Anda di halaman 1dari 18

Tugas

GEOKIMIA
GEOKIMIA ORGANIK

KELOMPOK 11
Fidhy Kurnia Damopolii (471413035)
Imam Nugraha Suryana (471413009

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2014

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat yang telah
diberikan sehingga pada kesempatan ini penyusun dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah geokimia sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta
salam kepada Nabi besar Muhammad SAW sebagai rahmattanlilalamin, serta
menjadi petunjuk terbaik dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah geokimia dan sebagai penunjang perkuliahan. Makalah ini membahas
mengenai geokimia organik yang terdiri dari pengertian dasarnya dan geokimia
organik dalam batuan.
Akhir kata, dalam penyusunan makalah ini penyusun memohon saran dan
kritikannya agar dapat lebih baik lagi dalam penyusunan selanjutnya.
Terima kasih.

Gorontalo, Oktober 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................i


Daftar Isi ............................................................................................................. ii
Bab 1. Pendahuluan ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan .....................................................................................................1
Bab 2. Geokimia Organik ................................................................................... 2
A. Pengertian Dasar dan Batasan-Batasan .................................................. 2
B. Organik Dalam Batuan ...........................................................................6
Bab 3. Kesimpulan .............................................................................................. 14
Daftar Pustaka .....................................................................................................15

ii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geokimia adalaha suatu bidang ilmu sains yang titik beratnya
mempelajari kimia bumi. Tugas utama ilmu geokimia adalah mempelajari
penentuan banyaknya unsur dan spesies atom (isotop) secara mutlak dan
relative di dalam bumi. Serta mempelajari penyebaran dan pmindahan
unsur-unsur individu di beberapa bagian bumi ini (atmosfer, hidrosfer,
kerak bumi, dll) dan didalam mineral dan batuan, dengan tujuan
memenuhi prinsip-prinsip penyebaran dan pemindahan.
Sehingga ke tahap tertentu, lingkup ilmu geokimia sudah
dibuktikan oleh sejarah perkembangan ilmu geologi terutama yang
berhubungan dengan mineralogi dan petrologi. Kajian geokimia sangat
penting

untuk

mengetahui

keberadaan

dan

jumlah

unsur-unsur

dipermukaan bumi.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dasar dan batasan-batasan dalam geokimia organik?
b. Bagaimana geokimia organik dalam batuan?
C. Tujuan
a. Mengetahui pengertian dasar dan juga batasan-batasan dalam geokimia
organik.
b. Memahami geokimia organik dalam batuan.

BAB II. GEOKIMIA ORGANIK


A. Pengertian Dasar dan Batasan-Batasan
Geokimia organik adalah salah satu cabang geokimia yang mempelajari
tentang bahan organik sedimenter untuk mempelajari evolusi yang berlangsung
pada tahapan-tahapan geologis di geosfer. Pengkajian terhadap bahan organik
yang terdapat di dalam sedimen, minyak bumi, dan tanah dapat digunakan untuk
mengetahui asal-usul senyawa suatu fosil molekul organik (biomarker).
Sejarah Singkat
Pengembangan dan pemanfaatan proses panjang mineral yang mudah
terbakar, minyak dan batubara komposisi kimia dan sifat geokimia organik secara
bertahap.
1920 Soviet .. Vernadsky telah mengeluarkan "biosfer", "Pengantar
Geokimia" dan monograf lainnya, sistem merangkum dan membahas karbon
geokimia kerak dan kualitas hidup. Pada tahun 1927 ia memimpin profesional
untuk membangun laboratorium hidup pertama di dunia.
1934 kimiawan Jerman A. Telaibusi, dari minyak mentah, batubara dan
shale diisolasi dan diidentifikasi pigmen porfirin logam, dan terbukti minyak
biogenik.
Sejak 1960-an, menjadi degradasi kerogen populer minyak ke minyak
menyebabkan ide-ide baru, dan dalam evaluasi batuan induk dan aspek korelasi
minyak sumber berhasil memperkenalkan banyak metode baru dan teknologi
baru. Sebagai hasil dari berbagai teknik kromatografi, kromatografi - spektrometri
massa, MRI, mikroskop elektron resolusi tinggi, telah mampu mempelajari
tingkat molekuler lipid geologi, dan memiliki studi mendalam dan menemukan
bahwa sejumlah biomarker baru yang penting atau fosil molekuler, sepasang
materi tinggi berat molekul organik, seperti asam humat dan studi kerogen mulai
melakukan terobosan.

