang oleh nukleofil adalah atom
C yang mempunyai kerapatan elektron rendah, sedangkan oleh
elektrofil adalah atom c yang mempunyai kerapatan elektron tinggi.
Bila yang meyerang adalah nukleofil, reaksinya dinamakan reaksi
nukleofilik; bila yang menyerang elektrofil, reaksinya dinamakan reaksi
elektrofilik.
Reaksi senyawa karbon yang bermacam-macam itu dapat
digolongkan ke dalam tiga tipe dasar, yaitu tipe subsitusi, tipe
eliminasi, dan tipe adisi.
1
reaksi,
untuk
mengetahui
prosesnya.
Dengan
B. Standar Kompetensi
Mendeskripsikan reaksi kimia karbon.
C. Indikator
1. menjelaskan reaksi subtitusi nukleofilik
2. menjelaskan reaksi subtitusi elaktrofilik
3. mendeskripsikan reaksi eleminasi
4. menjelaskan reaksi adisi
5. mengenali reaksi oksidasi reduksi
6. menjelaskan reaksi polimerisasi.
D. Deskripsi Materi
Topik modul ini menjelaskan reaksi-reaksi dalam senyawa
karbon yang meliputi reaksi subtitusi nukleofilik, reaksi substitusi
elektrofilik, reaksi adisi, reaksi oksidasi reduksi dalam senyawa karbon,
dan di bagian akhir dibahas reaksi eleminasi.
BAB II
REAKSI SENYAWA KARBON
OH
(1) Struktur gugus alkil, (2) gugus yang pergi, (3) keadaan pelarut, (4)
polaritas pelarut, (5) tempat yang diserang, dan (6) pereaksi nukleofil.
1. Struktur gugus alkil
Struktur gugus alkil mempengaruhi kecepatan reaksi pada
SN1 dengan urutan alkil primer > alkil sekunder > alkil tersier pada
SN2 sedangkan pada SN1, urutannya adalah alkil tersier > alkil
sekunder > alkil primer.
CH3
H3C - C - CH2Br (neopentilbromida) sangat tidak reaktif untuk SN2
CH3
dengan adanya gugus ruang pada atom C, menimbulkan gangguan
ruang.
Di bawah ini diberikan tabel kecepatan reaksi pada subsitusi
alkilbromida dengan I- di dalam aseton menurut tahap-tahap SN2.*
Kecepatan Reaksi pada Subsitusi Alkil bromida dengan I- di
dalam Aseton Menurut Tahap-Tahap SN2.*
Tabel 1.
SN2
RBr
I-
RI +
CH3-
Kecepatan relatif
145
H
CH3-C-CH2
CH3CH2
1
CH3
CH3-C-
CH3
Kecepatan relative 0,036
Br-
CH3CH2CH2-
0,82
CH3- C
CH3
0,0078
CH3
CH3-C-CH2
CH3
0,00051
CH3
0,000012
SN1
RBr
Kecepatan relative
Br-
H2O
CH3-
CH3CH2
1,05
ROH +
HBr-
CH3CH2CH2-
CH3-C
CH3
1,2.10 6
11,6
2. Gugus Pergi
Kereaktifan RX bisa pada SN1 maupun pada SN2, ditentukan
sebagian oleh sifat gugus yang pergi. Pada umumnya terdapat
korelasi yang positif antara kereaktifan RX dan kekuatan asam HX.
Makin kuat asamnya makin reaktif Rx nya. Karena HF adalah asam
yang paling lemah, maka urutan kereaktifan RX adalah RI > RBr >
RCl > RF.
Sebenarnya, reaksi dengan alkohol merupakan reaksi yang
lambat, kecuali jika ada katalis asam kuat. Ini disebabkan karena
gugus -OH adalah gugus yang paling lemah.
SN2
ROH
Br-
RBr + HOH
..
R O H+
..
R-O-H+
..
..
R-O-H+
..
Br-
..
RBr + H2O
SN2
H
..
R-O-H+
..
