Anda di halaman 1dari 6

HIPERMETROPIA

Hipermetropia atau hiperopia merupakan suatu kelainan refraksi dimana


sinar-sinar sejajar yang datang dari benda-benda pada jarak tak terhingga, oleh
mata tanpa akomodasi akan dibiaskan di belakang retina dan sinar-sinar yang
datang dari benda-benda pada jarak dekat dibiaskan lebih jauh lagi di belakang
retina. Secara normal hipermetropia dapat dijumpai pada mata anak-anak, sebagai
akibat bola matanya yang belum tumbuh secara sempurna. Pada bangsa-bangsa di
Asia Timur, mata minus atau rabun jauh lebih dominan ketimbang rabun dekat.
Namun, di kalangan bangsa Barat atau Arab penderita hipermetropia lebih banyak
dibandingkan dengan mata minus.

Hipermetropia dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu:2


1. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial; yang merupakan kelainan
refrasi akibat bola mata yang pendek atau sumbu anteroposterior yang
pendek.
2. Hipermetropia kurvatur; dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang
sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.
3. Hipermetropia refraktif; dimana terdapat indeks bias yang kurang pada
sistem optik mata.
Hipermetropia dikenal dalam bentuk :
1. Hipermetropia manifest, ialah hipermetropi yang dapat dikoreksi dengan
kacamata positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal.
Hipermetropia manifes terdiri atas hipermetropia absolut ditambah dengan
hipermetropia fakultatif. Hipermetropia yang didapatkan tanpa siklopegik
dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan koreksi kacamata.
2. Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan
akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh.
Hipermetropia manifes yang tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali

disebut sebagai hipermetropia absolut, sehingga jumlah hipermetropia


fakultatif dengan absolut adalah hipermetropia manifes. Biasanya
hipermetropia laten yang ada berakhir dengan hipermetropia absolut akibat
melemah atau hilangnya akomodasi.
3. Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi
dengan akomodasi ataupun dengan kacamata positif. Pasien yang hanya
mempunyai hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa kacamata.
Bila diberikan kacamata positif yang memberikan penglihatan normal,
maka otot akomodasinya akan mendapat istirahat sebagian. Hipermetropia
manifes yang masih memakai tenaga akomodasi disebut sebagai
hipermetropia fakultatif.
4. Hipermetropia laten, dimana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia
(atau dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya
dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan
siklopegia. Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten
seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi
sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dan
kemudian akan menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten seharihari diatasi pasien dengan akomodasi terus-menerus, terutama bila pasien
masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.
5. Hipermetropia total, hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah
diberikan siklopegia.
Contoh :

Seorang laki-laki umur 35 tahun dengan visus OD/OS = 20/90 =


6/12. Dikoreksi dengan S + 0,50 D 6/6. Kemudian dikoreksi S +
1,50 D 6/6

Kemudian diberi siklopegia OD/OS = 20/200 = 6/60. kemudian


dikoreksi dengan S + 4,00 D 6/6

Total Hipermetropia : S + 4.00 D (ditemukan dengan sikloopegik.

Manifes hipermetropia : S + 1.50 d (ditemukan tanpa sikloplegik)

Latent hipermetropia : S + 2.50 D (selisih antara Total


hipermetropia dengan manifes hipermetropia)

Absolut hipermetropia : S + 0.50 D (koreksi terkecil yang


menghasilkan visus terbaik)

Fakultatif hipermetropia : S + 1.00 D (manifes hipermetropia


dikurangi absolut hipermetropia, diatasi dengan akomodasi)

Pada hipermetropia, untuk dapat melihat benda yang yang terletak pada
jarak tak terhingga (5-6 m atau lebih) dengan baik, penderita harus berakomodasi
supaya bayangan dari benda tersebut yang difokuskan di belakang retina, dapat
dipindahkan tepat pada retina. Akibat akomodasi terus-menerus, penderita akan
mengeluh matanya lelah dan sakit, sakit kepala sampai di occiput dan frontal,
margo palpebra dan konjungtiva hiperemis, lakrimalis dan fotofobia ringan, mata
terasa panas, berat dan mengantuk serta kabur pada penglihatan dekat, sebagai
tanda adanya astenopia akomodatif. Selain astenopia, mata akan bersama-sama
melakukan konvergensi, sehingga sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia
atau juling ke dalam.dan pupil akan menjadi kecil atau miosis. Akomodasi terus
menerus juga menyebabkan hipertrofi otot siliaris yang disertai dengan
terdorongnya iris ke depan sehingga bilik mata depan (COA) menjadi dangkal dan
merupakan predisposisi terjadinya glaukoma sudut tertutup.
Penanganan penderita hipermetropia yaitu :
1. Kacamata hipermetropia
Kacamata yang diperlukan seseorang dengan hipermetropia adalah lensa
positif atau konveks yang merupakan lensa yang tebal di tengah.
Semua

kesukaran

melihat

dengan

kacamata

positif

tebal

akan

diperlihatkan seperti aberasi sferis dan gangguan penglihatan tepi.


Pengobatan hipermetropia adalah memberikan koreksi hipermetropia
manifes dimana tanpa sikloplegia didapatkan ukuran lensa positif
maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal (6/6).
Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kacamata sferis
positif terkuat atau lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam
penglihatan maksimal. Misalnya bila pasien dengan + 3.00 ataupun
dengan + 3.25 memberikan ketajaman penglihatan 6/6, maka diberikan
kacamata + 3.25. Hal ini untuk memberikan istirahat pada mata. Pada

pasien dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak, maka
sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan sikloplegik atau melumpuhkan
otot akomodasi. Dengan melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien akan
mendapatkan koreksi kacamatanya dengan mata yang istirahat.
Bila terdapat juling ke dalam atau esotropia diberikan kacamata koreksi
hipermetropia total. Bila terdapat tanda atau bakat juling ke luar atau
eksoforia maka diberikan kacamata koreksi positif kurang.
Pada setiap penambahan kekuatan lensa positif 1 dioptri akan terjadi
pembesaran benda yang dilihat2%.
Penderita yang memakai kacamata positif akan memperlihatkan seakanakan matanya besar.
2. Lensa kontak hipermetropia
Lensa kontak mengurangi masalah penampilan atau kosmetik akan tetapi
perlu diperhatikan kebersihan dan ketelitian pemakainya. Selain daripada
masalah pemakaiannya dengan lensa kontak perlu diperhatikan masalah
lama pemakaian, infeksi, dan alergi terhadap bahan yang dipakai.
3. Pembedahan untuk memperbaiki hipermatropia
Tidak

ada

pembedahan

yang

dapat

bertahan

untuk

mengatasi

hipermetropia. Keratotomi radial, keratektomi fotorefraktif dan LASIK


merupakan metode pembedahan yang dicoba untuk merubah permukaan
kornea pada hipermetropia.

Anda mungkin juga menyukai