Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATAKULIAH

SISTEM JARINGAN PERPIPAAN


Dosen Pengampu :
Dr. Very Dermawan. ST., MT

JUDUL:

INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM


Disusun oleh:
Elfira Dyah Setyowati
135060407111003
Wirda
135060407111008
Teresa Apti A
135060407111010
Ariza Julian Hakim
135060407111015
Fanny Aliza Safitri
135060407111016
Hardiman Mahendra
135060407111021
Masfufahtut Thohuroh
135060407111023
Shafiya Sausan Hidayati
135060407111024
Yuvika Rega Siswanti
135060407111027
Maylita Widi Astari
135060407111029

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
Pendahuluan
Dalam Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, definisi Air minum :
air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi
syarat kesehatan (fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif) dan dapat langsung
diminum. Air minum yang biasa digunakan adalah air minum yang berasal dari air
tanah, mata air, dan air permukaan yang selama perjalannya menembus lapisan-lapisan

tanah sehingga terjadi filtrasi atau penyaringan partikel-partikel yang tersuspensi di


dalamnya.
Akan tetapi air dari sumber air pun biasanya tidak dapat diminum secara
langsung karena masih belum memenuhi syarat kesehatan tersebut, maka perlu diolah
terlebih dahulu agar memenuhi syarat kesehatan dan aman untuk dikonsumsi
(Sutrisno,1987). Terdapat 3 metode dalam pengolahan kualitas air yaitu :
1) Pengolahan Fisik (Physical Unit Treatment )
Aspek fisik : suhu, warna, bau, kekeruhan, dan material padatan
2) Pengolahan Kimia ( Chemical Unit Treatment)
Aspek kimia : Total solid, suspended solid, BOD, COD, Nitrit, Nitrat, pH,
kandungan zat organik (senyawa aktif pembentuk pestisida) dan kandungan zat
anorganik (Cu = 1 mg/L; Fe = 5 mg/L)
3) Pengolahan Biologi (Biological Unit Treatment )
Aspek Biologi : kandungan bakteri pathogen, virus, indikator pencemaran air oleh
aktivitas manusia,dll
Sehingga

air

minum

yang

dihasilkan

memenuhi

persyaratan

fisika,

mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter Permenkes RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010 berikut.

Tabel 1.1 Persyaratan Kualitas Air Minum

Instalasi Pengolahan Air Minum


Sebuah sistem yang mengkombinasikan proses- proses dan unit-unit pengolahan
air dari sumber yang tidak memenuhi baku mutu standart air minum untuk memastikan
air tersebut aman untuk dikonsumsi sebagai air minum.Unit, dan proses pada instalasi
pengolahan air minum di tiap tempat tidak lah sama, karena adanya perbedaan
kebutuhan, metode, ataupun ketersediaan dana yang ada. Di Indonesia air bersih yang di
produksi PDAM tidak dapat langsung diminum, sehingga untuk produksi air minum
biasanya dikemas dalam kemasan. Secara umum proses-proses dalam pengolahan air
diantaranya :

Koagulasi (coagulation )
Flokulasi (flocculation )
Sedimentasi (sedimentation )
Penyaringan (filtration )
Desinfeksi (desinfection )

1. Tahapan Pengolahan dan Kriteria Pengolahan Air Bersih

Gambar 1.1 Water Treatment Plant


1) Pengolahan Pendahuluan (Preliminary treatment)
Melibatkan proses penyaringan untuk benda- benda berukuran besar
(pasir, kerikil, sampah) dan proses pengumpulan pasir pada dasar bak
(maceration ) Misal. Saringan.

Gambar 1.2Bar screen

Gamber 1.3Traveling Water Screen

Sumber : water.me.vccs.edu

Sumber : www.evoqua.com

2) Pengolahan Pertama ( Primary treatment)


Melibatkan proses pengendapan (sedimentation) zat-zat padat terlarut yang
kemudian menghasilkan lumpur (sludge). Misal. Bak sedimentasi, Koagulasi, Flokulasi.
2.1 Koagulasi
Air baku yang keruh setelah diendapkan dalam jangka waktu tertentu masih tetap
keruh karena adanya koloid yang melayang-layang di dalam air. Koloid ini memerlukan
waktu yang sangat lama untuk dapat diendapkan. Proses pemisahan diefektifkan dengan
penambahan bahan kimia tertentu dalam air baku. Setelah pencampuran tersebut, terjadi
proses koagulasi (proses pembekuan/ pengadukan cepat) sehingga zat padat tersebut
menggumpal dan dapat diendapkan dengan mudah. Setelah begitu maka dilakukan
proses netralisasi.