Br
R+ + H2O
H
6
energi
yang
berlangsung menurut
baik, sedangkan
SN2
SN1
sangat
besar.
Reaksi
cenderung
sebaliknya.
Nu
Nu
Pada alkilprimer lebih cepat terjadi substitusi daripada
6. Pereaksi Nukleofil
Nukleofilisitas
suatu
pereaksi
tergantung
kepada
Nukleovil
H2O
Kecepatan relatif
1
Kp
-6
10
2
5,2 X 10
10-11
CH3COO
Cl-
1,1 X 103
10-20
Br-
7,8 X 103
10-2
N3-
1,0 X 104
10-11
HO-
1,6 X 104
100
C6H5NH2
3,1 X 104
10-10
I-
1,1 X 105
10-22
H= -177 kkal
H= -85 kkal
H= -78 kkal
H= -68 kkal
Anda
mempelajari
faktor
yang
berpengaruh
CH3+ + Cl-
CH3Cl
CH3+ + HO-
CH3OH
CH3Cl + HO-
CH3OH
H
2. CH3Cl + OH-
+ Cl-
H O- C Cl
CH3OH + Cl-
10
CH3
CH3
CH3 CH3
HO-C Cl
CH 3
HO-C Cl
HO-C Cl
HO-C Cl
150
0,1
0,001
pada C
CH3
lambat
CH3- C+
CH3- C- Cl
CH3
CH3
CH3
CH3
Cl-
CH3
CH3- CH + -OH
cepat
CH3- C OH
CH3
11
maka bromometana
H
CBr
HO- H
CH3
C Br
HO- H
12
sedikit
ditolak
(partikel
bermuatan
sama
saling
menolak).
2) Adanya gugus metil pada bromometana menyebabkan secara
ruang bromometana lebih ruah. Karena itu, bila ada gugus lain
yang akan masuk, tentu saja agak terlambat.
Kedua pendekatan itu dapat Anda lakukan untuk menjelaskan
perbedaan kecepatan reaksi SN2. Berikut ini diberikan tabel mengenai
kecepatan rata-rata beberapa reaksi SN2 pada alkilhalida.
Kecepatan Beberapa Reaksi Alkil Halida
Tabel 4.
Alkil Halida
Kecepatan Relatif
CH3X
30
CH3CH2X
CH3(CH2)2X
0.4
(CH3)2CHX
0.03
13
NO3
H2SO4
nitrasi
nitrobenzena
Br2
FeBr
Br
bromasi
bromobenzena
H2SO4 pekat
benzena
SO3H sulfonasi
Asam benzensulfonat
CH2-CH2-Cl
AlCl3
O
CH3-C-Cl
AlCl3
CH2CH3 etilasi
Etil benzena
C-O
asilasi
CH3
Asetofenon
(metilfenilketon)
+X+
X
X + H+
H
Keadaan Transisi
14
+X
+H
NO2
NO2+H2SO4
NO2 + H+
NO2 + H+
katalis, HNO3 tidak akan menghasilkan ion nitronium, tapi ion nitrat
(NO3-)3.
Campuran
yang
dipakai
biasanya
adalah
dengan
15
CH3
CH3
CH3
HNO3,120o
NO2
SO3,H2SO4
HNO3,120o O2 N
SO3,H2SO4
NO2
NO2
P-nitrotoluene
NO2
NO2
2,4 dinitrotoluene
F e C l3
Cl + HCl
C l+ + F e C l4 -
H
+ C l+
C l+
H
+ F e C l4Cl
C l + H C l + F e C l3
Pada reaksi ini harus ada FeCl3 atau asam lewis lain, karena
adanya asam lewis inilah maka Cl2 dapat diionkan menjadi Cl+ dan
Cl-. Kemudian Cl- berikatan dengan FeCl3 menjadi FeCl4-,
sedangkan Cl+ inilah yang merupakan reagen elektrofil bereaksi
dengan benzena yang merupakan sumber elektron (mempunyai 3
ikatan pi).
16
dan
orientasi
pada
reaksi
substitusi
elektrofilik.
