Anda di halaman 1dari 3

Identifiable net assets dan goodwill

Seperti pembelian pada umumnya, penerapan metode akuisisi dalam penggabungan


usaha juga mengharuskan adanya sesuatu yang dibeli. Karena yang dibeli adalah bisnis
atau usaha, maka akuisisi berarti mengambil alih asset dan menanggung liabilitas dari bisnis
yang diakuisisi. Penting untuk diklarifikasi di awal, istilah asset netto (net assets) dalam
konteks penggabungan usaha adalah asset yang diperoleh dikurangi liabilitas yang
ditanggung. Istilah ini disebutkan berulang-ulang dalam IFRS 3.
Seperti halnya konsiderasi, asset yang diperoleh dan liabilitas yang ditanggung juga
harus diukur nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Prinsip nilai wajar ini didasari asumsi,
akuisisi bukan merupakan likuidasi, melainkan transaksi sukarela oleh pihak-pihak yang mau
dan memiliki informasi yang memadai terkait transaksi yang mereka lakukan.
Seperti disinggung sebelumnya, salah satu tahap dalam penerapan metode akuisisi
adalah mengidentifikasi, mengukur, dan mengakui asset netto yang diperoleh dan
kepentingan non-pengendali (non-controlling interests), jika ada. Tahap mengidentifikasi
penting untuk dicermati. IFRS 3 membedakan asset yang diperoleh menjadi dua, yang dapat
diidentifikasi (identifiable) dengan yang tidak dapat diidentifikasi (unidentifiable).
Penting juga untuk dicermati, asset yang dapat diidentifikasi (identifiable assets) juga
mencakup asset tidak berwujud (intangible assets). Di samping itu, ketika mengidentifikasi,
liabilitas bersyarat (continget liabilities) juga harus diidentifikasi. (Maaf, kalimat saya
mengandung kata-kata yang diulang, disengaja untuk memberikan penekanan.)
Dalam kaitannya dengan intangible assets dan contingent liabilities, IFRS 3 bahkan
mengharuskan acquirer untuk mengidentifkasi, mengakui dan mengukur nilai wajarnya pada
tanggal akuisisi, meskipun dalam laporan keuangan terpisah acquiree, item-item intangibles
dan contingencies itu tidak dicatat. Lagi-lagi, alasannya adalah karena penggabungan usaha
dipandang sebagai pembelian. Implikasinya, semua asset, termasuk intangibles, dan semua
liabilitas, termasuk contingencies, harus dianggap sebagai bagian dari bisnis yang dibeli, dan
diukur nilai wajarnya.
Setelah semua asset dan liabilitas diidentifikasi dan diukur nilai wajarnya per tanggal
akuisisisekali lagi termasuk intangibles dan contingencies, jumlah nettonya disebut
identifiable net assets dalam IFRS 3.
Bandingkan identifiable net assets itu dengan konsiderasi yang diserahkan ditambah
jumlah kepentingan non-pengendali, jika ada. Konsiderasi yang diserahkan ditambah jumlah
kepentingan non-pengendali bisa dianggap sebagai harga dari bisnis yang diakuisisi
(acquiree) secara keseluruhan. Jika harga keseluruhan itu lebih besar dari identifiable net
assets, artinya investor (acquirer) membeli dengan harga mahal. Selisih harga yang lebih
mahal inilah yang dinamakan goodwill.
Sebaliknya, jika identifiable net assets -nya lebih bisar dibandingkan harga
keseluruhan, acquirer mendapatkan harga murah, sehingga timbullah keuntungan dari
pembelian murah (gain from a bargain purchase). Jika dinyatakan secara matematis, goodwill
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Godwill = (CT + NCI + PEI) (INA TAX)
CT = konsiderasi yang diserahkan (consideration transferred) oleh acquirer
NCI = jumlah kepentingan non-pengendali (non-controlling interests), jika adaakan
dibahas menyusul
PEI = kepentingan ekuitas yang dimiliki sebelumnya oleh acquirer (sebelum kendali
diperoleh melalui penggabungan usaha)
INA = nilai wajar asset netto yang dapat diidentifikasi (identifiable net assets)
TAX = tarif pajak penghasilan perseroan dikalikan selisih nilai wajar dikurangi nilai buku
identifiable net assetsakan dibahas menyusul

Goodwill dikatakan sebagai sisa (residual) asset acquiree yang tidak dapat diidentifikasi
(unidentifiable) dalam penggabungan usaha karena jumlahnya tergantung kepada pengukuran
asset netto yang dapat diidentifikasi.

