Pengeringan Biji Cokelat Dengan Cabinet Dryer Kapasitas 1800 KG Jam
Pengeringan Biji Cokelat Dengan Cabinet Dryer Kapasitas 1800 KG Jam
Oleh :
Vera Ernawati
(6103007061)
BAB 1
PENDAHULUAN
Ketersediaan buah kakao yang ada di Indonesia belum dapat
dimanfaatkan secara optimal oleh kaum petani, produsen, baik industri kecil,
menengah dan sedang, serta masyarakat yang berada pada jalur produksi cokelat.
Padahal biji cokelat di Indonesia memiliki beberapa keunggulan. Sebagian besar
jenis cokelat yang ditanam adalah Criollo. Cokelat merupakan sumber devisa
terbesar ketiga perkebunan mencapai US$701 juta pada tahun 2002 (Siregar
dkk,2005). Cita rasa cokelat setara dengan cokelat Ghana yang well-fermented.
Selain itu, cokelat tidak mudah leleh sehingga cocok untuk blending (Sunanto,
2005). Sejauh ini, pengendalian proses pengolahan biji cokelat juga masih belum
optimal. Salah satu penyebabnya adalah minimalnya pengetahuan tentang tahaptahap proses pengolahan biji cokelat dan pengendalian faktor-faktor proses
pengolahan bagi kaum petani, kaum produsen dan masyarakat. Pengeringan
merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan mutu cokelat, di
samping proses pemanenannya. Mutu biji cokelat ditentukan dari kadar airnya.
Biasanya kapasitas pengeringan biji cokelat adalah 1800 kg tiap jam untuk 30
karung, yang masing-masing berisi 300 kg biji kakao ( Siregar, 2005).
Biji kakao yang masuk ke dalam pengeringan adalah biji kakao yang
sudah terfermentasi. Kadar air biji kakao tersebut masih tinggi 68%, sehingga
memberikan peluang yang besar untuk cepat membusuk akibat adanya
pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu, dengan adanya pengeringan,
dapat mengurangi kadar air dalam biji. Kadar air biji yang diharapkan setelah
pengeringan adalah 6%, yang bertujuan untuk memudahkan pelepasan nibs dari
kulitnya, juga mencegah agar tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme pembusuk
sehingga dapat memperpanjang umur simpan.
Pengeringan buah kakao terbagi menjadi dua yaitu sun drying dan
artificial drying. Sun drying memerlukan sinar matahari sebagai sumber energi,
sumber panas dan sinar ultraviolet. Pengeringan ini dilakukan secara terbuka,
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Buah Kakao
Menurut Benson dalam Minifie (1970), klasifikasi buah kakao
adalah sebagai berikut:
Devisio
: Spermatophyta
Sub devisio
: Angiospermae
Class
: Dicotyledon
Ordo
: Malvales
Familia
: Sterculiaceae
Species
: Theobroma cacao L.
Ciri-ciri
Warna biji merah cokelat merata
G
Z
Agar
dan
Syarat
7.50
Tidak ada
Tidak ada
3
0
b. Syarat Khusus
Karakteristik
Kadar biji berkapang (%)
Kadar biji tidak terfermentasi (%)
1. slaty/ putih kotor/ ungu muda
2. ungu
Kadar biji berserangga, pipih dan berkecambah (%)
2.2.
Persyaratan Maksimum
Mutu I
Mutu II
3
4
3
10
3
8
30
6
Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk memperpanjang umur simpan dengan
cara mengurangi kadar air untuk mencegah tidak ditumbuhi oleh
mikroorganisme
pembusuk.
Dalam
proses
pengeringan
dilakukan
proses
tergantung
dari
jenis
alat
pengeringnya.
Prinsip
Cabinet Dryer
Cabinet dryer merupakan alat pengering yang menggunakan udara
panas dalam ruang tertutup (chamber). Ada dua tipe yaitu tray dryer dan
vacuum dryer. Vacuum dryer menggunakan pompa dalam penghembusan
udara, sedangkan pada tray dryer tidak menggunakan pompa (Singh,
dilepaskan dalam proses. Ini berpengaruh juga pada perubahan fraksi air
dalam bahan pangan (Singh, 2001).