Gambar 1.4 Koagulasi


Kriteria perencanaan unit koagulasi (pengaduk cepat)
Tabel 1.2 Kriteria Koagulasi

KriteriaKoagulan
Pada prinsipnya, zat kimia atau koagulan yang dapat dipakai adalah semua unsur
dengan kation bervalensi dua keatas yang mempunyai daya elektrolit yang kuat
Kriteriakoagulanadalahsebagaiberikut :
a) Jenis koagulan yang digunakan;
aluminiumsulfat,

Al2(SO4)3

.l4(H2O)

diturunkandalambentukcairkonsentrasisebesar (5 20) %.
PAC, poly aluminium chloride (Al10(OH)15Cl15) kualitas PAC
ditentukanolehkadaraluminium

oxide

(Al2O3)

yang

terkaitsebagaipacdengankadar (10 11)%.


b) Dosiskoagulanditentukanberdasarkanhasilpercobaan jar test terhadap air baku
c) Pembubuhankoagulankepengadukcepatdapatdilakukansecaragravitasiataupemo
mpaan
Bakkoagulan
Kriteriabakkoagulanadalahsebagaiberikut :
a) Bakkoagulanharusdapatmenampunglarutanselama 24 jam;
b) Diperlukan 2 buahbakyaitu 1 buahbakpengaduk manual ataumekanisdan
1 buahbakpembubuh;
c) Bakharusdilindungidaripengaruhluardantahanterhadapbahankoagulan.

Setelah proses ini dilakukan flokulasi untuk mempercepat terbentuknya


gumpalan-gumpalan koloid yang dapat diendapkan secara lebih mudah.
2.2 Flokulasi
Flokulasi adalah tahap pengadukan lambat yang mengikuti unit pengaduk cepat.
Proses ini bertujuan untuk mempercepat laju tumbukan partikel.
Flokulasi dicapai dengan mengaplikasikan pengadukan yang tepat untuk
memperbesar flok-flok hasil koagulasi. Pengadukan pada bak flokulasi harus diatur
sehingga kecepatan pengadukan semakin ke hilir semakin lambat. Pada umumnya
waktu detensi pada bak ini adalah 20 40 menit. Hal tersebut dilakukan karena flok
yang telah mencapai ukuran tertentu tidak bisa menahan gaya tarik dari aliran air dan
menyebabkan flok pecah kembali, oleh sebab itu kecepatan pengadukan dan waktu
detensi dibatasi. Konstruksi dari unit flokulasi harus bisa menghindari aliran mati pada
bak. Terdapat beberapa kategori sistem pengadukan untuk melakukan flokulasi ini, yaitu
pengaduk mekanis dan pengadukan menggunakan baffle channel basins.

Gambar 1.5 Flokulasi


Kriteria perencanaan unit flokulasi (pengaduk lambat)
Tabel 1.3 Kriteria Flokulasi

2.3. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan unit yang berfungsi memisahkan padatan dan cairan
dengan menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk memisahkan partikel
tersusupensi yang terdapat dalam cairan tersebut (Reynols, 1982). Untuk kondisi air
baku dengan kekeruhan yang tinggi (>1000 mg/l), sebelum unit sedimentasi terdapat
unit lain yaitu unit pra-sedimentasi yang berfungsi untuk mengendapkan partikel
tersuspensi dalam air, sehingga unit sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan
partikel-partikel yang tidak terendapkan dalam unit prasedimentasi serta flok-flok yang
terbentuk setelah melalui proses koagulasi dan flokulasi.
Aplikasi utama dari sedimentasi pada instalasi pengolahan air minum adalah :
1. Pengendapan awal dari air permukaan sebelum pengolahan menggunakan
saringan pasir cepat.
2. Pengendapan air yang telah melalui proses koagulasi dan flokulasi sebelum
memasuki unit saringan pasir cepat.
3. Pengendapan air yang telah melalui proses koagulasi dan flokulasi pada instalasi
yang menggunakan sistem pelunakan air oleh kapur-soda.
Pengendapan air pada instalasi pemisahan besi dan mangan.
Bak sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flok-flok yang dibentuk pada
proses koagulasi dan flokulasi. Agar pengendapan yang terjadi pada bak sedimentasi
berjalan dengan baik, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi menyangkut

karakteristik aliran dalam bak sedimentasi yang akan dibangun. Untuk mencapai
pengendapan yang baik, bentuk bak sedimentasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga
karakteristik aliran di dalam bak tersebut memiliki aliran yang laminar dan tidak
mengalami aliran mati (short-circuiting).

Gambar 1.6 Rectangular Basin

Gambar 1.7 Sedimentation Basin

Kriteriaperencanaan unit sedimentasi (pengendap)

3) Pengolahan Kedua (Secondary Treatment)


Melibatkan proses pengolahan secara biologi untuk mengurangi bahanbahan organik melalui mikroorganisme yang ada di dalamnya. Misal. Proses
pemberian oksigen (aerasi ), activated sludge untuk pertumbuhan bakteri.
Activated Sludge dan Aerasi
Merupakan proses pengolahan secara biologis aerobik dengan mempertahankan
jumlah massa mikroba dalam suatu reaktor dan dalam keadaan tercampur sempurna.
Suplai oksigen adalah mutlak dari peralatan mekanis, yaitu aerator dan blower, karena
selain berfungsi untuk suplai oksigen juga dibutuhkan pengadukan yang sempurna.