Jenis Distribusi
Kerak litosfer memiliki bahan organik total sekitar 3,8 1015 ton,
terutama sporadis dan dihasilkan dari sedimen halus, serpih organik 3.6 1015
ton, sedangkan batu bara dan bahan organik minyak hanya 6 1.012 ton dan 0,2
1012 ton.
Bahan organik geologi dibagi dalam tiga kategori utama:
1. Geologi organik lipid deposisi berarti (batu bara, minyak) dapat larut
dalam eter, benzena, kloroform dan pelarut organik lainnya dan tidak larut
dalam air, kelas besar senyawa organik. Sertakan hidrokarbon, alkohol,
asam organik (seperti asam lemak), steroid dan turunannya. Lipid Geologi
berasal langsung dari lipid biologi, untuk lebih mencerminkan bahan
induk asli, lingkungan pengendapan dan diagenetic. Karena berat molekul
rendah, mudah untuk menggiling geokimia organik.
2. Asam humat larut anorganik alkali bahan organik sedimen. Termasuk dua
kategori, ekstrak alkali setelah pengobatan dengan asam mineral, asam
humat bagian diendapkan disebut, tidak mengendapkan bagian yang
disebut asam fulvat. Asam humat adalah asli membusuk bahan organik
setelah lebih dikumpulkan ke kerogen menengah berat molekul sekitar
700-300 000, tersebar luas di tanah dan danau, laut dan sedimen terbaru
gambut.
3. Kerogen bahan organik sedimen, tidak larut basa anorganik tidak larut
dalam pelarut organik sebagai bagian dari polimer organik. Batu kerogen
menyumbang lebih dari 80% bahan organik, menurut sifat bahan induk
asli dapat dibagi menjadi tiga kategori:
a. Sapropel, terutama terdiri oleh sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang
lebih rendah, kaya lipid dan produk dekomposisi protein dalam
struktur hidrokarbon alifatik karakteristik, H / C ratio.
b. Transisi jenis transisi, antara sapropelic dan humat.

c. Jenis humus, terutama terdiri dari sisa-sisa tanaman yang lebih


tinggi, kaya karbohidrat dan produk dekomposisi lignin, untuk
Geokimia Organik.
Asal dan Evolusi
Termasuk materi evolusi organik dan evolusi karbon organik. Evolusi
bahan organik terkubur setelah kematian biologis, organisme dan makromolekul
degradasi termal biodegradable organik dan agregasi, dan akhirnya diubah
menjadi metana, air, karbon dioksida dan lainnya anorganik seluruh proses grafit
evolusi.
Sekarang ditemukan awal Model evolusi organik, yang telah menjadi
penyebab pandangan modern minyak telah meletakkan dasar teoritis.
Evolusi karbon organik adalah langit (termasuk Bumi) evolusi, bahan
anorganik (seperti metana, air, karbon dioksida dan amonia, dll) secara bertahap
berkembang untuk menghasilkan senyawa organik sederhana dan biomolekul,
serta munculnya biosfer, evolusi lebih lanjut dari bahan organik.
Aplikasi
Selain geokimia batubara dan geokimia, terutama digunakan dalam aspek
berikut. Banyak penyebab penyetoran deposit logam dan bahan organik memiliki
hubungan yang sangat dekat. Bahan organik dalam geokimia organik.
Studi sedimen modern dan air (termasuk air pori sedimen) dalam
komposisi dan distribusi bahan organik. Penelitian ini membantu menjelaskan
penyebab batuan sedimen serta peran minyak, gas alam dan batu bara di awal
pembentukan. Banyak telah ditemukan di laut dalam sedimen adalah biomarker
terrigenous, seperti pyrene, jumlah karbon alkana, diterpenoid terbukti turbidites
dari margin kontinental. Di danau, studi perbandingan yang berbeda organik
sedimen danau geokimia, seperti pembentukan danau besar air tawar, danau
payau, danau garam dan batuan piroklastik batuan sumber endapan danau
karakteristik geokimia organik masing-masing tidak identik.