BAB 3
ISI
NERACA MASSA
F=1800kg
k.a. = 68%
DRYING
P
k.a. = 6%
=V+P
1800 = V + P
V = 1800 P ...............................(1)
Neraca Massa Komponen Air :
F . xf = V . xv + P . xp
1800(0,68)= V(1) + P (0,06)
1224 = V + 0,06 P
1224 = 1800 P + 0,06 P
0,84 P = 576
P = 612,77 kg
V = 1800 612,77 = 1187,23 kg
Masuk:
- Biji cokelat kadar air 68%
Air
= 1800 kg
= 1224 kg
Keluar:
- Uap air
= 1187,23 kg
- Biji cokelat kadar air 6% = 612 ,77 kg
Air
= 36,77 kg
DRYING
............................(2)
Udara :
Panas laten (HL) pada 60C = 2609,6 251,13 = 2358,47 KJ/ kg
Suhu reference (To)= 0C (Singh, 2001)
Ha2
(Severn, 1954)
NERACA PANAS
Satuan perhitungan panas = kilojoule
Satuan perhitungan waktu = jam
ma x Ha2 + mp x Hp1 = ma x Ha1 + mp x Hp2 +Qloss
(1080)(166,56) + (6,81)(277,41)= 1080 (184,87) + 6,81 (99,37)+ Qloss
179884,8000 + 1889,1621
181773,9621
= 200336,2097 + Qloss
Qloss
= -18562,13476 KJ
Masuk:
Entalpi udara masuk = ma x Ha2 = 1080 x 166,56 = 179884,8000 KJ
Entalpi produk awal = mp x Hp1= 6,81 x 277,41 = 1889,1621 KJ
181773,9621 KJ
Keluar:
Entalpi udara masuk = ma x Ha1 = 1080 x 184,87 = 199659,6000 KJ
Entalpi produk awal = mp x Hp2= 6,81 x 99,37 = 676,7097 KJ
Panas hilang (Qloss )
= - 18562,13476 KJ
181773,9621 KJ
Udara Pengering :
Air hilang= 3 kg
Udara luar 30C, RH BOILER
Udara 60C, RH =
= 80%
10%
Asumsi: ma1= 4400
ma2= 1080 kg/ jam
kg/ jam
Steam condensat,
ms = 0,3 kg /jam, Kualitas steam
= 90%, Ts= 120 C
Steam : kualitas steam = 90%
Suhu 120C Hc= 503,71 KJ/kg ; Hv= 2706,3 KJ/kg
Hs = 0,1 (503,71) + 0,9 (2706,3)
= 50,371 + 2435,67 = 2486,041 KJ/kg
Suhu 60C (Cp)Panas spesifik air pada suhu 60C = 4,181 KJ/(kgC)
Hc= Cp (T)= 4,181 (60-0)= 250,86 KJ/kg
Qs = ms (Hs-Hc) = 0,3 (2486,041-250,86)= 670,5543 KJ
Udara Masuk :
W1 pada 30C , RH=80% = 0,024 kg air/kg udara kering
Ha1= Cs1 (30-0) + W1 (HL)
= (1,005+{1,88x0,024})(30)+ (0,024)(2556,3-125,79)
= 1,05012 (30)+58,3324
= 89,8358 KJ/ kg udara kering
Entalpi udara masuk= ma1 x Ha1 = 4400 x 89,8358 = 395277,696 KJ
Udara Keluar :
W2 pada 60C , RH=10% = 0,043 kg air/kg udara kering
Ha2= Cs2 (60-0) + W2 (HL)
= (1,005+{1,88x0,043})(60)+ (0,043)(2609,6-251,13)
= 65,1504 + 101,4142
= 166,5646 KJ/ kg udara kering
Entalpi udara keluar = ma2 x Ha2 = 1080 x 166,5646 = 179889,7789 KJ
Air hilang :
Panas spesifik air 60C = 4,181 KJ/(kgC)
(Singh,2001)
670,5543 KJ
395948,2503 KJ
Keluar:
Entalpi udara keluar = 179889,7789 KJ
Entalpi air hilang
= 7827,99 KJ
Panas hilang
Qloss
187717,7689 KJ + Qloss
Effisiensi (%)
0,4741
= 0,392,88 KW=392,88 W
Fan:
Tipe = Vaneaxial fan
Jumlah= 3 buah
Diameter silinder = 18 cm
Velositas = 400-1000 fpm / ft2
Daya = 25 W
Total kebutuhan daya : 392,88 + 3 x25 = 467,88 W
Jadi, daya yang diperlukan untuk mengeringkan biji kakao adalah 467,88 W
Kebutuhan air :
Faktor evaporasi = (Hs-Hc) Btu/lbm
970,3
= (2486,041-250,86) KJ/kg x 1 Btu/lbm
970,3 x 2,3258 KJ/kg
=
0,99
0,1698 m3/jam
(Severn, 1954)
= 45703,7192 KJ/kg
mf = 0,3 (2486,041-250,86)
0,4741 x 45703,7192
Jadi, kebutuhan solar per hari adalah 0,2825 m3 atau 282,5 liter
Boiler:
Menurut Severn (1954), dengan daya sebesar 1 HP, menghasilkan heating surface
sebesar 10 ft2
Daya = 0,39288 KW / (0,7457 KW/HP)= 0,526 HP
(0,526 HP/1HP) x 10 ft2 = 5,26 ft2
5,26 ft2 x 0,0929 m2/ft2 = 0,4887 m2 = 4887 cm2
Heating surface= 4887 cm2
Ukuran Boiler:
Panjang = 22,37 cm
Lebar = 38,75 cm
Tinggi = 25,80 cm
Spesifikasi Boiler:
Tipe= Fire Tupe Bioler
Heating Surface = 0,4887 m2
Kapasitas = 670,5543 KJ/ jam
Bentuk = silinder
Bahan= stainless steal
Bahan bakar= minyak solar
Rate bahan bakar= 0,01766 m3/jam
Jumlah= 1 buah
Tray
Ukuran: panjang= 40 cm ; lebar = 100 cm; tebal= 3 cm
Jumlah = 6 buah
Kapasitas tray = @ 300 kg biji kakao
Bahan = kayu
185 cm
boiler
18 cm
100 cm
40 cm
cokelat. Jika kadar air yang kurang dari 6%, biji cokelat mudah hancur karena
kekokohan biji berkurang untuk menahan adanya benturan, sehingga tidak dapat
diperoleh mutu biji yang baik. Mutu biji cokelat kering adalah biji yang rapuh
tetapi masih mampu menahan adanya tekanan fisik dari luar, untuk menjaga
bentuk fisik biji yang utuh.
Pengeringan dengan cabinet dryer. Pengeringan ini menggunakan aliran
udara panas secara tertutup. Tipe tray dryer tidak menggunakan pompa sehingga
aliran udara yang dihasilkan tidak terlalu keras. Hembusan udara terlalu keras
dapat mematahkan kulit dan memecahkan bentuk fisik biji sehingga biji cokelat
yang diperoleh setelah pengeringan tidak utuh lagi. Menurut Susanto (1994),
udara panas yang digunakan 60C dengan kecepatan alirnya 0,3 kg/s. Aliran
kecepatan ini konstan karena untuk mencegah timbulnya aliran yang turbulen,
dimana arah aliran udara dalam chamber tidak beraturan yang menyebabkan
pengeringan berjalan tidak maksimal. Suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi
agar tidak terjadi penyusutan berat yang terlalu banyak, mencegah kerusakan
aroma dan flavor, mencegah biji berasap dan mencegah kehilangan banyak nutrisi
dalam biji.
Cabinet dryer terdiri dari tray, boiler dan fan. Dalam cabinet dryer
tersusun atas 6 tray yang disusun secara bertingkat. Kapasitas tray ditentukan oleh
jumlah, berat dan ukuran biji kakao. Diameter biji kakao adalah 3 cm (Severn
1954), sehingga tiap 1 tray mampu menampung sekitar 133300 biji dengan
beratnya 300 kg.
Boiler berfungsi sebagai pemanas udara yang masuk dari luar dengan
RH=80% pada suhu kamar yaitu 30C, sekaligus menghembuskan udara kering
yang dihasilkan. Udara kering yang dihasilkan adalah suhu 60C dengan RH=
10%, karena jika RH lebih tinggi, udara kering tersebut mengandung lebih banyak
air sehingga tidak mampu menguapkan air dari produk pangan secara efektif.
Selain itu, suhu yang tinggi menurunkan RH (kelembaban relatif) udara itu
sendiri. Oleh karena itu, setelah menguapkan air dari dalam biji hingga 6%,
terjadi penurunan suhu dan peningkatan RH udara mencapai 70%. Penggunaan
boiler menggunakan bahan bakar berupa solar (Severn, 1954). Bahan bakar solar
yang digunakan bergantung pada jumlah kalor yang diperlukan oleh steam
sebagai medium pemanas udara. Untuk memperoleh steam dengan suhu 120C,
diperlukan air yang ditentukan banyaknya panas yang disuplai oleh steam. Oleh
karena itu, diperhitungkan total kebutuhan air dan bahan bakar yang diperlukan
serta daya yang dibutuhkan oleh boiler dalam sistem pengeringan. Effisiensi
boiler ditentukan dari banyaknya kalor yang dibutuhkan dengan kalor yang lepas
dalam mengeringkan udara. Effisiensinya sebesar 47,41%, menunjukkan bahwa
boiler tersebut bekerja efisien dalam mengeringkan biji cokelat hingga kadar
airnya 6%.
Fan berfungsi untuk mengatur arah dan sirkulasi udara panas dalam
chamber. Jumlah daya yang diperlukan untuk menggerakkan fan ditentukan oleh
ukuran diameter silinder dan jumlah fan yang dibutuhkan. Total kebutuhan daya
yang diperlukan ditentukan dari fan dan boiler adalah 467,88 W. Tipe vanexial fan
mampu mengubah aliran udara dari sisi satu ke sisi lain sehingga dapat
meneruskannya ke arah yang diinginkan dalam chamber.
Mekanisme pengeringan biji kakao ditentukan oleh banyaknya kalor dari
udara pengering dengan kadar air pada biji kakao. Keseimbangan tersebut
dibutuhkan dat-data panas spesifik, panas laten, kecepatan aliran udara dan
kecepatan aliran produksi, suhu, RH (%) udara dan kadar air pada bahan pangan.
Pelepasan kalor yang disebabkan oleh penguapan kadar air bahan, ditandai dengan
negati (-) karena ketika udara yang masuk ke biji cokelat terjadi penurunan suhu
dan penambahan kelembaban udara akibat membawa uap air dari biji cokelat,
yang melepas kalor. Oleh karena itu, Dalam neraca panas, jumlah panas yang
masuk sama dengan jumlah panas yang keluar untuk mencapai keseimbangan.
Waktu yang diperlukan dalam pengeringan ditentukan oleh berapa uap air yang
dilepas dan kecepatan udara pengering. Waktu yang diperlukan untuk
mengeringkan biji cokelat dengan 1800 kg adalah 1 jam.
BAB 4
KESIMPULAN
1.
2.
Total bahan bakar solar yang dibutuhkan untuk boiler adalah 0,01766
m3/jam
3.
Total kebutuhan air yang diperlukan untuk steam dalam satu hari adalah
2716 liter per hari
4.
Jumlah kalor yang masuk dengan kalor yang dilepas harus sama dalam
neraca panas.
5.
Dalam neraca massa, dapat diketahui berapa produk yang masuk dan
berapa produk yang dihasilkan serta berapa uap air yang dilepaskan
6.
DAFTAR PUSTAKA
Arsdell, Wallace. 1973. Food Dehydration. Connecticut: The Avi Publishing
Company, Inc.
Banwatt, George. 1981. Basic Food Microbiology. Connecticut: The Avi
Publishing Company, Inc.
Fellows, P. 1990. Food Processing Technology Principles and Practice. New York
: Ellis Horwood.
Severn, W. 1954. Steam, Air and Gas Powder. New York: John Willey and Sons,
Inc.
Singh, Paul. 2001. Introduction to Food Enginering. New Jersey: Academic Press.
Siregar, Tumpal. 2005. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Cokelat. Jakarta:
Penebar Swadaya
Sunanto, Hatta. 2005. Cokelat : Budidaya, Pengolahan Hasil dan Aspek
Ekonominya. Yogyakarta : Kanisius.
Susanto, F. X. 1994. Tanaman Kakao. Yogyakarta: Kanisius