Gambar 1.9 Cascade Aerator

Gambar 1.10 Spray Aerator

4) Pengolahan Ketiga (Tertiary Treatment)


Pengolahan ketiga dilakukan apabila pada pengolahan pertama dan kedua masih
terdapat zat-zat tertentu yang berbahaya bagi kesehatan. Pengolahan ketiga ini
melibatkan proses pengurangan BOD, bakteri patogen, suspended soild, dan kandungan
racun. Misal. Saringan pasir, saringan multimedia, penyerapan (adsorpsion ),
pengurangan besi dan mangan.
Filtrasi adalah proses pemisahan padatan dan larutan, dimana larutan dilewatkan
melalui suatu media berpori atau materi berpori lainnya untuk menyisihkan partikel
tersuspensi yang sangat halus sebanyak mungkin. Proses ini digunakan pada instalasi
pengolahan air minum untuk menyaring air yang telah dikoagulasi dan diendapkan
untuk menghasilkan air minum dengan kualitas yang baik.

Gambar 1.11 Filtrasi

Gambar 1.12 Bak Filtrasi


Kriteriaperencanaan unit filtrasi

Filtrasi dapat dilakukan menggunakan beberapa jenis filter, antara lain :


4.1. Filter Karbon
Karbon aktif dengan media granular (Granular Activated Carbon) merupakan
proses filtrasi yang berfungsi untuk menghilangkan bahan-bahan organik, desinfeksi,
serta menghilangkan bau dan rasa yang disebabkan oleh senyawa-senyawa organik.
Selain untuk menyisihkan senyawa-senyawa organik, karbon aktif juga dapat digunakan
untuk menyisihkan partikel-partikel terlarut.
Dalam instalasi pengolahan air minum, pengolahan menggunakan karbon aktif
dilakukan sebelum proses ozonisasi karena secara umum unit pengolahan karbon aktif
tidak dapat menyisihkan mikroorganisme patogen seperti virus dan bakteri. Selain itu,
karbon aktif juga tidak efektif dalam menyisihkan kalsium (Ca) dan magnesium (Mn)
yang menimbulkan kesadahan pada air, flour dan nitrat.
4.2 Membran

Pada awalnya filtrasi menggunakan membran merupakan unit pengolahan air


alternatif untuk menggantikan filtrasi pasir lambat (slow sand filtration). Dengan
kemajuan yang sangat pesat dari teknologi ini, terutama dari penurunan biaya
operasional dan instalasinya, membran semakin banyak digunakan dalam instalasi
pengolahan air terutama untuk insatalasi pengolahan air yang bertujuan menghasilkan
air layak minum. Keunggulan utama membran dibandingkan filtrasi pasir lambat adalah
unit pengolahan yang dibutuhkan mempunyai ukuran yang lebih kecil, kapasitas
pengolahan lebih besar, serta mampu menghasilkan air layak minum. Secara umum
sistem

membran

dapat

dibedakan

menjadi

empat

jenis

yaitu Reverse

osmosis (RO), Elektrodialisis (ED), Ultrafiltrasi (UF), dan Mikrofiltrasi(MF).


5) Pembunuhan Bakteri (Desinfection)
Desinfeksi adalah proses yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen
yang terdapat di dalam air baku yang masuk ke dalam instalasi pengolahan air minum.
Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi mikroorganisme patogen yang ada di
dalam air. Zat yang digunakan umumnya klorin (kaporit) pada bak penampung terakhir.
Proses ini tidak berlaku bagi mikroorganisme yang berada dalam bentuk spora.
Terdapat berbagai metode untuk melakukan desinfeksi, antara lain dengan penggunaan
zat pengoksidasi (ozon, halogen, senyawa halogen), kation dari logam berat (perak,
emas, merkuri), senyawa organik, senyawa berbentuk gas, dan pengolahan fisik (panas,
UV, pH) (Chang, 1971 dikutip dalam Reynolds, 1982).
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan desinfektan yang akan
digunakan adalah kemampuan desinfektan untuk memerangi kontaminasi yang terjadi
setelah pengolahan pada sistem ditribusi air sehingga desinfektan yang terpilih harus
memiliki kekuatan desinfeksi yang tersisa di dalam air selama proses distribusi terjadi.
Kriteriadesinfektan
a) Jenis densifektan yang digunakan
Gas klor (Cl2), kandungan klor aktif minimal 99%;
Kaporitataukalsiumhipoklorit (CaOCl2 ) x H2O kandungankloraktif (60
70) %;
Sodium hipoklorit (NaOCl), kandungankloraktif 15%;
b) Dosisklorditentukanberdasarkandpcyaitujumlahklor yang dikonsumsi
besarnyatergantungdarikualitas

air

bersih

yang

produksisertaditentukandarisisaklor di instalasi (0,25 0,35) mg/l.