Kegiatan manusia, seperti penggunaan pestisida, konsumsi besar bahan


bakar fosil (minyak, batubara, dll), limbah pabrik dan kecelakaan tanker laut,
sehingga dapat menghasilkan sejumlah besar senyawa organik beracun seperti
senyawa nitrogen, senyawa fosfor, senyawa klorin, dan benzena, fenol dan
berbagai senyawa aromatik polisiklik, yang serius mencemari lingkungan.
Polycyclic aromatic hydrocarbons (PHA) dan homolognya alkil yang merupakan
karsinogen (misalnya 3-4 - benzopyrene) adalah kelas biomarker. Output mereka
dan distribusi dan pemanfaatan alam dan manusia pembakaran minyak, batubara
dan hutan kayu yang terkait. Geokimia Organik
Meniru sintesis suasana tahun 1950-an asli dari banyak asam amino di
atmosfer dari bukti asli molekul sederhana dapat disintesis dalam molekul organik
penting secara biologis, tetapi juga membuktikan bahwa meteorit dan hal-hal lain
di alam semesta dan batuan tertua di Bumi ditemukan di organik senyawa evolusi
kimiawi kehidupan awal dan bahan dasar dari bukti langsung. Jauh dari meteorit
yang diidentifikasi 52 jenis asam amino (terutama asam amino non-protein), dan
bahan organik lainnya, seperti hidrokarbon, senyawa heterosiklik, asam lemak.
Menggunakan fosil molekuler dan formasi batuan yang dikombinasikan dengan
benua Afrika selatan dari kelas ditemukan pada bakteri dan ganggang kelas fosil
membuktikan bahwa kehidupan bisa ada di bumi setidaknya tiga milyar tahun.
Kegunaan Geokimia
Geokimia menjawab berbagai tantangan ekplorasi dan eksploitasi
termasuk ketika minyak semakin sulit ditemukan. Apa komposisi petroleum?,
Bagaimana keadaan asalnya?, dan bagaimana cara dia bermigrasi?
Lebih dari 100 tahun penyelidikan dan penelitian telah menunjukkan
bahwa sebagian besar minyak dunia berasal dari penguraian bahan organik yang
tersimpan dalam cekungan sedimen. Pengamatan geologi lapangan di akhir abad
kesembilan belas menyatakan bahwa bahwa minyak berasal dari serpih bitumen
dan bermigrasi ke dalam batupasir. Dalam tahap eklporasi diperlukan analisa yang
cukup mengenai tahapan-tahapan pembentukan minyak bumi mulai dari deposisi

zat organik, pengawetan zat organik dalam sedimen, transformasi zat organik
menjadi minyak bumi, serta migrasi, dan akumulasi minyak dan gas bumi.
Eksplorasi yang sukses tergantung pada faktor-faktor dibawah ini:
1. Adanya jebakan (struktur, reservoir, seal).
2. Akumulasi muatan minyak (sumber, pematangan, migrasi ke waktu
perangkap).
3. Pematangan minyak terperangkap (sejarah termal, invasi perairan
meteorik).
Fasies organik yang berbeda menghasilkan dan mengeluarkan jumlah
minyak dan gas yang berbeda pula. Petroleum generative depression adalah suatu
area dimana batuan induk yang kaya sumber organik berada pada suhu cukup
tinggi untuk menghasilkan dan mengeluarkan sejumlah besar minyak bumi.

B. Organik Dalam Batuan


Geokimia Minyak & Gas Bumi merupakan aplikasi dari ilmu kimia yang
mempelajari tentang asal, migrasi, akumulasi serta alterasi minyak bumi.
Petroleum biasanya juga diartikan minyak dan gas bumi yang memiliki
komposisi kimia berupa Carbon dan Hidrogen. Komposisi kimia ini dihasilkan
dari proses pembusukan (dekomposisi) serta kematangan termal material organik.
Material organik tersebut berasal dari tumbuh-tumbuhan dan algae.
Material organik ini ketika mati segera diendapkan. Akibat adanya suhu, tekanan
serta waktu yang cukup, komponen-komponen tumbuhan dan algae teralterasi
menjadi minyak, gas dan kerogen. Kerogen dapat dianggap sebagai material padat
sisa tumbuhan.