Goodwill: definisi, pengakuan, dan pengukurannya menurut IFRS 3 (2008)


Dalam IFRS 3 (2008), goodwill didefinisi sebagai, "asset yang merepresentasikan
manfaat ekonomi masa depan yang berasal dari asset lainnya yang diakuisisi dalam
penggabungan usaha yang tidak dapat diidentifikasi secara individual dan diakui secara
terpisah."
Pada paragraf 32 dinyatakan bahwa entitas pengakuisisi (acquirer) harus mengakui
goodwill pada tanggal akuisisi yang diukur sebagai selisih lebih dari (a) dan (b):
(a) agregat dari:
1. konsiderasi yang diserahkan, yang pengukurannya diatur dalam IFRS 3 (2008), yang
secara umum mengharuskan digunakannya nilai wajar pada tanggal akuisisi.
2. Jumlah kepentingan bukan pengendali (non-controlling interest) dalam usaha yang
diakuisisi (acquiree), yang pengukurannya diatur dalam IFRS 3 (2008)
3. Nilai wajar pada tanggal akuisisi dari kepentingan ekuitas dalam usaha yang diakuisisi
(acquiree) yang sebelumnya sudah dimiliki oleh entitas pengakuisisi (acquirer), jika
penggabungan usaha ditempuh secara bertahap.
(b) jumlah netto pada tanggal akuisisi dari asset yang dapat diidentifikasi (identifiable assets)
yang diakuisisi dan kewajiban (liability) yang ditanggung, yang pengukurannya diatur dalam
IFRS 3 (2008).
Jika penggabungan usaha hanya dilaksanakan dengan pertukaran ekuitas antara entitas
pengakuisisi (acquirer) dengan usaha yang diakuisisi (acquiree), atau dengan para pemilik
lama dari usaha yang diakuisisi (acquiree), nilai wajar pada tanggal akuisisi dari kepentingan
ekuitas usaha yang diakuisisi (acquiree) mungkin dapat diukur lebih andal (reliable)
dibandingkan nilai wajar pada tanggal akuisisi dari kepentingan ekuitas entitas pengakuisisi
(acquirer). Jika memang demikian, entitas pengakuisisi (acquirer) harus menentukan jumlah
goodwill dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal akuisisi dari kepentingan ekuitas
usaha yang diakuisisi (acquiree), bukan nilai wajar pada tanggal akuisisi dari kepentingan
ekuitas yang diserahkan.
Untuk menentukan jumlah goodwill dalam penggabungan usaha tanpa adanya
konsiderasi yang diserahkan, entitas pengakuisisi (acquirer) harus menggunakan nilai wajar
pada tanggal akuisisi dari kepentingan ekuitas entitas pengakuisisi (acquirer) dalam usaha
yang diakuisisi (acquiree) dengan menggunakan suatu teknik penilaian sebagai pengganti
nilai wajar pada tanggal akuisisi dari konsiderasi yang diserahkan.

Pengertian Goodwill dan Posisinya dalam Neraca Keuangan


Goodwill merupakan aset jangka panjang yang dikategorikan sebagai aset tidak berwujud.
Goodwill timbul ketika sebuah perusahaan mengakuisisi bisnis lain secara keseluruhan.
Goodwill adalah biaya untuk membeli bisnis dikurangi nilai pasar wajar aset berwujud , aset
tidak berwujud yang dapat diidentifikasi, dan kewajiban yang diperoleh dalam pembelian.
Jumlah dalam akun Goodwill akan disesuaikan dengan jumlah yang lebih kecil jika ada
penurunan nilai yang terjadi terhadap nilai pasar goodwill tersebut yang diakuisisi perusahaan
pada saat tanggal pelaporan neraca. Biasanya akun goodwill ini akan muncul pada laporan
keuangan konsolidasian Untuk lebih jelasnya saya akan memberikan contoh :
PT Danone mengakuisisi sebuah perusahaan PT.Aqua. Diketahui nilai wajar (fv) dari PT
Aqua hanya sebesar Rp.40.000 (Modal saham 30.000 + Laba ditahan 10.000). Tapi biaya
yang dikeluarkan untuk membeli PT Aqua tersebut sebesar Rp. 50.000. maka akan ada selisih
sebesar Rp 10.000 dari pengakuisisian tersebut. Selisih yang dibayar dengan nilai wajar
tersebut merupakan aset yang bernama goodwill Maka cara untuk mencatat transaksi akuisisi
perusahaan dengan goodwillnya adalah sebagai berikut :
Modal Saham 30.000 [Debit]
Laba ditahan 10.000 [Debit]
Goodwill 10.000 [Debit]
Investasi pada PT Aqua 50.000 [Kredit]
Dengan perhitungan :
Jumlah yang dibayar nilai wajar
Maka akan dapat persamaan :
Jumlah yang dibayar lebih besar dari nilai wajar, maka goodwill
Jumlah yang dibayar lebih kecil dari nilai wajar, maka bargain (keuntungan)
Posisinya dalam neraca keuangan adalah sebagai aset tidak lancar tidak berwujud (intangible
assets)

Anda mungkin juga menyukai