Berdasarkan hasil kerja para akhli kimia lebih 100 tahun terakhir ini,
telah dipastikan adanya tiga masalah:
a. Adanya kemungkinan hasil reaksi dalam bentuk orto, meta, atau
para (orientasi).
b. Persentase tiga bentuk di atas, seandainya ketiga bentuk
diperoleh.
c. Reaktivitasnya,
jika
bandingkan
dengan
benzena
tanpa
nitrasi
NO2
Tabel 5.
R
-CH3
-C(CH3) 3
-CH2Cl
-Cl
-Br
-NO2
-COOC2H3
-CF3
- N (CH3) 3
NO2
NO2
%0
56,5
12,0
32,0
29,6
36,5
6,4
2,3
Orientasi
%m
3,5
8,5
15,5
0,9
1,2
93,2
68,4
100
89
%p
40
79,5
52,5
68,9
62,4
0,3
3,3
Reaktivitas
Relatif
24
15,7
0,302
0,033
0,030
10-7
0,0003
11
17
yang
merupakan
pengarah
orto-para
dapat
yang
merupakan
pengarah
meta
bersifat
Pengarah o-p
yang mengaktikan
-OH
Pengarah o-p
yang mendeatifkan
-CH2Cl
Pengarah m
yang mendeaktifkan
-NO2
+
-O-
-F
-NH3
-OR
-OC6H5
-NH2
-NR2
-NHCOCH3
-Alkil (mis. CH3)
-Aril (mis. C6H5)
-Cl
-Br
-ICH = CHNO2
-NR3
-IC6H5
-CF3
-CCl3
-SO3H
-SO2R
-COOH
-COOR
-COH2
-COH
-COR
-CN
18
OH
OH+
OH
..
..
Cl
Cl
..
..
H+CH2
HCH2
..
..
19
N+
N+
N+
bersifat
menarik
elektron
dari
inti
benzena,
yang
partikel
elektrofil
berpengaruh
terhadap
hasil
20
memang ukuran partikel Cl+ lebih kecil dari pada partikel Br+, klorasi
tluena lebih banyak ke tempat orto. Hasil para lebih banyak
daripada hasil orto.
Hal ini disebabkan karena pada tempat orto masuknya
elektrofil terhambat oleh gugus ruah (gangguan ruah), atau oleh
muatan positif dari substituen (partikel bermuatan sama saling
menolak).
C. Reaksi Eliminasi
Reaksi
eliminasi
adalah
reaksi
yang
mengakibatkan
H- C
C-
H2
H - C = C -- H + XY
Y
X dan Y merupakan atom/ gugus yang sama, bisa juga berbeda,
21
Contoh reaksi:
1. Reaksi dehidrobromasi etil bromida dengan alkohol
H
H-C - C
Br
+ H2SO4
H -C = C - H + C2H5OH + Br-
H2SO4
OH
CH3 - C - C - H + Zn
CH2 -C = CH + ZnCl2
Cl
Cl
Reaksi:
Seperti sudah Anda pelajari di depan, reaksi eliminasi bersaing
dengan reaksi substitusi. Hal ini disebabkan karena tahap pertama
reaksi eliminasi identik dengan tahap pertama reaksi substitusi
nukleofilik SN1, yaitu terbentuk ion karbonium. Kemudian ion
karbonium melepaskan proton (atom H) pada C yang bersebelahan
dengan C yang bermuatan positif, karena dipengaruhi oleh muatan
positif itu dan didekati penyerang nukleofil.
Contoh reaksi: Reaksi dehidrobromasi tersierbutilbromida dalam basa.
Tahap 1:
CH3
CH3
CH3 - C -
CH2
CH3 -
C+ -
CH2 + Br-
Br
22
Tahap 2:
CH3
CH3
CH3
C+
CH2
HO-
CH3
= CH2+ H2O-
Cl
Tahap 1: C2H5 C
C CH3
Cl + C2H5 - C - C+
CH3 CH3
Tahap 2: C2H5 -
lambat
CH3
CH3 CH3
CH3 CH3
23
C2H5 - C - C = CH2
CH3 CH3
b. Yang terikat pada gugus sekunder butil sehingga terbentuk
C2H5 - C
= C - CH3
CH3
CH3
H- C -
H -
C =
+ X- + Hnu :
24
R - R
Pada bagian berikut ini Anda akan mempelajari reaksi adisi
senyawa alkena tak simetri dengan adenda non-identik.
Contoh: Reaksi hidrobromasi propena dengan persamaan reaksi:
CH3 C = CH2 + HBr
Br
Anda lihat ada dua hasil reaksi, terjadi 1-bromopropana (a) dan
terjadi 2-bromopropana (b). Mana yang cenderung terjadi? Marilah kita
lihat tahap-tahap reaksinya!
25
CH3 C CH2
CH3 C CH3
CH3 C CH3
CH3
26
CH3-C C C2H5
H H
Etil lebih menolak elektron dari pada metil, sehingga c yang mengikat
metil, relatif lebih negatif.
Tahap 2: H+ + CH3- C C+- C2H5
CH3-C-C= C2H5
H H
Cl
CH3 C C C2H5
H H
H H
3-kloropentana.
2-pentena
adalah
3-kloropentana
dan
bukan
2-
kloropentana.
Nampaknya, hasil reaksi adisi akan sangat dipengaruhi oleh
atom atau gugus yang terikat pada C berikatan pi. Gugus penolak
elektron menyebabkan elektron pada ikatan pi bergeser menjauhi,
sedangkan gugus penarik elektron menyebabkan elektron bergeser
arah C yang mengikat gugus penarik elektron itu. Atom atau gugus
mana yang bersifat menarik elektron? Pada kegiatan belajar 2 Anda
telah mempelajari gugus NO2 adalah penarik elektron, tetapi atom Cl
memperlihatkan dua sifat, dapat menarik elektron atau menolak
elektron.
Dari reaktivitas bromasi terhadap CH2 = CH-Cl (kloroetena)
diketahui reaksi sangat lambat. Ini membuktikan Cl mendeaktifkan,
artinya Cl lebih bersifat menarik elektron.
27
Contoh: CnH2n+2
CO2 + H20
O
CH3CH2-OH
CH3- COOH
CH3 C CH3
OH
C6H5-NO2
C6H5 NH2
Tahap 1 : CH3 C - OH + O
CH3- C OH
OH
28
oksonium
R C = CH2
R C O - O - C C H
Tahap 2 :
O - O
29
H
..R C O O+ C: -
..- ..
..RCOO CC-H
+
+
H O
.. --- O H
O -
Tahap 3 :
..+ ..
RCOO C
O+
---
R C OH + H - C - OH
H
C6H5 CnH2n+1
30
CH3 C C4H9
O
HO --- O
Tahap 2 : Salah satu H yang sudah terikat pada O tertarik pada O lain.
....H C O O C C4H9
....H C O O C C4H9
O --- O
O+
H
H
HCOOH + C4H9COOH
O --- O+
H
Tahap 4 :
H3C C C4H9
O
..
..+
H3C C O O C C3H7
O
O+
H
31
H
..
..
H3C C O O - C C3H7
O
..
+
H3C C O O C C3H7
O+
O
H
H
..+
H 3C C O O - C C 3H 7
O
O+
F. Reaksi Polimerisasi
Reaksi polimerisasi adalah reaksi penggabungan molekulmolekul sederhana (monomer) menjadi molekul besar. Reaksi
polimerisasi banyak terjadi secara alamiah seperti pada protein
(gabungan asam amino) atau pada selulose (gabungan glukose) yaitu
yang disebut polimer alam. Polimer alam mempunyai berat molekul
yang sangat tinggi; karet alam 60.000 300.000; selulose 300.000
500.000 dan protein 15.000.000. Polimer sintetik terbatas hanya
sampai 5000.
Dalam modul ini Anda akan mempelajari tahap-tahap reaksi
polimerisasi untuk polimer sintetik. Reaksi polimerisasi merupakan
reaksi yang berkesinambunga. Artinya hasil reaksi 2 monomer (M)
akan bereaksi dengan monomer lainnya dan begitu seterusnya sampai
memenuhi persyaratan yang dikehendaki. Bila monomer yang
32
bergabung mempunyai dua gugus fungsi artinya ada M1 dan M2, maka
reaksinya disebut kopolimerisasi.
Pada
umumnya
reaksi
polimerisasi
atau
kopolimerisasi
CF2--F2--CF2--CF2
Teflon
Ikatan pi hilang dan terbentuk ikatan sigma dengan rantai lurus hingga
terjadi suatu homopolimer.
Contoh lain:
CH2=CH-Cl + CH2=CH-Cl
CH2-CH-CH2- CH
Cl
Cl
Polivinilklorida (PVC)
Ikatan pi hilang dan terbentuk ikatan sigma dengan rantai khusus.
Contoh kopolimerisasi adisi:
CH = CH2 + CH2 = CH CH2 = CH2
A s a m a d ip a t (M 1 )
b u ta d ie n a ( M 2 )
K a re t s in te tik
33
A s a m te ra fta la t
M1
HOOC
E s te r g lik o l
M1
g lik o l
M2
C O - C H 2 - C H 2 - O H + H 2O
te ra fta la t
M2
34
G. Evaluasi
1. 1-butena direaksikan dengan larutan HBr.
a. Reaksi apa yang berlangsung ?
b. Tuliskan tahap-tahap reaksinya !
c. Reaksi mana yang mungkin terjadi?
2. Tuliskan tahap-tahap reaksi adisi 2- metil propana dengan bantuan
asam HCl serta tuliskan nama-nama zat yang direaksikan serta
hasil reaksinya!
3. Jelaskan perbedaan reaksi adisi dan reaksi eleminasi dengan
contoh satu perbedaan reaksi!
4. TNT adalah salah satu turunan benzena.
a. Tuliskan struktur nitrobenzena !
b. Tuliskan beberapa kegunaan TNT !
c. Tuliskan persamaan reaksi TNT dengan udara !
5. Apa perbedaan homo polimer dengan kopolimer?
6. Salah satu polimer yang banyak digunakan untuk pipa air adalah
PVC.
a. Tuliskan struktur polimer PVC!
b. Tuliskan reaksi terbentuknya polimer PVC!
c. Tuliskan monomer PVC dan namanya!
35
BAB III
PENUTUP
rantai
menyerang
adalah
nukleofil
reaksinya
dinamakan
reaksi
36
DAFTAR PUSTAKA
Budy, J.E. 1995. General Chemistry Principle & Structure Fith. Edition;
Singapore : Jhon Willey & Sons Inc.
Depdiknas, 2003. Kurikulum KBK 2004.
Depdikbud, 1997. Kimia SMU III, Kumpulan Lembar Kerja Siswa.
Jakarta : Proyek Alat-alat IPA dan Pemantapan Kerja Guru,.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum 2003. Contoh Silabus dan
Sistem Penilaian. Jakarta : Depdiknas.
Fessenden, R.J. & J.B. Fessenden, 1983. Kimia Organik, Edisi Kedua,
Jilid I, Terjemahan Endayana Pudjatmaka. Jakarta :
Erlangga.
Harry Firman dan Liliasari, 1994, Kimia III untuk SMU Kelas III, Balai
Pustaka. Jakarta : Depdikbud.
Morrison, R. T., Robert Neilson Boyd, 1977. Organic Chemistry. Trird
Edition. India : Prentice-Hall.
Keenan, Kleinfelter, 1999. Ilmu Kimia Untuk Universitas JILID II; Harper
& Row. Publisher Inc. Jakarta : Penerbit Erlangga.
PKG, JPA. 1998. Bahan Mengajar dan Analilisis Materi Perkuliahan
Kimia, Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SMU,
Jakarta : Depdikbud .
Sastrawijaya & Juariah 1986. Kapita Selekta Kimia Sekolah II. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid III. FMIPA IKIP Padang, Bandung :
Penerbit ITB.
37