Shale dan Limestone yang mengandung material organik disebut sebagai


source rock karena batuan tersebut merupakan batuan sumber untuk
menghasilkan minyak & gas bumi.
Analisis Geokimia dalam dunia perminyakan tersebut bertujuan untuk :
a. Untuk mengidentifikasi source rock dan menentukan jumlah, tipe, dan
tingkat kematangan material organik.
b. Mengevaluasi perkiraan kapan migrasi minyak & gas bumi dari source
rock.
c. Memprediksi jalur migrasi.
d. Korelasi komposisi minyak & gas bumi yang berada di dalam reservoar,
rembesan (seeps) untuk mengetahui keberadaannya.
Kebanyakan analisis geokimia menggunakan isotop stabil; analisis
hidrokarbon untuk material organik yaitu dengan Gas Chromatography (GC) dan
Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS); indikator kematangan
menggunakan Vitrinite Reflectance (%Ro); pirolisis dan analisis; tipe kerogen.
Rock Eval Pyrolisis
Rock Eval Pyrolisis digunakan untuk mengidentifikasi tipe dan
kematangan material organik serta untuk mendeteksi kandungan minyak/gas
dalam batuan sedimen. REP dilakukan dengan menggunakan Delsi-Nermag Rock
Eval II Plus TOC.
Sampel yang dipilih untuk analisis REP yaitu sampel yang sebelumnya
dihancurkan kemudian dikeringkan. Metode REP terdiri dari pemanas temperatur
(oven) pada suhu atmosfer inert (helium) dan sampel 100 mg untuk menentukan:
a. Hidrokarbon bebas di dalam sampel.
b. Senyawa hidrokarbon dan oksigen yang menguap sejak proses cracking
material organik di dalam sampel (kerogen).
Program temperatur oven pada analisis Pyrolysis adalah sebagai berikut :

a. Selama 3 menit oven dipanasi pada suhu 300 C, hidrokarbon bebas


menguap dan diukur sebagai puncak S1.
b. Kemudian temperatur dinaikkan lagi dari 300 C 550 C (pada 25
C/min). Ini merupakan fase penguapan komponen hidrokarbon berat (>
C40) dan juga proses cracking material organik yang tidak menguap.
Hidrokarbon yang dikeluarkan tersebut diukur sebagai puncak S2.
c. Temperatur pada puncak S2 tersebut merupakan temperatur pematangan
kerogen yang disebut T maximum.
d. CO2 yang dikeluarkan dari kerogen terperangkap pada temperatur (300390) C. Perangkap tersebut dipanaskan dan CO2 dilepaskan dan dideteksi
oleh TCD sejak proses pendinginan oven pyrolysis (puncak S3).
S1 = total hidrokarbon bebas (gas & minyak) di dalam sampel (dalam milligram
hidrokarbon per gram batuan). Jika S1 > 1 mg/g, kemungkinan mengindikasikan
oil show. S1 secara normal meningkat paralel terhadap kedalaman. Kontaminasi
sampel dengan fluida drilling dan lumpur dapat memberikan nilai yang tidak
normal terhadap nilai S1.
S2 = total hidrokarbon yang dihasilkan melalui cracking termal material organik
yang tidak menguap. S2 merupakan indikasi kuantitas hidrokarbon batuan yang
memiliki

potensial

menghasilkan

hidrokarbon

melalui

penguburan

dan

pematangan. Parameter ini secara normal menurun dengan kedalaman penguburan


> 1 km.
S3 = total CO2 (dalam milligram CO2 per gram batuan) yang dihasilkan selama
pyrolysis kerogen. S3 merupakan indikasi total oksigen di dalam kerogen dan
digunakan untuk menghitung Oksigen Indeks. Kontaminasi sampel dideteksi jika
nilai S3 yang diperoleh tidak normal. Konsentrasi karbonat tinggi yang dirusak
pada suhu lebih rendah dari 390 C juga akan menyebabkan nilai S3 yang lebih
tinggi dari yang diharapkan.

Tmax = temperatur maksimum untuk melepas hidrokarbon dari proses cracking


kerogen yang terjadi selama pyrolisis (puncak S2). Tmax merupakan indikasi
tahapan pematangan material organik.
Peralatan RE II juga dapat digunakan untuk menentukan TOC dari sampel
oleh proses oksidasi (pada suhu 600 C) pada material sampel sisa setelah proses
pirolisis (carbon organik sisa). Tipe dan kematangan material organik dalam
source rock dapat diidentifikasi dari data REP.
HI = hidrogen indeks ( HI = {100 x S2}/TOC}. HI merupakan parameter yang
digunakan untuk menjelaskan asal material organik. Organisme laut dan alga
secara umum adalah organik yang kaya lipid dan protein, dimana H/C lebih tinggi
daripada karbohidratnya tumbuhan darat. Nilai HI biasanya antara 100-600 pada
satu sampel.
OI = Oksigen Indeks ( OI = {100 x S3}/TOC}. OI adalah parameter yang
dikorelasikan dengan rasio O/C dimana nilainya tinggi pada tumbuhan darat dan
material organik inert sebagai penciri sedimen laut. Nilai OI berkisar antara 0150.
PI = produksi indeks ( PI = S1/{S1+S2}). PI digunakan untuk menjelaskan level
perkembangan material organik.
PC = pyrolyzable carbon (PC = 0.083 x [S1 + S2]). PC corresponds to carbon
content of hydrocarbons volatilized and pyrolyzed during the analysis.
Kematangan material organik dapat dilihat dari:
a. Lokasi HI dan OI te
b. Kisaran Tmax. Tmax = (400-430) C menunjukkan material organik
belum matang (immature); Tmax = (435-450) C menunjukkan zona oil
(matang); Tmax > 450 C menunjukkan zona overmature.
Source Rock, Tipe Kerogen, dan Potensial Hidrokarbon
Source rock HC merupakan sedimen berukuran butir halus (fine grain)
yang secara alami sudah menghasilkan, sedang menghasilkan, atau akan

10

menghasilkan cukup HC membentuk suatu akumulasi minyak dan gas bumi


(Brooks et al. 1987). Shale dan Coal memiliki kandungan organik yang tinggi dan
menjadi hal yang menarik secara ekonomi. Sebaliknya, source rock HC
mengeluarkan hanya sedikit minyak dan gas bumi per unit volume batuan yang
terakumulasi dalam batuan reservoar. Pengawetan material organik tersebut
merupakan suatu fungsi kandungan oksigen, tingkat sedimentasi, dan intensitas
kehidupan bentonik. Menurunnya tingkat oksigenasi dan aktifitas bentonik
menyebabkan meningkatnya tingkat fermentasi metana oleh bakteri. Akibatnya
ada banyak atau sedikit material organik yang tersimpan di dalam sedimen.
Ketika terkubur dan dengan bertambahnya temperatur, material organik
mengalami beberapa reaksi geokimia mulai dari biopolymer hingga geopolymer.
Komposisi kerogen pada beberapa source rock dikontrol oleh beberapa proses.
Tingkat

sedimentasi

yang

rendah

pada

kondisi

oksidasi

lebih

menghasilkan inertinite, dan sebaliknya pada kondisi anoxic (reduksi) lebih


menghasilkan liptinite yang kaya H. Material organik pada source rock HC dibagi
dalam 2 kelompok:
a. Bitumen: material organik larut yang hanya sedikit menunjukkan total
TOC.
b. Kerogen: material organik yang tidak larut yang lebih menjunjukkan total
TOC.
Beberapa tipe Kerogen:
a. Tipe Liptinite (tipe I Kerogen), berasal dari lipid alga setelah mengalami
degradasi oleh bakteri, alterasi oleh proses dekomposisi, kondensasi dan
polimerisasi. Endapan yang kaya liptinite dicirikan oleh warna gelap,
laminasi, dan kaya akan TOC. Liptinite ini terbentuk di danau dan lagoon,
tetapi liptinite juga banyak dalam lingkungan laut. Liptinite relatif kaya
akan Hidrogen dan punya rasio H/C yang tinggi; memiliki kandungan
oksigen yang rendah dan rasio O/C yang rendah.
b. Tipe Exinite (tipe II Kerogen), berasal dari membran tumbuhan seperti
spora, pollen, kutikula daun, dsb. Tumbuhan tersebut bukan hanya bukan
hanya hidup di darat, swamp yang nantinya akan menghasilkan coal, akan

11

tetapi bisa juga hidup di danau maupun di laut (ex : dinoflagellata dan
phytoplankton). Exinite memiliki kandungan H atau H/C yang tinggi
(lebih rendah dari Liptinite) dan kandungan O atau O/C yang relative
menengah. Kebanyakan sedimen laut dan source rock mengandung
campuran liptinite, exinite dan vitrinite. Exinite berpotensial untuk
menghasilkan oil, condensate dan wet gas.
c. Tipe Vitrinite (tipe III Kerogen), berasal dari kayu tumbuhan (woody
plant) yang terdegradasi. Vitrinite memiliki kandungan H atau H/C yang
rendah, akan tetapi memiliki O/C yang tinggi. Kerogen ini merupakan
komponen utama dari batubara (coal). Vitrinite ini bisa juga terjadi di laut
dan di danau. Vitrinite tersebut sangat berpotensial untuk menghasilkan
gas, akan tetapi bisa juga oil dan kondensat dalam juga yang terbatas.
d. Tipe Inertinite (tipe IV Kerogen), berasal dari tumbuhan yang teralterasi
kuat, rombakan material organik. Karena proses oksidasi dan karbonisasi
yang tinggi, kandungan H atau H/C menjadi sangat rendah. Batuan yang
mengandung

Inertinite

ini

kenyataannya

tidak

berpotensi

untuk

menghasilkan oil maupun gas.


van Krevelen Diagram
Diagram van Krevelen dibuat berdasarkan pada perbandingan beberapa
tipe komponen kerogen yaitu C, H, dan O. Diagram ini lebih berguna pada
material organik yang belum matang (immature). Kematangan meningkat dengan
meningkatnya temperatur dan burial depth. Tipe kerogen yang kaya akan C, dan
miskin akan H dan O dikarenakan adanya proses pelepasan H2O, CH4 dan
beberapa hidrokarbon lainnya.

12

Generation of Hydrocarbons (proses pembentukan hidrokarbon)


Proses evolusi material organik dari proses biopolymer menuju
geopolymer dengan pertambahan burial depth seperti terlihat dibawah ini:

Proses evolusi dimulai dengan diagenesis, proses ini diakhiri dengan


ekstrak asam humic dengan segera. Pada proses katagenesis, kerogen
dikonversikan menjadi hidrokarbon. Proses ini merupakan zona oil dan wet gas
generation (oil kitchen). Proses evolusi batubara (coal) hingga bituminous coal
akan melepaskan gas dan oil. Pada proses selanjutnya yaitu metagenesis, source
rock dan hard coal sebagian besar melepaskan gas. Pada source rock yang
mengandung oil, residu yang kaya akan C disebarluaskan pada shale, sedangkan

13

deposit karbon akan membentuk Antracit dan kemudian akibat proses


metamorfisme menbentuk grafit.
Hubungan antara kematangan kerogen dengan temperatur dan kedalaman
serta pelepasan material organik dan generasi hidrokarbon:

a. Pada shallow depth, material organik yang tidak matang melepaskan


hanya biogenic gas (gas methane) yang dihasilkan dari fermentasi bakteri
serta sebagian kecil hidrokarbon berat.
b. Kemudian pada tahap mid-mature (setengah matang-matang), sejumlah
besar oil dihasilkan dalam temperatur antara 60 C sampai 80 C dan 120
C sampai 150 C.

14

BAB III. KESIMPULAN


Geokimia organik adalah salah satu cabang geokimia yang mempelajari
tentang bahan organik sedimenter untuk mempelajari evolusi yang berlangsung
pada tahapan-tahapan geologis di geosfer. Pengkajian terhadap bahan organik
yang terdapat di dalam sedimen, minyak bumi, dan tanah dapat digunakan untuk
mengetahui asal-usul senyawa suatu fosil molekul organik (biomarker).
Geokimia menjadi solusi dalam ekplorasi dan eksploitasi ketika minyak
semakin sulit ditemukan. Geokimia juga menjadi cara untuk mengetahui
komposisi petroleum, keadaan asalnya, dan bagaimana cara dia bermigrasi.
Geokimia Minyak & Gas Bumi merupakan aplikasi dari ilmu kimia yang
mempelajari tentang asal, migrasi, akumulasi serta alterasi minyak bumi.
Petroleum biasanya juga diartikan minyak dan gas bumi yang memiliki
komposisi kimia berupa Carbon dan Hidrogen. Komposisi kimia ini dihasilkan
dari proses pembusukan (dekomposisi) serta kematangan termal material organik.

15

DAFTAR PUSTAKA
Marzani, Y. Hand Out Mata Kuliah Prinsip-Prinsip Geokimia. Sekolah Tinggi
Teknologi Nasional : Yogyakarta.
http://netsains.net/2012/01/biomarker-fingerprinting-suatu-pendahuluangeokimia-organik/

Anda mungkin juga menyukai