Hai orang-orang yang beriman! Maukah kamu aku tunjukkan suatu
perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Q.S. As-Saff: 10-11) Ini adalah perdagangan yang tidak akan merugi karena janji Allah akan balasan bagi orang-orang beriman yang bertaqwa kepada Allah adalah pasti. Suatu keniscayaan apabila kebaikan akan berbalas kepada kemenangan, keabadian, dan kebahagiaan dan kebatilan serta keburukan akan berbalas dengan kehinaan dan kehancuran. Hidup adalah pilihan dan setiap pilihan akan dimintai pertanggungjawabannya. Salah satu pilihan yang Allah tawarkan kepada kita adalah jihad di jalan Allah, menegakkan kalimatullah dengan menyeru kepada maruf dan mencegah kepada yang munkar (bc: dawah). Dawah Sebuah kata yang (mungkin) tidak asing lagi di telinga kita. Terutama di kalangan para elit mahasiswa yang seyogyanya tersentuh dengan dawah atau berkontribusi dalam barisan dawah atau apatis dalam dawah atau malah menjadi musuh dawah (naudzubillaahi min dzaalika). Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat maruf dan mencegah yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imran: 104) Serulah (manusia )kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (Q.S. An-Nahl: 125) Inilah yang menjadi landasan bagi kita untuk melakukan pekerjaan mulia ini. Sebuah amanah yang sudah Allah firmankan dalam Alquran yang berarti hukumnya adalah wajib bagi setiap individu muslim. Amanah untuk menyeru dan mengajak kepada jalan Allah, yaitu Islam. Allah menciptakan manusia, maka Allah berkehendak atas makhluk yang diciptakan-Nya. Allah menghendaki agar hanya kepada dan untuk Allah sajalah shalat, hidup, mati, dan ibadah kita. Allah menciptakan manusia, maka Allah paling mengetahui atas makhluk yang diciptakan-Nya. Sebagai konsekuensinya maka pasti Dia jualah yang mengatur dan menentukan arah perjalanan hidup
manusia. Dalam rangka inilah islam hadir. Sebagai sistem kehidupan
bagi manusia yang paling sesuai dengan fitrahnya karena ia langsung dari Allah. Oleh sebab itu, dawah atau menyeru kepada Allah berarti menyeru kepada islam. Menyeru dan mengajak kepada sistem islam, membimbing kepada cara hidup Islam. Yang pada akhirnya seluruh manusia berada dalam sebuah naungan kekhalifahan (kepemimpinan) islam di bumi ini(Q.S. 2:30). Khilafah islamiyah inilah yang menjadi proyek peradaban, tugas besar dawah kita. Tugas besar ini tidak akan dapat dikerjakan per individu melainkan melalui amal jamai. Amal jamai ibarat permainan sepak bola yang di dalamnya terdapat pembagian tugasada sebagai keeper, ada sebagai penyerang, ada yang berfungsi sebagai pertahanan, dan lain-lain saling oper-operan bola dan memiliki satu tujuan yaitu memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan. Demikian jugalah hakikat amal jamaI ini. Di dalamnya terdapat pembagian tugas atau peran, saling memberi kesempatan untuk bekerja dan memiliki tujuan yang satu, yaitu Allah dan tugas yang satu, yaitu Khalifah Islamiyah. Untuk mencapai tujuan dan tugas dawah, maka dawah harus sehat. Dawah yang sehat memiliki beberapa syarat, yakni: a. Dawah harus memiliki orientasi, yang meliputi ghayah (tujuan), titik tolak, dan minhaj (pedoman). Dawah yang sehat adalah dawah yang hanya bertujuan kepada Allah. Karena sejatinya diciptakan-Nya jin dan manusia adalah hanya untuk menyembah-Nya (Q.S. Adz-dzaariyat:56) dengan berpedoman (bermanhaj) kepada Alquran dan AsSunnah (perkataan dan perbuatan Rasulullah SAW.) b. Dawah tidak cukup hanya memiliki orientasi tetapi ia harus terimplementasi dalam sebuah amal nyata. Amal yang dikehendaki agar tercapai tujuan dan tugas dawah adalah amal yang sungguh-sungguh (jiddiyah) dan berkesinambungan (istimrar) serta dibutuhkan sebuah pengorbanan (tadhhiyah) baik harta, jiwa, dan pikiran kita. Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. (Q.S. 9:111) c. Ath-thaah dan Ukhuwah Sejatinya, tugas dawah hanya dapat terwujud dengan amal jamai. Dalam sebuah amal jamai terdapat pembagian tugas atau peran. Ada yang sebagai qiyadah (pemimpin) dan jundi (yang dipimpin). Maka dalam dawah diperlukan adanya ketaatan kepada pemimpin yang disatukan dalam ikatan ukhuwah agar semakin terasa saling mengisi, membutuhkan, dan sepenanggungan antara sesama muslim dalam
mengemban amanah dawah karena sesungguhnya sesama
muslim ibarat satu tubuh. Kita yang memilih kepada jalan ini harus mengetahui secara benar lika-liku perjalanannya (bc. Tabiat jalan dawah) untuk mempersiapkan fisik dan psikis kita dalam menghadapinya. Agar kita tidak terkejut di tengah perjalanan dan memilih mundur atau bahkan jatuh di jalan ini. Ada dua garis besar tabiat jalan dawah ini yaitu kebaikan dan keburukan. kebaikan dapat menjerumuskan kita bila ia tidak mendatangkan nimat syukur dalam hati kita dan keburukan seperti terasing, hinaan, ejekan, atau bahkan penganiayaan dapat menciutkan nyali kita dalam mengarungi tantangan dawah ini bila kita tidak bergantung kepada Allah. Jika dalam teori evolusisudah terbantahkanterdapat teori seleksi alam maka dalam perjalanan dawah inipun terdapat seleksi individu dari Allah agar nyata siapa yang yang benar-benar berjihad dan sabar (Q.S. Ali Imran: 142). Ya, inilah proses seleksi itu. Maukah kita menjadi orang-orang yang tersingkir? Terpinggir? Dan terusir? Karena memang sudah tertulis dalam kitab ghaib ini (Alquran) bahwasanya siapapun yang terjatuh atau meninggalkan jalan ini, maka Allah akan menggantikannya dengan orang-orang yang lebih mencintai-Nya. Menjadi tugas kitalah untuk memupuk komitmen, kesabaran, ukhuwah, dan ilmu biar kita tetap tegar dan kokoh dalam tiupan angin ujian. Manusia memiliki kecenderungan kepada kebaikan dan keburukan. Dan kita tidak dapat menghilangkan salah satunya. Tinggal bagaimana kita menyiasatinya agar kebaikan itu lebih dominan. Agar kedekatan kita dengan Allah lebih menguasai diri kita. Dan pesan ini insyaAllah akan lebih memotivasi kita: Jiwamu jika tidak engkau sibukkan dengan kebenaran, niscaya ia disibukkan dengan kebatilan. Cari, temukan, dan berperanlah di manapun peluang kebaikan itu berada!!! Satu hal Mudah-mudahan kita termasuk ke dalam salah satu orang yang berjalan bersama barisan Rasulullah di akhirat kelak karena amal dawah yang telah kita lakukan. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang meninggalkan dawah karena sejatinya bukan dawah yang membutuhkan kita tetapi kita yang membutuhkan dawah. Mari kita renungi syair di bawah ini
Mendorong kita untuk terjun dengan dawah ini
Dawah yang tenang, namun lebih gemuruh Dari tiupan angin topan yang menderu Dawah yang rendah hati, namun lebih perkasa Dari keangkuhan gunung yang menjulang... Dawah yang terbatas, namun jangkauannya Lebih luas dari belahan bumi seluruhnya... Wallaahu alam bishshawwaab...