Link : http://kekunaan.blogspot.com/2014/02/kantor-pos-besar-surabaya.html
Kantor Pos Besar Surabaya terletak di Jalan Kebon Rojo No. 10 Kelurahan Krembangan Selatan,
Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi ini berada di sebelah
utara gedung Bank Indonesia. Makanya kantor pos ini biasa disebut dengan Kantor Pos Kebon
Rojo.
Dahulu daerah ini dikenal dengan istilah Regentstraat karena hingga tahun 1881 terdapat rumah
dinas Adipati (regent) berada di sana. Sebelum menjadi gedung kantor pos, bangunan tersebut
sesungguhnya adalah Dalem atau tempat tinggal bagi Bupati Surabaya yang dibangun pada awal
1800. Kala itu, Dalem Kadipaten Surabaya masih berhadapan dengan Kebon Rojo yang tempo
doeloe juga disebut Stadtuin atau Taman Kota.
Lalu, pada tahun 1881, gedung tersebut ditempati Hogere Burger School (HBS). Sekolah ini
diperuntukkan bagi anak-anak bangsa Eropa, putra bangsawan pribumi atau putra para tokoh
pribumi terkemuka. Bahasa pengantar di HBS ini adalah bahasa Belanda, dengan lama belajar
tujuh tahun.
HBS ini begitu terkenal karena telah melahirkan sejumlah tokoh yang kelak menghiasi lembaran
sejarah negeri ini, di antaranya Hubertus Jan van Mook (1906-1913) yang dikemudian hari
menjadi Gubernur Jenderal van Mook, Christian Eichholtz (1916-1923) yang kelak bekerja pada
Departemen Binnenland Bestur urusan Politieke Inlichtingen Dienst atau Dinas Intelijen Politik,
dan Soekarno (1916-1923) yang kelak menjadi Presiden pertama Republik Indonesia.
Pada tahun 1923, HBS pindah ke daerah Ketabang (sekarang gedung SMA Kompleks di Wijaya
Kusuma). Bekas gedung HBS itu kemudian digunakan sebagai Hoofdcommissariaat van Politie
atau Kepala Komisaris Polisi Soerabaia sampai tahun 1926. Setelah itu, gedung ini direnovasi
dan digunakan sebagai Hoofdpostkantoor atau Kantor Pos Besar hingga sekarang.
Pembangunan gedung Kantor Pos Kebon Rojo dimulai pada tahun 1926, dan selesai pada tahun
1928. Perancang gedung ini adalah G.P.J.M. Bolsius dari Departemen Burgerlijke Openbare
Werken (BOV) Batavia. Sebelumnya, Hoofdpostkantoor menjadi satu dengan Kantor Residen
Surabaya yang berada di daerah Handelstraat (sekarang Kembang Jepun).
Sepintas dari tampak depan, bangunan gedung ini mirip dengan Stasiun Beos Jakarta Kota yang
ditandai dengan lengkungan setengah lingkaran dengan kaca di atas pintu utama gedung. Hanya
saja, di gedung Kantor Pos Kebon Rojo memiliki atap yang terkesan oriental dan klasik.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini dikuasi oleh Jepang namun fungsinya tetap menjadi
kantor pos. Kemudian pada Oktober 1945, gedung ini berhasil diambilalih kembali oleh para
pegawai pos pribumi. Di dalam gedung utama, terdapat plakat yang mengabadikan dua orang
karyawan Post Telefone dan Telegraf (PTT) yang gugur dalam perebutan gedung tersebut, yaitu
Soepojo dan Soeprapto.
Belum genap sebulan, gedung ini direbut oleh bangsa Indonesia, pada 26 Oktober 1945, gedung
ini diduduki oleh Tentara Sekutu, dan kemudian dijadikan sebagai markas sementara bagi
pasukan mereka yang mendarat di Surabaya.
Pada 27-29 Oktober 1945, pejuang Indonesia melakukan penyerbuan. Pertempuran sengit
kembali berlangsung selama tiga hari di sekitar gedung kantor pos yang membuat pasukan
Sekutu kewalahan. Selama gedung Kantor Pos Kebon Rojo dijadikan ajang pertempuran,
layanan pos dialihkan ke gedung Kantor Pos Simpang yang berada di depan Gedung Grahadi.
Situasi tersebut memaksai Mayjen Hawthorn meminta bantuan Presiden Soekarno untuk
mengurangi tekanan arek-arek Suroboyo. Perundingan ini dilakukan di Kantor Gubernur yang
lokasinya tidak begitu jauh dengan gedung ini. Ultimatum Sekutu ini pada pukul 23.00 WIB
ditolak oleh Gubernur Soerjo, dan esok harinya meletus peristiwa 10 November 1945 hingga
akhirnya para pejuang berhasil mengusir pasukan Sekutu. Terusirnya pasukan Sekutu dari
Surabaya, maka sekitar awal tahun 1946 gedung Kantor Pos Kebon Rojo kembali dibuka untuk
memberikan layanan pos kepada masyarakat Surabaya.
Perjalanan kisah yang dimiliki oleh gedung Kantor Pos Kebon Rojo ini memang cukup
mengaggumkan. Sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Wali kota Surabaya Nomor
188.45/251/402.104/1996 dengan nomor urut 19, gedung ini ditetapkan menjadi salah satu
bangunan cagar budaya (BCB) yang dilindungi keberadaannya oleh Undang-Undang. ***
[180114]