air
di

PembubuhanDesinfektan
Gas klordisuntikanlangsungkeinstalasipengolahan air bersih, pembubuhan gas
menggunakanperalatantertentu yang memenuhiketentuan yang berlaku;
Kaporit atau sodium hipoklorit dibubuhkan ke instalasi pengolahan air bersih
secara gravitasiataumekanis.
KeperluanPerlengkapanDesinfeksi
a) a) Pembubuhan gas klor
Peralatan gas klor disesuaikan minimal 2, lengkap dengan tabungnya;
Pabung gas klorharusditempatkanpadaruangkhusus yang tertutup;
Ruangan gas klorharusterdapatperalatanpengamananterhadapkebocoran

gas klor;
Alatpengamananadalahpendeteksikebocoran gas klordan sprinkler air

otomatikatau manual.
harus disediakan masker gas pada ruangan gas klor.
b) b) Bakkaporit
1) Bakdapatmenampunglarutanselama 8 sampaidengan 24 jam;
2)
Diperlukan
2
buahbakyaitubakpengaduk
manual/mekanisdanbakpembubuh;
c) Bakharusdilindungidaripengaruhluardantahanterhadapkaporit.
Kriteriabakpenampung air minum
Bakpenampung air minumdiberisekat-sekat yang dilengkapidengan:
a) Ventilasi;
b) Tangga;
c) Pelimpah air;
d) Lubangpemeriksaandanperbaikan;
e) Alat ukur ketinggian air;
f) Pinstalasipengolahan air penguras

Gambar 1.20 Bak Penampung Air Minum


5.1 Ozonisasi
Ozon merupakan senyawa oksigen yang terbentuk dari tiga atom oksigen (O3)
dan mempunyai sifat sebagai oksidator kuat. Secara alamiah ozon terbentuk melalui dua
cara yaitu melalui bantuan radiasi sinar ultravioletmatahari pada atmosfer bumi dan
kilat yang terjadi di udara. Proses ozonisasi dalam pengolahan air minum dilakukan
berdasarkan prinsip pembentukan ozon secara alamiah. Melalui dua cara diatas, ikatan
atom dari 3 molekul oksigen (O2) akan terpecah dan membentuk 2 molekul ozon (O3).
Ikatan atom yang membentuk ozon sangat lemah sehingga ozon yang terbentuk dapat
cepat kembali menjadi oksigen (O2). Hal ini menyebabkan ozon mempunyai sifat
oksidator yang kuat.
Ozon efektif mengoksidasi berbagai jenis zat pencemar dalam air tanpa
meninggalkan zat sisa yang tidak diinginkan atau mengubah pH air secara signifikan.
Ozonisasi dalam instalasi pengolahan air minum mempunyai beberapa manfaat, antara
lain untuk desinfeksi mikroorganisme organik patogen, menghilangkan bau dan rasa
yang tidak diinginkan (biasanya berasal dari ion S -2), serta menjernihkan air akibat
adanya senyawa organik terlarut. Dalam sistem pengolahan air minum, penggunaan
sistem ozonisasi disertai dengan penggunaan saringan karbon aktif yang bertujuan untuk
mengefektifkan pengolahan terutama untuk menghilangkan zat-zat pencemar organik.
Penutup

Setelah proses pengolahan air selesai maka dihasilkan air siap minum yang dapat
di alirkan melalui pipa pada proses distribusi, atau dikemas dalam kemasan terlebih
dahuli sebagai air minum kemasan.
Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa instalasi air minum sangat penting adanya untuk
menghasilkan air minum yang siap untuk dikonsumsi. Instalasi air minum pada
umumnya memiliki unit-unit diantaranya koagulasi, flokulasi, sedimentasi, aerasi,
filtrasi, dan desinfektan. Tiap unit memiliki kriteria dalam perencanaan dan
pelaksanaannya yang sangat penting untuk di perhatikan untuk memastikan tiap proses
tersebut berjalan dengan baik dan menghasilkan air minum yang berkualitas dan baik
untuk kesehatan.

Daftar Pustaka

http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/53_Permenkes%20492.pdf
water.me.vccs.edu
google.com
Sholichin,Mohammad.2014 Unit paket Instalasi, Jurusan Teknik Pengairan Universitas
Brawijaya
Harisuseno, Donny. 2014. PKA-Water Treatment. Jurusan Teknik Pengairan Universitas
Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai